• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap

BAB V AKUNTANSI AKTIVA TETAP

B. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap

D. PENYUSUTAN AKTIVA TETAP

E. PENGELUARAN SELAMA PEMAKAIAN AKTIVA TETAP

Aktiva tetap bagi suatu perusahaan belum tentu menjadi aktiva tetap bagi perusahaan yang lain. Sebagai contoh bagi perusahaan percetakan, mesin foto copy merupakan aktiva tetap, sedangkan bagi perusahaan yang menjual mesin foto copy, maka mesin foto copy tersebut merupakan aktiva lancar atau persediaan barang dagangan.Bagi hotel berbintang, spray dan korden mungkin digunakan dalam jangka waktu kurang dari setahun, sehingga keduanya diklasfikasikan sebagai aktiva lancar. Berbeda dengan hotel melati, mungkin kedua benda tersebut digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun sehingga diklasifikasikan sebagai aktiva tetap. Lalu apa karakteristik aktiva tetap?

A. KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI AKTIVA TETAP

Aktiva tetap adalah yang dibeli dengan tujuan untuk dipergunakan secara aktif di dalam operasional perusahaan dalam rangka mencari laba, dan memberikan masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Berdasarkan ada tidaknya wujud fisik, aktiva tetap dibedakan menjadi aktiva tetap berwujud misalnya tanah, gedung, mesin, kendaraan dan yang lainnya, dan aktiva tetap tidak tidak berwujud misalnya paten, trade mark, copyright, franchise dan

goodwill. Berdasarkan terbatas tidaknya masa manfaat, aktiva tetap

terbatas misalnya mesin, kendaraan, gedung dan aktiva tetap yang memberikan masa manfaat tidak terbatas contohnya tanah.

Pembahasan aktiva tetap pada bab ini difokuskan untuk aktiva tetap berwujud.

B. PENENTUAN HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP

Menurut prinsip akuntansi, aktiva tetap dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan adalah harga beli/faktur ditambah dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai dengan aktiva tetap tersebut siap digunakan dalam kondisi normal.

Harga perolehan diukur dengan kas yang dibayarkan pada suatu transaksi secara tunai. Dalam hal aktiva tidak dibayar dengan kas, maka harga perolehan ditetapkan sebesar nilai wajar dari aktiva yang diperoleh atau aktiva yang diserahkan, yang mana yang lebih layak berdasarkan bukti atau data yang tersedia. Apabila harga perolehan telah ditetapkan, maka harga perolehan tersebut akan menjadi dasar untuk akuntansi selama masa pemakaian aktiva yang bersangkutan. Biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh aktiva tetap, berbeda-beda antara satu aktiva tetap dengan aktiva tetap yang lain. Berikut akan dijelaskan biaya-biaya yang menambah harga perolehan aktiva tetap pada tiap-tiap jenis aktiva tetap.

1. Tanah

Harga perolehan tanah terdiri dari: harga beli tunai, biaya balik nama, komisi perantara(kalau ada) dan pajak pembelian. Jika pada saat dibeli tanah dalam kondisi tidak siap digunakan misalnya berbatu, tidak rata, dan ditumbuhi tanaman liar, maka biaya yang dikeluarkan untuk menjadikan tanah siap diisi bangunan, merupakan harga perolehan tanah.

Jika tanah yang dibeli untuk didirikan bangunan, sementara sebelumnya pada tanah tesebut terdapat bangunan tua yang sudah tidak digunakan, maka biaya yang dikeluarkan untuk meratakan bangunan lama juga merupakan penambah harga perolehan. Apabila terdapat beberapa komponen dari bangunan lama yang masih bisa dijual, maka harga jual komponen bangunan

Contoh UD Ganen membeli sebidang tanah dengan harga Rp 500.000.000 biaya balik nama yang dikeluarkan Rp 2.000.000, pajak pembelian Rp 2.500.000. Untuk membersihkan tanaman liar dikeluarkan biaya Rp 200.000 dan pembongkaran gudang lama Rp 500.000. Genteng yang merupakan atap gudang dijual seharga Rp 300.000. Harga perolehan tanah yang dibeli UD Ganen adalah: Harga beli Rp 500.000.000

Biaya balik nama Rp 2.000.000 Pajak pembelian Rp 2.500.000 Pembersihan Rp 700.000+ Total pengeluaran Rp 505.200.000 Hasil penjualan komponen gudang Rp 300.000 – Total harga perolehan Rp 504.900.000 Jurnal untuk mencatat perolehan tanah adalah

Tanah Rp 504.900.000 Kas 504.600.000 2. Gedung

Semua pengeluaran yang berhubungan dengan pembelian atau pembangunan sebuah gedung harus dibebankan pada rekening gedung.

Apabila gedung dimiliki melalui pembelian, maka harga perolehannya meliputi harga beli, biaya notaris. Jika gedung dibangun sendiri, maka harga perolehannya meliputi semua pengeluaran untuk membuat gedung, termasuk pembuatan saluran listrik dan air, jasa arsitek dan biaya IMB. Jika pembangunan gedung menggunakan dana pinjaman sehingga menimbulkan biaya bunga, maka biaya bunga boleh dibebankan sebagai harga perolehan gedung, namun pembebanan tersebut hanya selama masa konstruksi.

3. Kendaraan

Harga perolehan kendaraan meliputi harga faktur, PPN, biaya pengecetan dan biaya balik nama. Jika terdapat pembayaran pajak kendaraan dan premi asuransi yang dibayar dimuka tidak

merupakan komponen harga perolehan, melainkan dibebankan sebagai biaya operasional pada periode yang bersangkutan.

Contoh: CV WGAH membeli sebuah kendaraan dengan harga Rp 300.000.000, pengeluaran lain yang berhubungan dengan kendaraan PPN Rp 3.000.000, pengecatan Rp 1.000.000, bea balik nama 1.500.000, premi asuransi kecelakaan dibayar dimuka Rp 1.200.000 dan biaya pengurusan STNK Rp 3.500.000. Perhitungan harga perolehan kendaraan adalah sebagai berikut:

Harga faktur Rp 300.000.000 PPN Rp 3.000.000 Pengecatan Rp 1.000.000 Balik nama Rp 1.500.000 Total harga perolehan Rp 302.500.000 Jurnal untuk mencatat harga perolehan kendaraan adalah: Kendaraan Rp 302.500.000

Pajak kendaraan Rp 3.500.000 Asuransi dibayar dimuka Rp 1.200.000

Kas Rp 307.200.000 4. Mesin

Harga perolehan mesin meliputi harga beli/faktur, PPN, premi asuransi pengangkutan, biaya pemasangan dan biaya uji coba. Dalam hal uji coba mesin memerlukan pembelian bahan baku, maka harga bahan baku merupakan penambah harga perolehan Jika hasil uji dapat dijual, maka hasil penjualan akan mengurangi harga perolehan.

Jika terjadi kesalahan dalam pemasangan, maka biaya untuk memperbaiki kerusakan karena kesalahan pemasangan tidak boleh menambah harga perolehan mesin dan harus dibebankan sebagai biaya di luar usaha pada periode terjadinya.

Contoh UD Collour membeli mesin cetak Noritsu dengan harga Rp 250.000.000. PPN 10% dari harga faktur, premi asuransi pengiriman Rp 200.000, biaya pemasangan Rp 500.000. Untuk melakukan uji coba cetak dikeluarkan biaya Rp 300.000 dan hasil uji coba dijual dengan harga Rp 150.000. Pada saat pemasangan

karyawan melakukan kecerobohan sehingga timbul kerusakan dan mesin harus direparasi yang menghabiskan biaya Rp 400.000. Perhitungan harga perolehan mesin dan jurnal untuk mencatat harga perolehan mesin adalah sebagai berikut:

Harga faktur Rp 250.000.000 PPN Rp 25.000.000 Premi asuransi pengiriman Rp 200.000 Biaya pemasangan Rp 500.000 Biaya bahan uji coba Rp 300.000+ Jumlah pengeluaran Rp 276.000.000 Penjualan produk hasil uji coba Rp 150.000 – Total harga perolehan mesin Rp 275.850.000 Jurnal untuk mencatat harga perolehan mesin

Mesin Noritsu Rp 275.850.000 Biaya di luar usaha Rp 400.000

Kas Rp 276.250.000