B. Hasil Pengawasan dan Pembinaan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara
2. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara dan Pengelolaan Aset
Perbendaharaan negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD berdasarkan landasan hukum di bidang administrasi keuangan negara, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang menganut asas kesatuan, asas
Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 28
universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas serta mendorong
profesionalitas dan menjamin keterbukaan dan akuntabilitas dalam
pelaksanaan anggaran.
Pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum negara ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pengawasan meliputi audit, evaluasi, monitoring, pemetaan, dan sebagainya yang menghasilkan koreksi penerimaan negara/daerah dan koreksi atas pengeluaran (belanja) negara/daerah serta rekomendasi kebijakan lainnya. Sedangkan pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum daerah dilakukan atas dasar permintaan dari pimpinan daerah dan/atau pejabat pengelola keuangan daerah serta pejabat lain yang berwenang.
Kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilaksanakan Perwakilan
BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas kebendaharaan umum negara/daerah terhadap Pemda dan satuan-satuan kerja K/L di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tampak pada
Tabel 2.9 di bawah ini.
Tabel 2.9
Perkembangan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan
Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara/Daerah Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2010, 2011, dan 2012
No Kegiatan
Output
2010 2011 2012
1 Optimalisasi Penerimaan Negara - Audit operasional Pengelolaan
PNBP 1 laporan 6 laporan 2 laporan
2 Penghematan pengeluaran keuangan Negara/Daerah
- Audit keuangan 42 laporan 36 laporan 36 laporan - Audit operasional/kinerja 45 laporan 145 laporan 34 laporan 3 Telaah dan pemberian masukan di
bidang regulasi dan/atau pengelolaan asset
No Kegiatan
Output
2010 2011 2012
4 Pra-risk assessment atas proyek baru - 7 laporan 4 laporan 5 Inventarisasi dan/atau pendampingan
dalam rangka inventarisasi asset - 13 laporan 5 laporan
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
2.1. Optimalisasi Penerimaan Negara
Optimalisasi penerimaan negara di daerah dihasilkan dari koreksi atas penerimaan negara. Koreksi tersebut antara lain adalah dari hasil audit Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terhadap satuan-satuan kerja K/L di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hasil audit operasional pengelolaan PNBP pada beberapa satuan kerja K/L, dijumpai potensi penerimaan negara berupa PNBP sebesar Rp43.957.000,00 pada audit PNBP Balai Besar Veteriner Wates. Selain itu dijumpai beberapa permasalahan sebagai berikut :
a. Penerimaan PNBP yang belum disetorkan ke Kas Negara
b. Pengenaan tarif PNBP yang tidak disertai peraturan yang mendasari c. Pembukuan yang tidak tertib
d. Lemahnya pengendalian intern
e. Penyetoran PNBP yang tidak tepat waktu 2.2. Penghematan Pengeluaran Negara/Daerah
Penghematan pengeluaran negara/daerah dihasilkan dari koreksi atas belanja daerah, antara lain dari hasil kegiatan audit eskalasi harga dan audit klaim. Pada tahun 2012 dihasilkan penghematan keuangan negara/daerah sebesar Rp2.112.759.955,74 dengan rincian sebagaimana pada Tabel 2.10 berikut ini.
Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 30 Tabel 2.10
Hasil Audit Eskalasi Harga dan Audit Klaim Tahun 2012
Uraian Kejadian Koreksi (Rp) Keterangan
Audit Eskalasi Harga 1 1.175.126.845,00 SNVT PJSA Serayu-Opak
Audit Klaim 3 937.633.110,74 Pekerjaan perbaikan darurat
bencana erupsi Merapi
Jumlah 4 2.112.759.955,74
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta
Rincian kegiatan di atas dapat dilihat pada Lampiran 4.
Di samping itu, berdasarkan hasil audit keuangan dan audit kinerja atas proyek-proyek berbantuan luar negeri (PHLN) serta audit operasional dana dekonsentrasi pada tahun 2012 dihasilkan temuan hasil audit yang merugikan kerugian keuangan negara dan kewajiban penyetoran kepada negara sebanyak 155 kejadian dengan nilai Rp1.343.676.249,75 dengan rincian sebagaimana pada tabel 2.11 di bawah ini.
Tabel 2.11
Hasil Audit Keuangan/Kinerja/Operasional Tahun 2012
Uraian Kejadian Nilai (Rp) Keterangan
Audit Keuangan 56 1.063.779.444,00 Audit keuangan proyek-proyek
berbantuan luar negeri dan hibah (PHLN)
Audit Operasional 51 229.493.665,75 Audit operasional dana
dekonsentrasi dan audit
operasional lainnya
Audit Kinerja 14 50.403.140,00 Audit kinerja Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS),
Audit Kinerja Program
Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan (PPIP), dan Evaluasi
Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (EKPPD)
Jumlah 155 1.343.676.249,75
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
2.3. Monitoring Pengelolaan DAK, DPDF-PPD, DPIPD dan DPPIP
Koreksi atas penerimaan transfer berupa DAK dan DPDF-PPD, DPIPD dan DPPIP, dihasilkan dari kegiatan pengawasan berupa
monitoring pengelolaannya pada pemprov/pemkab/pemkot, yang
didasarkan atas permintaan Menteri Keuangan kepada BPKP. Gambaran hasil monitoring pengelolaan DAK dan DPDF-PPD, DPIPD dan DPPIP
adalah sebagaimana terdapat pada Tabel 2.12 berikut ini.
Tabel 2.12
Hasil Monitoring Pengelolaan DAK, DPDF-PPD, DPIPD dan DPPIP Tahun 2012
Uraian Kejadian Nilai (Rp)
Pencairan dana tidak sesuai prestasi kerja 29 1.336.960.132,88
Kondisi fisik yang tidak tepat sasaran 0 0
Hasil kegiatan fisik yang tidak dimanfaatkan 7 21.522.000,00
Sisa dana yang tidak dicantumkan dalam SILPA pada Neraca per 31 Des 2010
0 0
Dana APBD dari sumber lain untuk membiayai kegiatan DAK dan DPDF-PPD, DPIPD dan DPPIP
0 0
Dana Diblokir 0 0
Penggunaan dana untuk kegiatan yang tidak diperbolehkan
0 0
Jumlah 36 1.358.482.132,88
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
2.4. Evaluasi Penyerapan Penyerapan Anggaran Pemerintah Daerah
Hasil kegiatan evaluasi penyerapan anggaran semester I tahun 2012 terhadap pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan tingkat penyerapan anggaran sebesar 29,89% dan pada pemerintah Kabupaten Kulon Progo sebesar 40,59%. Beberapa permasalahan yang menyebabkan lambatnya tingkat penyerapan anggaran antara lain lambatnya proses pengadaan barang dan jasa, lambatnya pencairan dana, terlambatnya penyusunan RAB oleh PPTK. Namun demikian pada
Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 32
akhir tahun 2012 tingkat penyerapan pada enam pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai antara 83,36% sampai
dengan 95,37%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.13 di
bawah ini.
Tabel 2.13
Data Realisasi Penyerapan Anggaran Pemerintah Daerah Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012
No Pemerintah Daerah Anggaran Realisasi %
1 D.I. Yogyakarta 2.285.140.075.735,00 2.050.642.239.987,00 89,78
2 Kota Yogyakarta 1.146.288.393.816,00 1.013.979.058.624,00 88,46
3 Kabupaten Bantul 1.345.680.130.604,00 1.283.441.803.241,00 95,37
4 Kabupaten Kulon Progo 933.462.178.850,00 881.816.873.977,00 94,47
5 Kabupaten Sleman 1.595.739.879.570,00 1.417.955.271.550,00 88,86
6 Kabupaten Gunungkidul 1.181.402.067.393,00 984.866.478.580,00 83,36
2.5. Pengelolaan Aset Negara
Kegiatan pengawasan terhadap pengelolaan aset negara/daerah diantaranya melalui pendampingan penelusuran, inventarisasi dan penilaian atas Barang Milik Negara/Daerah, yang selanjutnya dicatat
dalam neraca laporan keuangan pemerintah/laporan keuangan
pemerintah daerah. Hasil pendampingan penelusuran, inventarisasi dan penilaian atas BMN/D menunjukkan perbaikan pencatatan dan penilaian aset pada tahun 2012 yaitu BMN sebesar Rp4.701.046.750,00 dan BMD sebesar Rp448.040.343.224,12 dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.14 berikut ini.
Tabel 2.14
Hasil Inventarisasi dan Penilaian BMN dan BMD Tahun 2012
Uraian Volume Jumlah (Rp) Keterangan
BMN pada Satuan Kerja K/L di wilayah D. I. Yogyakarta :
BMN yang bersumber dari
APBN pada Dinas
Sosnakertrans Kab. Kulon Progo Tahun 2006-2011
314 917.797.300,00 Inventarisasi dalam
rangka hibah BMN dari Kemenakertrans kepada Pemkab Kulon Progo
BLK Dinaskesos Kab. Sleman 296 3.783.249.450,00 Inventarisasi atas BMN
bersumber dari APBN
Sub Jumlah 610 4.701.046.750,00 BMD pada Pemerintah Kabupaten di wilayah D. I. Yogyakarta : Inventarisasi BMD Pemkab Gunung Kidul
800 436.427.106.736,00 Dari Total Aset tersebut
baru teridentifikasi
sebanyak 641 UPB senilai Rp273.312.665.460,00
Inventarisasi BMD Pemkab Bantul
-- 11.613.236.488,12 penelusuran Aset Lainnya
yang tidak didukung
rincian barang sebagai tindak lanjut temuan BPK
Sub Jumlah 800 448.040.343.224,12
Jumlah 1.410 452.741.389.974,12
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
Di samping itu pada tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan pembenahan pengelolaan aset tetap pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan menggunakan aplikasi SIMDA Aset.
2.6. Pendampingan Pengadaan Barang dan Jasa
Untuk membantu mengatasi hambatan/permasalahan pengadaan barang dan jasa yang dihadapi para pejabat pengadaan di daerah,
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan
Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 34
dan jasa dengan membentuk Satgas Pengadaan Barang dan Jasa. Kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Tahun 2012 adalah pendampingan kepada Inspektorat atas reviu pelaksanaan pembangunan Gelanggang Remaja di Klebengan Kabupaten Sleman, pemberian nasehat atas pengadaan tanah UNY, bantuan konsultasi tentang Pejabat Pembuat Komitmen di Pemerintah Kota Yogyakarta, Kajian atas PBJ secara swakelola pada sekolah-sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Kajian atas Draft Petunjuk Operasional Pengadaan
Barang dan Jasa dana PNBP-BLU RSUP Dr.Sardjito, dan
Supervisi/Pengamatan kegiatan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Atas permasalahan akuntabilitas kebendaharaan umum negara/daerah di wilayah D. I. Yogyakarta, beberapa hal yang perlu menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah :
a. Meningkatkan pengawasan intern atas pelaksanaan program dan
kegiatan dimulai dari perencanaan.
b. Meningkatkan kapasitas petugas pengadaan barang dan jasa melalui
diklat dan sertifikasi pengadaan barang dan jasa.
c. Menerapkan SPIP pada program dan kegiatan.
3.