Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta i
KATA PENGANTAR
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, dan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat, BPKP mengemban amanah untuk melakukan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam rangka mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dan bersih. BPKP melaksanakan amanah tersebut dengan melakukan pengawasan dan pembinaan meliputi kegiatan audit, evaluasi, reviu, investigasi, bimbingan teknis, dan asistensi kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hasil pengawasan dan pembinaan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) serta memberikan keyakinan yang memadai atas kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah dan penyelenggaraan SPIP pada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Laporan hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta Semester I Tahun 2015 di Wilayah DI Yogyakarta berisi rangkuman informasi atas hasil pengawasan dan pembinaan sebagai media pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara/daerah terhadap satuan kerja kementerian/lembaga (instansi vertikal) dan unit kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
BPKP selaku auditor intern pemerintah telah dan akan terus berkomitmen untuk mendukung tugas-tugas pemerintahan melalui penyediaan jasa pemberian jaminan (assurance) dan konsultasi (consulting) kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang berorientasi pada peningkatan akuntabilitas keuangan negara/daerah, mendukung pencapaian prioritas nasional dengan menekankan pada pencapaian efektivitas, efisiensi, dan kehematan serta peningkatan tata kelola pemerintahan.
Laporan ini disajikan dalam empat dimensi pengawasan, yaitu pengawalan pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset negara/daerah, dan perbaikan sistem tata kelola (governance system).
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta iii RINGKASAN EKSEKUTIF
Memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan pengawasan dalam rangka mengawal pembangunan nasional, mendorong peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset, dan perbaikan sistem tata kelola (governance system).
Ikhtisar hasil pengawasan dan pembinaan periode sampai dengan semester I tahun 2015 adalah sebagai berikut :
A. Pengawalan Pembangunan Nasional
Keberhasilan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain ditandai dengan tingkat skor capaian kinerja program berdasarkan hasil audit/evaluasi. Dalam bidang kesehatan, skor capaian keberhasilan pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 sebesar 89,89 atau dalam kategori “berhasil”. Dalam bidang infrastruktur, skor capaian pelaksanaan program Peningkatan Penyediaan Sanitasi Air bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (PAMSIMAS) Tahun 2014 pada Kabupaten Bantul sebesar 79,83% dan pada Kabupaten Kulon Progo sebesar 72,70% atau dalam kategori “cukup berhasil”. Capaian kinerja PNPM Mandiri Perkotaan pada seluruh kabupaten/kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai predikat “memadai”.
Keberhasilan pembangunan bidang infrastruktur juga dapat dilihat dari tingkat cakupan pelayanan air minum yang dapat dinikmati oleh masyarakat, baik yang disediakan oleh PDAM maupun dengan sistem penyediaan air minum lainnya. Secara keseluruhan, rata-rata cakupan layanan air minum di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan semester I tahun 2015 sebesar 52,84% dari jumlah penduduk. Sedangkan pelayanan yang dilakukan oleh PDAM adalah sebesar 38,70% dari jumlah penduduk.
Dalam rangka mengawal pembangunan nasional, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan melalui kegiatan audit kinerja, audit operasional, dan audit keuangan terhadap tiga program prioritas pembangunan nasional yaitu bidang kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Dalam bidang kesehatan, pengawasan dilakukan terhadap program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari hasil audit program JKN tersebut dijumpai permasalahan sebagai berikut :
1. Terdapat peserta PBI yang belum mendapat kartu
2. Peserta JKN tidak memenuhi kriteria namun masih terdaftar dalam kuota penerima PBI berdasarkan SK Menteri Sosial Nomor 147/HUK/2013
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta iv 3. Penduduk miskin dan tidak mampu penerima bantuan iuran jaminan kesehatan melebihi
jumlah penduduk miskin pada Kabupaten Sleman
4. Penggunaan dana kapitasi di Kabupaten Kulon Progo tidak sesuai ketentuan sebesar Rp2.145.142.418,00
Dalam bidang infrastruktur dasar, pengawasan dilakukan terhadap tiga program/proyek yaitu Third Wear Supply Sanitation for Low Income Communities Project (PAMSIMAS), PNPM Mandiri Perkotaan, dan Secon Water Resources and Irigation Sector Management Project (WISMP II).
Program PAMSIMAS di Daerah Istimewa Yogyakarta memasuki tahap pertama dengan alokasi dana pada Tahun 2014 sebesar Rp.4.199493.200,00. Sedangkan alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selama empat tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Jumlah alokasi dana kumulatif sampai dengan tahun 2014 sebesar Rp.120.297.350.000,00. Dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
- Penyalahgunaan dana pinjaman bergulir oleh UPK dan KSM.
- Terdapat Unit Pengelola Keuangan pada tingkat kecamatan, yang belum melaksanakan fungsinya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.
- Kurangnya pembinaan, pemantauan, dan pengawasan oleh satuan kerja program PNPM Mandiri Perkotaan baik di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta maupun kabupaten/kota, terhadap pelaksanaan kegiatan pada Unit Pengelola Keuangan pada tingkat kecamatan maupun fasilitator pendamping.
Pengawasan terhadap pelaksanaan program Second Water Resources and Irigation Sector Management Project (WISMP) Phase II dijumpai beberapa permasalahan, antara lain:
- Pengembangan sistem irigasi di daerah irigasi Payaman belum optimal
- Pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi daerah irigasi tidak sesuai dengan tujuan program WISMP Phase II
- Pemilihan dan penetapan daerah irigasi belum mengacu pada pedoman penyusunan AWP Dalam bidang pendidikan, pengawasan dilakukan pada kegiatan/proyek Health Professional Education Quality (HPEQ) pada Universitas Gajah Mada, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program HPEQ antara lain :
- Tim monitoring dan evaluasi internal tidak melaksanakan tugas dan fungsinya
- Pemberian beasiswa tidak sesuai dengan panduan pelaksanaan Program Hibah Kompetensi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dokter (PHK PKPD)
B. Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal
Perbaikan kualitas ruang fiskal pada pemerintah daerah antara lain ditandai dengan adanya peningkatan anggaran pendapatan asli daerah dalam APBD. Anggaran pendapatan asli daerah pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 sebesar Rp.3.113.202.495.580,54 mengalami kenaikan sebesar Rp327.422.556.385,74 atau 11,75% dibandingkan dengan jumlah anggaran pendapatan asli daerah tahun 2014 sebesar
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta v Rp2.785.779.939.194,80. Kenaikan anggaran tersebut memungkinkan pemerintah daerah dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan pengawasan sampai dengan semester I 2015 menghasilkan potensi penghematan pengeluaran negara yang berasal dari koreksi atas tagihan pihak ketiga dan hasil audit operasional sebesar Rp.427.300.033,25.
Kegiatan verifikasi atas utang usaha dan atas kegiatan pembangunan dilakukan pada RSUP Dr. Sardjito. Kegiatan audit kinerja/operasional dilakukan terhadap program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan KPUD Yogyakarta.
C. Pengamanan Aset Negara/Daerah
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan aktif dalam upaya pengamanan aset melalui kegiatan keinvestigasian, pendampingan pencegahan Fraud pada proses pengadaan barang dan jasa, dan koordinasi dengan aparat penegak hukum (APH), dan pembinaan pengelolaan aset.
Penyelamatan aset negara/daerah dilakukan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melalui penerapan strategi represif pada Pemerintah Daerah dan berbagai satuan kerja Kementerian/Lembaga atas permintaan penyidik, meliputi audit investigatif atas kasus/penyimpangan yang berindikasi Tindak Pidana Korupsi, bantuan Penghitungan Kerugian Keuangan Negara.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan audit investigatif atas dua kasus yang sampai dengan 30 Juni 2015 masih dalam proses audit, yaitu dugaan penyelewengan pengelolaan dana desa Tahun 2011 sd 2013 di Desa Margosari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo dan dugaan penyimpangan dalam pengelolaan kas kecil pada Unit Pertambangan PT Anindya Mitra Internasional Tahun 2011.
Selain itu, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan audit penghitungan kerugian keuangan negara atas dua kasus dengan nilai kerugian sebesar Rp1.475.542.500,00 yaitu atas penyimpangan Penyaluran BLT Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa Bumi di Dsn Pakis I dan II Ds Dlingo Kec Dlingo Kabupaten Bantul TA 2007 dan atas penyimpangan Program Pengembangan Model Pengolahan Tanaman Terpadu Kedelai Kabupaten Gunungkidul tahun anggaran 2013. Sedangkan dua kasus lainnya yaitu atas perkara tindak pidana korupsi dugaan penyimpangan pengelolaan pendapatan asli desa, desa Sriharjo kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul tahun anggaran 2008 sd 2013 dan atas dugaan tindak pidana korupsi pada Unit Pengelolaan Keuangan Badan Keswadayaan Masyarakat kelurahan Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan Yogyakarta Tahun 2009 masih dalam proses perhitungan.
Dalam semester I tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan kegiatan pemberian keterangan ahli pada instansi penyidik kepolisan dan kejaksaan serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Yogyakarta seluruhnya sebanyak 11 kali.
D. Perbaikan Sistem Tata Kelola (Governance System)
Beberapa indikator yang dapat menggambarkan perbaikan kualitas tata kelola kepemerintahan antara lain tercermin dari tingkat kematangan (maturity) dalam
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta vi penyelenggaraan SPIP, perolehan skor sistem akuntabilitas kinerja/SAKIP, perolehan opini atas laporan keuangan pemerintah daerah maupun BUMD, dan tingkat leveling APIP.
Penilaian maturitas SPIP baru dilakukan pada dua pemerintah daerah yaitu Kabupaten Sleman dengan nilai 2,83 (berkembang) dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan nilai 1,44 (rintisan), sedangkan empat Pemda yang lain belum dilakukan penilaian.
Hasil penilaian SAKIP pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 menunjukkan perolehan nilai “sangat baik” dengan skor/nilai A. Pada Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul memperoleh nilai “cukup” dengan skor/nilai CC, dan empat Pemerintah Daerah lainnya memperoleh nilai “baik” dengan skor/nilai B.
Hasil audit BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2014 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, lima LKPD atau 83,33% dari total enam LKPD memperoleh opini WTP. Perolehan opini WTP atas LKPD tahun 2014 sama dengan tahun 2013.
Dari 16 BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 5 BUMD (PDAM) telah diaudit oleh auditor eksternal dan seluruhnya memperoleh opini WTP.
Hasil assessment/evaluasi terhadap leveling tata kelola APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 menunjukkan, dari enam APIP dua APIP berada pada level 2 penuh dan lima APIP berada pada level 2 dengan catatan perbaikan.
Untuk memperbaiki kualitas tata kelola, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan berbagai kegiatan konsultatif berupa pendampingan dan bimbingan teknis kepada pemerintah daerah dan badan usaha serta BLUD terkait peningkatan kualitas tata kelola. 1. Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan pemahaman dan membangun komitmen penyelenggaraan SPIP kepada seluruh Pemerintah Daerah dan Satker Kementerian/Lembanga (K/L) melalui sosialisasi, workshop, dan diklat SPIP.
Perkembangan penyelenggaraan SPIP pada Pemda dan SKPD dilihat berdasarkan tahapan penyelenggaraan SPIP yaitu dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pelaporan dan evaluasi oleh APIP. Pemda umumnya telah menyelenggarakan SPIP pada tahap persiapan namun belum seluruh Pemda menyelenggarakan tahap pelaksanaan dan tahap selanjutnya.
Dalam rangka peningkatan penyelengaraan sistem pengendalian intern pemerintah yang baik pada kegiatan utama SKPD/Unit Kerja, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyarankan kepada masing-masing pemerintah daerah sebagai berikut:
- Satgas SPIP Kabupaten untuk ikut terlibat dan proaktif dalam menerapkan SPIP di tingkat Kabupaten dan SKPD.
- Menyusun Rencana Tindak Pengendalian (RTP) SPIP atas kegiatan utama sehingga setiap kegiatan mempunyai pengendalian yang memadai.
2. Perbaikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan pendampingan penyusunan laporan kinerja tahun 2014 di Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Selain itu dilakukan focus group discussion (FGD) reviu laporan kinerja pada Pemerintah Kota Yogyakarta.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta vii Dalam upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan AKIP, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah merekomendasikan perbaikan pengelolaan AKIP kepada Pemerintah Kabupaten agar :
- Membangun budaya kerja sehingga ada peningkatan capaian kinerja yang mendekatkan pada pencapaian visi/misi/cita-cita masyarakat dan Pemerintah Kabupaten.
- Melakukan reviu terhadap RPJMD dan Renstra SKPD secara kontinyu, untuk perbaikan berkelanjutan.
- Menampilkan indikator tujuan dalam RPJMD dengan memasukkan indikator tujuan pada indikator kinerja utama.
- Hasil evaluasi LKjIP yang dilaksanakan oleh Inspektorat untuk seluruh SKPD dimanfaatkan untuk memberikan reward and punishment bagi SKPD.
- Pengembangan e-SAKIP tahun 2015 untuk memantau pencapaian kinerja setiap triwulan dan sinergi antara perencanaan. penganggaran, pelaksanaan dan pelaporan kinerja.
- Realisasi atas penetapan kinerja maupun indikator kinerja utama tahun yang lalu dijadikan salah satu pertimbangan untuk memberikan anggaran terhadap SKPD.
3. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah/BUMD/BLUD Kegiatan pembinaan antara lain dalam bentuk pendampingan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah, pendampingan atas reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, pendampingan penataan Barang Milik Daerah, peningkatan SDM pengelola keuangan daerah, dan peningkatan kapasitas APIP Daerah.
Dalam penyusunan laporan keuangan tahun 2014, dari enam Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dua Pemerintah Daerah didampingi oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Pemerintah Kabupaten Bantul dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan pada lingkup instansi vertikal di wilayah Daerah Istimewa Yogyakart, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan pendampingan penyusunan laporan keuangan pada Kejaksaan Tinggi DIY, Polda, Kanwil KUMHAM, Bawaslu, KPU, Balai Besar Latihan Ketransmigrasian, Dinas PU Perumahan dan ESDM DIY, dan STTN Yogyakarta.
Selain melakukan pendampingan dalam penyusunan laporan keuangan, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan pendampingan pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Kabupaten Sleman.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan perhatian yang besar dalam upaya peningkatan kompetensi SDM pengelola keuangan dan barang milik daerah serta BLUD dengan melakukan sosialisasi, workshop, maupun pelatihan mengenai pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan. Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan dan pembekalan mengenai penatausahaan dan penyusunan laporan keuangan dengan menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Sleman, Pemerintah Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo, pelatihan SAP berbasis akrual pada Pemerintah Kabupaten Bantul dan Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, pembekalan Reviu LKPD pada Pemerintah Kota
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta viii Yogyakarta dan narasumber Sosialisasi Perwal dan Keputusan Walikota Yogyakarta tentang Penghapusan Piutang Daerah dan SOP Penghapusan Piutang Daerah pada Pemerintah Kota Yogyakarta, pengelolaan BMD pada Pemerintah Kabupaten Bantul. Selain itu, juga memberikan masukan dalam FGD pengembangan kurikulum dan silabus Diklat pengelolaan keuangan berbasis akrual pada Badan Diklat DIY. Selain itu, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan bimbingan teknis peningkatan kualitas pelaporan keuangan BLUD dan peningkatan kapasitas SDM pengelola keuangan BLUD.
Dalam rangka penguatan tata kelola pemerintahan di lingkungan KPUD Daerah Istimewa Yogyakarta telah dilakukan penanda tanganan Nota Kesepahaman Kerjasama antara KPU Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Sleman dengan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta. Lingkup kerjasama bertujuan untuk membangun dan menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah yang meliputi peningkatan akuntabilitas keuangan negara dan akuntabilitas kinerja serta perbaikan proses pengadaan barang dan jasa.
4. Penguatan Pengelolaan Dana Desa
Besarnya peran yang diterima oleh desa, tentunya harus disertai dengan tanggungjawab dan tuntutan akuntabilitas yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan. Namun dalam pelaksanaannya Pemerintah Desa masih mengalami kesulitan dalam menerapkan berbagai aturan perundangan yang mengatur pelaksanaan dana desa.
BPKP selaku pengemban amanat untuk mempercepat peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara sebagaimana tercantum dalam diktum keempat Inpres Nomor 4 Tahun 2011, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan bimbingan dan konsultasi kepada aparat di Kabupatendan Desa (piloting) di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa yang diterbitkan oleh Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah.
Disamping itu Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi bagian dari Tim Bersama Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibentuk dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan desa dan pemerintah daerah yang mempunyai peran dalam memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah desa.
5. Pembangunan Sistem Anti Korupsi (Fraud Control Plan) dan Zona Integritas menuju WBK/WBBM
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan sosialisasi pembangunan sistem anti korupsi (fraud control plan) sebagai pengembangan pengendalian yang dirancang secara spesifik untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan kejadian berindikasi korupsi pada forum pencegahan TPK dan gratifikasi di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul serta forum peningkatan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan pada Dinas PUP dan ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta ix Selain itu juga telah melakukan sosialisasi WBK/WBBM di unit-unit kerja lingkup Kanwil Kementerian Agama serta workshop pemenuhan penilaian indikator-indikator Zona Integritas menuju WBK/WBBM pada Kantor Kemenag Kabupaten Bantul yang telah ditunjuk oleh Kementerian Agama sebagai salah satu unit kerja yang dijadikan pilot project untuk mendapatkan predikat unit kerja menuju WBK/WBBM.
6. Pembinaan Peningkatan Kapabilitas APIP
BPKP memberikan pembinaan agar APIP mampu berperan memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, serta memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Kegiatan pembinaan yang dilakukan meliputi asistensi/bimtek peningkatan tata kelola APIP dan penerapan ketentuan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) pada APIP, serta menjadi narasumber program pelatihan mandiri (PPM) maupun diklat yang diselenggarakan oleh APIP dengan tujuan untuk mendorong peningkatan level kapabilitas APIP yang pada umumnya masih berada pada level 2 dengan catatan perbaikan menuju level 2 penuh dan menuju level 3.
Beberapa hal yang telah direkomendasikan kepada masing-masing Inspektur di lingkungan Pemerintah Daerah se Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan level kapabilitas meliputi :
- Menerapkan pedoman kendali mutu audit sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 2009, yang meliputi kendali mutu dalam perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan pengelolaan hasil audit.
- Setiap tim audit agar menyusun rencana dan program kerja audit secara terstruktur, serta mendokumentasikan kertas kerja audit secara memadai.
- Menerapkan standar audit dalam pelaksanaan penugasan audit. - Membangun perencanaan pengawasan berbasis risiko.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta x DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
RINGKASAN EKSEKUTIF iii
DAFTAR ISI x
BAB I INFORMASI UMUM 1
A B C D E
Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015 Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015 Peran Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta Dukungan Sumber Daya
Penyajian Informasi 1 2 2 3 4
BAB II URAIAN HASIL PENGAWASAN 6
A Pengawalan Pembangunan Nasional 6
1. Kualitas Pembangunan Nasional 6
2. Peningkatan Kualitas Pembangunan Nasional 7
B Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal 12
1. Kualitas Peningkatan Ruang Fiskal 12
2. Peningkatan Kualitas Ruang Fiskal 13
C Pengamanan Aset Negara/Daerah 16
1. Kegiatan Keinvestigasian 16
2. Pendampingan Pencegahan Fraud pada Proses Pengadaan
Barang/Jasa 18
D
3. Pembinaan Pengelolaan Aset
Perbaikan Sistem Tata Kelola (Governance System)
18 18
1. Kualitas Sistem Tata Kelola 18
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 1
BAB I
INFORMASI UMUM
A. Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015
Sebagai unit kerja BPKP, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh BPKP Pusat. Penetapan kebijakan pengawasan dan pembinaan didasarkan pada ruang lingkup peran BPKP sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mencakup :
a. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan Negara atas kegiatan tertentu yang meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan konsultasi, serta peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah (APIP).
Selain itu, untuk dapat memberikan kontribusi pada penyelenggaraan tugas Pemerintah, penyusunan kebijakan pengawasan dan pembinaan, BPKP juga memperhatikan amanah yang diberikan kepada BPKP melalui berbagai peraturan perundang-undangan sebagai berikut : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah.
2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
3. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
4. Instruksi Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 – 2025.
5. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara.
6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2015.
Kebijakan dan strategi pengawasan BPKP diarahkan untuk mendukung terwujudnya sasaran pembangunan nasional, yaitu pembangunan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Kegiatan pengawasan BPKP juga diarahkan untuk mencapai terwujudnya pengawasan intern pemerintah, penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional, kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang independen,
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 2 profesional dan sinergis, serta kebijakan penerapan sistem manajemen kinerja pembangunan nasional yang efisien dan efektif.
B. Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015
Kebijakan pengawasan dan pembinaan selanjutnya menjadi dasar dalam menyusun Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahunan (PKP2T). PKP2T yang berisi berbagai jenis penugasan pengawasan terhadap akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan SPIP menjadi kontrak kinerja Kepala Perwakilan dengan Kepala BPKP yang dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (Tapkin). Dokumen Tapkin berisi program, kegiatan serta target kinerja.
Sampai dengan akhir semester I tahun 2015, realisasi jumlah penugasan pengawasan (PP) sebanyak 141 penugasan atau 67,46% dari target tahun 2015 sebanyak 209 penugasan dan realisasi output sebanyak 49 rekomendasi strategis atau 65,33% dari target sebanyak 75 rekomendasi strategis. Rincian target dan realisasi output kegiatan terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1.1
Target dan Realisasi Kegiatan Pengawasan Tahun 2015
No Dimensi Pengawasan Target Realisasi s.d Smst I 2015
PP Output PP % Output %
1 Pengawalan Pembangunan
Nasional
80 21 37 46,25 3 14,29
2 Peningkatan Ruang Fiskal 6 2 3 50,00 3 150,00
3 Pengamanan Aset Negara 39 33 27 69,23 24 72,73
3 Perbaikan Governance 84 19 74 88,10 19 100,00
Sub Jumlah 209 75 141 67,46 49 65,33
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
C. Peran Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
Keberadaan Perwakilan BPKP di daerah dimaksudkan untuk memberikan kontribusi nyata kepada Pemerintah Daerah dalam upaya mewujudkan visi dan misinya melalui pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan kerja K/L dan Pemerintah Daerah di wilayah tugasnya. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada satuan kerja K/L dan satuan kerja Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menuju terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan bersih (Good and Clean Governance).
Berdasarkan Peraturan Kepala BPKP Nomor 61/K/SU/2012 tanggal 2 Februari 2012, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta menerima pelimpahan 6 (enam) Pemerintah Daerah di wilayah Provinsi Jawa Tengah, masuk menjadi wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta. Keenam Pemda tersebut yaitu Kabupaten Klaten, Kabupaten
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 3 Magelang, Kota Magelang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Cilacap. Dengan terbitnya Perka BPKP ini maka wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi 12 pemda di wilayah DIY dan Jawa Tengah.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan peran pengawasan dan pembinaan pada :
a. Satuan Kerja pada 12 Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
b. Satuan Kerja Kementerian/Lembaga di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah;
c. Perguruan Tinggi Negeri di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah;
d. BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.
D. Dukungan Sumber Daya
Untuk dapat melaksanakan mandat dan amanah dari Presiden di atas, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta didukung oleh sumber daya manusia yang profesional. Posisi pegawai sampai dengan akhir semester I tahun 2015 berjumlah 150 orang. Rincian atas jumlah pegawai tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut :
Selain dukungan sumber daya manusia, dalam pelaksanaan tugas pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga didukung dengan dana yang cukup memadai. Sampai dengan akhir semester 2015 jumlah penyerapan dana sebesar Rp516.232.553,00 atau 29,85% dari anggaran sebesar Rp1.729.407.137,00. Rincian anggaran dan realisasi dana dapat dilihat pada tabel berikut : Struktural Fungsional Auditor Fungsional Pranata Komputer Fungsional Analis Kepegawaian Fungsional Umum 66,67% 24,00% 6,67% 1,33% 1,33% Grafik 1.1
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 4 Tabel 1.2
Anggaran dan Realisasi Anggaran Pengawasan Tahun 2015
No Dimensi Pengawasan Anggaran Realisasi s.d smst I 2015
Jumlah % Jumlah %
1 Pengawalan Pembangunan
Nasional
662.915.396 38,33 230.843.902 34,82
2 Peningkatan Ruang Fiskal 66.923.929 3,87 8.890.000 13,28
3 Pengamanan Aset Negara 277.048.647 16,02 53.403.705 19,28
3 Perbaikan Governance 722.519.165 41,78 223.094.946 30,88
Sub Jumlah 1.729.407.137 100,00 516.232.553 29,85
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
E. Penyajian Informasi
Laporan Hasil Pengawasan ini menyajikan informasi keseluruhan kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan data eksternal dan internal hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta serta mengacu pada empat fokus dimensi pengawasan yaitu :
a. Pengawalan Pembangunan Nasional b. Peningkatan Ruang Fiskal
c. Pengamanan Aset Negara
d. Perbaikan sistem tata kelola (governance system)
Data internal hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta adalah data yang diperoleh dari kegiatan pengawasan dan pembinaan (assurance dan consulting) yang dilakukan langsung atas satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sedangkan data eksternal adalah data yang diperoleh BPKP dari pihak ketiga, auditor eksternal, publikasi laporan keuangan oleh satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah yang bersangkutan atau sumber data lain yang sah yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran keseluruhan kualitas akuntabilitas keuangan pada satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah.
Penyajian informasi kualitas akuntabilitas keuangan negara satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang berasal dari berbagai sumber tersebut, dimaksudkan untuk memberikan informasi yang komprehensif dan obyektif, sehingga persepsi/simpulan yang diperoleh oleh pengguna informasi (users) tidak bias (misleading) yang disebabkan oleh faktor risiko ujipetik (sampling) pengawasan. Namun
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 5 demikian, para pengguna informasi atas laporan ini dianggap memahami bahwa hasil pengawasan yang terkait dengan satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah belum tentu mewakili keseluruhan populasi untuk mengukur kualitas akuntabilitas keuangan negara pada satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 6
BAB II
URAIAN HASIL PENGAWASAN
Dalam rangka meningkatkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan serta untuk lebih mengefektifkan fungsi pengawasan intern di lingkungan pemerintah, BPKP sebagai auditor intern pemerintah melakukan kegiatan pengawasan yang bersifat assurance dan consulting kepada para pemangku kepentingan (stakeholders).
Hasil pengawasan disajikan dalam empat dimensi pengawasan, yaitu pengawalan pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset negara/daerah, dan perbaikan sistem tata kelola (governance system).
A. PENGAWALAN PEMBANGUNAN NASIONAL 1. Kualitas Pembangunan Nasional
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan terhadap beberapa program pembangunan nasional yang menjadi prioritas utama pemerintah. Tujuan pengawasan ini adalah untuk mendukung pencapaian program prioritas pemerintah dengan mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang mungkin timbul dan memberikan saran perbaikan untuk tercapainya tujuan program pembangunan nasional. Pengawasan didasarkan pada penilaian atas efektivitas, efisiensi, dan keekonomisan (3E) pelaksanaan program/kegiatan melalui audit kinerja dan audit keuangan. Pengawasan dilakukan terhadap prioritas pembangunan pada bidang kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Keberhasilan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain ditandai dengan tingkat skor capaian kinerja program berdasarkan hasil audit/evaluasi. Dalam bidang kesehatan, skor capaian keberhasilan pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 sebesar 89,89 atau dalam kategori “berhasil”. Dalam bidang infrastruktur, skor capaian pelaksanaan program Peningkatan Penyediaan Sanitasi Air bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (PAMSIMAS) Tahun 2014 pada Kabupaten Bantul sebesar 79,83% dan pada Kabupaten Kulon Progo sebesar 72,70% atau dalam kategori “cukup berhasil”. Capaian kinerja PNPM Mandiri Perkotaan pada seluruh kabupaten/kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai predikat “memadai”. Perkembangan capaian kinerja PNPM Mandiri Perkotaan selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 7 Tabel 2.1
Capaian Kinerja PNPM Mandiri Perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta
No. Satuan Kerja 2010 2011 2012 2013 2014
1 D.I Yogyakarta Memadai Memadai Memadai Tidak Diaudit Memadai 2 Kota Yogyakarta Tidak Diaudit Tidak Diaudit Tidak Diaudit Memadai Memadai 3 Kabupaten Bantul
Memadai Memadai Tidak Diaudit
Memadai Memadai
4 Kabupaten Sleman
Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai
5 Kabupaten Kulon Progo Tidak Diaudit Tidak Diaudit Tidak Diaudit Tidak Diaudit Tidak Diaudit 6 Kabupaten Gunungkidul Tidak Ada PNPM Tidak Ada PNPM Tidak Ada PNPM Tidak Ada PNPM Tidak Ada PNPM
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Keberhasilan pembangunan bidang infrastruktur juga dapat dilihat dari tingkat cakupan pelayanan air minum yang dapat dinikmati oleh masyarakat, baik yang disediakan oleh PDAM maupun dengan sistem penyediaan air minum lainnya. Secara keseluruhan, rata-rata cakupan layanan air minum di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan semester I tahun 2015 sebesar 52,84% dari jumlah penduduk. Sedangkan pelayanan yang dilakukan oleh PDAM adalah sebesar 38,70% dari jumlah penduduk dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2
Rekapitulasi Cakupan Pelayanan dan Kuantitas Air per KK/bulan s.d Semester I Tahun 2015 No PDAM % Cakupan terhadap jumlah penduduk (PDAM) % Cakupan terhadap jumlah penduduk (Total) Kuantitas air /pelanggan/bul an (m3) 1 Kota Yogyakarta 45,52 82,30 17,44 2 Kabupaten Sleman 15,68 43,50 15,02 3 Kabupaten Gunungkidul 46,75 56,08 15,50 4 Kabupaten Bantul 48,40 38,99 14,55
5 Kabupaten Kulon Progo 37,12 43,33 12,69
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 8 Sebagai salah satu badan usaha milik daerah yang berperan dalam pembangunan infrastruktur air minum, PDAM telah menunjukkan kinerja yang baik sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3
Rekapitulasi Nilai Kinerja dan Tingkat Kesehatan PDAM Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012 - 2014
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
No PDAM Nilai Kinerja Tingkat kesehatan Nilai Kinerja Tingkat kesehatan Nilai Kinerja Tingkat kesehatan 1 Kota Yogyakarta 62,47 3,180 60,12 3,145 60,22 3,205 2 Kabupaten Sleman 58,77 3,025 59,27 3,175 60,97 2,995 3 Kabupaten Gunungkidul 51,29 2,255 61,15 2,945 60,09 3,05 4 Kabupaten Bantul 62,47 2,890 60,24 2,990 61,32 2,82 5 Kabupaten Kulon Progo 61,53 3,430 64,75 3,480 63,05 3,37
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY 2. Peningkatan Kualitas Pembangunan Nasional
Dalam periode sampai dengan semester I tahun 2015, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan pengawasan dalam rangka mengawal pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana tampak pada tabel 2.4 di bawah ini.
Tabel 2.4
Rekapitulasi Kegiatan Pengawasan Pengawalan Pembangunan Nasional Semester I Tahun 2015
No Prioritas
Pembangunan Kegiatan Pengawasan
Jumlah Kegiatan 1 Kesehatan Audit kinerja program Jaminan Kesehatan
Nasional 2
2 Pendidikan Audit keuangan HPEQ 3
3 Infrastruktur Audit keuangan :
- PAMSIMAS 2
- PNPM Mandiri Perkotaan 4
- WISMP II 15
Jumlah 26
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 9 a. Program Prioritas Kesehatan
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan perlindungan sosial diantaranya Program Indonesia Sehat, Presiden RI menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 diantaranya memuat instruksi kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan untuk melaksanakan pemantauan, bimbingan, dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan serta mengambil langkah-langkah pengawasan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atas penyelenggaraan Program Indonesia Sehat. Memenuhi instruksi tersebut, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit kinerja Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan audit kinerja JKN adalah untuk menilai keberhasilan Kementrian Kesehatan dan Instansi terkait dalam melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Nasional khususnya kepada fakir miskin dan masyarakat tidak mampu peserta PBI, dan memberikan rekomendasi atas kelemahan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan keandalan laporan kegiatan dari pelaksanaan program JKN.
Sasaran audit JKN adalah :
- Menilai keberhasilan pelaksanaan Program JKN yang dijabarkan dalam tiga indikator utama yaitu: Ketepatan Perencanaan, Kualitas Pelayanan Kesehatan, dan Keandalan Pelaporan.
- Mengindentifikasi hambatan pelaksanaan program di daerah
- Mengindentifikasi adanya kerugian negara yang diakibatkan oleh pelaksanaan program yang tidak sesuai ketentuan.
Dari hasil audit program JKN, dijumpai permasalahan sebagai berikut : - Terdapat peserta PBI yang belum mendapat kartu
- Peserta JKN tidak memenuhi kriteria namun masih terdaftar dalam kuota penerima PBI berdasarkan SK Menteri Sosial Nomor 147/HUK/2013
- Penduduk miskin dan tidak mampu penerima bantuan iuran jaminan kesehatan melebihi jumlah penduduk miskin pada Kabupaten Sleman
- Penggunaan dana kapitasi di Kabupaten Kulon Progo tidak sesuai ketentuan sebesar Rp2.145.142.418,00
b. Program Prioritas Infrastruktur Dasar
Pengawasan atas program prioritas bidang insfrastruktur dasar dilakukan terhadap tiga program/proyek yaitu audit keuangan terhadap Third Water Supply Sanitation for Low Income Communities Project (PAMSIMAS), PNPM Mandiri Perkotaan, dan Second Water Resources and Irigation Sector Management Project (WISMP II), serta evaluasi kinerja BUMD. Masing-masing diuraikan sebagai berikut :
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 10 1) Third Water Supply Sanitation for Low Income Communities Project (PAMSIMAS)
Program Pamsimas dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban yang dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan, meningkatkan penerapan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka pencapaian target MDGs sektor air minum dan sanitasi melalui pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.
Program PAMSIMAS di Daerah Istimewa Yogyakarta memasuki tahap pertama dengan alokasi dana tahun 2014 sebesar Rp.4.199493.200,00 terinci pada tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5
Alokasi Dana Pamsimas DIY untuk Tahun 2014 No. Kabupaten Jumlah Desa
Sasaran Alokasi Dana (Rp) 1 Bantul 10 2.755.743.200,00 2 Kulon Progo 5 1.443.750.000,00 Jumlah 15 4.199.493.200,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY 2) PNPM Mandiri Perkotaan
Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Audit terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dilaksanakan dengan tujuan : - Memberikan opini mengenai tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan program - Memberikan penilaian atas sistem pengendalian intern program guna mencapai tujuan
program, serta penilaian atas tingkat efektivitas implementasi di lapangan
- Memberikan penilaian terhadap pencapaian kinerja program berdasarkan indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan
- Memberikan penilaian terhadap kepatuhan program berdasarkan jenis kegiatan yang ditetapkan.
Selama empat tahun terakhir, jumlah alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selalu mengalami peningkatan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 11 Tabel 2.6
Alokasi Dana PNPM Mandiri Perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta
No. Tahun Jumlah
(Rp) 1 2011 14.550.000.000,00 2 2012 31.280.000.000,00 3 2013 33.800.000.000,00 4 2014 40.667.350.000,00 Jumlah 120.297.350.000,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan, antara lain :
- Penyalahgunaan dana pinjaman bergulir oleh UPK dan KSM.
- Terdapat Unit Pengelola Keuangan pada tingkat kecamatan yang belum melaksanakan fungsinya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.
- Kurangnya pembinaan, pemantauan, dan pengawasan oleh satuan kerja program PNPM Mandiri Perkotaan baik di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta maupun kabupaten/kota, terhadap pelaksanaan kegiatan pada Unit Pengelola Keuangan pada tingkat kecamatan maupun fasilitator pendamping.
3) Second Water Resources and Irigation Sector Management Project (WISMP II)
Tujuan program Water Resources and Irrigation Sector Management Program (WISMP) Phase II adalah untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan Sumber Daya Air wilayah sungai dan irigasi serta meningkatkan produktivitas pertanian di lahan beririgasi.
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program WISMP Phase II antara lain: - Pengembangan sistem irigasi di daerah irigasi Payaman belum optimal
- Pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi daerah irigasi belum seluruhnya sesuai dengan tujuan program WISMP Phase II
- Pemilihan dan penetapan daerah irigasi belum mengacu pada pedoman penyusunan AWP
4) Evaluasi Kinerja BUMD
Sampai dengan semester I tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan evaluasi kinerja tahun 2014 pada lima PDAM di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta, PDAM Kabupaten Sleman, PDAM Kabupaten Bantul, PDAM Tirta Binangun Kabupaten Kulon Progo dan PDAM Tirta Handayani Kabupaten Gunungkidul.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 12 Evaluasi kinerja bertujuan membantu manajemen PDAM dalam mendorong pencapaian tujuan secara ekonomis, efisien, efektif, memperbaiki dan meningkatkan kinerja, serta memberikan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab.
Sasaran evaluasi kinerja adalah memberikan penilaian atas capaian kinerja PDAM tahun 2014 menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 dan penilaian tingkat kesehatan menurut BPPSPAM.
Evaluasi kinerja PDAM juga melakukan analisis terhadap cakupan layanan serta kuantitas konsumsi air oleh pelanggan.
Selain hal-hal yang telah disampaikan tersebut terdapat permasalahan lain yaitu: - Tingkat kehilangan air masih tinggi
- Masih dijumpai harga /tarif air yang belum sesuai dengan keputusan Kepala Daerah. c. Program Prioritas Pendidikan
Pengawasan atas program prioritas bidang pendidikan berupa audit keuangan Health Professional Education Quality (HPEQ) pada Universitas Gajah Mada, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tujuan program HPEQ diharapkan akan berkontribusi pada pencapaian layanan kesehatan melalui penguatan kualitas penyedia jasa kesehatan, yang akan dicapai melalui penguatan sistem dan institusi akreditasi program studi dan sertifikasi lulusan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan profesional kesehatan.
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program HPEQ antara lain :
- Tim monitoring dan evaluasi internal tidak melaksanakan tugas dan fungsinya
- Pemberian beasiswa tidak sesuai dengan panduan pelaksanaan Program Hibah Kompetensi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dokter (PHK PKPD)
B. MENDORONG PENINGKATAN RUANG FISKAL
Pemerintah perlu memiliki ruang fiskal yang cukup untuk membiayai program-program pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Selaku auditor intern pemerintah, BPKP berkomitmen untuk mendorong peningkatan ruang fiskal dalam anggaran pemerintah. 1. Kualitas Peningkatan Ruang Fiskal
Peningkatan ruang fiskal bisa dilakukan melalui dua sisi sekaligus yaitu dengan meningkatkan penerimaan negara/daerah dan melakukan efisiensi pengeluaran negara/daerah. Perbaikan kualitas ruang fiskal pada pemerintah daerah antara lain ditandai dengan adanya peningkatan anggaran pendapatan asli daerah dalam APBD.
Anggaran pendapatan asli daerah pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 sebesar Rp.3.113.202.495.580,54 mengalami kenaikan sebesar Rp327.422.556.385,74 atau 11,75% dibandingkan dengan jumlah anggaran pendapatan asli daerah tahun 2014 sebesar Rp2.785.779.939.194,80. Kenaikan anggaran tersebut
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 13 memungkinkan pemerintah daerah dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Peningkatan Kualitas Ruang Fiskal
Kegiatan pengawasan BPKP dalam rangka peningkatan ruang fiskal bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dan menjaga pengeluaran keuangan negara dalam batas kewajaran dan dilakukan secara efisien. Kegiatan pengawasan sampai dengan semester I 2015 menghasilkan potensi penghematan pengeluaran negara yang berasal dari koreksi atas tagihan pihak ketiga dan hasil audit operasional sebesar Rp.427.300.033,25.
Dalam semester I tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan dalam rangka peningkatan ruang fiskal sebagaimana tercantum pada tabel 2.7 di bawah ini.
Tabel 2.7
Rekapitulasi Kegiatan Pengawasan
Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal Semester I Tahun 2015
No Kegiatan Pengawasan Jumlah
Kegiatan Keterangan
1 Verifikasi atas Utang Usaha 1 RSUP Dr. Sardjito
2 Verifikasi Kegiatan Pembangunan 1 RSUP Dr. Sardjito
3 Audit Operasional/Audit
Keuangan/Audit Kinerja 3
KPU, JKN
Jumlah 5
Sumber : Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Penjelasan masing-masing kegiatan pengawasan diuraikan sebagai berikut : a. Verifikasi atas Utang Usaha
Memenuhi permintaan dari Direktur RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan kegiatan verifikasi atas utang usaha RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.
Tujuan kegiatan verifikasi adalah untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa saldo utang usaha dan Biaya yang masih harus dibayar (BYMHD) RSUP Dr. Sardjito yogyakarta per 31 Desember 2014 adalah kewajiban yang harus diselesaikan, sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dan barang/jasa yang diterima benar-benar dilaksanakan terkait dengan revisi DIPA BLU RSUP Dr. Sardjito Tahun 2015.
Kegiatan verifikasi menghasilkan simpulan DIPA BLU RSUP Dr. Sardjito Tahun 2015 tidak mengalokasikan anggaran untuk pembayaran Utang usaha per 31 Desember 2014 sebesar Rp23.514.690.983,40 dan Biaya yang masih harus dibayar per 31 Desember 2014 sebesar Rp17.082.176.360,00.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 14 b. Verifikasi Kegiatan Pembangunan
Memenuhi permintaan dari Direktur RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan kegiatan verifikasi atas kegiatan pembangunan pada RSUP DR. Sardjito Yogyakarta berupa penyelesaian tagihan atas sisa pekerjaan pembangunan tahap II gedung ICC RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dapat dilanjutkan dengan DIPA Tahun Anggaran 2015. Dan dalam pembayaran sisa nilai pekerjaan, tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Audit Operasional/Audit Keuangan/Audit Kinerja
Dalam rangka melaksanakan fungsi sebagai auditor internal pemerintah dan memenuhi beberapa permintaan stakeholders, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan peran penjaminan kualitas (assurances) berupa audit operasional, audit keuangan, dan audit kinerja sebagaiman terangkum dalam tabel 2.8 di bawah ini.
Tabel 2.8
Rekapitulasi Kegiatan Penjaminan Kualitas (Assurances) Semester I Tahun 2015
No Kegiatan Pengawasan Jumlah
Kegiatan Keterangan
1 Audit operasional 1 KPU
2 Audit keuangan 26 PHLN
3 Audit kinerja 2 JKN
Jumlah 29
Sumber : Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Masing-masing kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1) Audit Operasional
Dalam periode sampai dengan semester I tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit operasional pada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan audit bertujuan untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta memberikan rekomendasi perbaikan terhadap akuntabilitas keuangan.
Sasaran audit adalah pengelolaan keuangan KPU meliputi pelaksanaan anggaran, penatausahaan, dan pelaporan pelaksanaan APBN yang memerlukan perbaikan atau peningkatan, baik segi efisiensi, efektivitas dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Audit operasional pada KPUD Daerah Istimewa Yogyakarta menghasilkan potensi penghematan keuangan negara sebesar Rp.72.673.500,00. Selain itu juga dijumpai hal-hal sebagai berikut :
- Pembayaran honor kelompok kerja/Tim Pelaksana kegiatan tidak sesuai ketentuan - Pembayaran uang harian perjalanan dinas tidak sesuai ketentuan
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 15 - Pertanggungjawaban kegiatan yang tidak benar.
2) Audit Keuangan
Dalam periode sampai dengan semester I tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit keuangan atas program/proyek berbantuan luar negeri (loan) sebanyak 26 kegiatan/proyek sebagaimana tampak pada tabel 2.9 di bawah.
Tabel 2.9
Kegiatan Audit Keuangan atas Proyek dan Hibah Berbantuan Luar Negeri Semester I Tahun 2015 No Nama Program/Poyek/Kegiatan Jumlah Kegiatan Temuan Penghematan Pengeluaran Negara 1 PNPM Mandiri Perkotaan dan
Perdesaan 5 27.622.461,00
2 HPEQ 3 51.188.447,25
3 WISMP II 15 57.400.400,00
4 PAMSIMAS 3 0,00
Jumlah 26 136.211.308,25
Sumber : Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Pelaksanaan audit keuangan mencakup audit terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan program, penilaian terhadap efektivitas internal control, kinerja program, serta ketaatan terhadap ketentuan program
Kegiatan audit menghasilkan potensi penghematan pengeluaran negara sebesar Rp136.211.308,25.
3) Audit Kinerja
Dalam periode sampai dengan semester I tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit kinerja pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pelaksanaan audit bertujuan untuk menilai keberhasilan Kementrian Kesehatan dan Instansi terkait dalam melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Nasional khususnya kepada fakir miskin dan masyarakat tidak mampu peserta PBI, dan memberikan rekomendasi atas kelemahan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan keandalan laporan kegiatan dari pelaksanaan program tersebut.
Audit atas program JKN di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo menghasilkan koreksi audit berupa selisih pembayaran tagihan oleh Kementerian Kesehatan sebesar Rp.218.415.225,00 dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.10 berikut.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 16 Tabel 2.10
Rekapitulasi Kegiatan Pengawasan Pengawalan Pembangunan Nasional Semester I Tahun 2015
No. Kabupaten Jumlah PBI Dibayar oleh Kemenkes (Rp) Seharusnya (Rp) Selisih (Rp) 1 Sleman 317.181 73.173.656.700 72.971.428.925 202.227.775 2 Kulon Progo 232.517 53.641.671.900 53.625.484.450 16.187.450 Jumlah 549.698 126.815.328.600 126.596.913.375 218.415.225
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
C. PENGAMANAN ASET NEGARA/DAERAH
Aset negara/daerah merupakan salah satu sumber daya penting dalam penyelenggaraan pemerintahan yang harus dijaga keberadaannya dan dioptimalkan kemanfaatannya. Dalam periode semester I tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan aktif dalam upaya pengamanan aset melalui kegiatan keinvestigasian, pendampingan pencegahan fraud pada proses pengadaan barang dan jasa, dan koordinasi dengan aparat penegak hukum (APH), serta pembinaan pengelolaan aset.
1. Kegiatan Keinvestigasian
Penyelamatan aset negara/daerah dilakukan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melalui penerapan strategi represif pada Pemerintah Daerah dan berbagai satuan kerja Kementerian/Lembaga atas permintaan penyidik, meliputi audit investigatif atas kasus/penyimpangan yang berindikasi tindak pidana korupsi, bantuan penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli di persidangan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.11 berikut.
Tabel 2.11
Kegiatan Penerapan Strategi Represif terhadap KKN Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
s.d Semester I Tahun 2015 No Kegiatan Pemda/ BUMD Satker K/L Jumlah 1. Audit Investigatif 2 - 2
2. Bantuan Perhitungan Kerugian Keuangan Negara
4 - 4
3. Pemberian Keterangan Ahli 11 - 11
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Audit Investigatif
Audit investigatif merupakan audit tujuan tertentu yang bertujuan untuk membuktikan apakah terjadi kecurangan/fraud pada suatu kasus yang berakibat kerugian keuangan negara.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 17 Pada semester I Tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan audit investigatif atas dua kasus yaitu dugaan penyelewengan pengelolaan dana desa Tahun 2011 sd 2013 di Desa Margosari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo dan dugaan penyimpangan dalam pengelolaan kas kecil pada Unit Pertambangan PT Anindya Mitra Internasional Tahun 2011. Sampai dengan 30 Juni 2015 kedua kasus tersebut masih dalam proses audit.
b. Bantuan Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara merupakan audit dengan tujuan tertentu yang dimaksudkan untuk memberikan pendapat mengenai nilai kerugian keuangan negara yang timbul dalam suatu kasus penyimpangan dan digunakan untuk mendukung tindakan litigasi.
Dalam semester I tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan audit penghitungan kerugian keuangan negara atas empat kasus, terdiri dari dua kasus telah selesai dilakukan penghitungan kerugian keuangan negara dan telah diserahkan kepada penyidik sebagai bahan pertimbangan dalam proses hukum selanjutnya, yaitu penghitungan kerugian keuangan negara atas penyimpangan Penyaluran BLT Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa Bumi di Dsn Pakis I dan II Ds Dlingo Kec Dlingo Kabupaten Bantul TA 2007 dan atas penyimpangan Program Pengembangan Model Pengolahan Tanaman Terpadu Kedelai Kabupaten Gunungkidul tahun anggaran 2013. Nilai kerugian keuangan negara kedua kasus tersebut seluruhnya sebesar Rp1.475.542.500,00.
Sedangkan dua kasus lainnya masih dalam proses penghitungan, yaitu perhitungan kerugian keuangan negara atas perkara tindak pidana korupsi dugaan penyimpangan pengelolaan pendapatan asli desa, desa Sriharjo kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul tahun anggaran 2008 sd 2013 dan atas dugaan tindak pidana korupsi pada Unit Pengelolaan Keuangan Badan Keswadayaan Masyarakat kelurahan Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan Yogyakarta Tahun 2009.
c. Pemberian Keterangan Ahli
Pemberian keterangan ahli merupakan pemberian pendapat berdasarkan keahlian profesi auditor BPKP dalam suatu kasus tindak pidana korupsi untuk membuat terang suatu kasus bagi penyidik dan/atau hakim.
Dalam semester I tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan kegiatan pemberian keterangan ahli pada instansi penyidik kepolisan dan kejaksaan serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Yogyakarta sebanyak 11 kali dengan rincian sebagaimana tampak pada Tabel 2.12 berikut.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 18 Tabel 2.12
Pemberian Keterangan Ahli Kasus Berindikasi TPK Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Semester I Tahun 2015
No Instansi Jumlah Kasus Nilai (Rp) Keterangan
1. Kejaksaan 3 - Belum putusan hakim 2. Kepolisian 5 - Belum putusan hakim 3. Pengadilan Negeri 3 11.588.436.500,00 -
Jumlah 11 11.588.436.500,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
2. Pendampingan Pencegahan Fraud pada Proses Pengadaan Barang Jasa
Pendampingan pencegahan fraud pada proses pengadaan barang dan jasa merupakan jasa konsultansi yang diberikan oleh perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta kepada unit kerja Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dengan tujuan memberikan cegah dini (early warning) kepada pemangku kegiatan agar tidak terjadi penyimpangan dari ketentuan yang berlaku.
Pada semester I Tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pendampingan pencegahan fraud atas proses perencanaan sampai penandatanganan kontrak pekerjaan penyempurnaan pembangunan gedung perpustakaan, pengadaan landscape dan pekerjaan pengadaan interior gedung perpustakaan BPAD Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampai dengan 30 Juni 2015 kegiatan tersebut masih dalam proses.
3. Pembinaan Pengelolaan Aset
Salah satu bentuk pengamanan aset dilakukan melalui penerapan manajemen aset yang baik pada BUMN/D. Namun demikian sampai saat ini seluruh PDAM di Daerah Istimewa Yogyakarta belum memiliki kebijakan pengelolaan aset, termasuk masih adanya aset yang belum ditetapkan statusnya.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyampaikan kepada masing-masing Direktur PDAM agar membuat kebijakan pengelolaan/manajemen asset dan berkoordinasi dengan jajaran terkait untuk menetapkan status asetnya.
D. PERBAIKAN SISTEM TATA KELOLA (GOVERNANCE SYSTEM)
Perbaikan sistem tata kelola pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta BUMN/BUMD menjadi fokus pengawasan BPKP yang dilakukan dalam rangka membantu memperbaiki tata kelola organisasi, pengelolaan risiko, dan sistem pengendalian intern pemerintah.
1. Kualitas Sistem Tata Kelola (Governance System)
Beberapa indikator yang dapat menggambarkan perbaikan kualitas tata kelola kepemerintahan antara lain tercermin dari tingkat kematangan (maturity) dalam penyelenggaraan SPIP, perolehan skor sistem akuntabilitas kinerja/SAKIP, perolehan opini atas
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 19 laporan keuangan pemerintah daerah maupun BUMD, tingkat leveling APIP, dan peningkatan indeks persepsi korupsi, dengan uraian sebagai berikut :
a. Tingkat Kematangan/maturitas Penyelenggaraan SPIP
Kualitas penyelenggaran SPIP pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dapat diukur menggunakan tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP. Tingkat kematangan dinilai berdasarkan keberadaan sistem pengendalian intern yang telah dibangun oleh instansi pemerintah, dengan simpulan sebagai berikut :
Tingkat Tingkat Maturitas Klasifikasi Interval Nilai
1 Belum Ada 0 Nilai < 1,0
2 Rintisan 1 1,0 < Nilai < 2,0
3 Berkembang 2 2,0 < Nilai < 3,0
4 Terdefinisi 3 3,0 < Nilai < 4,0
5 Terkelola dan terukur 4 4,0 < Nilai <4,5
6 Optimum 5 Nilai > 4,5
Penjelasan masing-masing tingkat sebagai berikut :
- Tingkat 1 (belum ada) berarti K/L/Pemda sama sekali belum memiliki kebijakan dan prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan praktek-praktek pengendalian intern. - Tingkat 2 (rintisan) berarti telah ada praktik pengendalian intern, namun pendekatan risiko
dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat ad-hoc dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa komunikasi dan pemantauan sehingga kelemahan tidak diidentifikasi.
- Tingkat 3 (berkembang) berarti K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern, namun tidak terdokumentasi dengan baik dan pelaksanaannya sangat tergantung pada individu dan belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai.
- Tingkat 4 (terdefinisi) berarti K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai.
- Tingkat 5 (terkelola dan terukur) berarti K/L/P telah menerapkan pengendalian internal yang efektif, masing-masing personel pelaksana kegiatan yang selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/Pemda. Evaluasi formal dan terdokumentasi.
- Tingkat 6 (optimum) berarti K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh pemantauan otomatis menggunakan aplikasi komputer.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 20 Penilaian maturitas SPIP baru dilakukan pada dua pemerintah daerah yaitu Kabupaten Sleman dengan nilai 2,83 (berkembang) dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan nilai 1,44 (rintisan), sedangkan empat Pemda yang lain belum dilakukan penilaian.
b. Skor Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP)
Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tercermin dari hasil evaluasi/penilaian yang dilakukan oleh Kementerian PAN dan RB terhadap Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Hasil penilaian menunjukkan bahwa SAKIP Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 memperoleh nilai sangat baik dengan level A. Nilai tingkat akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dapat digambarkan dalam Tabel 2.14. berikut :
Tabel 2.14
Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2014
No Pemeintah Daerah Skor/Nilai Keterangan
1. Daerah Istimewa Yogyakarta A Sangat Baik
2. Kota Yogyakarta B Baik
3. Kab. Bantul B Baik
4. Kab. Sleman B Baik
5. Kab. Kulon Progo B Baik
6. Kab. Gunungkidul CC Cukup
Sumber : Bagian Organisasi masing-masing Pemda
Perkembangan perolehan skor hasil evaluasi sistem sistem akuntabilitas kinerja sampai dengan tahun 2014 tampak pada tabel 2.15 di bawah ini.
Tabel 2.15
Perkembangan Skor Hasil Evaluasi SAKIP Pemerintah Daerah di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012 – 2014
No Pemerintah Daerah 2012 2013 2014
1. Daerah Istimewa Yogyakarta CC B A
2. Kota Yogyakarta C CC B
3. Kab. Bantul CC B B
4. Kab. Sleman C C B
5. Kab. Kulon Progo C C B
6. Kab. Gunungkidul CC CC CC
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 21 c. Opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil audit BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2014 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, lima LKPD atau 83,33% dari total enam LKPD memperoleh opini WTP. Perolehan opini WTP atas LKPD tahun 2014 sama dengan tahun 2013. Perkembangan opini BPK atas LKPD Tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.16 di bawah ini.
Tabel 2.16
Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012 – 2014
No Pemerintah Kabupaten/Kota Opini LKPD
2011 2012 2013 2014
1. Daerah Istimewa Yogyakarta WTP WTP WTP WTP
2. Kota Yogyakarta WTP WTP WTP WTP
3. Kabupaten Bantul WDP WTP WTP WTP
4. Kabupaten Sleman WTP WTP WTP WTP
5. Kabupaten Kulon Progo WDP WDP WTP WTP
6. Kabupaten Gunungkidul WDP WDP WDP WDP
Sumber : Website BPK RI
d. Opini Laporan Keuangan BUMD
Kewajaran penyajian informasi keuangan pada laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D) menjadi salah satu indikator kualitas tata kelola organisasi. Hasil audit oleh auditor eksternal atas laporan keuangan BUMN/D menjadi salah satu faktor penting dalam mengukur good corporate governance BUMN/D.
Dari 16 BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 5 BUMD (PDAM) telah diaudit oleh auditor eksternal dan seluruhnya memperoleh opini WTP. Perkembangan opini auditor eksternal atas Laporan Keuangan BUMD tahun 2012-2014 disajikan pada Tabel 2.17.
Tabel 2.17
Perkembangan Opini Auditor Eksternal atas Laporan Keuangan BUMD di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012 – 2014
No Jenis Opini Jumlah BUMD
2012 2013 2014 1. WTP 16 100% 16 100% 5 31,25% 2. WDP 0 0 0 0 0 0 3. TMP 0 0 0 0 0 0 4. TW 0 0 0 0 0 0 5. Belum diaudit 0 0 0 0 11 68,75% Jumlah 16 100% 16 100% 5 100%
Sumber : Ikhtisar Hasil Audit Kantor Akuntan Publik
Dari 16 BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sampai dengan semester I tahun 2015 baru lima Laporan Keuangan BUMD tahun 2014 yang telah dilakukan audit.