• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

B. Hasil Pengawasan dan Pembinaan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara

1. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Salah satu upaya nyata mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan negara/daerah adalah penyampaian laporan

pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu, relevan dan akurat, disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan pada penyelenggaraan sistem pengendalian intern yang memadai. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBN oleh presiden selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, menteri keuangan selaku pemegang sebagian kekuasaan pengelolaan keuangan negara, para

menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran, serta

pertanggungjawaban APBD oleh para gubernur/bupati/walikota selaku pengelola keuangan daerah (Pasal 30, 31, dan 32 serta Penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara).

Salah satu indikator kualitas akuntabilitas keuangan pemerintah ditunjukkan dari opini auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas penyajian laporan keuangan pemerintah. Opini BPK tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam mengukur kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan suatu K/L atau Pemerintah Daerah.

1.1. Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan Pemda, selama Tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta secara proaktif telah bekerja sama dengan Pemda dalam upaya menuju opini WTP. Upaya tersebut menjadi prioritas penugasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta mengingat sampai dengan tahun 2011 sebagian Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta belum memperoleh opini WTP dari BPK.

Sampai dengan Tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah menandatangani MoU dengan 6 Pemerintah Daerah atau 100% dari total Pemda di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 19 dari total 28 BUMD atau 67,86%.

Lingkup kegiatan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah yang dilaksanakan pada Tahun 2012 antara lain dalam bentuk:

a. Penguatan SPIP pada Pemerintah Daerah melalui kegiatan

sosialisasi, workshop, diklat, bimtek, diagnostic assessment, dan

pendampingan penerapan SPIP.

b. Pendampingan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah. c. Pendampingan atas reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh

Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.

Kegiatan pembinaan oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2012 tampak pada Tabel 2.3.

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 18

Tabel 2.3

Perkembangan Kegiatan Pembinaan

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta atas Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemda

Tahun 2010 – 2012

Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

Rincian kegiatan di atas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penurunan jumlah Pemda yang dilakukan pendampingan penyusunan maupun reviu atas laporan keuangan oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa menunjukkan adanya peningkatan kemampuan sumber daya Pemda dalam menyusun sendiri dan melakukan reviu atas laporan keuangan.

No Kegiatan Jumlah Pemerintah Daerah

2010 2011 2012 1. Penguatan SPIP 5 83,33% 6 100% 6 100,00% 2. Pendampingan penyusunan laporan keuangan 4 66,67% 6 100% 4 66,67% 3. Pendampingan reviu laporan keuangan 2 33,33% 6 100% 3 50,00% 4. Pendampingan penataan Barang Milik Daerah 2 33,33% 3 50% 3 50,00% 5. Pendampingan penyusunan LAKIP 1 16,67% 3 50% 3 50,00% 6. Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola Keuangan 0 0 5 83,33% 1 16,67%

Selain kegiatan-kegiatan di atas, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga senantiasa mendorong terwujudnya koordinasi antar APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Forum Bersama (Forbes) APIP yang telah dibentuk pada akhir tahun 2010 yang lalu. Kepala Perwakilan BPKP dipercaya sebagai pembina Forbes APIP Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu Pokja dalam kepengurusan Forbes APIP Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Pokja Menuju WTP yang secara intensif menggagas dan melaksanakan rencana aksi guna mempercepat pencapaian target memperoleh opini WTP. Forbes melakukan pertemuan secara berkala setiap tiga bulan untuk melakukan koordinasi dan tukar pengalaman di antara APIP.

Dalam pelaksanaan kerjasama antara Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dengan satuan-satuan kerja K/L dan Pemda di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak menemui kendala atau hambatan yang berarti.

1.2. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dari hasil audit BPK atas LKPD tahun 2011 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tiga LKPD atau 50% dari total enam LKPD memperoleh opini WTP dari BPK. Perolehan opini WTP atas LKPD tahun 2011 relatif menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan tahun 2010. Pada tahun 2011 terdapat tiga LKPD yang memperoleh opini WTP, sedangkan pada tahun 2010 hanya dua LKPD yang memperoleh opini WTP. Perkembangan opini BPK atas LKPD Tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 20

Tabel 2.4

Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2009 - 2011

No Jenis Opini Jumlah Pemerintah Daerah

2009 2010 2011 1. WTP 1 16,67% 2 33,33% 3 50% 2. WDP 5 83,33% 4 66,67% 3 50% 3. TMP 0 0 0 0 0 0 4. TW 0 0 0 0 0 0 Jumlah 6 100% 6 100% 6 100%

Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK

Keterangan : WTP : Wajar Tanpa Pengecualian; WDP : Wajar Dengan Pengecualian;

TMP : Tidak Memberikan Pendapat; TW : Tidak Wajar

Apabila dilihat dari trend perkembangan opini BPK tiap pemerintah

daerah maka dapat disimpulkan bahwa sampai dengan tahun 2011 Pemerintah daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta telah berhasil menjaga predikat WTP. Sedangkan Pemkab Sleman telah meningkatkan upaya sehingga berhasil memperoleh opini WTP. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5

Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Wilayah D.I. Yogyakarta

Tahun 2009 – 2011 No Nama Pemda Opini BPK 2009 2010 2011 1. Provinsi DIY WDP WTP WTP 2. Kota Yogyakarta WTP WTP WTP 3. Kab. Bantul WDP WDP WDP 4. Kab. Sleman WDP WDP WTP

5. Kab. Kulon Progo WDP WDP WDP

6. Kab. Gunung Kidul WDP WDP WDP

Dalam penyusunan laporan keuangan tahun 2011, dari enam Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta seluruhnya didampingi oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk membantu Pemerintah Daerah agar dalam menyusun laporan keuangan dapat dilakukan secara lebih mudah, cepat, dan akurat, BPKP telah mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA). Penerapan SIMDA yang berbasis teknologi informasi ini

mendukung program e-government yang sedang digalakkan oleh

pemerintah dan pelaksanaan e-audit oleh Badan Pemeriksan Keuangan

(BPK). Sampai dengan tahun 2011, tiga Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menggunakan aplikasi SIMDA secara bertahap yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Sedangkan Kota Yogyakarta telah berkomitmen untuk menerapkan SIMDA pada tahun 2013.

Belum diperolehnya opini WTP dari BPK oleh tiga pemerintah daerah menunjukkan bahwa pelaporan keuangan Pemda tersebut masih belum sepenuhnya dapat diyakini kewajarannya oleh BPK disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya kelemahan sistem pengendalian intern, belum tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib, tidak sesuainya pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan ketentuan yang berlaku, penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kelemahan dalam sistem penyusunan laporan keuangan, serta kurang memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan pada pemerintah daerah.

Dampak dari belum diperolehnya opini WTP dari hasil audit BPK atas laporan keuangan pemerintah antara lain:

a. Kurangnya kepercayaan dan partisipasi masyarakat dalam

peningkatan investasi di daerah.

b. Timbulnya persepsi publik akan adanya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah.

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 22

1.3. Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan K/L dan Proyek PHLN

Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga disusun berdasarkan informasi laporan keuangan unit akuntansi atau satuan kerja yang berada di bawahnya. Dengan demikian, kualitas opini Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) dipengaruhi oleh kualitas laporan keuangan yang disusun oleh unit akuntansi atau satuan kerja tersebut. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berkomitmen untuk mendorong agar unit akuntansi atau satuan kerja K/L di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mampu menyusun laporan keuangan dengan baik, sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas opini LKKL.

Dalam upaya peningkatan kualitas opini LKKL, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan-satuan kerja K/L di wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta, meliputi kegiatan penguatan SPIP, pendampingan

penyusunan laporan keuangan, pendampingan reviu laporan keuangan, pendampingan penataan BMN, dan sebagainya. Gambaran hasil pembinaan tersebut tampak pada Tabel 2.6 di bawah ini.

Tabel 2.6

Perkembangan Kegiatan Pembinaan

Perwakilan BPKP Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atas Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja K/L

Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 – 2012

No Kegiatan Jumlah Satuan Kerja K/L

2010 2011 2012 1. Penguatan SPIP 3 27,27% 3 8,11% 27 57,45 % 2. Pendampingan penyusunan laporan keuangan 3 27,27% 16 43,24 % 19 40,43 % 3. Pendampingan reviu laporan keuangan 5 45,46% 5 13,51% 0 0

No Kegiatan Jumlah Satuan Kerja K/L 2010 2011 2012 4. Pendampingan penataan Barang Milik Negara 0 0 10 27,03% 1 2,12 % 5. Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola Keuangan 0 0 3 8,11% 0 0 Jumlah 11 100% 37 100% 47 100%

Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta

Rincian kegiatan di atas dapat dilihat pada Lampiran 2.

Di samping itu, BPKP juga ditunjuk oleh negara donor atau lembaga pemberi pinjaman untuk melakukan audit keuangan atas laporan keuangan proyek yang dibiayai pinjaman hibah luar negeri dengan memberikan pendapat (opini) atas kewajaran penyajian laporan keuangan.

Pada tingkat Perwakilan, audit keuangan tersebut bersifat audit dukungan terhadap audit keuangan yang dilakukan oleh BPKP dan pemberian opini atas laporan keuangan proyek yang dibiayai dari pinjaman dan hibah luar negeri dilakukan oleh BPKP Pusat.

1.4. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan BUMD

Selain dari opini BPK, kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan juga dapat dilihat dari kewajaran penyajian informasi keuangan pada laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Hasil audit eksternal auditor atas laporan keuangan BUMD menjadi salah satu faktor

penting dalam mengukur good corporate governance BUMD.

Dari hasil audit eksternal auditor atas laporan keuangan BUMD tahun 2011 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat 13 BUMD atau 100 % dari total BUMD yang diaudit memperoleh opini WTP.

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 24

Perkembangan opini atas BUMD tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7

Perkembangan Opini Eksternal Auditor atas Laporan Keuangan BUMD Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2009– 2011 No Jenis Opini Jumlah BUMD 2009 2010 2011 1. WTP 13 86,67% 13 100% 13 100% 2. WDP 0 0 0 0 0 0 3. TMP 1 6,67% 0 0 0 0 4. TW 1 6,66% 0 0 0 0 Jumlah 15 100% 13 100% 13 100%

Rincian kegiatan di atas dapat dilihat pada Lampiran 3.

Sesuai dengan pasal 3 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tanggal 3 Mei 2011 tentang Akuntan Publik, BPKP tidak lagi memiliki wewenang untuk melakukan audit atas laporan keuangan BUMD. Namun demikian, BPKP tetap memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan BUMD melalui kegiatan sosialisasi, asistensi, dan bimbingan teknis penerapan Sistem Akuntansi Keuangan-Entitias tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) di PDAM. 1.5. Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Pemerintah Daerah

Indikator kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah juga dapat diukur dari hasil evaluasi pelaporan kinerja (LAKIP) Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan & RB) yang dibantu oleh BPKP. Pada tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta tidak melakukan evaluasi LAKIP tahun 2011 terhadap Pemda di lingkungan D. I. Yogyakarta. Evaluasi LAKIP direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2013. Dalam mendorong peningkatan kualitas LAKIP Pemda, pada

tahun 2012 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan pendampingan penyusunan LAKIP di Pemkot Yogyakarta, Pemkab Sleman dan Pemkab Bantul.

1.6. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan evaluasi penyusunan dan penetapan APBD dengan memprioritaskan Pemerintah Daerah yang mengalami keterlambatan dalam penyusunan dan penetapan APBD. Hasil evaluasi penyusunan dan penetapan APBD pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selama tiga tahun terakhir menunjukkan adanya perbaikan kualitas dalam penyusunan dan penetapan APBD. Tahun 2010 terdapat dua APBD yang proses penyusunan dan penetapannya mengalami keterlambatan, tahun 2011 terdapat satu APBD yang proses penyusunan dan penetapannya mengalami keterlambatan, dan tahun 2012 tidak terdapat APBD yang proses penyusunan dan penetapannya mengalami keterlambatan, sehingga tidak dilakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan terhadap penyusunan dan penetapan APBD pemerintah daerah di wilayah Jawa Tengah yang menjadi wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.7. Pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada Pemerintah Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, BPKP melaksanakan amanah sebagai pembina penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Pelaksanaan pembinaan dalam Tahun 2012 merupakan kelanjutan dari tahapan implementasi SPIP dan monitoring perbaikan atas kelemahan SPIP dalam mendukung keandalan laporan keuangan. Kegiatan pembinaan yang telah dilakukan Perwakilan

BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi sosialisasi, workshop, diklat,

bimbingan dan konsultasi, diagnostic assessment, pendampingan serta

Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta 26

Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan pemahaman dan membangun komitmen penyelenggaraan SPIP kepada

seluruh Pemerintah Daerah melalui sosialisasi, workshop, dan diklat

SPIP. Sebagai hasil upaya pemahaman tersebut telah diterbitkan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota tentang penyelenggaraan SPIP dan telah dibentuk Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Pemerintah Daerah se Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bimbingan dan konsultasi diarahkan pada pemetaan (Diagnostic

Assessment) kondisi dan pembangunan infrastruktur Sistem Pengendalian Intern. Dari bimbingan dan konsultasi tersebut telah berhasil mengidentifikasi permasalahan penerapan SPIP dan area

perbaikan (area of improvement) pada keenam pemerintah daerah.

Bimbingan dan konsultasi tersebut telah berhasil mendorong pemerintah daerah menyiapkan rencana aksi penerapan SPIP sesuai dengan tahapan dan kebutuhan.

Selain itu, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan pemantauan atas perbaikan SPIP terutama sebagai tindak lanjut hasil temuan pemeriksaan BPK dalam rangka meningkatkan kualitas laporan keuangan pada empat Pemerintah Daerah.

Perkembangan penyelenggaraan SPIP oleh Pemerintah Daerah dapat dilihat pada Tabel 2.8 di bawah ini.

Tabel 2.8

Perkembangan Penyelenggaraan SPIP pada Pemda Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

sampai dengan Tahun 2012

No Uraian Tahapan Penyelenggaraan SPIP Pemda

A. Tahap Persiapan

1. Pembentukan Satgas Penyelengaraan SPIP 6 100%

2. Penyusunan Peraturan Kepala Daerah tentang

implementasi SPIP

6 100%

3. Penyusunan Juklak SPIP 2 33%

4. Pemahaman (knowing) tentang SPIP

No Uraian Tahapan Penyelenggaraan SPIP Pemda

4.2 Diklat 6 100%

5. Pemetaan (Diagnostic Assessment) 6 100%

B. Tahap Pelaksanaan

1. Pembangunan Infrastruktur (norming)

1.1 Perbaikan terbatas kelemahan SPIP sebagai tindak lanjut

temuan pemeriksaan BPK

4 80%

Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP D. I. Yogyakarta

Sampai dengan tahun 2012, pemetaan pada Pemda Daerah Istimewa, Pemkot Yogyakarta dan Kabupaten Sleman telah dilakukan pada seluruh SKPD, sedangkan pada Pemda lainnya pemetaan baru dilakukan pada masing-masing 5 (lima) SKPD yang disample.

Sehubungan dengan kondisi kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka beberapa hal yang menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai berikut :

a. Melanjutkan dan memonitoring pelaksanaan rencana aksi MoU yang telah

disepakati antara seluruh Pemerintah Daerah dengan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Mempercepat implementasi SPIP pada seluruh Pemerintah Daerah

sampai pada tingkat SKPD.

c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pengelola keuangan Pemda.

d. Meningkatkan kapasitas APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

melalui peningkatan kompetensi auditor dan leveling kapasitas Inspektorat menjadi minimal level 2.

e. Mendorong peran Forum Bersama APIP Daerah Istimewa Yogyakarta

dalam upaya peningkatan akuntabilitas pelaporan keuangan.

Dokumen terkait