• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. AKUNTANSI PIUTANG

B. Akuntansi Piutang Dagang

D. Akuntansi Piutang Wesel E. Penyajian Piutang di Neraca

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan adalah dengan melakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit menimbulkan piutang.

Piutang merupakan klaim terhadap pihak lain untuk membayar sejumlah tertentu pada periode tertentu akibat dari penyerahan barang atau jasa pada periode sebelumnya.

A. Klasifikasi Piutang

Pada PSAK No. 9, Paragraf 07e, piutang diklasifikasikan menjadi: 1. Piutang usaha, merupakan piutang akibat penyerahan barang

atau jasa yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Memiliki saldo normal disebelah debet, diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu relatif pendek.

2. Piutang lain-lain, piutang yang tidak berasal dari kegiatan utama perusahaan misalnya piutang bunga, piutang dividen, piutang pajak dan piutang karyawan.

Berdasarkan tingkat formalitasnya, piutang usaha dibedakan menjadi piutang dagang dan piutang wesel.

Piutang dagang, timbul sebagai akibat penyerahan barang dagangan atau penjualan barang dagangan secara kredit. Umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga di

Piutang wesel, merupakan piutang yang disertai dengan perjanjian tertulis, sehingga dikatakan bersifat lebih formal dibandingkan dengan piutang dagang. Karena jangka waktunya kurang dari satu tahun maka piutang wesel juga dikelompokkan sebagai aktiva lancar.

B. Akuntansi Piutang Dagang

Penilaian piutang menyangkut masalah penentuan nilai piutang yang harus disajikan di dalam laporan keuangan, yang meliputi: 1. Pengakuan piutang mula-mula

Piutang timbul pertama kali ketika penjualan dilakukan atau pada saat penghasilan (revenue) diakui. Dengan demikian ketepatan pengakuan penjualan akan berakibat pada kesempatan pengakuan piutang mula-mula. Ada tiga cara melakukan pengakuan penjualan yang berpengaruh terhadap pengakuan jumlah piutang mula-mula yaitu:

a. Metode kotor

Mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila ternyata debitur mengambil potongan, maka akan diakui sebagai pengurang jumlah penjualan, bukan sebagai pengurang jumlah piutang.

b. Metode bersih

Mengakui jumlah piutang setelah dikurangi potongan penjualan. Apabila ternyata potongan penjualan tidak dimanfaatkan oleh debitur, maka akan mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran atas jumlah piutang. Kelebihan tersebut dicatat sebagai penghasilan lain-lain atau penghasilan di luar usaha.

c. Metode cadangan

Mengakui jumlah sebesar jumlah sebelum dikurangi potongan, tetapi penjualan diakui sebesar jumlah setelah dikurangi potongan penjualan. Selisih antara pengakuan piutang dengan penjualan dicatat sebagai cadangan

Contoh soal:

1) Pada tanggal 1 Desember 2014, PT. Hitankara menjual barang dengan syarat 2/10, n/30 dengan harga Rp 6.000.000, pencatatan piutang dengan menggunakan metode kotor, bersih dan cadangan nampak sebagai berikut (dlm Rp):

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan

Piutang 6.000.0000 Penjualan 6.000.000 Piutang 5.880.000 Penjualan 5.880.000 Keterangan Penjualan kotor 6.000.000 Pot 2% 120.000 Piutang bersih 5.880.000 Piutang 6.000.000 Cad pot penj 120.000 Penjualan 5.880.000

2) Pada tanggal 8 Desember 2014 diterima pelunasan piutang dari penjualan tanggal 1 Oktober sebesar Rp 3.000.000 dan terjadi penjualan sebesar Rp 3.5000.000. Pencatatan penerimaan piutang dan penjualan tanggal 8 Oktober dengan menggunakan ketiga metode disajikan sebagai berikut:

Pencatatan penerimaan pembayaran piutang

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan

Kas 2.940.000 Pot Penj 60.000 Piutang 3.000.000 Kas 2.940.000 Piutang 2.940.000 Kas 2.940.000 Cadangan pot penj 60.000

Piutang 3.000.000 Keterangan Penerimaan piutang 3.000.000 Potongan 2% 60.000 Kas diterima 2.940.000 Keterangan

Piutang yang dikredit 50%x5.880.000= 2.940.000

Cadangan pot penjualan yang dibatalkan 50%x120.00=60.000

Pencatatan penjualan Rp 3.500.000

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan

Piutang 3.500.000 Penjualan 3.500.000

Piutang 3.430.000 Penjualan 3.430.000

Piutang 3.500.000

Cad pot penj 70.000 Penjualan 3.430.000 Penjualan kotor 3.500.000

Pot 2% 70.000 Penjualan bersih 3.430.000

Cadangan pot penjualan 2%x3.500.000=70.000 3). Pada tanggal 20 Desember 2014, diterima pelunasan saldo piutang dari penjualan tanggal 1 Oktober 2014 sebesar Rp 3.000.000

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan Kas 3.000.000

Piutang 3.000.000

Kas 3.000.000

Piutang 2.940.000 Penghasilan di luar usaha 60.000

a)Kas 3.000.000

Piutang 3.000.000 b) Cadangan pot penj 60.000

Pengh di luar usaha 60.000 Pelunasan debitur setelah masa potongan, sehingga potongan tidak diperoleh.

4). Pada tanggal 24 Desember 2014 penjualan barang dengan harga Rp 10.000.000

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan

Piutang 10.000.000 Penjualan 10.000.000

Piutang 9.800.000

Penjualan 9.800.000

Piutang 10.000.000

Cad Pot penjualan 200.000 Penjualan 9.800.000 Keterangan:

Penjualan kotor 10.000.000 Potongan 2% 200.000 Piutang bersih 9.800.000

5) Pada tanggal 31 Desember 2014 penyesuaian untuk rekening piutang

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan

Tidak ada jurnal penyesuaian

Piutang 60.000

Penghasilan di luar usaha 60.000

Cad Pot Penjulan 60.000

Penghasilan di luar ush 60.000 Menyesuaikan pot penjualan yang tidak dimanfaatkan pelanggan karena pembayarannya lebih dari 10 hari(setelah masa potongan) Penyajian Piutang di Laporan Keuangan (dlm Rp)

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan

LAPORAN LABA/RUGI Penjualan Kotor 19.500.000 Potongan Penj 60.000 Penjualan bersih 19.440.000 Penjualan 19.110.000 ...

Pengh di luar usaha 120.000

Penjualan 19.110.000 ...

Pengh di luar usaha 120.000

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan

NERACA Aktiva Lancar ... Piutang 13.500.000 Aktiva Lancar ... Piutang 13.290.000 Aktiva Lancar ... Piutang 13.500.000 Cad Pot Penj 210.000 Piutang bersih 13.290.000

2. Pencatatan kerugian piutang

Penjualan secara kredit selain memberikan manfaat berupa peningkatan volume penjualan, namun disisi lain juga menimbulkan risiko yakni timbulnya kerugian berupa piutang yang tidak bisa ditagih (macet). Untuk mencatat terjadinya kerugian piutang dapat memilih salah satu dari kedua cara berikut yakni:

a. Metode penghapusan langsung

Perusahaan yang menggunakan penghapusan langsung atas kerugian piutangnya, tidak perlu memperkirakan besarnya piutang yang kira-kira tidak bisa ditagih, sehingga tidak terdapat rekening cadangan kerugian piutang dalam pembukuannya.

Pencatatan atas kerugian piutang dilakukan jika benar- benar ada piutang yang tidak bisa ditagih akibat debitur yang bangkrut atau secara hukum nyata-nyata tidak bisa melakukan pembayaran atas utangnya.

Jika ada debitur yang sudah pasti tidak mampu membayar utang dan perusahaan memutuskan untuk menghapus piutang tersebut maka jurnal yang dibuat untuk mencatat penghapusan piutang itu adalah:

Beban kerugian piutang xxx

Piutang xxx

Perusahaan yang menggunakan metode penghapusan langsung menyajikan piutang di neraca sejumlah bruto, dan pencatatan beban kerugian piutang seringkali tidak bersamaan dengan pengakuan penjualan. Dengan demikian penggunaan metode penghapusan langsung tidak sesuai dengan konsep penandingan dan konservatisme.

b. Metode cadangan

Secara akuntansi, penggunaan metode cadangan dalam pencatatan kerugian piutang lebih tepat dibandingkan dengan metode penghapusan langsung, terlebih lagi jika

Transaksi Metode

penghapusan langsung

Metode cadangan 31-12-2014

PT. WGAH memiliki piutang sebesar Rp 50.000.000 dari jumlah tersebut Rp 500.000 diperkirakan tidak bisa ditagih

Tidak ada jurnal BKP 500.000

CKP 500.000 Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode cadangan dalam mencatat kerugian piutang adalah: 1). Jumlah kerugian piutang yang diperkirakan tidak bisa

ditagih ditaksir dengan menggunakan dua pendekatan yakni pertama pendekatan neraca, persentase tertentu dikalikan dengan piutang atau dengan menggunakan analisa umur piutang. Kedua pendekatan laba/rugi, persentase tertentu dikalikan dengan penjualan.

2). Setelah diketahui besarnya taksiran kerugian piutang, maka jurnal untuk mencatat taksiran kerugian piutang adalah dengan mendebet beban kerugian piutang dan mengkredit cadangan kerugian piutang.

3). Jika terjadi piutang yang benar-benar tidak bisa ditagih, berarti cadangan kerugian yang dibentuk sebelumnya terpakai dan piutang berkurang, sehingga jurnalnya adalah mendebet cadangan kerugian piutang dan mengkredit piutang.

4). Apabila piutang yang sudah dihapuskan ternyata bisa ditagih, mungkin karena ada niat baik dari debitur untuk tetap menjalin relasi setelah kondisi keuangannya membaik, maka jurnal yang dibuat ada dua yakni: pertama saat ada pernyataan tertulis untuk membayar jurnalnya mendebet piutang dan mengkredit cadangan kerugian piutang, kedua jika sudah diterima pembayaran jurnalnya mendebet kas dan mengkredit piutang. Tujuan dari jurnal pertama mendebet piutang adalah untuk memunculkan kembali rekening piutang yang sudah dihapus pada periode sebelumnya.

Perbedaan antara metode penghapusan langsung dengan metode cadangan disajikan sebagai berikut:

03-03-2015

Terdapat piutang kepada UD Karuna senilai Rp 100.000 tidak bisa ditagih dan dihapuskan

BKP 100.000

Piutang 100.000

CKP 100.000

Piutang 100.000

12-04-15

UD Karuna menyatakan akan melunasi utangnya Piutang 100.000 BKP 100.000 Piutang 100.000 CKP 100.000 15-05-15

UD Karuna melunasi utangnya

Kas 100.000

Piutang 100.000

Kas 100.000

Piutang 100.000 Kembali kepada metode cadangan, sebelumnya disebutkan bahwa besarnya cadangan kerugian piutang ditaksir berdasarkan dua pendekatan yakni:

a. Pendekatan neraca

Besarnya taksiran kerugian piutang dengan menggunakan pendekatan neraca diperoleh dengan mengalikan persentase tertentu dari jumlah piutang dengan menggunakan analisa umur piutang. Langkah- langkah dalam menyusun analisa umur piutang adalah: 1). Piutang dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni

piutang yang belum jatuh tempo dan piutang yang sudah jatuh tempo.

2). Piutang yang sudah jatuh tempo dikelompokkan

lagi berdasarkan kelompok umur, dengan

pegelompokkan umur tiap bulan misalnya 1-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, 91-120 hari dan di atas 120 hari.

3). Jumlah piutang dalam tiap-tiap kelompok umur kemudian dikalikan dengan taksiran persentase tidak tertagih dengan ketentuan semakin ke kanan atau semakin jauh dari hari jatuh tempo taksiran persentase tidak tertagih semakin besar.

4). Besarnya taksiran persentase tidak tertagih ditentukan secara subjektif oleh manajemen khususnya yang menangani piutang, berdasarkan

pengalam sebelumnya atau berdasarkan

Berikut adalah contoh daftar umur piutang dari UD. Ganendra per 31 Desember 2014 sebagai berikut:

Nama Debitur Jumlah Saldo Piutang(Rp) Belum Jatuh Tempo

Sudah jatuh tempo (dlm hari)

1-30 31-60 61-90 91-120 >120 Ana 20.000.000 15.000.000 4.000.000 500.000 500.000 Beno 35.000.000 20.000.000 2.000.000 1.000.000 2.000.000 5.000.000 5.000.000 Ciko 15.000.000 14.000.000 1.000.000 Dini 19.000.000 10.000.000 5.000.000 2.000.000 1.000.000 1.000.000 Eri 23.000.000 13.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 Fika 11.000.000 6.000.000 4.000.000 1.000.000 Galuh 12.000.000 8.000.000 3.000.000 300.000 700.000 Jumlah 135.000.000 86.000.000 21.000.000 6.800.000 6.200.000 8.000.000 7.000.000 Taksiran Persentase Tak tertagih 1% 2% 3% 4% 5% 10% Total taksiran Tak tertagih 860.000 420.000 204.000 248.000 400.000 700.000

Jumlah taksiran kerugian piutang dan jurnal yang dibuat untuk mencatat taksiran kerugian piutang adalah:

Beban kerugian piutang Rp 2.832.000

Cadangan kerugian piutang Rp 2.832.000 b. Pedekatan laba/rugi

Jika perusahaan menggunakan pendekatan laba/rugi dalam menghitung taksiran kerugian piutangnya, maka persentase tertentu dikalikan dengan jumlah penjualan kredit bersihnya.

Misalnya pada tanggal 31 Desember 2014 UD Ganendra memiliki penjualan kredit bersih Rp 350.000.000 dan misalnya ditentukan taskiran kerugian piutang 1,5% maka besarnya cadangan kerugian piutang adalah 1,5%xRp 350.000.000=Rp 5.250.000