• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Hasil Pengawasan Tahun 2012 KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Hasil Pengawasan Tahun 2012 KATA PENGANTAR"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta i

KATA PENGANTAR

Peran BPKP sesuai amanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, dan Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, adalah melakukan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam rangka mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dan bersih.

Dalam mewujudkan amanah tersebut, BPKP melakukan pengawasan dan pembinaan meliputi kegiatan audit, evaluasi, reviu, investigasi, bimbingan teknis, dan asistensi kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hasil pengawasan dan pembinaan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga kepada

para pemangku kepentingan (stakeholders) serta memberikan keyakinan yang

memadai atas kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah dan penyelenggaraan SPIP pada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

Laporan hasil pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah pada Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 berisi rangkuman informasi atas hasil pengawasan dan pembinaan sebagai media pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara/daerah terhadap satuan kerja kementerian/lembaga (instansi vertikal) dan unit kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak termasuk 6 (enam) Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang menjadi wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan ini disajikan dengan mengelompokkan hasil pengawasan BPKP ke dalam empat perspektif, yaitu: (i) akuntabilitas pelaporan keuangan; (ii) akuntabilitas kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset; (iii) akuntabilitas perwujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih; dan (iv) akuntabilitas pengawasan atas pelaksanaan program lintas sektoral.

(3)

BPKP

selaku

auditor

intern

oemerintah

telah dan akan terus berkomitmen

untuk

mendukung

tugas-tugas

pemerintahan

melalui penyediaan

jasa pemberian

jaminan

(assurance)

dan konsultasi

(consulting)

kepada

kementerian/lembaga

dan pemerintah

daerah

yang berorientasi

pada peningkatan

akuntabilitas

keuangan

negara,/daerah,

mendukung

pencapaian

prioritas

nasional

yang pro-job, pm-pooL

progrodh, dan

pro-environment

dengan menekankan

pada pencapaian

efektivitas,

efisiensi, dan

kehematan

serta

penyelesaian

hambatan

kelancaran

pembangunan

(deboltlenecking).

Akhir kata, semoga

laporan

hasil pengawasan

ini dapat memberikan

informasi

yang bermanfaat

bagi Gubernur

dalam pengambilan

keputusan

strategis,

khususnya

dalam peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara./daerah,

serta

pembangunan

daerah

pada

umumnya.

Yogyakarta,

22 Jamrari

2013

A

I Kepdlqfert/vakilanyr'

tF1

, Condro

lmantoro

NIP 19530922 197507 1 001

(4)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sesuai amanat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, dan Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan pengawasan terhadap program/kegiatan lintas sektoral, kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lainnya atas penugasan Presiden, serta melaksanakan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kegiatan pengawasan dan pembinaan bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai serta mendorong terwujudnya akuntabilitas keuangan negara, yang meliputi akuntabilitas pelaporan keuangan, akuntabilitas kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset, akuntabilitas perwujudan iklim kepemerintahan yang baik dan bersih, dan akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral. Ikhtisar hasil pengawasan atas akuntabilitas keuangan negara/daerah tahun 2012 adalah sebagai berikut :

A. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Hasil Audit BPK atas LKPD tahun 2011, menunjukkan tiga LKPD atau 50% dari total (enam) LKPD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Opini atas LKPD tahun 2011 menunjukkan adanya perkembangan yang baik dibandingkan dengan tahun 2010 di mana hanya dua LKPD yang memperoleh opini WTP.

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan Pemerintah Daerah, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta secara proaktif telah bekerja sama dengan seluruh Pemerintah Daerah dalam upaya menuju perolehan dan mempertahankan opini WTP dengan lingkup kegiatan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah, antara lain dalam bentuk : penguatan SPIP pada Pemerintah

(5)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta iv

Daerah melalui kegiatan sosialisasi, workshop, bimtek, dan diagnostic assessment

SPIP; pendampingan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah; pendampingan atas reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat DIY/Kabupaten/Kota dan pendampingan penyusunan LAKIP. Selain terhadap Pemerintah Daerah, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan sosialisasi, asistensi, dan bimbingan teknis penerapan Sistem Akuntansi Keuangan-Entitias tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) di BUMD dan audit dukungan atas laporan keuangan proyek yang dibiayai pinjaman hibah luar negeri dengan memberikan simpulan atas kewajaran penyajian laporan keuangan.

B. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara/Daerah

Hasil pengawasan terhadap akuntabilitas kebendaharaan umum

negara/daerah dan pengelolaan aset menghasilkan potensi penyelamatan

penerimaan negara dan penghematan belanja negara/daerah sebesar

Rp3.500.393.205,49 yaitu dari hasil audit Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp43.957.000,00, hasil audit eskalasi/klaim sebesar Rp2.112.759.955,74 dan hasil audit keuangan/operasional/kinerja sebesar Rp1.343.676.249,75.

Kegiatan pengawasan terhadap pengelolaan aset negara/daerah diantaranya melalui inventarisasi dan penilaian atas Barang Milik Negara/Daerah, yang selanjutnya dicatat dalam neraca laporan keuangan pemerintah. Hasil inventarisasi dan penilaian atas BMN/D yang dilakukan pada Tahun 2012 bernilai Rp452.741.389.974,12. Kegiatan lainnya berupa pembenahan pengelolaan aset tetap dengan menggunakan aplikasi SIMDA Aset pada pemerintah Kabupaten Kulon Progo.

Kegiatan pembinaan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas kebendaharaan umum negara/daerah di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi monitoring DAK, DPDF-PPD, DPIPD, dan DPPIP, audit operasional pengelolaan PNBP, evaluasi penyerapan anggaran, telaah dan pemberian masukan terkait regulasi pengelolaan asset, inventarisasi dan pendampingan inventarisasi asset, sosialisasi dan kediklatan dalam rangka pengembangan kapasitas pengelolaan asset.

(6)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta v

C. Akuntabilitas Perwujudan Iklim Kepemerintahan yang Baik dan Bersih

Upaya Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka peningkatan akuntabilitas perwujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih di Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan melalui strategi preventif/edukatif, strategi represif dan strategi solusi kesisteman. Strategi preventif/edukatif dilakukan

dalam rangka membangun public awareness pada instansi pemerintah dan

masyarakat agar peduli terhadap permasalahan negara/daerah dan memahami cara-cara mengatasinya melalui kegiatan penguatan SPIP, Sosialisasi Anti Korupsi, sosialisasi, pemetaan, bimbingan teknis, dan evaluasi penerapan FCP, serta sosialisasi Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi sebagai sistem cegah dini dan perbaikan tatakelola. Strategi represif dilakukan melalui kegiatan audit, evaluasi, dan monitoring dengan tujuan untuk memberikan solusi perbaikan tata kelola, termasuk dalam rangka penyelamatan keuangan negara melalui pengungkapan kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK). Tahun 2012 melalui kegiatan audit investigatif dan audit penghitungan atas kerugian keuangan negara, telah menghasilkan potensi penyelamatan keuangan negara/daerah sebesar Rp2.607.903.338,00.

Sedangkan strategi solusi kesisteman dilakukan melalui Evaluasi Kinerja

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) terhadap seluruh Pemerintah

Kabupaten/Kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sosialisasi/

pendampingan/asistensi GCG, assessment/evaluasi penerapan GCG, asistensi

penerapan SIA PDAM, Evaluasi/audit Kinerja BUMD, pengembangan Key

Performance Indicator (KPI), Risk Management (RM), Sosialisasi/asistensi penyusunan Corporate Plan, dan kegiatan lainnya dalam rangka peningkatan akuntabilitas dan kinerja BUMD. Dalam

D. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral

Pengawasan dan pembinaan terhadap program-program strategis

menekankan pada audit efisiensi, keekonomisan, dan keefektifan pelaksanaan program lintas sektoral, audit kinerja pada bidang pelayanan publik, dan mediasi

(7)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta vi

Hasil audit kinerja terhadap pengelolaan program lintas sektoral pada tingkat kegiatan menunjukkan capaian kinerja dengan kategori “kurang berhasil sampai sangat berhasil” : yaitu sangat berhasil sebanyak 2 kegiatan, berhasil sebanyak 2 kegiatan, cukup berhasil sebanyak 2 kegiatan, dan kurang berhasil sebanyak 1 kegiatan; serta dengan kategori kurang memadai sampai sangat memadai menunjukkan capaian kinerja yaitu : memadai sebanyak 2 kegiatan dan cukup memadai sebanyak 2 kegiatan.

Penjelasan lebih lanjut hasil audit kinerja tersebut adalah sebagai berikut: a. Audit Kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) dengan

capaian kurang berhasil di tingkat provinsi dan cukup berhasil di tiga kabupaten yaitu Kulon Progo, Gunungkidul dan Sleman.

b. Audit Kinerja Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan capaian berhasil di tiga kabupaten yaitu Kulon Progo, Gunungkidul dan Sleman. c. Audit Kinerja Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kementerian

Agama dengan capaian sangat berhasil untuk madrasah negeri dan kategori berhasil untuk madrasah swasta di DIY dan tiga kabupaten yaitu Gunungkidul, Kulon Progo dan Sleman.

d. Audit Kinerja Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dengan capaian sangat berhasil di tiga kota/kabupaten yaitu Kota Yogyakarta, Kab. Bantul dan Gunungkidul.

e. Audit Kinerja Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dengan capaian cukup memadai di tingkat provinsi dan memadai di empat kabupaten yaitu yaitu Kulon Progo, Gunungkidul, Sleman dan Bantul.

f. Audit Kinerja Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan dengan capaian cukup memadai di tingkat provinsi dan memadai di dua kabupaten yaitu Sleman dan Bantul.

g. Audit Kinerja Program Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin) dengan capaian cukup berhasil di tingkat provinsi.

h. Audit dukungan atas laporan keuangan 28 Program Lintas Sektoral menunjukkan simpulan Wajar.

(8)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta vii

Dari hasil mediasi hambatan kelancaran pembangunan antara lain penyelesaian atas permasalahan kepemilikan dan penguasaan tanah milik PT KAI (Persero) DAOP 6 telah diperoleh kesepakatan antara PT KAI (Persero) DAOP 6 dengan pemerintah Kota Magelang mengenai pemanfaatan tanah milik PT KAI (Persero) di wilayah Kota Magelang yang akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU. Sedangkan mediasi permasalahan pengadaan gedung ruang rawat inap pada Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman telah disarankan dan disepakati bahwa kelanjutan pembangunan ruang rawat inap yang sempat terhenti pada tahun 2012 akibat putus kontrak akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2013.

(9)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta viii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

RINGKASAN EKSEKUTIF iii

DAFTAR ISI vii

BAB I SIMPULAN DAN SARAN 1

A Simpulan

1. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

2. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara/Daerah dan Pengelolaan Aset

3. Akuntabilitas Perwujudan Iklim Kepemerintahan yang Baik dan Bersih

4. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral

1 1 2 3 5 B Saran 7

BAB II URAIAN HASIL PENGAWASAN 9

A Informasi Umum 9

1. Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2012 9

2. Gambaran Umum Pemerintah Daerah 11

3. Peran Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 13

4. Penyajian Informasi 14

B Hasil Pengawasan dan Pembinaan Terhadap Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan Negara

16

1. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan 16

2. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara/Daerah dan Pengelolaan Aset

27

3. Akuntabilitas Perwujudan Iklim Bagi Kepemerintahan yang Baik dan Bersih

34

(10)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta ix

Lampiran-lampiran

1. Kegiatan Pembinaan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemda Tahun 2012 2. Kegiatan Pembinaan Akuntabilitas Laporan Keuangan Satker K/L Tahun 2012 3. Data Opini Audit Perwakilan BPKP dan Eksternal Auditor atas BUMD

4. Hasil Audit Eskalasi Harga dan Audit Klaim Tahun 2012 5. Hasil Audit Keuangan/Kinerja/Operasional Tahun 2012

6. Kegiatan Penerapan Strategi Preventif terhadap KKN Tahun 2012 7. Hasil Audit Investigasi Berindikasi TPK Tahun 2012

8. Hasil Audit Perhitungan Kerugian Keuangan Negara Tahun 2012 9. Pemberian Keterangan Ahli atas Kasus Berindikasi TPK

10. Upaya Peningkatan Tata Kelola BUMD 11. Peningkatan Kapabilitas APIP dan JFA

(11)

BAB I

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan Pemerintah Daerah diukur dengan perolehan opini audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), hasil evaluasi LAKIP, dan hasil audit atas laporan keuangan BUMD.

Akuntabilitas pelaporan keuangan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011 menunjukkan peningkatan kualitas dibanding tahun 2010. Hasil Audit BPK atas LKPD tahun 2011, menunjukkan tiga LKPD atau 50% dari total (enam) LKPD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yaitu LKPD Daerah Istimewa Yogyakarta, LKPD Kota Yogyakarta dan LKPD Kabupaten Sleman, sedangkan tahun 2010 hanya dua LKPD yaitu LKPD Daerah Istimewa Yogyakarta dan LKPD Kota Yogyakarta yang memperoleh opini WTP. Tiga LKPD lainnya yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunung Kidul tahun 2011 memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

Sesuai dengan pasal 3 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tanggal 3 Mei 2011 tentang Akuntan Publik, BPKP tidak lagi memiliki kewenangan untuk melakukan audit atas laporan keuangan BUMD. Namun demikian BPKP tetap memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan BUMD melalui kegiatan sosialisasi, asistensi dan bimbingan teknis penerapan Sistem Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) di PDAM.

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan

Pemerintah Daerah, pada tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta secara proaktif telah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam upaya menuju perolehan dan mempertahankan opini WTP. Selama tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah menandatangani

(12)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 2

MoU dengan 6 Pemerintah Daerah atau 100% dari total Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 19 BUMD dari total 28 BUMD atau 67,86%.

Lingkup kegiatan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah, antara lain dalam bentuk : penguatan SPIP pada Pemerintah Daerah melalui kegiatan

sosialisasi, workshop, bimtek, dan diagnostic assessment SPIP; pendampingan

penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah; pendampingan atas reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat DIY/Kabupaten/Kota dan pendampingan penyusunan LAKIP. Selain terhadap Pemerintah Daerah, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan sosialisasi, asistensi, dan bimbingan teknis penerapan Sistem Akuntansi Keuangan-Entitias tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) di BUMD dan audit keuangan atas laporan keuangan proyek yang dibiayai pinjaman/hibah luar negeri dengan memberikan pendapat (opini) atas kewajaran penyajian laporan keuangan.

2. Akuntabilitas

Kebendaharaan

Umum

Negara/Daerah

dan

Pengelolaan Aset

Pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum negara ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, sedangkan lingkup pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum daerah adalah atas permintaan pimpinan daerah dan/atau pejabat pengelola keuangan daerah, dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pengawasan yaitu evaluasi, audit, monitoring, pemetaan, dan sebagainya yang menghasilkan koreksi

penerimaan negara/daerah dan koreksi atas pengeluaran (belanja)

negara/daerah serta rekomendasi kebijakan lainnya.

Kegiatan evaluasi penyerapan anggaran semester I tahun 2012 menunjukkan tingkat penyerapan antara 29,89% sampai dengan 40,59%. Beberapa permasalahan yang menyebabkan lambatnya tingkat penyerapan anggaran antara lain lambatnya proses pengadaan barang dan jasa, lambatnya pencairan dana, dan terlambatnya penyusunan RAB oleh PPTK. Namun

(13)

demikian pada akhir tahun 2012 tingkat penyerapan mencapai antara 83,36% sampai dengan 95,37%.

Kegiatan pengawasan lainnya menghasilkan penyelamatan potensi

penerimaan dan penghematan pengeluaran negara sebesar

Rp3.500.393.205,49. Dari hasil audit pengelolaan PNBP terhadap Satker K/L di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain penerimaan PNBP yang belum disetorkan ke Kas Negara, pengenaan tarif PNBP yang tidak sesuai dengan peraturan yang mendasari, pembukuan yang tidak tertib, kurangnya pengendalian intern, penyetoran PNBP tidak tepat waktu dan pemberian jasa tahun 2011 yang belum dibayar oleh pengguna jasa senilai Rp43.957.000,00. Dari hasil audit eskalasi dan audit klaim dihasilkan penghematan pengeluaran negara sebesar Rp2.112.759.955,74. Sedangkan dari hasil audit keuangan/operasional/kinerja terhadap proyek-proyek berbantuan luar negeri (PHLN), dana dekonsentrasi dan kegiatan lain dihasilkan temuan audit senilai Rp1.343.676.249,75.

Kegiatan pengawasan terhadap pengelolaan aset negara/daerah

diantaranya melalui inventarisasi dan penilaian atas Barang Milik

Negara/Daerah, yang selanjutnya dicatat dalam neraca laporan keuangan pemerintah. Hasil inventarisasi dan penilaian atas BMN/D yang dilakukan pada Tahun 2012 bernilai Rp452.741.389.974,12. Di samping itu dalam tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan pembenahan pengelolaan aset tetap pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan menggunakan aplikasi SIMDA Aset.

Kegiatan pembinaan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas kebendaharaan umum negara/daerah di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi monitoring DAK, DPDF-PPD, DPIPD, dan DPPIP, audit operasional pengelolaan PNBP, evaluasi penyerapan anggaran, telaah dan pemberian masukan terkait regulasi pengelolaan asset, inventarisasi dan pendampingan inventarisasi asset, sosialisasi dan kediklatan dalam rangka pengembangan kapasitas pengelolaan asset.

(14)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 4

3. Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Kepemerintahan yang Baik dan

Bersih

Secara umum hasil penilaian terhadap kualitas akuntabilitas pewujudan

iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih dapat tercermin dari

indikator/indeks good governance yang diperoleh.

Menurut indeks persepsi korupsi (IPK) yang direlease oleh Transparency International Indonesia tahun 2008, Kota Yogyakarta menduduki peringkat 1 dengan perolehan skor sebesar 6.43 dan pada tahun 2010 meskipun mengalami penurunan dengan perolehan skor sebesar 5,81 pemerintah Kota Yogyakarta telah membuktikan komitmennya dalam peningkatan akuntabilitas perwujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih. Sedangkan menurut hasil survei integritas pelayanan publik tahun 2010 yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kota Yogyakarta menduduki peringkat 3 dengan nilai integritas 5,89.

Memperhatikan perolehan skor yang telah dicapai baik skor IPK maupun nilai integritas (berkisar di angka 5,81 s.d. 6,43), kota Yogyakarta tergolong menduduki peringkat atas. Capaian tersebut merupakan cerminan kuatnya komitmen para pimpinan dan jajaran Pemerintah Daerah untuk mewujudkan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih. Komitmen tersebut dipertegas dengan telah dicanangkannya Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012 ini.

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta mendorong peningkatan akuntabilitas perwujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui penguatan SPIP, Sosialisasi Anti Korupsi, sosialisasi, pemetaan, bimbingan teknis, dan evaluasi penerapan FCP, serta sosialisasi Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi sebagai sistem cegah dini dan perbaikan tatakelola. Strategi represif dilakukan dalam rangka penyelamatan keuangan negara melalui pengungkapan kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK). Dalam tahun 2012 melalui kegiatan audit investigatif dan audit penghitungan atas kerugian keuangan negara, telah

(15)

menghasilkan potensi penyelamatan keuangan negara/daerah sebesar Rp2.607.903.338,00.

Strategi solusi kesisteman salah satunya dilakukan melalui Evaluasi

Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) terhadap seluruh

Pemerintah Kabupaten/Kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari hasil evaluasi atas kinerja tahun 2011, diketahui perolehan peringkat dan status kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah atas 5 (lima) Pemda memperoleh kategori tinggi dengan urutan peringkat Pemkot Yogyakarta, Pemkab Kulonprogo, Pemkab Sleman, Pemkab Bantul dan Pemkab Gunungkidul. Strategi lainnya adalah melalui sosialisasi/ pendampingan/asistensi GCG,

assessment/ evaluasi penerapan GCG, asistensi penerapan SIA PDAM,

Evaluasi/audit Kinerja BUMD, pengembangan Key Performance Indicator (KPI),

Risk Management (RM), Sosialisasi/asistensi penyusunan Corporate Plan, dan kegiatan lainnya dalam rangka peningkatan akuntabilitas dan kinerja BUMD.

4. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral

Akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral ditekankan pada keberhasilan pencapaian efektivitas, efisiensi, dan kehematan program. Sehingga pengawasan BPKP terhadap program-program strategis menekankan pada audit efisiensi, keekonomisan, dan keefektifan pelaksanaan program lintas sektoral, audit kinerja pada bidang pelayanan publik, dan mediasi dalam rangka

penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan (debottlenecking).

Lingkup kegiatan audit dan pembinaan yang telah dilaksanakan meliputi :

4.1 Hasil Pengawasan atas Program Lintas Sektoral

a. Audit Kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) dengan capaian kurang berhasil di tingkat provinsi dan cukup berhasil di tiga kabupaten yaitu Kulon Progo, Gunungkidul dan Sleman. Hambatan capaian kinerja antara lain kurang efektifnya sistem pengendalian intern, kelemahan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, ketidaksesuaian infrastruktur dengan spesifikasi teknis dan kelemahan administrasi.

(16)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 6

b. Audit Kinerja Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan capaian berhasil di tiga kabupaten yaitu Kulon Progo, Gunungkidul dan Sleman. Namun masih ada hambatan pada efektivitas sistem pengendalian intern dan kekurangpahaman ketentuan terkait oleh pelaksana kegiatan ditingkat sekolah.

c. Audit Kinerja Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kementerian Agama dengan capaian sangat berhasil untuk madrasah negeri dan kategori berhasil untuk madrasah swasta di DIY dan tiga kabupaten yaitu Gunungkidul, Kulon Progo dan Sleman. Belum optimalnya capaian kinerja terutama untuk madrasah swasta disebabkan kelemahan sistem pengendalian intern yang meliputi unsur lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi maupun pemantauan pengendalian intern. d. Audit Kinerja Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dengan

capaian sangat berhasil di tiga kota/kabupaten yaitu Kota Yogyakarta, Kab. Bantul dan Gunungkidul. Masih terdapat beberapa kelemahan dalam unsur kegiatan pengendalian, penilaian risiko dan informasi komunikasi yang mengakibatkan bantuan diberikan tidak tepat sasaran, waktu, dan penggunaan.

e. Audit Kinerja Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dengan capaian cukup memadai di tingkat provinsi dan memadai di empat kabupaten yaitu yaitu Kulon Progo, Gunungkidul, Sleman dan Bantul. Hambatan capaian kinerja antara lain kurang efektifnya Sistem Pengendalian Intern dan adanya permasalahan penyalahgunaan dana simpan pinjam perempuan, tunggakan macet dan hasil kegiatan yang belum dimanfaatkan.

f. Audit Kinerja Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan dengan capaian cukup memadai di tingkat provinsi dan memadai di dua kabupaten yaitu Sleman dan Bantul. Hambatan capaian kenerja antara lain belum efektifnya sistem pengendalian

(17)

selesai/kekurangan volume fisik, penyalahgunaan dana bergulir, pemborosan anggaran, dan kelemahan administrasi.

g. Audit Kinerja Program Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin) dengan capaian cukup berhasil di tingkat provinsi.

h. Audit dukungan atas laporan keuangan 28 Program Lintas Sektoral, seluruhnya mendapat simpulan Wajar.

4.2 Mediasi Hambatan Kelancaran Pembangunan

Dari hasil mediasi hambatan kelancaran pembangunan antara lain penyelesaian atas permasalahan kepemilikan dan penguasaan tanah milik PT KAI (Persero) DAOP 6 telah diperoleh kesepakatan antara PT KAI (Persero) DAOP 6 dengan pemerintah Kota Magelang mengenai pemanfaatan tanah milik PT KAI (Persero) di wilayah Kota Magelang yang akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU. Sedangkan pada Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman dicapai kesepakatan bahwa pembangunan ruang rawat inap yang sempat terhenti akibat putus kontrak pada tahun 2012 akan dilanjutkan pada tahun 2013 dengan menentukan posisi 0% per tahun anggaran 2012.

B. Saran

Untuk meningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan negara, kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta kami sarankan agar mendorong pemerintah daerah dan init kerja/instansi vertikal di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya pelaksanaan hal-hal sebagai berikut :

a. Percepatan peningkatan kualitas laporan keuangan daerah sehingga dapat mempertahankan dan memperoleh opini WTP dari BPK melalui rencana aksi yang jelas, tepat, dan terstruktur.

b. Percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada seluruh Pemerintah Daerah sampai tingkat SKPD dan unit kerja instansi vertikal.

c. Peningkatan peran Forum Bersama APIP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya peningkatan akuntabilitas pelaporan keuangan.

(18)

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 8

d. Peningkatan kapabilitas APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui peningkatan kompetensi auditor dan leveling kapabilitas Inspektorat menjadi minimal level 2.

e. Peningkatan kapasitas pegawai/panitia/pejabat pengadaan barang dan jasa melalui diklat dan sertifikasi pengadaan barang dan jasa.

f. Peningkatan kualitas kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah dan BUMD. g. Peningkatan pengawasan terhadap program-program lintas sektoral dengan

mengefektifkan peran APIP.

h. Peningkatan penyelenggaraan Reformasi Birokrasi termasuk pencanangan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi.

i. Penerapan Fraud Control Plan (FCP) pada unit kerja/SKPD dan BUMD yang

(19)

BAB II

URAIAN HASIL PENGAWASAN

A. Informasi Umum

1. Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2012

Sebagai unit kerja BPKP, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh BPKP Pusat. Penetapan kebijakan pengawasan dan pembinaan didasarkan pada ruang lingkup peran BPKP sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mencakup :

a. Melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan Negara atas kegiatan tertentu yang meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.

b. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan konsultasi, serta peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah.

Selain itu, kebijakan pengawasan dan pembinaan juga mengacu kepada Inpres Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, dan Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012.

Kebijakan pengawasan dan pembinaan dituangkan dalam Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) yang selanjutnya menjadi kontrak kinerja Kepala Perwakilan dengan Kepala BPKP yang dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (Tapkin). Dokumen Tapkin berisi program, kegiatan serta target kinerja. Tapkin dan realisasi kinerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 tersaji pada tabel 2.1 di bawah ini.

(20)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 10 Tabel 2.1

Penetapan dan Realisasi Kinerja

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 No Sasaran/Indikator Output Sat. Target

Kinerja

Realisasi

Kinerja % A. Hasil Pelaks. Pengawasan Intern Akuntabilitas

Keuangan Negara dan Pembinaan SPIP

1. Laporan Hasil Pengawasan Lintas Sektor Bidang

Perekonomian, Polsoskam, dan Keuangan Daerah

Lap 43 56 130,23

2. Laporan Hasil Bimtek/Asistensi Penyusunan LKKL

Bidang Perekonomian dan Polsoskam

Lap 16 35 218,75

3. Laporan Hasil Pengawasan atas Penerimaan

Negara Bidang Perekonomian dan Polsoskam

Lap 2 2 100,00

4. Laporan Hasil Pengawasan BUN Bidang

Perekonomian, Polsoskam, Keuangan Daerah dan Akuntan Negara

Lap 80 158 197,50

5. Laporan Hasil Pengawasan atas Permintaan

Stakeholders Bidang Perekonomian, Polsoskam, dan Keuangan Daerah

Lap 15 24 160,00

6. Laporan Hasil Pengawasan atas Proyek PHLN Lap 41 46 112,20 7. Laporan Hasil Pengawasan atas Permintaan

Presiden Bidang Polsoskam, Keuangan Daerah dan Akuntan Negara

Lap 14 14 100,00

8. Laporan Dukungan Pembinaan Penyelenggaraan

SPIP BIdang Polsoskam

Lap 0 6 100,00

9. Laporan Hasil Bimtek/Asistensi Penyusunan

LKPD

Lap 30 112 373,33

10. Laporan Hasil Pengawasan atas Kinerja

Pelayanan Publik Bidang Keuangan Daerah

Lap 15 16 106,67

11. Laporan Dukungan Pembinaan Penyelenggaraan

SPIP Bidang Keuangan Daerah

Lap 12 41 341,67

12. Laporan Hasil Sosialisasi dan Bimtek Penerapan

JFA APIP Daerah

Lap 4 5 125,00

13. Laporan Hasil Sosialisasi dan Bimtek Penerapan

Tata Kelola APIP Daerah

Lap 6 10 166,67

14. Laporan Evaluasi Penerapan Tata Kelola APIP

Daerah

Lap 2 2 100,00

15. Laporan Hasil Bimtek/Asistensi GCG/KPI Sektor

Korporat

Lap 9 9 100,00

16. Laporan Hasil Pengawasan atas Kinerja BUMD Lap 14 21 150,00 17. Laporan Hasil Bimtek/Asistensi Penyusunan LK

BUMD

Lap 19 51 268,42

18. Laporan Hasil Sosialisasi Masalah Korupsi Lap 12 28 233,33 19. Laporan Hasil Bimtek/Asistensi Implementasi FCP Lap 8 16 200,00 20. Laporan Hasil Kajian Pengawasan Lap 2 30 1.500,00 21. Laporan Hasil Audit Investigasi atas HKP,

Eskalasi, dan Klaim

Lap 12 13 108,33

22. Laporan Hasil Audit Investigasi, PKKN, dan

Pemberian Keterangan Ahli atas Permintaan Instansi Penyidik

Lap 41 36 87,80

B. Hasil Penyelenggaraan Dukungan Manajemen

Perwakilan BPKP

23. Laporan Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP Lap 60 60 100,00 C. Hasil Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan

Prasarana Perwakilan BPKP

24. Jumlah Sarana dan Prasarana Unit 182 278 152,75

(21)

Pencapaian indikator kinerja dan pelaksanaan kegiatan di atas didukung oleh ketersediaan anggaran yang memadai. Tabel 2.2 di bawah ini menyajikan data anggaran dan realisasi anggaran selama tahun 2012.

Tabel 2.2

Anggaran dan Realisasi Anggaran

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012

No Sasaran Anggaran

(Rp000)

Realisasi

(Rp000) %

1. Hasil Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan SPIP

3.819.782 3.774.032 98,80

2. Hasil Penyelenggaraan Dukungan Manajemen Perwakilan BPKP

12.791.693 12.690.433 99,21

3. Hasil Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana Perwakilan BPKP

295.000 294.054 99,68

Jumlah 16.906.475 16.758.519 99,12

2. Gambaran Umum Pemerintah Daerah

Gubernur disamping sebagai kepala pemerintahan di wilayah Provinsi, juga berkedudukan sebagai wakil pemerintah di daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010.

Dalam pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 dinyatakan bahwa Gubernur sebagai wakil pemerintah memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan antara lain meliputi :

a. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan instansi vertikal, dan antarainstansi vertikal di wilayah provinsi yang bersangkutan;

(22)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 12

b. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan;

c. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antarpemerintahan daerah kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan;

d. Koordinasi dalam penyusunan, pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi dalam rangka sinkronisasi RPJPD, RPJMD, dan RKPD kabupaten dan kota agar mengacu pada RPJPN, RPJMN, dan RKP serta kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah;

e. Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas

pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota;

f. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota.

Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari enam Pemerintah Daerah, yaitu : a. Pemerintah daerah Daerah Istimewa Yogyakarta;

b. Pemerintah Kota Yogyakarta; c. Pemerintah Kabupaten Bantul; d. Pemerintah Kabupaten Sleman;

e. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo; dan f. Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul.

Filosofi yang melandasi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta

adalah Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk mewujudkan

tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya.

Hamemayu Hayuning Bawana mengandung makna sebagai kewajiban melindungi, memelihara, serta membina keselamatan dan lebih mementingkan berkarya untuk masyarakat dari pada memenuhi ambisi pribadi. Bertolak dari landasan filosofi tersebut, Visi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta yang ingin dicapai tahun 2010 – 2014 adalah sebagai berikut :

“Pemerintah Daerah yang katalistik dan masyarakat mandiri yang berbasis keunggulan daerah serta sumber daya manusia yang berkualitas unggul dan beretika”.

(23)

Visi tersebut akan diwujudkan melalui empat misi pembangunan daerah sebagai berikut :

a. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, profesional, humanis, dan beretika dalam mendukung terwujudnya budaya yang adiluhung.

b. Menguatkan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah berbasis pariwisata yang didukung potensi lokal dengan semangat kerakyatan menuju masyarakat yang sejahtera.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kelola pemerintahan yang

berbasis Good Governance.

d. Memantapkan prasarana dan sarana dalam upaya meningkatkan pelayanan publik.

Sejak tanggal 31 Agustus 2012, berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012, Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki keistimewaan kedudukan hukum untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa. Kewenangan istimewa adalah wewenang tambahan tertentu selain wewenang sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tentang pemerintah daerah, meliputi :

a. tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan wakil Gubernur;

b. kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; c. kebudayaan;

d. pertanahan; dan e. tata ruang.

3. Peran Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

Keberadaan Perwakilan BPKP di daerah dimaksudkan untuk memberikan kontribusi nyata kepada Pemerintah Daerah dalam upaya mewujudkan visi dan misinya melalui pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan kerja K/L dan Pemerintah Daerah di wilayah tugasnya. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembinaan penyelenggaraan SPIP

(24)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 14

pada satuan kerja K/L dan satuan kerja Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menuju terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan

bersih (Good and Clean Governance).

Berdasarkan Peraturan Kepala BPKP Nomor 61/K/SU/2012 tanggal 2 Februari 2012, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta menerima pelimpahan 6 (enam) Pemerintah Daerah di wilayah Provinsi Jawa Tengah, masuk menjadi wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta. Keenam Pemda tersebut yaitu Kabupaten Klaten, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Cilacap. Dengan terbitnya Perka BPKP ini maka wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi 12 pemda di wilayah DIY dan Jawa Tengah.

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan peran pengawasan dan pembinaan pada :

a. Satuan Kerja pada 12 Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.

b. Satuan Kerja Kementerian/Lembaga di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah;

c. Perguruan Tinggi Negeri di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah;

d. BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.

Peran Perwakilan BPKP tersebut dilaksanakan melalui kegiatan audit, reviu, evaluasi, monitoring, sosialisasi, pembimbingan dan konsultasi, bimbingan teknis, workshop, pendidikan dan pelatihan.

4. Penyajian Informasi

Laporan Hasil Pengawasan ini menyajikan informasi keseluruhan kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan data eksternal dan internal hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta serta mengacu pada empat dimensi (perspektif) yaitu :

(25)

a. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

b. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara dan Pengelolaan Aset

c. Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Kepemerintahan yang Baik dan Bersih d. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral

Keempat perspektif tersebut diikhtisarkan pada gambar di bawah ini.

Data internal hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta adalah data yang diperoleh dari kegiatan pengawasan dan

pembinaan (assurance dan consulting) yang dilakukan langsung atas satuan

kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sedangkan data eksternal adalah data yang diperoleh BPKP dari pihak ketiga, auditor eksternal, publikasi laporan keuangan oleh satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah yang bersangkutan atau sumber data lain yang sah yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran

Hasil Pengawasan :

Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara

AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN

Indikator :

Upaya Perbaikan Kewajaran Laporan Keuangan terhadap K/L/Pemda (Opini BPK, BPKP, dan

Auditor Eksternal Lainnya)

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN PROGRAM LINTAS SEKTORAL

Indikator :

Efisiensi, Keekonomisan, dan Efektivitas Program Lintas Sektoral, Perbaikan Kinerja Pelayanan Publik, dan Penanganan Hambatan Kelancaran

Pembangunan (Debottlenecking) AKUNTABILITAS KEBENDAHARAAN UMUM

NEGARA DAN PENGELOLAAN ASET Indikator :

Penyerapan Anggaran, Optimalisasi Penerimaan Negara, Peningkatan Cost Saving (Klaim, Eskalasi

Harga) dan Pengelolaan Aset Negara

AKUNTABILITAS PERWUJUDAN IKLIM BAGI KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH

Indikator : Pengungkapan Kasus/Pelanggaran yang Diduga

Merugikan Keuangan Negara dan Penyelenggaraan SPIP, FCP, dan GCG

1 2

4 3

(26)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 16

keseluruhan kualitas akuntabilitas keuangan pada satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah.

Penyajian informasi kualitas akuntabilitas keuangan negara satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang berasal dari berbagai sumber tersebut, dimaksudkan untuk memberikan informasi yang komprehensif dan obyektif, sehingga

persepsi/simpulan yang diperoleh oleh pengguna informasi (users) tidak bias

(misleading) yang disebabkan oleh faktor risiko ujipetik (sampling) pengawasan. Namun demikian, para pengguna informasi atas laporan ini dianggap memahami bahwa hasil pengawasan yang terkait dengan satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah belum tentu mewakili keseluruhan populasi untuk mengukur kualitas akuntabilitas keuangan negara pada satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Hasil Pengawasan dan Pembinaan Terhadap Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan Negara

1. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Salah satu upaya nyata mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan negara/daerah adalah penyampaian laporan

pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu, relevan dan akurat, disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan pada penyelenggaraan sistem pengendalian intern yang memadai. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBN oleh presiden selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, menteri keuangan selaku pemegang sebagian kekuasaan pengelolaan keuangan negara, para

menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran, serta

pertanggungjawaban APBD oleh para gubernur/bupati/walikota selaku pengelola keuangan daerah (Pasal 30, 31, dan 32 serta Penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara).

(27)

Salah satu indikator kualitas akuntabilitas keuangan pemerintah ditunjukkan dari opini auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas penyajian laporan keuangan pemerintah. Opini BPK tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam mengukur kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan suatu K/L atau Pemerintah Daerah.

1.1. Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan Pemda, selama Tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta secara proaktif telah bekerja sama dengan Pemda dalam upaya menuju opini WTP. Upaya tersebut menjadi prioritas penugasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta mengingat sampai dengan tahun 2011 sebagian Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta belum memperoleh opini WTP dari BPK.

Sampai dengan Tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah menandatangani MoU dengan 6 Pemerintah Daerah atau 100% dari total Pemda di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 19 dari total 28 BUMD atau 67,86%.

Lingkup kegiatan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah yang dilaksanakan pada Tahun 2012 antara lain dalam bentuk:

a. Penguatan SPIP pada Pemerintah Daerah melalui kegiatan

sosialisasi, workshop, diklat, bimtek, diagnostic assessment, dan

pendampingan penerapan SPIP.

b. Pendampingan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah. c. Pendampingan atas reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh

Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.

Kegiatan pembinaan oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2012 tampak pada Tabel 2.3.

(28)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 18 Tabel 2.3

Perkembangan Kegiatan Pembinaan

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta atas Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemda

Tahun 2010 – 2012

Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

Rincian kegiatan di atas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penurunan jumlah Pemda yang dilakukan pendampingan penyusunan maupun reviu atas laporan keuangan oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa menunjukkan adanya peningkatan kemampuan sumber daya Pemda dalam menyusun sendiri dan melakukan reviu atas laporan keuangan.

No Kegiatan Jumlah Pemerintah Daerah

2010 2011 2012 1. Penguatan SPIP 5 83,33% 6 100% 6 100,00% 2. Pendampingan penyusunan laporan keuangan 4 66,67% 6 100% 4 66,67% 3. Pendampingan reviu laporan keuangan 2 33,33% 6 100% 3 50,00% 4. Pendampingan penataan Barang Milik Daerah 2 33,33% 3 50% 3 50,00% 5. Pendampingan penyusunan LAKIP 1 16,67% 3 50% 3 50,00% 6. Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola Keuangan 0 0 5 83,33% 1 16,67%

(29)

Selain kegiatan-kegiatan di atas, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga senantiasa mendorong terwujudnya koordinasi antar APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Forum Bersama (Forbes) APIP yang telah dibentuk pada akhir tahun 2010 yang lalu. Kepala Perwakilan BPKP dipercaya sebagai pembina Forbes APIP Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu Pokja dalam kepengurusan Forbes APIP Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Pokja Menuju WTP yang secara intensif menggagas dan melaksanakan rencana aksi guna mempercepat pencapaian target memperoleh opini WTP. Forbes melakukan pertemuan secara berkala setiap tiga bulan untuk melakukan koordinasi dan tukar pengalaman di antara APIP.

Dalam pelaksanaan kerjasama antara Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dengan satuan-satuan kerja K/L dan Pemda di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak menemui kendala atau hambatan yang berarti.

1.2. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dari hasil audit BPK atas LKPD tahun 2011 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tiga LKPD atau 50% dari total enam LKPD memperoleh opini WTP dari BPK. Perolehan opini WTP atas LKPD tahun 2011 relatif menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan tahun 2010. Pada tahun 2011 terdapat tiga LKPD yang memperoleh opini WTP, sedangkan pada tahun 2010 hanya dua LKPD yang memperoleh opini WTP. Perkembangan opini BPK atas LKPD Tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.

(30)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 20 Tabel 2.4

Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2009 - 2011

No Jenis Opini Jumlah Pemerintah Daerah

2009 2010 2011 1. WTP 1 16,67% 2 33,33% 3 50% 2. WDP 5 83,33% 4 66,67% 3 50% 3. TMP 0 0 0 0 0 0 4. TW 0 0 0 0 0 0 Jumlah 6 100% 6 100% 6 100%

Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK

Keterangan : WTP : Wajar Tanpa Pengecualian; WDP : Wajar Dengan Pengecualian; TMP : Tidak Memberikan Pendapat; TW : Tidak Wajar

Apabila dilihat dari trend perkembangan opini BPK tiap pemerintah

daerah maka dapat disimpulkan bahwa sampai dengan tahun 2011 Pemerintah daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta telah berhasil menjaga predikat WTP. Sedangkan Pemkab Sleman telah meningkatkan upaya sehingga berhasil memperoleh opini WTP. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5

Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Wilayah D.I. Yogyakarta

Tahun 2009 – 2011 No Nama Pemda Opini BPK 2009 2010 2011 1. Provinsi DIY WDP WTP WTP 2. Kota Yogyakarta WTP WTP WTP 3. Kab. Bantul WDP WDP WDP 4. Kab. Sleman WDP WDP WTP 5. Kab. Kulon Progo WDP WDP WDP 6. Kab. Gunung Kidul WDP WDP WDP

(31)

Dalam penyusunan laporan keuangan tahun 2011, dari enam Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta seluruhnya didampingi oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk membantu Pemerintah Daerah agar dalam menyusun laporan keuangan dapat dilakukan secara lebih mudah, cepat, dan akurat, BPKP telah mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA). Penerapan SIMDA yang berbasis teknologi informasi ini

mendukung program e-government yang sedang digalakkan oleh

pemerintah dan pelaksanaan e-audit oleh Badan Pemeriksan Keuangan

(BPK). Sampai dengan tahun 2011, tiga Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menggunakan aplikasi SIMDA secara bertahap yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Sedangkan Kota Yogyakarta telah berkomitmen untuk menerapkan SIMDA pada tahun 2013.

Belum diperolehnya opini WTP dari BPK oleh tiga pemerintah daerah menunjukkan bahwa pelaporan keuangan Pemda tersebut masih belum sepenuhnya dapat diyakini kewajarannya oleh BPK disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya kelemahan sistem pengendalian intern, belum tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib, tidak sesuainya pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan ketentuan yang berlaku, penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kelemahan dalam sistem penyusunan laporan keuangan, serta kurang memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan pada pemerintah daerah.

Dampak dari belum diperolehnya opini WTP dari hasil audit BPK atas laporan keuangan pemerintah antara lain:

a. Kurangnya kepercayaan dan partisipasi masyarakat dalam

peningkatan investasi di daerah.

b. Timbulnya persepsi publik akan adanya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah.

(32)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 22

1.3. Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan K/L dan Proyek PHLN

Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga disusun berdasarkan informasi laporan keuangan unit akuntansi atau satuan kerja yang berada di bawahnya. Dengan demikian, kualitas opini Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) dipengaruhi oleh kualitas laporan keuangan yang disusun oleh unit akuntansi atau satuan kerja tersebut. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berkomitmen untuk mendorong agar unit akuntansi atau satuan kerja K/L di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mampu menyusun laporan keuangan dengan baik, sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas opini LKKL.

Dalam upaya peningkatan kualitas opini LKKL, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan-satuan kerja K/L di wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta, meliputi kegiatan penguatan SPIP, pendampingan

penyusunan laporan keuangan, pendampingan reviu laporan keuangan, pendampingan penataan BMN, dan sebagainya. Gambaran hasil pembinaan tersebut tampak pada Tabel 2.6 di bawah ini.

Tabel 2.6

Perkembangan Kegiatan Pembinaan

Perwakilan BPKP Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atas Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja K/L

Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 – 2012

No Kegiatan Jumlah Satuan Kerja K/L

2010 2011 2012 1. Penguatan SPIP 3 27,27% 3 8,11% 27 57,45 % 2. Pendampingan penyusunan laporan keuangan 3 27,27% 16 43,24 % 19 40,43 % 3. Pendampingan reviu laporan keuangan 5 45,46% 5 13,51% 0 0

(33)

No Kegiatan Jumlah Satuan Kerja K/L 2010 2011 2012 4. Pendampingan penataan Barang Milik Negara 0 0 10 27,03% 1 2,12 % 5. Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola Keuangan 0 0 3 8,11% 0 0 Jumlah 11 100% 37 100% 47 100%

Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta

Rincian kegiatan di atas dapat dilihat pada Lampiran 2.

Di samping itu, BPKP juga ditunjuk oleh negara donor atau lembaga pemberi pinjaman untuk melakukan audit keuangan atas laporan keuangan proyek yang dibiayai pinjaman hibah luar negeri dengan memberikan pendapat (opini) atas kewajaran penyajian laporan keuangan.

Pada tingkat Perwakilan, audit keuangan tersebut bersifat audit dukungan terhadap audit keuangan yang dilakukan oleh BPKP dan pemberian opini atas laporan keuangan proyek yang dibiayai dari pinjaman dan hibah luar negeri dilakukan oleh BPKP Pusat.

1.4. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan BUMD

Selain dari opini BPK, kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan juga dapat dilihat dari kewajaran penyajian informasi keuangan pada laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Hasil audit eksternal auditor atas laporan keuangan BUMD menjadi salah satu faktor

penting dalam mengukur good corporate governance BUMD.

Dari hasil audit eksternal auditor atas laporan keuangan BUMD tahun 2011 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat 13 BUMD atau 100 % dari total BUMD yang diaudit memperoleh opini WTP.

(34)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 24

Perkembangan opini atas BUMD tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7

Perkembangan Opini Eksternal Auditor atas Laporan Keuangan BUMD Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2009– 2011 No Jenis Opini Jumlah BUMD 2009 2010 2011 1. WTP 13 86,67% 13 100% 13 100% 2. WDP 0 0 0 0 0 0 3. TMP 1 6,67% 0 0 0 0 4. TW 1 6,66% 0 0 0 0 Jumlah 15 100% 13 100% 13 100%

Rincian kegiatan di atas dapat dilihat pada Lampiran 3.

Sesuai dengan pasal 3 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tanggal 3 Mei 2011 tentang Akuntan Publik, BPKP tidak lagi memiliki wewenang untuk melakukan audit atas laporan keuangan BUMD. Namun demikian, BPKP tetap memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan BUMD melalui kegiatan sosialisasi, asistensi, dan bimbingan teknis penerapan Sistem Akuntansi Keuangan-Entitias tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) di PDAM. 1.5. Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Pemerintah Daerah

Indikator kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah juga dapat diukur dari hasil evaluasi pelaporan kinerja (LAKIP) Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan & RB) yang dibantu oleh BPKP. Pada tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta tidak melakukan evaluasi LAKIP tahun 2011 terhadap Pemda di lingkungan D. I. Yogyakarta. Evaluasi LAKIP direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2013. Dalam mendorong peningkatan kualitas LAKIP Pemda, pada

(35)

tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan pendampingan penyusunan LAKIP di Pemkot Yogyakarta, Pemkab Sleman dan Pemkab Bantul.

1.6. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan evaluasi penyusunan dan penetapan APBD dengan memprioritaskan Pemerintah Daerah yang mengalami keterlambatan dalam penyusunan dan penetapan APBD. Hasil evaluasi penyusunan dan penetapan APBD pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selama tiga tahun terakhir menunjukkan adanya perbaikan kualitas dalam penyusunan dan penetapan APBD. Tahun 2010 terdapat dua APBD yang proses penyusunan dan penetapannya mengalami keterlambatan, tahun 2011 terdapat satu APBD yang proses penyusunan dan penetapannya mengalami keterlambatan, dan tahun 2012 tidak terdapat APBD yang proses penyusunan dan penetapannya mengalami keterlambatan, sehingga tidak dilakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan terhadap penyusunan dan penetapan APBD pemerintah daerah di wilayah Jawa Tengah yang menjadi wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.7. Pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada Pemerintah Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, BPKP melaksanakan amanah sebagai pembina penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Pelaksanaan pembinaan dalam Tahun 2012 merupakan kelanjutan dari tahapan implementasi SPIP dan monitoring perbaikan atas kelemahan SPIP dalam mendukung keandalan laporan keuangan. Kegiatan pembinaan yang telah dilakukan Perwakilan

BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi sosialisasi, workshop, diklat,

bimbingan dan konsultasi, diagnostic assessment, pendampingan serta

(36)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 26

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan pemahaman dan membangun komitmen penyelenggaraan SPIP kepada

seluruh Pemerintah Daerah melalui sosialisasi, workshop, dan diklat

SPIP. Sebagai hasil upaya pemahaman tersebut telah diterbitkan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota tentang penyelenggaraan SPIP dan telah dibentuk Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Pemerintah Daerah se Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bimbingan dan konsultasi diarahkan pada pemetaan (Diagnostic

Assessment) kondisi dan pembangunan infrastruktur Sistem Pengendalian Intern. Dari bimbingan dan konsultasi tersebut telah berhasil mengidentifikasi permasalahan penerapan SPIP dan area

perbaikan (area of improvement) pada keenam pemerintah daerah.

Bimbingan dan konsultasi tersebut telah berhasil mendorong pemerintah daerah menyiapkan rencana aksi penerapan SPIP sesuai dengan tahapan dan kebutuhan.

Selain itu, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan pemantauan atas perbaikan SPIP terutama sebagai tindak lanjut hasil temuan pemeriksaan BPK dalam rangka meningkatkan kualitas laporan keuangan pada empat Pemerintah Daerah.

Perkembangan penyelenggaraan SPIP oleh Pemerintah Daerah dapat dilihat pada Tabel 2.8 di bawah ini.

Tabel 2.8

Perkembangan Penyelenggaraan SPIP pada Pemda Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

sampai dengan Tahun 2012

No Uraian Tahapan Penyelenggaraan SPIP Pemda

A. Tahap Persiapan

1. Pembentukan Satgas Penyelengaraan SPIP 6 100% 2. Penyusunan Peraturan Kepala Daerah tentang

implementasi SPIP

6 100%

3. Penyusunan Juklak SPIP 2 33% 4. Pemahaman (knowing) tentang SPIP

(37)

No Uraian Tahapan Penyelenggaraan SPIP Pemda

4.2 Diklat 6 100%

5. Pemetaan (Diagnostic Assessment) 6 100% B. Tahap Pelaksanaan

1. Pembangunan Infrastruktur (norming)

1.1 Perbaikan terbatas kelemahan SPIP sebagai tindak lanjut

temuan pemeriksaan BPK

4 80%

Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta

Sampai dengan tahun 2012, pemetaan pada Pemda Daerah Istimewa, Pemkot Yogyakarta dan Kabupaten Sleman telah dilakukan pada seluruh SKPD, sedangkan pada Pemda lainnya pemetaan baru dilakukan pada masing-masing 5 (lima) SKPD yang disample.

Sehubungan dengan kondisi kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka beberapa hal yang menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai berikut :

a. Melanjutkan dan memonitoring pelaksanaan rencana aksi MoU yang telah

disepakati antara seluruh Pemerintah Daerah dengan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Mempercepat implementasi SPIP pada seluruh Pemerintah Daerah

sampai pada tingkat SKPD.

c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pengelola keuangan Pemda.

d. Meningkatkan kapasitas APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

melalui peningkatan kompetensi auditor dan leveling kapasitas Inspektorat menjadi minimal level 2.

e. Mendorong peran Forum Bersama APIP Daerah Istimewa Yogyakarta

dalam upaya peningkatan akuntabilitas pelaporan keuangan.

2.

Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara dan Pengelolaan Aset

Perbendaharaan negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD berdasarkan landasan hukum di bidang administrasi keuangan negara, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang menganut asas kesatuan, asas

(38)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 28

universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas serta mendorong

profesionalitas dan menjamin keterbukaan dan akuntabilitas dalam

pelaksanaan anggaran.

Pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum negara ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pengawasan meliputi audit, evaluasi, monitoring, pemetaan, dan sebagainya yang menghasilkan koreksi penerimaan negara/daerah dan koreksi atas pengeluaran (belanja) negara/daerah serta rekomendasi kebijakan lainnya. Sedangkan pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum daerah dilakukan atas dasar permintaan dari pimpinan daerah dan/atau pejabat pengelola keuangan daerah serta pejabat lain yang berwenang.

Kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilaksanakan Perwakilan

BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas kebendaharaan umum negara/daerah terhadap Pemda dan satuan-satuan kerja K/L di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tampak pada

Tabel 2.9 di bawah ini.

Tabel 2.9

Perkembangan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan

Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara/Daerah Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2010, 2011, dan 2012

No Kegiatan

Output

2010 2011 2012

1 Optimalisasi Penerimaan Negara - Audit operasional Pengelolaan

PNBP 1 laporan 6 laporan 2 laporan

2 Penghematan pengeluaran keuangan Negara/Daerah

- Audit keuangan 42 laporan 36 laporan 36 laporan - Audit operasional/kinerja 45 laporan 145 laporan 34 laporan 3 Telaah dan pemberian masukan di

bidang regulasi dan/atau pengelolaan asset

(39)

No Kegiatan

Output

2010 2011 2012

4 Pra-risk assessment atas proyek baru - 7 laporan 4 laporan 5 Inventarisasi dan/atau pendampingan

dalam rangka inventarisasi asset - 13 laporan 5 laporan

Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

2.1. Optimalisasi Penerimaan Negara

Optimalisasi penerimaan negara di daerah dihasilkan dari koreksi atas penerimaan negara. Koreksi tersebut antara lain adalah dari hasil audit Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terhadap satuan-satuan kerja K/L di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hasil audit operasional pengelolaan PNBP pada beberapa satuan kerja K/L, dijumpai potensi penerimaan negara berupa PNBP sebesar Rp43.957.000,00 pada audit PNBP Balai Besar Veteriner Wates. Selain itu dijumpai beberapa permasalahan sebagai berikut :

a. Penerimaan PNBP yang belum disetorkan ke Kas Negara

b. Pengenaan tarif PNBP yang tidak disertai peraturan yang mendasari c. Pembukuan yang tidak tertib

d. Lemahnya pengendalian intern

e. Penyetoran PNBP yang tidak tepat waktu 2.2. Penghematan Pengeluaran Negara/Daerah

Penghematan pengeluaran negara/daerah dihasilkan dari koreksi atas belanja daerah, antara lain dari hasil kegiatan audit eskalasi harga dan audit klaim. Pada tahun 2012 dihasilkan penghematan keuangan negara/daerah sebesar Rp2.112.759.955,74 dengan rincian sebagaimana pada Tabel 2.10 berikut ini.

(40)

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 30 Tabel 2.10

Hasil Audit Eskalasi Harga dan Audit Klaim Tahun 2012

Uraian Kejadian Koreksi (Rp) Keterangan

Audit Eskalasi Harga 1 1.175.126.845,00 SNVT PJSA Serayu-Opak

Audit Klaim 3 937.633.110,74 Pekerjaan perbaikan darurat

bencana erupsi Merapi

Jumlah 4 2.112.759.955,74

Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta

Rincian kegiatan di atas dapat dilihat pada Lampiran 4.

Di samping itu, berdasarkan hasil audit keuangan dan audit kinerja atas proyek-proyek berbantuan luar negeri (PHLN) serta audit operasional dana dekonsentrasi pada tahun 2012 dihasilkan temuan hasil audit yang merugikan kerugian keuangan negara dan kewajiban penyetoran kepada negara sebanyak 155 kejadian dengan nilai Rp1.343.676.249,75 dengan rincian sebagaimana pada tabel 2.11 di bawah ini.

Tabel 2.11

Hasil Audit Keuangan/Kinerja/Operasional Tahun 2012

Uraian Kejadian Nilai (Rp) Keterangan

Audit Keuangan 56 1.063.779.444,00 Audit keuangan proyek-proyek

berbantuan luar negeri dan hibah (PHLN)

Audit Operasional 51 229.493.665,75 Audit operasional dana

dekonsentrasi dan audit operasional lainnya

Audit Kinerja 14 50.403.140,00 Audit kinerja Program Bantuan

Operasional Sekolah (BOS), Audit Kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), dan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)

Jumlah 155 1.343.676.249,75

Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah subhanahuwata’ala (SWT), yang senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 sektor industri yang memiliki nilai persentase total rata-rata pertumbuhan tertinggi untuk kepemilikan institusional adalah sektor

Apabila kita perhatikan stuktur frasa kedua bahasa cukup berbeda, yang menonjol dalam bahasa Jepang adalah terdapat Aux pada struktur kalimat, urutan terbalik dengan bahasa Inggris

Berdasarkan perbedaan tersebut, maka dapat dilihat bahwa perbedaan strain N, b, dan tx hanya pada 1 sifat saja (satu sifat beda) sehingga diperoleh persilangan

1 Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan oleh Badan Pemeriksa 2 tahun setelah ditindaklanjuti 5 tahun Dinilai kembali Keuangan Republik Indonesiaa. 2 Hasil Pengawasan

Kelompok ibu bersalin dengan paritas risiko memiliki risiko 1,96 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan ibu bersalin dengan paritas

2, April 2015 ISSN 2302-8491 Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa sel surya yang menggunakan solar tracker menghasilkan tegangan keluaran yang lebih besar