KATA PENGANTAR
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, BPKP mengemban amanah untuk melakukan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam rangka mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dan bersih.
BPKP melaksanakan amanah tersebut dengan melakukan pengawasan dan pembinaan meliputi kegiatan audit, evaluasi, reviu, investigasi, bimbingan teknis, dan asistensi kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hasil pengawasan dan pembinaan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) serta memberikan keyakinan yang memadai atas kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah dan penyelenggaraan SPIP pada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Laporan hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta Semester I Tahun 2014 berisi rangkuman informasi atas hasil pengawasan dan pembinaan sebagai media pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara/daerah terhadap satuan kerja kementerian/lembaga (instansi vertikal) dan unit kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak termasuk 6 (enam) Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang menjadi wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan ini disajikan dengan mengelompokkan hasil pengawasan BPKP ke dalam empat perspektif, yaitu: (i) akuntabilitas pelaporan keuangan; (ii) akuntabilitas kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset;
(iii) akuntabilitas perwujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih; dan (iv) akuntabilitas pengawasan atas pelaksanaan program lintas sektoral.
BPKP selaku auditor intern pemerintah telah dan akan terus berkomitmen untuk mendukung tugas-tugas pemerintahan melalui penyediaan jasa pemberian jaminan (assurance) dan konsultasi (consulting) kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang berorientasi pada peningkatan akuntabilitas keuangan negara/daerah, mendukung pencapaian prioritas nasional dengan menekankan pada pencapaian efektivitas, efisiensi, dan kehematan serta penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan (debottlenecking).
RINGKASAN EKSEKUTIF
Memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan pengawasan terhadap program/kegiatan lintas sektoral, kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lainnya atas penugasan Presiden, serta melaksanakan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan pengawasan dan pembinaan bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai serta mendorong terwujudnya akuntabilitas keuangan negara, yang meliputi akuntabilitas pelaporan keuangan, akuntabilitas kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset, akuntabilitas perwujudan iklim kepemerintahan yang baik dan bersih, dan akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral. Ikhtisar hasil pengawasan dan pembinaan sampai dengan semester I tahun 2014 adalah sebagai berikut :
A. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan
Kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan Pemerintah Daerah diukur dengan perolehan opini audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), hasil audit LK Proyek PHLN, hasil audit LK BUMD, dan hasil evaluasi AKIP, serta hasil evaluasi Kinerja Pelayanan Publik.
Hasil Audit BPK atas LKPD tahun 2013, menunjukkan lima LKPD dari enam LKPD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sedangkan satu LKPD yaitu Kabupaten Gunungkidul memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Dibandingkan dengan tahun 2012, opini atas LKPD tahun 2013 menunjukkan adanya perkembangan yang baik.
Hasil audit LK proyek PHLN tahun 2014, dari 23 proyek PHLN di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta seluruhnya mendapat simpulan wajar dalam penyajian laporan keuangan.
Hasil audit atas LK BUMD tahun 2013, dari 16 BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, 14 BUMD memperoleh opini WTP, satu BUMD dalam proses audit, dan satu BUMD belum diaudit.
Hasil Penilaian Kinerja Pelayanan Publik tahun 2013 menunjukkan bahwa dua pemerintah daerah mendapatkan nilai kumulatif tertinggi yaitu Pemerintah Kota Yogyakarta dengan kategori AA dan Pemerintah Kabupaten Sleman dengan kategori A, sedangkan tiga pemerintah daerah lainnya memperoleh kategori B.
Penilaian Pelayanan Publik yang dilaksanakan oleh Ombudsmen RI Perwakilan DIY terhadap SKPD/Unit Penyelenggara pelayanan publik di Pemerintah DIY menunjukkan hanya satu SKPD yang memperoleh nilai tinggi. Sedangkan untuk Pemerintah Kota Yogyakarta terdapat dua SKPD yang memperoleh nilai tinggi.
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan Pemerintah Daerah, pada tahun 2014 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta secara proaktif telah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam upaya memeroleh dan mempertahankan opini WTP. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memeroleh komitmen dalam bentuk MoU dengan seluruh Pemerintah Daerah.
Lingkup kegiatan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah, antara lain dalam bentuk pendampingan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah, pendampingan atas reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat DIY/Kabupaten/Kota dan pendampingan penyusunan LAKIP, pendampingan penyelenggaraan SPIP, pendampingan penataan pengelolaan BMD, peningkatan SDM pengelola keuangan daerah, dan peningkatan kapasitas APIP Daerah.
Selain terhadap Pemerintah Daerah, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan sosialisasi, asistensi, dan bimbingan teknis penerapan SIA BUMD dan SIA BLUD, dan pendampingan penyusun laporan keuangan BUMD dan BLUD, serta audit keuangan atas laporan keuangan proyek yang dibiayai pinjaman/hibah luar negeri dengan memberikan pendapat (opini) atas kewajaran penyajian laporan keuangan.
Belum diperolehnya opini WTP dari BPK pada satu pemerintah daerah menunjukkan bahwa pelaporan keuangan Pemda tersebut belum sepenuhnya dapat diyakini kewajarannya oleh BPK yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya kelemahan sistem pengendalian intern, belum tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib, tidak sesuainya pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan ketentuan yang berlaku, penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kelemahan dalam sistem penyusunan laporan keuangan, serta kurang memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan pada pemerintah daerah.
B. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara/Daerah dan Pengelolaan Aset Pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum negara ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, sedangkan lingkup pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum daerah adalah atas permintaan pimpinan daerah dan/atau pejabat pengelola keuangan daerah, dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pengawasan yaitu audit, verifikasi, monitoring, dan sebagainya yang menghasilkan koreksi penerimaan negara/daerah dan koreksi atas pengeluaran (belanja) negara/daerah serta rekomendasi kebijakan lainnya.
Kegiatan pengawasan menghasilkan penyelamatan potensi penghematan pengeluaran negara sebesar Rp3.811.643.696,00 yang berasal dari hasil audit keuangan/operasional/kinerja dan klaim di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan pengawasan dan pembinaan terhadap pengelolaan aset daerah dilakukan melalui peningkatan kompetensi SDM pengelola Barang Milik Daerah pada Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
C. Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Kepemerintahan yang Baik dan Bersih Kualitas akuntabilitas pewujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih dapat tercermin dari indikator/indeks good governance yang diperoleh. Beberapa survei terkait Indeks Persepsi Korupsi (IPK), integritas pelayanan publik, dan tata kelola kepemerintahan menunjukkan kuatnya komitmen dalam mewujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Komitmen tersebut dimulai dengan dicanangkannya Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012 lalu. Pada tahun 2013 dilakukan Pelaksanaan Pembangunan Zona Integirtas menuju wilayah bebas korupsi di Inspektorat Kabupaten Gunungkidul dan Sosialisasi Pembangunan ZI-WBK WBBM Kabupaten Sleman. Capaian tersebut hendaknya juga harus menjadi pemacu semangat bagi Pemda lain di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan kualitas kepemerintahan yang baik dan bersih.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta mendorong peningkatan akuntabilitas perwujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui penguatan SPIP pada Pemerintah Daerah melalui kegiatan sosialisasi, workshop, bimtek, dan diagnostic assessment SPIP; sosialisasi Anti Korupsi, sosialisasi dan bimbingan teknis FCP, serta pemberian konsultansi pengadaan barang dan jasa. Strategi represif dilakukan dalam rangka penyelamatan keuangan negara melalui pengungkapan kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK). Pada semester I tahun 2014 melalui kegiatan audit investigatif menghasilkan potensi penyelamatan keuangan negara/daerah sebesar Rp286.762.884,78 dan audit penghitungan kerugian keuangan negara sebesar Rp1.147.273.698,00.
Strategi solusi kesisteman dilakukan melalui penyusunan Board Manual BUMD, pendampingan SPI BUMD, Reviu RKAP BUMD, sosialisasi GCG BUMD, audit kinerja BUMD, dan peningkatan kapasitas APIP.
D. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral
Akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral difokuskan pada keberhasilan pencapaian efektivitas, efisiensi, dan kehematan program. Sehingga pengawasan BPKP terhadap program-program strategis menekankan pada audit efisiensi, keekonomisan, dan keefektifan pelaksanaan program lintas sektoral, audit kinerja pada bidang pelayanan publik, dan mediasi dalam rangka penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan (debottlenecking).
Lingkup kegiatan audit dan pembinaan yang telah dilaksanakan meliputi : 1. Hasil Pengawasan atas Program Lintas Sektoral
Hasil audit atas kinerja PNPM Mandiri Perkotaan dan Mandiri Perdesaan tahun 2013 yang dilaksanakan di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Bantul menunjukkan kinerja program “memadai”. Hasil audit atas kinerja PPIP tahun 2013 di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo menunjukkan capaian kinerja program ”berhasil”. Sedangkan pada Kabupaten Sleman, Gunungkidul, dan Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan capain kinerja program ”kurang berhasil” dalam mendukung upaya kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Permasalahan program infrastruktur perdesaan yang kurang berhasil antara lain berupa kelemahan sistem pengendalian intern seperti administrasi yang belum tertib, baik pada OMS maupun satuan kerja, monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program belum berjalan dengan baik; pelaksanaan pembangunan infrastruktur belum sesuai dengan spesifikasi teknis/rencana, dan infrastruktur yang telah dibangun belum diserahkan dan dicatat sebagai aset.
2. Audit atas Klaim Dana Jamkesmas
Audit atas klaim dana jamkesmas dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji kewajaran besaran perhitungan klaim dana jamkesmas pada PPK lanjutan/ Rumah Sakit pengelola dana Jamkesmas; menguji kewajaran nilai utang/piutang klaim dana jamkesmas Kementerian Kesehatan per 31 Desember 2013.
Hasil audit atas klaim dana Jamkesmas di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta masih terdapat klaim Jamkesmas yang harus dibayarkan Kementerian Kesehatan kepada rumah sakit sebesar Rp134.719.587.419,87. Selain itu, dijumpai penyelamatan penghematan pengeluaran negara sebesar Rp743.112.371,00 berupa kelebihan klaim, penerimaan jasa giro dan sisa dana yang belum disetorkan ke Kas Negara.
3. Audit atas Tunjangan Profesi Guru
Kegiatan audit atas Tunjangan Profesi (TP) Guru PNSD dilaksanakan untuk memastikan bahwa tunggakan TP Guru PNSD telah diperhitungkan sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagai dasar pembayaran TP Guru PNSD; memperoleh SiLPA dari TP Guru PNSD yang belum dibayarkan serta penggunaannya; memastikan bahwa dalam pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi telah memenuhi prinsip pengelolaan kepemerintahan yang baik. Hasil audit atas Tunjangan Profesi Guru PNSD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh penghematan berupa koreksi atas pengajuan tunjangan profesi yang tidak sesuai ketentuan sebesar Rp2.485.095.740,00 dan penghematan berupa penyetoran kembali ke Kas Negara tunjangan yang sudah dibayarkan sebesar Rp25.963.930,00.
Kegiatan audit atas Tunjangan Profesi Guru Agama dilaksanakan untuk memastikan bahwa tunggakan tunjangan profesi guru telah diperhitungkan sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagai dasar pembayaran tunjangan profesi guru dan mengidentifikasi kendala/permasalahan yang terjadi dalam penyelesaian tunggakan TP Guru. Hasil audit atas
Tunjangan Profesi Guru Kementerian Agama di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh penghematan berupa penyetoran ke Kas Negara tunjangan yang sudah dibayarkan sebesar Rp548.035.155,00.
4. Penugasan dari Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP)
Penugasan berupa kegiatan monitoring dilaksanakan untuk memperoleh keyakinan bahwa suatu kegiatan yang ditetapkan dalam Instruksi Presiden RI Nomor 14 Tahun 2011 telah dilaksanakan dan sesuai dengan laporan yang disampaikan oleh Kementerian/Lembaga selaku Penanggung jawab Program.
Monitoring dilakukan terhadap sembilan rencana aksi kementerian/lembaga yang dilaksanakan satuan kerja/SKPD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi Program Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan SD, SMP, SMA, SMK dan Universitas, Penjaminan Kepastian Layanan Pendidikan MI, MTs, MA dan Mahasiswa, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Kesiapan Pelaksanaan Program JKN/BPJS pada RS Vertikal/RSUD/Puskesmas, Pelayanan pembiayaan Pertanian, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, Peningkatan Produksi Ternak dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan monitoring terhadap pelaksanaan Program BPJS pada rumah sakit dan puskesmas di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara umum pelaksanaan Program BPJS sampai dengan 31 Maret 2014 belum berjalan dengan baik yang disebabkan karena pelaksana BPJS belum didukung dengan infrastruktur sistem aplikasi BPJS, belum dilengkapi pedoman teknis, kurangnya jumlah dan kompetensi personil, dan belum menerima penetapan jumlah dana kapitasi serta panduan pengelolaan dana kapitasi.
E. Fokus Rencana Tindak
Untuk meningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan negara, beberapa hal yang diharapkan menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai berikut :
1. Mendorong Kepala Daerah yang laporan keuangannya belum memperoleh opini WTP untuk menyusun rencana aksi peningkatan kualitas pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan.
2. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada seluruh Pemerintah Daerah sampai tingkat SKPD dan unit kerja instansi vertikal dengan menyusun rencana tindak pengendalian, membangun infrastruktur tindak pengendalian, monitoring penerapan SPIP dan menyusun laporan penyelenggaraan SPIP.
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pengelola keuangan pemerintah daerah antara lain dengan memanfaatkan program beasiswa STAR-BPKP.
4. Mendorong penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik sampai dengan unit-unit penyelenggara layanan serta meningkatkan kualifikasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
5. Meningkatkan kapasitas APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui peningkatan kompetensi auditor dan leveling kapasitas Inspektorat menjadi minimal level 2.
6. Mendorong segera terbentuknya Asosiasi Auditor Internal Pemerintah Indonesia sebagai wadah pembinaan instansi pengawasan internal pemerintah.
7. Mendorong penerapan Fraud Control Plan (FCP) pada unit kerja/SKPD dan BUMD yang memiliki risiko korupsi tinggi.
8. Mendorong Satuan Kerja pelaksana program PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM Mandiri Perdesaan, serta Satuan Kerja Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan untuk memperkuat sistem pengendalian pada pengelolaan keuangan dana bergulir di masyarakat, dengan memperbaiki sistem dan prosedur pengelolaan keuangan, meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengelola dana bergulir dengan pendidikan dan pelatihan, serta memperkuat kelembagaan Unit Pengelola Keuangan pada tingkat kecamatan, selaku penggerak perekonomian masyarakat, karena bukan lembaga yang berbadan hukum.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
RINGKASAN EKSEKUTIF iii
DAFTAR ISI ix
BAB I INFORMASI UMUM 1
A B
C D E
Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2013 Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2013 Gambaran Umum Pemerintah Daerah
Peran Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta Penyajian Informasi
1 2 3 4 5 BAB II HASIL PENGAWASAN TERHADAP AKUNTABILITAS
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA 7
A Akuntabilitas Pelaporan Keuangan 7
1. Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 7 2. Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah 8
3. Kualitas Laporan Keuangan Satuan Kerja
Kementerian/Lembaga (K/L) 12
4. Kualitas Laporan Keuangan Proyek PHLN 13
5. Kualitas Laporan Keuangan BUMD 13
6. Upaya Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan
BUMN/D 14
7. Upaya Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan BLUD 14
8. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD 15
9. Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Pemerintah Daerah
10. Kualitas Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Daerah 11. Upaya Peningkatan Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah
Daerah
15 16 B Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara dan 17
Pengelolaan Aset 18
1. Evaluasi Penyerapan Anggaran
2. Penghematan Pengeluaran Keuangan Negara
19 20 3. Pendampingan Pengelolaan Aset Negara (BMN/BMD) 22
C Akuntabilitas Perwujudan Iklim Bagi Kepemerintahan yang
Baik dan Bersih 23
1. Kualitas Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi
Kepemerintahan yang Baik dan Bersih 23
2. Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Perwujudan
Iklim bagi Kepemerintahan yang Baik dan Bersih 24 D Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral 34 1. Pengawasan Kinerja Program Lintas Sektoral 34 2. Monitoring Program Prioritas Pembangunan Nasional
(UKP-PPP) 41
E Fokus Rencana Tindak 41
BAB I
INFORMASI UMUM
A. Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2014
Sebagai unit kerja BPKP, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh BPKP Pusat. Penetapan kebijakan pengawasan dan pembinaan didasarkan pada ruang lingkup peran BPKP sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mencakup :
a. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan Negara atas kegiatan tertentu yang meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan konsultasi, serta peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah (APIP).
Selain itu, untuk dapat memberikan kontribusi pada penyelenggaraan tugas Pemerintah, penyusunan kebijakan pengawasan dan pembinaan, BPKP juga memperhatikan amanah yang diberikan kepada BPKP melalui berbagai peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
2. Instruksi Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 – 2025 dan Jangka Menengah 2012 – 2014.
3. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara dan Inpres Nomor 17 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.
4. Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012.
Berdasarkan peraturan perundang-udangan tersebut, arah kebijakan pengawasan dan pembinaan BPKP tahun 2014 secara ringkas sebagai berikut :
1. Pengawasan terhadap prioritas pembangunan nasional dan prioritas lainnya dengan menitikberatkan kebijakan pengawasan pada enam prioritas pembangunan nasional dan satu prioritas lainnya, yaitu :
a. Pengawasan terhadap reformasi birokrasi dan tata kelola b. Pengawasan terhadap pendidikan
c. Pengawasan terhadap kesehatan
d. Pengawasan terhadap penanggulangan kemiskinan e. Pengawasan terhadap ketahanan pangan
f. Pengawasan terhadap infrastruktur
g. Pengawasan terhadap bidang perekonomian 2. Pengawasan terhadap tata kelola korporasi negara
B. Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2014
Kebijakan pengawasan dan pembinaan selanjutnya menjadi dasar dalam menyusun Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahunan (PKP2T). PKP2T yang berisi berbagai jenis penugasan pengawasan terhadap akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan SPIP menjadi kontrak kinerja Kepala Perwakilan dengan Kepala BPKP yang dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (Tapkin). Dokumen Tapkin berisi program, kegiatan serta target kinerja.
Sampai dengan semester I tahun 2014, realisasi jumlah output penugasan (OP) sebanyak 235 laporan atau 80,48% dari target tahun 2014. Rincian target dan realisasi output kegiatan terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Target dan Realisasi Kegiatan Pengawasan Tahun 2014
No Kegiatan Pengawasan
Target Realisasi
Output Anggaran Lap % Rp (juta) %
A Assurance
1 Audit 146 1.389.086 121 82,88 493.856 35,55
2 Evaluasi 30 315.956 12 40,00 153.693 48,64
3 Pemantauan 18 113.820 16 88,89 43.769 38,45
Sub Jumlah 194 1.818,862 149 96,80 691.318 38,01
B Consulting
1 Pendidikan dan
Pelatihan 1 36.256 0 0 35.169 98,24
2 Sosialisasi 14 157.902 3 21,43 36.169 22,91
3 Pembinaan dan
Konsultasi
66 845.494 81 122,73 201.203 23,80
4 Peningkatan Tata Kelola APIP
13 146.382 1 7,69 3.090 2,11
5 Kajian Pengawasan 4 31.658 1 25,00 19.687 62,19
Sub Jumlah 98 1.217.692 86 87.76 295.767 24,29
Jumlah 292 3.036.554 235 80,48 987.085 32,51
C. Gambaran Umum Pemerintah Daerah
Gubernur disamping sebagai kepala pemerintahan di wilayah Provinsi, juga berkedudukan sebagai wakil pemerintah di daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010.
Dalam pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 dinyatakan bahwa Gubernur sebagai wakil pemerintah memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan antara lain meliputi :
a. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan instansi vertikal, dan antara instansi vertikal di wilayah provinsi yang bersangkutan;
b. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan;
c. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antar pemerintahan daerah kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan;
d. Koordinasi dalam penyusunan, pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi dalam rangka sinkronisasi RPJPD, RPJMD, dan RKPD kabupaten dan kota agar mengacu pada RPJPN, RPJMN, dan RKP serta kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah;
e. Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota;
f. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota.
Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari enam Pemerintah Daerah, yaitu : - Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta;
- Pemerintah Kota Yogyakarta;
- Pemerintah Kabupaten Bantul;
- Pemerintah Kabupaten Sleman;
- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo; dan - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
Filosofi yang melandasi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk mewujudkan tata nilai
kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya. Hamemayu Hayuning Bawana mengandung makna sebagai kewajiban melindungi, memelihara, serta membina keselamatan dan lebih mementingkan berkarya untuk masyarakat dari pada memenuhi ambisi pribadi. Bertolak dari landasan filosofi tersebut, Visi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta yang ingin dicapai tahun 2010 – 2014 adalah sebagai berikut :
“Pemerintah Daerah yang katalistik dan masyarakat mandiri yang berbasis keunggulan daerah serta sumber daya manusia yang berkualitas unggul dan beretika”.
Visi tersebut akan diwujudkan melalui empat misi pembangunan daerah sebagai berikut :
a. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, profesional, humanis, dan beretika dalam mendukung terwujudnya budaya yang adiluhung.
b. Menguatkan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah berbasis pariwisata yang didukung potensi lokal dengan semangat kerakyatan menuju masyarakat yang sejahtera.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kelola pemerintahan yang berbasis Good Governance.
d. Memantapkan prasarana dan sarana dalam upaya meningkatkan pelayanan publik.
Sejak tanggal 31 Agustus 2012, berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012, Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki keistimewaan kedudukan hukum untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa. Kewenangan istimewa adalah wewenang tambahan tertentu selain wewenang sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tentang pemerintah daerah, meliputi :
a. tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan wakil Gubernur;
b. kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
c. kebudayaan;
d. pertanahan; dan e. tata ruang.
D. Peran Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
Keberadaan Perwakilan BPKP di daerah dimaksudkan untuk memberikan kontribusi nyata kepada Pemerintah Daerah dalam upaya mewujudkan visi dan misinya melalui pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan kerja K/L dan Pemerintah Daerah di wilayah tugasnya. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada satuan kerja K/L dan satuan kerja Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menuju terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan bersih (Good and Clean Governance).
Berdasarkan Peraturan Kepala BPKP Nomor 61/K/SU/2012 tanggal 2 Februari 2012, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta menerima pelimpahan 6 (enam) Pemerintah Daerah di wilayah Provinsi Jawa Tengah, masuk menjadi wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta. Keenam Pemda tersebut yaitu Kabupaten Klaten, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Cilacap. Dengan terbitnya Perka BPKP ini maka wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi 12 pemda di wilayah DIY dan Jawa Tengah.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan peran pengawasan dan pembinaan pada :
a. Satuan Kerja pada 12 Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
b. Satuan Kerja Kementerian/Lembaga di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah;
c. Perguruan Tinggi Negeri di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah;
d. BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.
E. Penyajian Informasi
Laporan Hasil Pengawasan ini menyajikan informasi keseluruhan kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan data eksternal dan internal hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta serta mengacu pada empat dimensi (perspektif) yaitu :
a. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan
b. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara dan Pengelolaan Aset
c. Akuntabilitas Perwujudan Iklim Bagi Kepemerintahan yang Baik dan Bersih d. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral
Keempat perspektif tersebut diikhtisarkan pada gambar di bawah ini.
Data internal hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta adalah data yang diperoleh dari kegiatan pengawasan dan pembinaan (assurance dan consulting) yang dilakukan langsung atas satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sedangkan data eksternal adalah data yang diperoleh BPKP dari pihak ketiga, auditor eksternal, publikasi laporan keuangan oleh satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah yang bersangkutan atau sumber data lain yang sah yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran keseluruhan kualitas akuntabilitas keuangan pada satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah.
Penyajian informasi kualitas akuntabilitas keuangan negara satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang berasal dari berbagai sumber tersebut, dimaksudkan untuk memberikan informasi yang komprehensif dan obyektif, sehingga persepsi/simpulan yang diperoleh oleh pengguna informasi (users) tidak bias (misleading) yang disebabkan oleh faktor risiko uji petik (sampling) pengawasan. Namun demikian, para pengguna informasi atas laporan ini dianggap memahami bahwa hasil pengawasan yang terkait dengan satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah belum tentu mewakili keseluruhan populasi untuk mengukur kualitas akuntabilitas keuangan negara pada satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hasil Pengawasan :
Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara
AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN
Indikator :
Upaya Perbaikan Kewajaran Laporan Keuangan terhadap K/L/Pemda (Opini BPK, BPKP, dan
Auditor Eksternal Lainnya)
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN PROGRAM LINTAS SEKTOR
Indikator :
Efisiensi, Keekonomisan, dan Efektivitas Program Lintas Sektoral, Perbaikan Kinerja Pelayanan Publik, dan Penanganan Hambatan Kelancaran
Pembangunan (Debottlenecking) AKUNTABILITAS KEBENDAHARAAN UMUM
NEGARA DAN PENGELOLAAN ASET Indikator :
Penyerapan Anggaran, Optimalisasi Penerimaan Negara, Peningkatan Cost Saving (Klaim, Eskalasi
Harga) dan Pengelolaan Aset Negara
AKUNTABILITAS PERWUJUDAN IKLIM BAGI KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH
Indikator : Pengungkapan Kasus/Pelanggaran yang Diduga
Merugikan Keuangan Negara dan Penyelenggaraan SPIP, FCP, dan GCG
1 2
4 3
BAB II
HASIL PENGAWASAN TERHADAP
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
A. AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBN oleh presiden selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, menteri keuangan selaku pemegang sebagian kekuasaan pengelolaan keuangan negara, para menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran, serta pertanggungjawaban APBD oleh para gubernur/bupati/walikota selaku pengelola keuangan daerah (Pasal 30, 31, dan 32 serta Penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara).
A.1 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Salah satu indikator kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan pemerintah tercermin dari perolehan opini auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas penyajian laporan keuangan pemerintah. Opini BPK tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam mengukur kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan suatu Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Dari hasil audit BPK atas LKPD tahun 2013 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, lima LKPD atau 83,33% dari total enam LKPD memperoleh opini WTP dari BPK.
Perolehan opini WTP atas LKPD tahun 2013 menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan tahun 2012. Pada tahun 2013 terdapat lima LKPD yang memperoleh opini WTP, sedangkan pada tahun 2012 hanya empat LKPD yang memperoleh opini WTP.
Perkembangan opini BPK atas LKPD Tahun 2011-2013 dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1
Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2010 - 2012
No Jenis Opini Jumlah Pemerintah Daerah
2011 2012 2013
1. WTP 3 50% 4 66,67% 5 83,33%
2. WDP 3 50% 2 33,33% 1 16,67%
3. TMP 0 0 0 0 0 0
4. TW 0 0 0 0 0 0
Jumlah 6 100% 6 100% 6 100%
Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK
Keterangan : WTP : Wajar Tanpa Pengecualian; WDP : Wajar Dengan Pengecualian;
TMP : Tidak Memberikan Pendapat; TW : Tidak Wajar
Dilihat dari trend perkembangan opini BPK tiap pemerintah daerah maka dapat disimpulkan bahwa sampai dengan tahun 2013 Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kabupaten Bantul telah berhasil menjaga predikat WTP. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah meningkatkan komitmen dan upayanya sehingga pada tahun 2014 berhasil memperoleh opini WTP atas LKPD tahun 2013. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2
Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Wilayah D.I. Yogyakarta
Tahun 2010 – 2012
No Nama Pemda Opini BPK
2011 2012 2012
1. Daerah Istimewa Yogyakarta WTP WTP WTP
2. Kota Yogyakarta WTP WTP WTP
3. Kab. Bantul WDP WTP WTP
4. Kab. Sleman WTP WTP WTP
5. Kab. Kulon Progo WDP WDP WTP
6. Kab. Gunungkidul WDP WDP WDP
Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK
Belum diperolehnya opini WTP dari BPK oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menunjukkan bahwa pelaporan keuangan Pemda tersebut masih belum sepenuhnya dapat diyakini kewajarannya oleh BPK disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya kelemahan sistem pengendalian intern, belum tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib, penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kelemahan dalam sistem penyusunan laporan keuangan, serta kurang memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan pada pemerintah daerah.
Dampak belum diperolehnya opini WTP dari hasil audit BPK atas laporan keuangan pemerintah antara lain:
a. Kurangnya kepercayaan dan partisipasi masyarakat dalam peningkatan investasi di daerah.
b. Timbulnya persepsi publik akan adanya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah.
A.2 Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemda
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta secara proaktif telah bekerja sama dengan Pemda dalam upaya mendorong menuju perolehan opini WTP. Upaya tersebut menjadi prioritas penugasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta, meskipun target Pemerintah agar sampai dengan tahun 2014, yaitu 60% LKPD memperoleh opini WTP sudah dapat dicapai, namun mengingat opini WTP merupakan pintu masuk menuju tata kelola kepemerintahan yang baik, maka terhadap LKPD yang belum memperoleh
opini WTP perlu terus didorong untuk meningkatkan upaya agar memperoleh opini WTP dari BPK.
Lingkup kegiatan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah yang dilaksanakan antara lain dalam bentuk pendampingan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah, pendampingan atas reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, pendampingan penataan Barang Milik Daerah, peningkatan SDM pengelola keuangan daerah, dan peningkatan kapasitas APIP Daerah.
Kegiatan pembinaan oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan Semester I Tahun 2014 tampak pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3
Perkembangan Kegiatan Pembinaan
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta atas Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemda
Tahun 2012 – 2014
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
Masing-masing kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : A.2.1 Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan Pemda
Dalam penyusunan laporan keuangan tahun 2014, dari enam Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, empat Pemerintah Daerah didampingi oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Bantul, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
Untuk membantu Pemerintah Daerah agar dalam menyusun laporan keuangan dapat dilakukan secara lebih mudah, cepat, dan akurat, BPKP telah mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA). Penerapan SIMDA yang berbasis teknologi informasi ini mendukung program e-government yang sedang digalakkan oleh pemerintah dan pelaksanaan e-audit oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK).
No Kegiatan Jumlah Pemerintah Daerah
2012 2013 2014
1. Pendampingan penyusunan
laporan keuangan 4 66,67% 3 50% 4 66,67%
2. Pendampingan reviu laporan
keuangan 3 50% 3 50% 5 87,33%
3. Pendampingan penataan
Barang Milik Daerah 3 50% 3 50% 1 16,67%
4. Peningkatan Kapasitas SDM
Pengelola Keuangan 1 16,67% 3 50% 4 66,67%
5. peningkatan kapasitas APIP
Daerah 5 87,33% 3 50% 2 33,33%
Sampai dengan tahun 2014, dua Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan yaitu Kabupaten Kulon Progo yang telah mengaplikasikan SIMDA Keuangan secara penuh meliputi penganggaran, penatausahaan dan pelaporan, serta Pemerintah Kabupaten Bantul yang telah mengaplikasikan SIMDA Keuangan pada tahap penganggaran dan penatausahaan.
A.2.2 Pendampingan Reviu Laporan Keuangan Pemda
Pendampingan reviu laporan keuangan dilakukan untuk membantu Pemda dalam upaya meningkatkan kualitas LKPD. Pendampingan reviu dilakukan terhadap Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota. Pada Semester I tahun 2014, pendampingan reviu dilakukan pada lima pemerintah daerah yaitu Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Sleman, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Pemerintah Kabupaten Bantul, dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
Manfaat yang diperoleh dari pendampingan reviu adalah berupa perbaikan kualitas penatausahaan dan pengelolaan keuangan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas LKPD melalui peningkatan kompetensi para auditor APIP, perumusan strategi mencapai opini WTP, dan percepatan penyelesaian tindak lanjut atas temuan pemeriksaan BPK atau APIP.
Meskipun tidak secara signifikan mempengaruhi kualitas laporan keuangan, terdapat beberapa permasalahan yang dijumpai dalam pendampingan reviu laporan keuangan pemerintah daerah, sebagai berikut :
a. Pada LKPD Kabupaten Bantul : nilai piutang – dana tim pasca panen belum disajikan karena menunggu laporan dari tim; nilai persediaan belum disajikan karena dalam proses konfirmasi; nilai aset tetap dan aset lainnya belum disajikan karena menunggu proses klarifikasi; dan perbedaan nilai hutang pembelian obat pada RSUD Panembahan Senopati.
b. Pada LKPD Kota Yogyakarta : keterlambatan penyusunan laporan mutasi aset karena terbatasnya kompetensi pengelola aset.
c. Pada LKPD Kabupaten Sleman : fisik aset yang tidak ditemukan agar dilakukan proses penghapusan.
d. Pada LKPD Kabupaten Kulon Progo : perlu koordinasi antara Inspektorat dengan DPKAD untuk menelaah prosedur sensus BMD.
e. Pada LKPD Kabupaten Gunungkidul : perlu perbaikan kartu inventaris barang sebagai dukungan atas laporan keuangan; perlu rekonsiliasi mutasi aset tetap antara pengurus barang dan penyusun laporan neraca internal SKPD.
Permasalahan-permasalah di atas seyogyanya menjadi perhatian semua pemerintah daerah agar tidak kembali terjadi di masa yang akan datang.
A.2.3 Pendampingan Penataan Barang Milik Daerah
Mengingat penyebab belum diperolehnya opini WTP pada beberapa LKPD antara lain berupa kelemahan dalam pengelolaan aset Barang Milik Daerah (BMD), maka dalam
melakukan pendampingan pengelolaan keuangan daerah, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta memfokuskan pada peningkatan tata kelola barang milik daerah.
Dalam Semester I tahun 2014 dilakukan pendampingan pengelolaan BMD pada Pemerintah Kabupaten Bantul. Beberapa permasalahan dalam penataan BMN/D antara lain masih kurangnya pemahaman para pengguna tentang pentingnya pengelola BMD;
belum berjalannya mekanisme rekonsiliasi antara pengurus barang dengan bendahara pengeluaran maupun dengan Dinas terkait; perbedaan pemahaman mengenai status barang yang diperoleh dari pihak ketiga; barang inventaris yang tidak diketahui keberadaannya; barang yang tidak diketahui identitasnya, serta kurangnya komitmen para Kepala SKPD untuk segera menyelesaikan permasalahan BMD.
A.2.4 Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah
Kompetensi SDM pengelola keuangan dan barang milik daerah serta penyusun laporan keuangan memegang peranan yang sangat menentukan untuk mewujudkan tata kelola penatausahaan keuangan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta tersusunnya laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Oleh karena itu, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan perhatian yang besar dalam upaya peningkatan kompetensi SDM pengelola keuangan dan barang milik daerah dengan melakukan sosialisasi, workshop, maupun pelatihan mengenai pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan.
Dalam Semester I tahun 2014 dilakukan peningkatan kapasitas SDM pengelola keuangan berupa pelatihan dan pembekalan mengenai penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pada Pemerintah D I Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kabupaten Bantul, penyusunan kebijakan akuntansi akrual pada Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, pengelolaan BMD pada Pemerintah Kabupaten Sleman. Selain itu, juga menjadi narasumber terkait pengelolaan keuangan pada Diklatpim tingkat IV pada Badan Diklat DIY.
Kegiatan pembinaan yang dilakukan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan dampak yang signifikan bagi perbaikan pengelolaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang salah satunya ditandai dengan meningkatnya jumlah pemerintah daerah yang LKPD-nya memperoleh opini WTP.
A.2.5 Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) Daerah
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) mempunyai peran strategis dalam mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah. Oleh karena itu, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan perhatian lebih pada upaya peningkatan kapasitas APIP dengan memberikan pembinaan agar mampu berperan memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, memberikan
peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, serta memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Kegiatan pembinaan yang dilakukan meliputi asistensi dan bimtek penerapan tata kelola APIP serta penerapan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) pada APIP dengan tujuan untuk mendorong peningkatan level kapabilitas APIP yang pada umumnya masih berada pada level I menuju level II. Dalam Semester I tahun 2014 dilakukan kegiatan pembinaan pada Inspektorat Kabupaten Gunungkidul dan Inspektorat Kabupaten Kulon Progo.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga mendorong terbentuknya organisasi Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia yang di tingkat pusat telah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum Presidium AAIPI Nomor KEP- 001/AAIPI/DPN/12/2012 tentang Struktur Organisasi dan Susunan Dewan Pengurus Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI). Sampai dengan saat ini pembentukan kepengurusan AAIPI tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sedang dalam proses pembahasan.
Selain melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan yang secara langsung diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan Pemerintah Daerah sebagaimana diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga melaksanakan kegiatan pengawasan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan Satker Kementerian/Lembaga, proyek-proyek yang dibiayai bantuan/hibah luar negeri (PHLN), BUMD, BLUD, serta peningkatan kualitas tata kelola kepemerintahan sebagaimana diuraikan pada pembahasan di bawah ini.
A.3 Kualitas Laporan Keuangan Satuan Kerja Kementerian/Lembaga (K/L)
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga disusun berdasarkan informasi laporan keuangan unit akuntansi atau satuan kerja yang berada di bawahnya. Dengan demikian, kualitas opini Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) dipengaruhi oleh kualitas laporan keuangan yang disusun oleh unit akuntansi atau satuan kerja tersebut.
Dalam upaya peningkatan kualitas opini LKKL, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan-satuan kerja K/L di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi kegiatan pendampingan penyusunan laporan keuangan, pendampingan reviu laporan keuangan, dan sebagainya.
Selama Semester I Tahun 2014, pendampingan penyusunan laporan keuangan Tahun Anggaran 2013 dilakukan pada satker di lingkungan Satker Kepolisian Daerah D I Yogyakarta, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia D I Yogyakarta, Satker Direktorat Jendral Cipta Karya D I Yogyakarta, Satker Direktorat Jendral Bina Marga D I Yogyakarta, Satker Direktorat Jenderal Sumber Daya Air D I Yogyakarta, Kejaksaan Tinggi D I Yogyakarta, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Komisi Pemilihan Umum D I Yogyakarta, Dinas Kesehatan D I Yogyakarta, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional D I Yogyakarta, Balai Besar Teknis Kesehatan Lingkungan dan
Pemberantasan Penyakit Menular Yogyakarta, RSUP Dr Sardjito, Politeknik Kesehatan Yogyakarta dan Badan Pengawas Pemilu D I Yogyakarta.
Secara umum permasalahan yang dijumpai dalam penyusunan laporan keuangan satker K/L disebabkan kurangnya pemahaman SDM pengelola keuangan terhadap ketentuan yang berlaku.
A.4 Kualitas Laporan Keuangan Proyek PHLN
BPKP ditunjuk oleh negara donor atau lembaga pemberi pinjaman untuk melakukan audit keuangan atas laporan keuangan proyek yang dibiayai pinjaman/hibah luar negeri dengan memberikan pendapat (opini) atas kewajaran penyajian laporan keuangan.
Pada tingkat Perwakilan, audit keuangan tersebut bersifat audit dukungan terhadap audit keuangan yang dilakukan oleh BPKP dengan memberikan simpulan kewajaran.
Sedangkan pemberian opini dilakukan oleh BPKP Pusat.
Dari hasil audit Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta atas 23 laporan keuangan yang dibiayai pinjaman/hibah luar negeri tahun 2013 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, seluruhnya memperoleh Simpulan Wajar.
A.5 Kualitas Laporan Keuangan BUMD
Kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan dapat dilihat dari kewajaran penyajian informasi keuangan pada laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Hasil audit oleh auditor eksternal atas laporan keuangan BUMD menjadi salah satu faktor penting dalam mengukur good corporate governance BUMD.
Dari 16 BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, 14 diantaranya laporan keuangannya telah selesai diaudit oleh auditor eksternal dan seluruhnya memperoleh opini WTP. Perkembangan opini auditor eksternal atas Laporan Keuangan BUMD tahun 2011-2013 dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Perkembangan Opini Auditor Eksternal atas Laporan Keuangan BUMD di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2011– 2013
No Jenis Opini Jumlah BUMD
2011 2012 2013
1. WTP 15 100% 14 100% 14 100%
2. WDP 0 0 0 0 0 0
3. TMP 0 0 0 0 0 0
4. TW 0 0 0 0 0 0
Jumlah 15 100% 14 100% 14 100%
Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Kantor Akuntan Publik Keterangan:
Tahun 2013, dari 16 BUMD di wilayah DIY, 1 BUMD dalam proses audit oleh KAP dan 1 BUMD belum
A.6 Upaya Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan BUMN/D
Peningkatan kualitas pengelola BUMN/D serta pelaporan keuangannya menjadi perhatian utama BPKP selaku APIP yang berkomitmen mendorong tata kelola perusahaan yang baik. BPKP memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan BUMD melalui kegiatan peningkatan tata kelola dan akuntansi BUMD sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5
Kegiatan Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan BUMD di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Semester I Tahun 2014
No Kegiatan Jumlah
(Keg)
1. Pendampingan Implementasi Program Billing System 1 2. Pendampingan Monev SIA Sub Menu Persediaan 2 3. Pendampingan Verifikasi Piutang, Persediaan, Inventaris
Kantor, dan Aset Tetap pada Laporan Keuangan 1
Jumlah 4
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Pendampingan Implementasi Program Billing System dilaksanakan pada PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta. Pendampingan Monev SIA Sub Menu Persediaan dilaksanakan pada PDAM Kabupaten Sleman dan PDAM Tirta Handayani Kabupaten Gunungkidul. Sedangkan Pendampingan Verifikasi Piutang, Persediaan, Inventaris Kantor, dan Aset Tetap pada Laporan Keuangan dilaksanakan pada PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta. Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan kualitas pelaporan keuangan pada BUMD tersebut terutama adalah kurangnya kapasitas SDM.
A.7 Upaya Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan BLUD
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) merupakan bentuk pengelolaan keuangan pada unit pelayanan teknis pada Pemerintah Daerah. Keleluasaan pengelolaan keuangan menjadi motivasi Pemerintah Daerah dalam pembentukan BLUD. BPKP berkontribusi dalam peningkatan kapasitas SDM dalam menyusun Laporan Keuangan serta kualitas pelaporan keuangan BLUD. Kegiatan peningkatan kapasitas SDM dan kualitas pelaporan keuangan selama Semester I Tahun 2014 terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.6
Kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM dan Kualitas Pelaporan Keuangan BLUD Semester I Tahun 2014
No Kegiatan Jumlah
(Keg)
1. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan BLUD 1
2. Pendampingan Implementasi SIA BLUD pada UPT Dinas Kesehatan 5
Jumlah 6
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Untuk membantu meningkatkan tingkat akurasi dan efisiensi dalam pengolahan transaksi pada BLUD, BPKP telah mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) BLUD. Kabupaten Sleman menjadi pemda pertama di seluruh Indonesia yang telah menerapkan aplikasi SIA BLUD. Kabupaten Sleman telah menetapkan PPK BLUD untuk UPT Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman sejak tahun 2010. Kegiatan pendampingan penyusunan Laporan Keuangan BLUD dan pendampingan implementasi SIA BLUD dilaksanakan pada 27 UPT di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
Permasalahan yang dijumpai dalam peningkatan kapasitas SDM dan kualitas pelaporan keuangan BLUD terutama terkait dengan penggunaan SIA BLUD dalam penyusunan Laporan Keuangan masih dalam tahap awal sehingga masih diperlukan pendampingan dari BPKP.
A.8 Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD
Evaluasi penyusunan dan penetapan APBD diprioritaskan pada Pemerintah Daerah yang mengalami keterlambatan dalam penyusunan dan penetapan APBD. Hasil evaluasi selama tiga tahun terakhir menunjukkan adanya fluktuasi dalam kualitas penyusunan dan penetapan APBD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tahun 2012 proses penyusunan dan penetapan seluruh APBD dilaksanakan tepat waktu, namun tahun 2013 satu APBD yaitu APBD Kabupaten Gunungkidul proses penyusunan dan penetapannya mengalami keterlambatan. Pada tahun 2014 satu APBD yaitu APBD Kota Yogyakarta proses penetapannya mengalami keterlambatan.
Permasalahan yang menjadi penyebab keterlambatan pada APBD Kota Yogyakarta adalah lamanya waktu untuk memperoleh persetujuan bersama DPRD.
A.9 Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Pemerintah Daerah
Dalam mendorong peningkatan kualitas AKIP Pemda, pada tahun 2014 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan pendampingan penyusunan LAKIP tahun 2013 di Pemerintah Kabupaten Sleman, Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Selain itu dilakukan reviu atas LAKIP tahun 2013 Pemerintah Kota Yogyakarta.
Permasalahan dalam penyelenggaraan AKIP adalah pemahaman yang keliru mengenai konsep penilaian dalam evaluasi LAKIP, yaitu evaluasi LAKIP dipahami terbatas pada penilaian kualitas pelaporannya saja padahal mencakup evaluasi Sistem AKIP secara keseluruhan.
Hal-hal yang perlu peningkatan dalam penyusunan LAKIP di masa mendatang antara lain masih terdapat sasaran yang belum sepenuhnya berorientasi hasil, rumusan indikator kinerja sasaran belum sepenuhnya memenuhi indikator yang baik, IKU belum mengacu pada Permen PAN Nomor PER/20M.PAN/11/2008, IKU belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam dokumen perencanaan, penganggaran dan pengukuran kinerja, penetapan kinerja belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk mengarahkan dan menilai keberhasilan unit kerja, belum tersedia sistem/mekanisme pengumpulan data kinerja, dan LAKIP belum dimanfaatkan untuk perbaikan perencanaan, pelaksanaan program dan kegiatan.
A.10 Kualitas Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Daerah
Penilaian Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Daerah dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan & RB) yang dibantu oleh BPKP. Hasil Penilaian Kinerja Pelayanan Publik tahun 2013 menunjukkan bahwa dua pemerintah daerah mendapatkan nilai kumulatif tertinggi yaitu Pemerintah Kota Yogyakarta dengan kategori AA dan Pemerintah Kabupaten Sleman dengan kategori A (dengan nilai lebih dari 750). Sedangkan tiga pemerintah daerah lainnya mendapatkan nilai dengan kategori B. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7
Hasil Penilaian Kinerja Pelayanan Publik di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2013
No Pemda Hasil Penilaian
Nilai Kategori
1. Kota Yogyakarta 978 AA
2. Kab. Sleman 835 A
3. Kab. Bantul 637 B
4. Kab. Kulon Progo 536 B
5. Kab. Gunungkidul 493 B
Sumber : Hasil Penilaian Panitia Penentu Akhir KemenPAN dan RB
Penilaian Pelayanan Publik Pemerintah Daerah yang dilaksanakan oleh Ombudsmen RI Perwakilan DIY terhadap SKPD/Unit Penyelenggara pelayanan publik di Pemerintah DIY dan Pemerintah Kota Yogyakarta mengenai alat kelengkapan dan informasi pelayanan dalam menyelenggarakan pelayanan publik, menunjukkan di wilayah DIY hanya satu SKPD (7,69%) yang memperoleh nilai yang tinggi, sedangkan untuk Pemerintah Kota Yogyakarta terdapat dua SKPD (14,28%) yang memperoleh nilai yang tinggi. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 2.8.
Tabel 2.8
Hasil Penilaian Tingkat Kepatuhan SKPD Tahun 2013
No Pemda Jumlah SKPD
Disurvey
Hasil Penilaian
Tinggi Sedang Rendah
1. D I Yogyakarta 13 1 9 3
2. Kota Yogyakarta 14 2 6 6
Sumber : Laporan Kepatuhan dalam Pelaksanaan UU 25 Tahun 2009 Ombudsmen RI Perwakilan DIY Keterangan : Rendah : skor 0-500; Sedang : skor 501-800; Tinggi : skor 801-1000
A.11 Upaya Peningkatan Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Daerah
Peningkatan kinerja pelayanan publik pemerintah daerah juga menjadi fokus perhatian Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. Pada semester I tahun 2014, upaya yang dilaksanakan menitikberatkan pada perbaikan sistem pengendalian dalam pelayanan publik dengan melakukan bimbingan teknis pemetaan risiko pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Sleman, serta workshop penilaian risiko pada Pemerintah Kabupaten Bantul.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk perbaikan pelayanan publik dimasa yang akan datang antara lain sosialisasi penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang perlu diperluas sampai dengan unit-unit penyelenggara layanan, melengkapi kebijakan dan aturan terkait dalam penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pemahaman penerapan standar pelayanan mengenai alur, prosedur, waktu, tarif dan informasi pelayanan, serta peningkatan kualifikasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
B. AKUNTABILITAS KEBENDAHARAAN UMUM NEGARA DAN PENGELOLAAN ASET Berdasarkan landasan hukum di bidang administrasi keuangan negara, yaitu Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004, perbendaharaan negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Perbendaharaan Negara di Indonesia menganut asas kesatuan, asas universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas serta mendorong profesionalitas dan menjamin keterbukaan dan akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran.
Kegiatan BUN berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penyusunan Laporan Konsolidasi Bendahara Umum Negara (BUN), meliputi pengelolaan : 1) kas; 2) utang dan hibah; 3) investasi pemerintah; 4) penerusan pinjaman; 5) transfer ke daerah; 6) belanja subsidi dan belanja lain-lain; 7) transaksi khusus; 8) badan lainnya oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
Pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum negara dilaksanakan berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara sesuai dengan ketentuan Pasal 49 (2) huruf b PP Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pengawasan meliputi audit, evaluasi, monitoring, pemetaan, dan sebagainya yang menghasilkan koreksi penerimaan negara/daerah dan koreksi atas pengeluaran (belanja) negara/daerah serta rekomendasi kebijakan lainnya. Sedangkan pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum daerah dilakukan atas dasar permintaan dari pimpinan daerah dan/atau pejabat pengelola keuangan daerah serta pejabat lain yang berwenang.
Dalam Semester I Tahun 2014, kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilaksanakan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas kebendaharaan umum negara/daerah terhadap Pemda, satuan-satuan kerja K/L, BUMN/D serta BLUD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi kegiatan Evaluasi Penyerapan Anggaran, Penghematan Pengeluaran Keuangan Negara/Daerah, serta Pendampingan Pengelolaan Aset. Perkembangan kegiatan tersebut tampak pada Tabel 2.9 di bawah ini.
Tabel 2.9
Perkembangan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan
Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara/Daerah di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012, 2013, dan 2014
No Kegiatan Output
2012 2013 2014
1 Evaluasi Penyerapan Anggaran - 57 laporan 3 laporan 2 Penghematan pengeluaran
keuangan Negara/Daerah
No Kegiatan Output
2012 2013 2014
- Audit keuangan 36 laporan 22 laporan 23 laporan - Audit
operasional/kinerja/klaim 34 laporan 59 laporan 5 laporan 3 Pendampingan pengelolaan
asset/BMD & Peningkatan Kapasitas pengelola aset/BMD
5 laporan 24 laporan 2 laporan
Jumlah 77 laporan 162
laporan
33 laporan Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta
Penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut : B.1 Evaluasi Penyerapan Anggaran
Sesuai amanat Presiden RI dalam instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, BPKP ditugaskan untuk melakukan evaluasi penyerapan anggaran K/L dan Pemda. Tujuan evaluasi adalah mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya serapan anggaran K/L dan pemda serta memberikan rekomendasi yang mendorong perbaikan sistem dan praktik pengelolaan dan penyelenggaraan anggaran. Hal tersebut dimaksudkan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan secara optimal guna kelancaran pelayanan publik.
Selama semester I tahun 2014 Perwakilan BPKP DIY melakukan evaluasi penyerapan anggaran secara uji petik pada dua Pemerintah Daerah, yaitu Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Sleman. Evaluasi dilakukan atas penyerapan anggaran tahun 2013 (periode 1 Januari 2013 s.d. 31 Desember 2013).
Total anggaran belanja berdasarkan APBD kedua pemda tersebut sebesar Rp4.863.651.337.584,13 sedangkan realisasi belanja sebesar Rp4.224.521.193.082,48 atau 86,86% dari total anggaran. Dari total penyerapan belanja tersebut, penyerapan belanja barang dan jasa sebesar Rp802.529.435.361,18 atau 77,24% dari alokasi anggarannya sebesar Rp1.039.024.625.107,81. Penyerapan belanja modal sebesar Rp576.794.941.477,51 atau 85,56% dari anggarannya sebesar Rp674.169.620.486,00.
Penyerapan belanja hibah sebesar Rp660.774.007.412,20 atau 85,96% dari anggarannya sebesar Rp768.688.433.093,00. Penyerapan belanja bantuan sosial sebesar Rp109.161.208.056,20 atau 80, 26% dari anggarannya sebesar Rp136.007.115.877,34.
Beberapa kendala yang dijumpai dalam penyerapan anggaran antara lain sebagai berikut :
a. Perencanaan kurang matang, yaitu harga satuan lebih tinggi dari yang ditawarkan rekanan, anggaran dalam DPA tidak dapat direalisasikan karena dalam
pelaksanaannya mendapat subsidi dari pusat, realisasi kegiatan tidak sesuai yang direncanakan.
b. Kegiatan-kegiatan yang didanai APBD-P yang terlambat ditetapkan, batal dilaksanakan karena pertimbangan waktu pelaksanaan tidak mencukupi.
c. Mulai diberlakukan biaya perjalanan at cost. d. Adanya efisiensi kegiatan.
e. Pedoman/juknis/juklak pengelolaan dana bantuan dari pusat maupun dari provinsi terlambat diterima.
f. Realisasi penyelesaian pekerjaan terlambat karena rekanan kurang kompeten.
B.2 Penghematan Pengeluaran Keuangan Negara
Penghematan pengeluaran negara/daerah dihasilkan dari koreksi atas belanja negara/daerah, antara lain dari hasil kegiatan audit keuangan dan audit kinerja atas proyek-proyek berbantuan luar negeri (PHLN), audit klaim atas pengadaan barang/jasa, audit klaim atas tagihan dana jamkesmas, dan verifikasi atas tunjangan profesi guru.
Temuan hasil audit yang berpotensi merugikan kerugian keuangan negara dan kewajiban penyetoran kepada negara serta koreksi atas pengeluaran keuangan negara sebanyak 56 kejadian dengan nilai sebesar Rp3.811.643.696,00 dengan rincian sebagaimana pada tabel 2.10 di bawah ini.
Tabel 2.10
Hasil Audit Keuangan/Kinerja/Operasional/Klaim Tahun 2014
No Uraian Kegiatan Kejadian Nilai (Rp) Keterangan 1 Audit
Keuangan/Kinerja
5 9.436.500,00 Audit keuangan
proyek-proyek
berbantuan luar negeri dan hibah (PHLN) dan audit kinerja PPIP
2 Audit
Operasional/Klaim
51 3.802.207.196,00 Audit Tunjangan Profesi Guru PNSD DIY Tahun 2013, audit Tunjangan Profesi Guru Agama, dan audit Tagihan Jamkesmas
Jumlah 56 3.811.643.696,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
Audit keuangan yang dilakukan terhadap proyek berbantuan luar negari dan hibah (PHLN) di wilayah DIY yang dilaksanakan Semester I Tahun 2014 sebanyak 23 kegiatan dapat dilihat pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11
Hasil Audit Keuangan/Operasional/Klaim Tahun 2013
No Uraian Kegiatan Jumlah
Kegiatan Kejadian Nilai (Rp) 1 Health Proffesional Education Quality
Project (IBRD)
3 1 -
2 Better Education Tthrough Reformed Management & Universal Teacher Upgrading (BERMUTU)
1 - -
3 Dam Operational Improvement Project and Safety Project (DOISP)
1 - -
4 PNPM Mandiri Perkotaan 3 - -
5 Program Pendidikan dan pengembangan Anak usia Dini (PPAUD)
1 - -
6 Water Resources and Irrigation Sector Management Project Phase 2 (WISMP-2)
10 4 9.436.501,00
7 PNPM Mandiri Perdesaan 4 - -
Jumlah 23 5 9.436.501,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
Audit Kinerja yang dilaksanakan terhadap Program-program Pemerintah yang dilaksanakan Semester I Tahun 2014 sebanyak 5 kegiatan berupa Audit atas Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP).
Audit operasional/klaim meliputi audit atas Tunjangan Profesi Guru PNSD tahun 2013, audit atas Tunggakan Tunjangan Profesi Guru Agama tahun 2008 s.d. 2013, dan audit atas Klaim Dana Jamkesmas sampai dengan 31 Desember 2013. Rincian kegiatan- kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12
Hasil Audit Operasional/Klaim Semester I Tahun 2014
No Uraian Kegiatan Jumlah
Kegiatan Kejadian Nilai (Rp) 1 Audit Tunjangan Profesi Guru PNSD
- Temuan audit 5 2 25.963.930,00
- Koreksi audit 5 5 2.485.095.740,00