• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akar Alang-Alang (Imperita cylindrica)

Dalam dokumen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hepatitis (Halaman 39-45)

3. Ginsenoside mampu menekan mitogen-activated protein kinase (MAPK), nuclear factor kappa B (NF-kB) dan inducible nitric oxide synthase (iNOS) untuk

2.2.8 Akar Alang-Alang (Imperita cylindrica)

a b

Gambar 12 : simplisia akar alang-alang (a), akar alang-alang (b) a. Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophiyta Kelas : Liliopsida Bangsa : Poales Suku : Poaceae Marga : Imperata

Jenis : Imperata cylindrical Simplisia : Akar

(http://www.plantamor.com)

b. Deskripsi Tanaman

Alang-alang atau ilalang (Imperata cylindrica) adalah jenis tanaman rumput-rumputan liar awalnya memiliki fungsi untuk mencegah erosi (Herbal,2014). Di beberapa daerah di Indonesia alang-alang dikenal dengan nama ilalang. Alang-alang merupakan tumbuhan menahun dengan tinggi 1 sampai 1.5 meter, mudah berkembang biak, mempunyai rimpang kaku yang tumbuh menjalar.

Batangnya padat, bukunya atau ruasnya berambut jarang. Alang-alang tumbuh liar di lahan terbuka atau sedikit terlindung, seperti ladang atau perkebunan. Bunganya menguncup dengan panjang 6 – 30 cm, berwarna putih dan mempunyai biji-biji sangat kecil sekitar 1 mm dan berwarna coklat tua. Bunga atau bijinya berambut halus dan mudah diterbangkan angin. Alang-alang banyak terdapat di pulau jawa dengan ketinggian tempat tumbuh dari 0-2700 mdpl. Tumbuhan ini biasa ditemukan liar di hutan, lapangan rumput, sisi jalan, dan lahan-lahan lain yang mendapat sinar matahari cukup. (Kurdi, 2010 )

c. Kandungan Kimia

Akar alang-alang memiliki banyak kandungan senyawa bioaktif. Akar alang-alang mengandung senyawa golongan sterol, arundoin, fermenol, isoarborinol, katekol, kumarat, asam asetat, asam malat, asam sitrat, dan kalsium. Akar dan daun alang-alang mengandung beberapa turunan flavonoid, yaitu 3,4,7- trihidroksi flavon, 2,3-dihidroksi kalkon, flavonol tersubstitusi, 6-hidroksi flavanol. Fraksi etil asetat akar alang-alang mengandung flavonoid yang termasuk ke dalam golongan flavon, flavonol, tersubstitusi pada 3-OH, isoflavon. Dalam fraksi air terkandung flavonoid golongan flavon tanpa OH bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-OH, dan isoflavon. (Rini, 2012).

d. Efek Farmakologi

Alang-alang berkhasiat sebagai pembersih darah, penambah nafsu makan, radang ginjal akut, demam, batuk, darah tinggi, demam, mimisan, kencing darah, dan hepatitis akut. Terkait potensi akar alang-alang sebagai obat hepatitis akut disebabkan oleh senyawa bioaktif yang terdapat pada akar alang-alang yang berperan sebagai hepatoprotektor. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid yang terdapat pada akar alang-alang dapat dikaitkan dengan potensi hepatoprotektor alang-alang. (Rini, 2012).

e. Uji Preklinis Toksisitas Akut

Mencit percobaan diadaptasikan selama satu minggu di kandang biokimia dan ditimbang bobot badan 3 hari sekali. Dalam penentuan LD50 akan digunakan 5 kelompok dosis ( 10 mencit/kelompok), yaitu 2000, 5000, 10000, 15000, dan 20000 mg/kg BB. Satu kelompok lainnya sebagai kontrol dan hanya akan dicekok akuades. Semua hewan pada setiap kelompok hanya menerima ekstrak satu kali untuk setiap dosis yang telah ditentukan (dosis tunggal), lalu hewan diamati dan dicatat tingkat kematiannya pada 24 jam pertama untuk menentukan kisaran dosis yang tidak menimbulkan kematian dan dosis yang menimbulkan kematian guna memperoleh LD50. Pengamatan dilanjutkan hingga hari ke 14, pengamatan meliputi gejala klinis seperti nafsu makan, bobot badan, serta tingkah laku (Rini, 2012).

Pemberian dosis tunggal 2000, 5000, 10000, 15000, dan 20000 mg/Kg BB tidak menyebabkan kematian pada mencit setelah 24 jam pengamatan. Pengamatan bobot badan, setelah perlakuan tidak menunjukkan adanya gejala- gejala toksik yang timbul pada hewan uji. Bobot badan mencit pada semua kelompok mengalami peningkatan (Rini,2012).

Peningkatan ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol akar alang-alang tidak toksik setelah pemberian dosis tertinggi, yaitu 20000 mg/Kg BB. Nilai LD50 tidak dapat ditentukan karena hingga dosis terbesar, yaitu 20000 mg/Kg BB, tidak menyebabkan kematian pada mencit. Meskipun LD50 tidak dapat ditentukan melalui penelitian ini, namun dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol akar alang- alang praktis nontoksik berdasarkan klasifikasi toksisitas (Rini,2012).

Berdasarkan uji histopatologi, pemberian dosis 20000 mg/Kg BB menyebabkan nekrosis pada hati mencit, sedangkan pemberian dosis di bawah 20000 mg/Kg BB tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap sel hati mencit (Rini,2012).

Nekrosis adalah kematian sel akibat perlukaan jaringan yang didahului dengan kerusakan sel-sel hati, gangguan integritas membran plasma, keluarnya isi sel, dan timbulnya respon inflamasi yang menyebabkan banyak sel mati. Ciri-ciri nekrosis adalah tampaknya fragmen sel disertai reaksi radang (Rini,2012).

Analisis data

Analisis statistik terhadap kadar enzim ALT dan AST dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), yaitu uji analysis of varian (ANOVA) dan uji lanjutan uji Duncan pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α=0.05. Seluruh data tersebut dianalisis menggunakan program perangkat lunak statistical analysis system (SAS) (Rini, 2012)

Uji Aktivitas ALT

Hasil uji in vivo menunjukkan ekstrak etanol akar alang-alang dosis 750 mg/Kg BB mampu memberikan perlindungan terhadap hati tikus Wistar dari kerusakan akibat parasetamol dengan jumlah enzim ALT dan AST yang lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan ekstrak akar alang-alang lainnya (Rini, 2012).

Jumlah enzim ALT kelompok tikus yang mendapatkan ekstrak etanol 70% dosis 750 mg/Kg BB lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan dosis 500 mg/kg BB, dosis 250 mg/kg BB, kelompok kontrol positif, dan kelompok kontrol negatif dengan jumlah enzim ALT (Rini, 2012).

Berdasarkan hasil uji statistik Duncan, kelompok perlakuan dosis 750 mg/kg BB tidak berbeda nyata dengan kelompok norma. Sementara itu, kelompok perlakuan dosis 500 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB berbeda nyata dengan kelompok perlakuan 750 mg/kg BB dan kelompok normal, serta tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif (Rini, 2012).

Hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dosis 750 mg/kg BB mempunyai efek hepatoprotektor seperti yang terjadi pada kelompok normal, sedangkan kelompok perlakuan dosis 500 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB

tidak memberikan efek hepatoprotektor seperti yang terjadi pada kelompok kontrol negatif (Rini, 2012).

Penelitian Terhadap Ekstrak Etanol Akar Alang-Alang

Penelitian ini bertujuan mempelajari tingkat keamanan melalui uji toksisitas akut, mengkaji khasiat hepatoprotektor, serta menganalisis kandungan fitokimia ekstrak etanol akar alang-alang pada tikus Wistar yang diinduksi parasetamol. Parameter uji biokimia yang digunakan untuk menganalisis aktivitas hepatoprotektor adalah enzim transaminase alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat amino transferase (AST). Kerusakan jaringan hati akan dievaluasi melalui uji histopatologi. Akar alang-alang yang diekstrak menggunakan etanol 70% menghasilkan rendemen sebesar 12.48%. Analisis fitokimia menunjukkan bahwa esktrak etanol akar alang-alang mengandung alkaloid dan triterpenoid (Rini, 2012).

Ekstrak etanol akar alang-alang dosis 750 mg/Kg BB berkhasiat sebagai hepatoprotektor, hal ini didasarkan pada hasil analisis aktivitas ALT dan AST dengan nilai secara berurutan 68.6 dan 221.2 U/L (kelompok normal), 222.2 dan 509.6 U/L (kelompok dosis 750 mg/Kg BB), 491.2 dan 576.4 U/L (kelompok kontrol positif), 517.4 dan 527.8 U/L (kelompok dosis 500 mg/Kg BB), 555.6 dan 660.0 U/L (kelompok kontrol negatif), dan 558.4 dan 595 U/L (kelompok dosis 250 mg/Kg BB). Jaringan hati tikus yang diberi ekstrak etanol akar alang-alang 750 mg/kg BB tidak menunjukkan kerusakan seperti fibrosis dan tanda-tanda lainnya pada uji histopatologi organ hati. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ekstrak etanol akar alang-alang memiliki khasiat sebagai hepatoprotektor (Rini, 2012)

f. Dosis, Efek Samping dan Kontraindikasi Dosis:

Tidak ada dosis yang disepakati untuk akar alang-alang. Sedangkan cara penggunaan akar alang-alang adalah sebagai berikut:

1. Direbus, 250 gram akar alang-alang dibersihkan lalu direbus kedalam air 3 gelas air selama 10 menit, lalu diminum. Rebusan ini biasa digunakan untuk diuretik, penyakit kuning, hipertensi, sakit perut dan sebagainya

2. Obat gosok, akar kemudian dihancurkan kemudian dicampur dengan minyak untuk mengobati batuk

Efek Samping:

efek samping yang muncul biasanya pusing, mual, dan peningkatan buang air. Kontra Indikasi:

Penderita lambung lemah dan banyak buang air kecil dilarang mengonsumsi akar alang-alang.

g. Sediaan Dipasaran

ASUHAN KEPERAWATAN (Teoritis)

3.1 Pengkajian

Dalam dokumen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hepatitis (Halaman 39-45)

Dokumen terkait