• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akurasi dan Persentase Kode Sebab Kematian

Dalam dokumen A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN (Halaman 41-57)

Berdasarkan penelitian ini presentase kode sebab kematian yang akurat (54,76%) lebih besar dibanding yang tidak akurat (45,24%).

Berikut penyebab kode sebab akurat tidak akurat :

1. Kasus pertama dengan sebab kematian I a. Cardiorenal Failure, b. Shock, c. Shock Hipovolemik, II. SNH petugas memilih Shock sebagai sebab kematian, akan tetapi jika di cek menggunakan tabel MMDS Cardiorenal Failure sequen dengan Shock, Shock sequen dengan Shock Hipovolemik, dan Shock Hipovolemik tidak sequen dengan SNH, maka yang menjadi sebab kematian adalah Cardiorenal Failure/ I50.9

2. Kasus kedua dengan sebab kematian I a. Shock Cardiogenik, b. Syndrome Coronary, c. Bronchopneumonia, II. Diabetes Melitus petugas memilih Syndrome Coronary, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Shock Cardiogenik sequen dengan Syndrome Coronary, Syndrome Coronary sequen dengan Bronchopneumonia, Bronchopneumonia tidak sequen dengan DM, maka yang menjadi sebab kematian adalah Shock Crdiogenik/ R57.0 3. Kasus ketiga dengan sebab kematian I a. Meningitis, b. Perdarahan

Otak, c. Stroke, II Bronchopneumonia petugas memilih Perdarahan Otak, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Meningitis sequen dengan Perdarahan Otak, Perdarahan Otak sequen dengan Stroke, Stroke tidak sequen dengan Bronchopneumonia, maka yang menjadi sebab kematian adalah Meningitis/ G03.9

4. Kasus keempat dengan sebab kematian Ia. Sepsis, b. Bronchopneumonia, c. SNH petugas memilih Bronchopneumonia, akan tetapi jika dicek dengan tabel MMDS Sepsis sequen dengan Bronchopneumonia, Bronchopneumonia sequen dengan SNH, maka yang menjadi sebab kematian adalah Sepsis/ A41.9

5. Kasus kelima dengan sebab kematian Ia. Gagal Nafas, b CKD petugas memilih CKD, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Gagal Nafas sequen dengan CKD maka yang menjadi sebab kematian adalah Gagal Nafas/ J96.9

6. Kasus keenam dengan sebab kematian Ia. Cardiorespiratory Failure, b. Efusi Pleura, c. Bronchopneumonia, II. Ca Ovarium petugas memilih Efusi Pleura, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Cardiorespiratory Failure sequen dengan Efusi Pleura, Efusi Pleura sequen dengan Bronchopneumonia, Bronchopneuonia sequen dengan Ca Ovarium, maka yang menjadi sebab kematian adalah Cardiorespiratory Failure/R09.2

7. Kasus ketujuh dengan sebab kematian Ia. Gagal Nafas, b. Teratoma Intracranial, c. Subarachnoid Hemorrhage petugas memilih Teratoma Intracranial, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Gagal Nafas sequen dengan Teratoma Intracranial, Teratoma Intracranial tidak sequen dengan Subarachnoid Hemorrhage, maka yang menjadi sebab kematian adalah Gagal Nafas/ J96.9

8. Kasus delapan dengan sebab kematian Ia. Gagal Nafas, b. Edema Paru, c. Syndrome Coronary Intermediate petugas memilih Edema Paru, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Gagal Nafas sesuai dengan Edema Paru, Edema Paru sequen dengan Syndrome Coronary Intermediate, maka yang menjadi sebab kematian adalah Gagal Nafas/ J96.9

9. Kasus sembilan dengan sebab kematian Ia. Shock Cardiogenik, b. CHF, c. IHD petugas memilih I50.0, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Shock Cardiogenik sequen dengan CHF, CHF sequen dengan IHD, maka yang menjadi sebab kematian adalah Shock Cardiogenik/ R57.0

10. Kasus sepuluh dengan sebab kematian Ia. Shock Cardiogenik, b. CHF, c. Bronchopneumonia, II. DM petugas memilih CHF, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Shock Cardiogenik sequen dengan CHF, CHF sequen dengan Bronchopneumonia, Bronchopneumonia tidak sequen dengan DM, maka yang menjadi sebab kematian adalah Shock Cardiogenik/ R57.0

11. Kasus sebelas dengan sebab kematian Ia. Cardiac Arrest, b. Dysrhytmia Cardiac, c. IHD petugas memilih Dysrhytmia Cardiac, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Cardiac Arrest sequen dengan Dysrhytmia Cardiac, Dysrhytmia Cardiac sequen dengan IHD, maka yang menjadi sebab kematian adalah Cardiac Arrest/ I46.9

12. Kasus dua belas dengan sebab kematian Ia. Shock Septic, b. Acidosis Metabolik, c. DM II, II. Bronchopneumonia petugas memilih DM II, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Shock Septic sequen dengan Acidosis Metabolik, Acidosis Metabolik sequen dengan DM II, DM II tidak sequen dengan Broncopneumonia, maka yang menjadi sebab kematian adalah Shock Septic/ A41.9

13. Kasus tiga belas dengan sebab kematian Ia. Cardiorespiratory Failure, b. Acute Coronary Syndrome, c. IHD, II. CKD petugas memilih IHD, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Cardiorespiratory Failure sequen dengan Acute Coronay Syndrome, Acute Coronary Syndrome sequen dengan IHD, IHD tidak sequen dengan CKD, maka yang menjadi sebab kematian adalah Cardiorespiratory Failure/ R09.2

14. Kasus empat belas dengan sebab kematian Ia. Cardiac Arrest, b. Atrial Fibrillation, c. Hipokalemi, II. Cirrhosis Hepatitis petugas memilih Atrial Fibrillation, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Cardiac Arrest sequen dengan Atrial Fibrillation, Atrial Fibrillation sequen dengan Hipokalemi, Hipokalemi tidak sequen dengan Cirrhosis Hepatitis, maka yang menjadi sebab kematian adalah Cardiac Arrest/ I46.9

15. Kasus lima belas dengan sebab kematian Ia. Shock Septic, b. Bronchopneumonia, II. Hypoalbumin petugas memilih Bronchopneumonia, akan tetapi jika dicek menggunakan dengan tabel MMDS Shock Septic sequen dengan Bronchopneumonia, Bronchopneumonia tidak sequen dengan Hypoalbumin, maka yang menjadi sebab kematian adalah Shock Septic/ A41.9

16. Kasus enam belas dengan sebab kematian Ia. Sepsis, b. Osteomyelitis, c. DM petugas memilih DM, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Sepsis sequen dengan Osteomyelitis, Osteomyelitis tidak sequen dengan DM, maka yang menjadi sebab kematian adalah Sepsis/ A41.9

17. Kasus tujuh belas dengan sebab kematian Ia. Cardiorepiratory Failure, b. Hepatitis Cellular Carinoma petugas memilih Hepatitis Cellular Carcinoma, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS CardiorespiratoryFailure sequen dengan Hepatitis Cellular Carcinoma, maka yang menjadi sebab kematian adalah Cardiorespiratory Failure/ R09.2

18. Kasus delapan belas dengan sebab kematian Ia. CHF, b. Arrhytmia, c. Respiratory Failure petugas memilih Arrhytmia , akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS CHF sequen dengan Arrhytmia, Arrhytmia sequen dengan Respiratory Failure, maka yang menjadi sebab kematian adalah CHF/ I50.0

19. Kasus sembilan belas dengan sebab kematian Ia. Encepalophaty, b. Acidosis, c. CKD, II. Sepsis petugas memilih Sepsis, akan tetapi jika dicek menggunakan tabel MMDS Encepalophaty sequen dengan Acidosis, Acidosis sequen dengan CKD, CKD tidak sequen dengan Sepsis, maka yang menjadi kode sebab kematian adalah Encepalophaty/ G93.4

Ketidak akuratan kode sebab kematian dipengaruhi oleh beberapa faktor sebaga berikut :

1. Penetepan Sebab Kematian dan Kode Sebab Kematian

Di RS St. Elisabeth Semarang penetapan Sebab Kematian oleh dokter berpedoman pada ICD 10 Vol 2 tentang kode mortalitas dimana penulisannya berdasarkan riwayat penyakit pasien meninggal yaitu

I a. Penyebab Langsung b.Penyebab Antara c.Penyabab Dasar

Sedangkan petugas koder dalam menentukan kode sebab kematian tidak berpedoman pada ICD 10 vol 2 dan tidak menggunakan tabel MMDS.

2. Karakteristik Petugas Koding

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas koding di RS St. Elisabeth Semarang, karakteristik petugas koding dapat ditinjau dari beberapa aspek:

a. Pengalaman Kerja

Petugas Koding di RS St. Elisabeth Semarang sudah bekerja selama 2 tahun, akan tetapi memegang koding baru 1 tahun karena 1 tahun sebelumnya bekerja dibagian pelaporan. b. Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan terakhir petugas koding di RS St. Elisabeth Semarang D3 Rekam Medis

c. Pelatihan

Koder di RS St. Elisabeth Semarang sudah pernah mengikuti pelatihan koding yang diadakan di rumah sakit akan tetapi tema pelatihan koding adalah BPJS

3. Kebijakan dan Protap

Di RS St. Elisabeth Semarang kebijakan dan protap tentang koding dan prosedur mengkoding dituangkan dalam bentul SOP (Standar Operasional Prosedur) akan tetapi dalam isi SOP tersebut tidak menyebutkan tetang prosedur menentukan kode sebab kematian.

4. Sarana dan prasarana

Di RS St. Elisabeth Semarang dalam menentukan kode sebab kematian sarana dan prasarana yang digunakan yaitu buku ICD 10 (Volume 1 dan 3), ICD 9, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Kedokteran, serta buku singkatan penyakit yang dibuat oleh RS St. Elisabeth Semarang.

46

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan tentang keakuratan kode sebab kematian yang dihasilkan berdasarkan tabel MMDS pada dokumen rekam medis pasien meninggal dengan catatan sertifikat kematian terisi lengkap periode Oktober – Desember 2016, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari hasil pengamatan dokter menuliskan sebab kematian pada sertifikat kematian sesuai dengan pedoman yang ada pada ICD 10 volume 2.

2. Dari hasil penelitian alur dalam menetapkan kode sebab kematian di RS St. Elisabeth Semarang adalah dengan melihat penyebab pasien meninggal pada lembar sertifikat kematian yang telah ditulis oleh dokter.

3. Dari 42 kasus pasien meninggal periode Oktober – November 2016 yang paling tinggi menyebabkan kematian adalah Gagal Nafas/ Respiratory Failure dengan persentase 33,3%.

4. Dari 42 dokumen rekam medis pasien meninggal periode Oktober – Desember 2016 yang diteliti jumlah kode sebab kematian yang akurat lebih besar yaitu 32 dokumen atau 54,76%.

5. Dari 42 dokumen rekam medis pasien meninggal periode Oktober – Desember 2016 yang diteliti jumlah kode sebab kematian yang tidak akurat lebih sedikit yaitu 19 dokumen atau 45,24%, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa kasus seperti karakteristik petugas koding di RS St. Elisabeth Semarang, belum pernah mengikuti pelatihan koding tentang penentuan kode sebab kematian, kebijakan tentang koding di RS St. Elisabeth Semarang sudah ada, akan tetapi dalan SOP tidak dijelaskan tentang cara menentukan kode sebab kematian, sarana dan prasarana dalam memberikan kode sebab kematian, petugas koding tidak menggunakan tabel MMDS.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, guna meningkatkan mutu informasi sebab kematian yang dihasilkan maka peneliti memberi saran bagi Rumah Sakit sebagai berikut:

1. Memberi pelatihan kepada petugas koding baik di lingkungan rumah

sakit maupun pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak luar.

2. Menyediakan sarana untuk menunjang keakuratan kode sebab

kematian seperti tabel MMDS.

3. Kepada petugas koding disarankan untuk menerapkan kembali

aturan koding dengan membaca aturan penentuan kode pada ICD 10 Volume 2.

48 Rumah Sakit.

2. PerMenKes RI.Nomor 269/MenKes/Per/III/2008 tentang rekam medis.

3. PerMenKes RI. Nomor 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis.

4. PerMenKes RI. Nomor 749a/MenKes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis.

5. World Health Organization, Geneva. 2010. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision, Volume 2 Introduction Manual.

6. Huffman, Edna K.1994Health Information Management Formerly Medical Record Management. Jennifer Cofer. 1994.

7. Dwi Madyo, Yanuar.2016.Analisa Pengetahuan dan Sikap Petugas Rekam Medis Tentang Kode Penyebab Dasar Kematian Berdasarkan ICD 10 di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016.

8. Hidayat, Trian.2014.Analisa Ketepatan Kode Penyebab Dasar Kematian Berdasarkan ICD- 10 di RS Panti Rapih Yogyakarta.

9. Ninawati.2012.Hubungan Antara Kelengkapan Pengisian Dokumen Autopsi Verbal Dengan Keakuratan Penentuan Sebab Utama Kematian di Puskesmas Wilayah Surakarta.

10. Ernawati,Dyah.2014.Faktor- faktor yang Mempengaruhi Koding. Semarang. (Tidak dipublikasikan)

11. Adi.2010.Kesesuaian Hasil Penentuan Diagnosis Penyebab Kematian Pasien Rawat Inap Penyakit Jantung Dengan ICD 10 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

12. Sudirman.2007.Pelaksanaan Kodifikasi Penyebab Kematian Pasien Di Instalasi Kesehatan Anak (INSKA) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

13. Medreks Wordpress. Kode Mortalitas Penyebab Kematian. 2012 (Diakses 14 Maret 2017)

14. Medreces Blogspot. Koding Mortalitas. 2016. (Diakses 14 Maret 2017).

15. Riyanto, Agus.2011.Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika.

16. Mahawati,Eni.2010.Metodologi Penelitian.Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

17. Depkes, RI.2016.Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.

50

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Lama Bekerja :

Pertanyaan tentang kode sebab kematian:

1. Apakah petugas koder di RS St. Elisabeth Semarang ini sudah pernah mengikuti pelatihan koding?

2. Bagaimana cara menetukan kode sebab kematian di RS St. Elisabeth Semarang?

3. Langkah apa sajakah yang dilakukan sebelum menetukan kode sebab kematian?

4. Adakah Standar Operasional Prosedur dalam menentukan kode sebab kematian?

5. Sarana apa saja yang digunakan untuk melakukan pengkodingan sebab kematian?

6. Kendala apa saja yang dialami dalam melakukan pengkodingan sebab kematian?

51

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Lama Bekerja :

Pertanyaan tentang sebab kematian

1. Bagaimana langkah dokter dalam menentukan sebab kematian pasien yang dituliskan pada lembar sertifikat kematian?

2. Adakah Standar Operasional Prosedur dalam menuliskan sebab kematian pasien?

52 No No RM Sebab

Kematian Kematian Kode Alasan

Petugas Peneliti A TA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

No No RM Sebab Kematian Kode Sebab Kematian Akurasi Kode Alasan Petugas Peneliti A TA 36 37 38 39 40 41 42

Tabel 1.1 Lembar Cheklist Keterangan :

A = Akurat

54 No No RM Diagnosis Sebab

Kematian

Kode Diagnosis Sebab Kematian

Menurut Dokter Kode Keterangan

Petugas Peneliti A TA 1 00 07 01 -xx I a. Respiratory Failure J96.9 J96.9 Respiratory Failure/ J96.9 1 I a. J96.9 b. Sepsis b. A41.9 = J96.0 - J96.9 (A00.0 - R82.5) c. Bronchopneumonia c. J18.0 = A40.0 - A41.9 (A00.0 - R82.5)

II. Diabetes Melitus

II. E14.9 (Dalam Tabel E J18.0 tidak sequen denganE14.9) Jadi

UCODnya J18.0 dan kode sebab kematiannya J96.9 2 03 06 98 -10 I a. Shock Hipovolemik R57.1 R57.1 Shock Hipovolemik/ R57.1 1 I a. R57.1 b. Cardiorespiratory Arrest b. I46.9 = R55 - R57.9 ( A00.0 - R82.5) II. Sepsis

II. A41.9 (Dalam Tabel E I46.9 tidak sequen dengan A41.9) Jadi UCOD nya I46.9 dan kode sebab kematiannya R57.1

No No RM Diagnosis Sebab Kematian

Kode Diagnosis Sebab Kematian Menurut Dokter Akurasi Kode Keterangan Petugas Peneliti A TA 3 01 34 77 -15 I a. Respiratory Failure J96.9 J96.9 Respiratory Failure/ J96.9 1 I a. J96.9 b. Bronchopneumoni b. J18.0 = J96.0 - J96.9 (A00.0 - R82.5) c. Chronik Obstruktive Pulmonary Disease c. J44.9 = J18.0 - J22 (A00.0 - R82.5)

II. Shock Septic

II. A41.9 (Dalam Tabel E J44.9 tidak sequen

dengan A41.9) Jadi UCOD nyaJ44.9 dan kode sebab kematiannya J96.9 4 04 39 11 -16 I a. Shock Septic J18.0 A41.9 Shock Septic/A41.9 1 I a. A41.9 b. Sepsis

b. A41.9 = A40.0 - A41.9 (A00.0 - R82.5)

c. Bronchopneumonia

c. J18.0 = A40.0 - A41.9 (A00.0 - R82.5)

II. Anaemia

II. D64.9 (Dalam Tabel E J18.0 tidak sequen dengan D64.9) Jadi UCOD nya J18.0 dan kode sebab kematiannya A41.9 5 00 67 16 -12 I a. Gagal Nafas J96.9 J96.9 Gagal Nafas/ J96.9 1

No No RM Diagnosis Sebab Kematian

Kode Diagnosis Sebab Kematian Menurut Dokter Akurasi Kode Keterangan Petugas Peneliti A TA 6 05 20 29 -16 I a. Gagal Nafas J96.9 J96.9 Gagal Nafas/ J96.9 1 I a. J96.9 b. Tuberculosis Paru b. A16.2 = J96.0 - J96.6 (A00.0 - R82.5) Jadi UCOD nya A16.2 dan kode sebab kematiannya J96.9

7 02 45 25 -12

I a. Sepsis

J18.9 A41.9 Sepsis/ A41.9 1

I a. A41.9 b. Pneumonia

b. J18.9 = A40.0 - A41.9 (A00.0 - R82.5)

II. Diabetes Melitus Type II

II. E11.9 (Dalam Tabel E J18.0 tidak sequen

dengan E11.9) Jadi UCOD nya J18.9 dan kode sebab kematiannya A41.9

8 00 15 37 -17

I a. Cardiorespiratory Arrest

I46.9 I46.9 Cardiorespiratory Arrest/ I46.9 1

I a. I46.9

b. Stroke Hemorraghe

b. I61.9 = I440 - I50.9 (I00 - L59.9) Jadi UCOD nya I61.9 dan kode sebab kematiannya I46.9 9 01 38 67 -06 I a. Coma Uremic N19 N19 Coma Uremic/ N19 1 I a. N19 b. Nepropathy b. N28.9 = N19 (M95.4 -N45.9) c. Diabetes Melitus c. E14.9 (N28.9 Tidak sequen dengan E14.9)

No No RM Diagnosis Sebab Kematian

Kode Diagnosis Sebab Kematian Menurut Dokter

Akurasi

Kode Keterangan

Petugas Peneliti A TA

II. SNH

II. I64 (Dalam Tabel E E14.9 tidak sequen dengan I64) Jadi UCODnya N28.9 kode sebab kematiannya N19 10 03 91 63 -04 I a. Gagal Nafas G03.9 J96.9 Gagal Nafas/ J96.9 1 I a. J96.9 b. Meningitis b. G03.9 = J96.0 - J96.9 (A00.0 - R82.5) c. CHF c. I50.0 = G03.0 - G04.0 (H95.0 - J80) Jadi UCOD nya I50.0 dan kode sebab kematiannya J96.9

Keterangan A = Akurat

Dalam dokumen A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN (Halaman 41-57)

Dokumen terkait