• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALASAN HUKUM PENANGGUHAN PENAHANAN TERHADAP

TERDAKWA

Penahanan

Maksud penahanan menurut penjelasan Pasal 1 butir 21 Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disingkat KUHAP): “Penahanan

adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik

atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 21 KUHAP, semua instansi penegak hukum mempunyai wewenang untuk melakukan penahanan. Juga dari ketentuan tersebut telah diseragamkan istilah tindakan penahanan. Tidak dikacaukan lagi dengan berbagai ragam istilah seperti yang dulu dalam HIR, yang membedakan dan mencampur aduk antara penangkapan, penahanan sementara dan tahanan sementara, yang dalam peristilahan Belanda disebut de verdachte aan te houden (Pasal 60 ayat (1) HIR) yang berarti menangkap tersangka, dan untuk menahan sementara digunakan istilah voorlopige aan houding (Pasal 62 ayat (1) HIR). Serta untuk perintah penahanan yang dimaksud Pasal 83 HIR dipergunakan istilah

zijin gevangen houding bevelen.6

KUHAP hanya mengenal dua istilah dengan batas wewenang yang

tegas, yakni penangkapan yang wewenangnya diberikan kepada penyidik. Batas

waktunya hanya 1 hari dan mesti ada surat tugas serta surat perintah

penangkapan. Berbeda dengan Herzien Indonesia Reglement (selanjutnya

disingkat HIR), memberi wewenang penangkapan baik kepada Polri atau Jaksa,

dan dalam tempo 10 hari boleh dilakukan penangkapan tanpa surat perintah.

6

Selain penangkapan KUHAP juga mengenal panahanan. Istilahnya cukup

sederhana tanpa embel-embel kata sementara. KUHAP hanya mengenal istilah

penahanan, yang wewenangnya diberikan kepada semua instansi penegak

hukum yaitu kepolisian, kejaksanaan dan kehakiman. Masing-masing

mempunyai batas waktu yang ditentukan secara limitatif.

Sehubungan dengan penetapan waktu yang sangat terbatas bagi setiap

instansi merupakan hal baru yang sangat menggembirakan dalam dunia

penegakan hukum. Sebab dengan pembatasan yang limitatif tersebut, tercipta

tegaknya kepastian hukum dalam penahanan. Tidak lagi seperti pada masa HIR,

yang memberi keleluasaan bagi Ketua Pengadilan Negeri untuk

memperpanjang penahanan tanpa batas, sehingga sering terjadi perpanjangan

tahanan yang melebihi satu atau dua tahun. Benar-benar tak ada kepastian

hukum bagi seorang tersangka atau yang ditahan.

Tujuan penahanan disebutkan dalam Pasal 20 KUHAP yang

menjelaskan:

a. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik berwenang melakukan penahanan. Mengenai ukuran kepentingan penyidikan pada dasarnya ditentukan oleh kenyataan keperluan pemeriksaan penyidikan itu sendiri secara objektif. Tergantung kepada kebutuhan tingkat upaya penyidik untuk menyelesaikan fungsi pemeriksaan penyidikan yang tuntas dan sempurna sehingga penyidikan benar-benar mencapai hasil pemeriksaan yang akan diteruskan kepada penuntut umum, untuk dipergunakan sebagai dasar pemeriksaan di depan sidang pengadilan. Berarti jika pemeriksaan penyidikan sudah cukup, penahanan tidak diperlukan lagi, kecuali ada alasan untuk tetap menahan tersangka (Pasal 20 ayat (1)).

b. Penahanan yang dilakukan oleh penuntut umum, bertujuan untuk kepentingan penuntutan (Pasal 20 ayat (2)).

c. Demikian juga penahanan yang dilakukan oleh peradilan, dimaksud untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan. Hakim berwenang melakukan penahanan dengan penetapan yang didasarkan kepada perlu tidaknya penahanan dilakukan sesuai dengan kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan (Pasal 20 ayat (3)).7

Dimaksudkan landasan penahanan meliputi dasar hukum, keadaan,

serta syarat-syarat yang memberi kemungkinan melakukan tindakan penahanan.

Antara yang satu dengan yang lain dari dasar tersebut, saling menopang kepada

unsur yang lain. Sehingga kalau salah satu unsur tidak ada, tindakan penahanan

kurang memenuhi asas legalitas meskipun tidak sampai dikualifikasi sebagai

tindakan yang tidak sah (ilegal). Misalnya yang terpenuhi hanya unsur landasan

hukum atau yang sering juga dinamakan landasan unsur objektif, tetapi tidak

didukung unsur keperluan atau yang disebut unsur subjektif, serta tidak

dikuatkan unsur syarat-syarat yang ditentukan undang-undang, penahanan yang

seperti itu lebih bernuansa kezaliman dan kurang berdimensi relevansi dan

urgensi.

Penangguhan Penahanan Menurut HIR dan KUHAP

Menurut HIR (Herzeine Inlands Regelement)

Pada masa HIR (Herzeine Inlands Reglement), penangguhan penahanan

diatur dalam Pasal 358. Dalam pasal tersebut diatur tentang wewenang Hakim

untuk menangguhkan penangkapan atau penahanan dengan perjanjian dan perlu

dengan suatu jaminan.

7

Andi Hamzah, Pengantar Hukum acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984, hal. 23.

Hakim menentukan apabila ada alasan untuk dapat memberikan

penangguhan penahanan dengan ditentukan syarat-syaratnya sebagai berikut:

Syarat Mutlak (Pasal 358 HIR)

1) Tersangka harus menyatakan kesanggupannya bila dikemudian hari

“Surat Perintah Penangguhan Penahanan sementara” itu dicabut

sewaktu-waktu tersangka bersedia ditahan kembali.

2) Tersangka selama dalam waktu penangguhan, kemudian ia

dipersalahkan lagi terhadap tindak pidana lain, ia harus bersedia ditahan

bila terhadap tindak pidana lain itu ia perlu ditahan.

Syarat Alternatif

Tersangka harus menyediakan sejumlah uang tanggungan yang diminta

sebagai syarat oleh Hakim. Hakim menentukan jumlahnya dan tempat uang

disimpan. Uang tanggungan ini dapat juga disediakan oleh orang lain, tidak

perlu oleh tersangka sendiri. Tanggungan ini dapat berupa uang, barang atau

orang lain (zakelijke borg dan personalijke borg).

Setelah Hakim menentukan penangguhan penahanan, maka setiap waktu

Hakim bisa mencabut surat penetapan penangguhan penahanan. Apabila

dikhawatirkan si tersangka melarikan diri dengan adanya pemberian

penangguhan penahanan. Penyidik dapat menahan tersangka dengan cepat

memberitahukan kepada Hakim dengan permintaan agar surat penangguhan

penahanannya itu ditarik kembali. Hakim yang akan menentukan dan melihat

Kembali kepada pemeriksaan atas diri tersangka, sebagaimana telah

diuraikan diatas bahwa pemeriksaan terhadap diri tersangka itu harus

dititikberatkan pada perbuatan-perbuatan pidana yang telah ia lakukan sehingga

memenuhi unsur-unsur pidana sebagaimana Pasal yang telah dilanggarnya.

Dalam pemeriksaan tersebut harus diungkapkan waktu perbuatan pidana itu

dilakukan, jalannya perbuatan itu sendiri dilakukan (misalnya dengan

penganiayaan, pembunuhan dan sebagainya). Dan juga pihak-pihak lain yang

turut membantu terjadinya perbuatan Tindak Pidana tersebut.

Menurut KUHAP

Penangguhan penahanan diatur dalam Pasal 31 KUHAP.

Memperhatikan ketentuan Pasal 31 KUHAP, pengertian penangguhan tahanan

tersangka atau terdakwa dari penahanan, mengeluarkan tersangka atau terdakwa

dari penahanan sebelum habis masa atau waktu penahanannya berakhir.

Tahanan yang resmi dan sah masih ada dan belum habis, namun

pelaksanaan penahanan yang masih harus di jalani tersangka atau terdakwa

ditangguhkan, sekalipun masa penahanan yang diperintahkan kepadanya belum

habis. Dengan adanya penangguhan penahanan, seorang tersangka atau

terdakwa dikeluarkan dan tahanan pada saat masa tahanan yang salah dan resmi

sedang berjalan.

Penangguhan penahanan ini tidak sama dengan pembebasan dari

tahanan. Perbedaannya terutama ditinjau dari segi hukum maupun alasan dan

pembebasan dari tahanan.

Dari segi hukum, pelaksanaan dan persyaratan :

Pada penangguhan penahanan masih sah dan resmi serta masih benda dalam

batas waktu penahanan yang dibenarkan Undang-Undang. Namun

pelaksanaan penahanan dihentikan dengan jalan mengeluarkan tahanan

setelah instansi yang menahan menetapkan syarat-syarat penanguhan yang

harus dipenuhi.

Sedangkan pada pembebasan dari tahanan harus berdasar ketentuan

Undang-Undang. Tanpa dipenuhi unsur-unsur yang ditetapkan Undang-Undang,

pembebasan dari tahanan tidak dapat dilakukan. Umpamanya, oleh karena

pemeriksaan telah selesai sehingga tidak diperlukan penahanan. Atau oleh

karena penahanan yang dilakukan tidak sah dan betentangan dengan

Undang-Undang maupun karena batas waktu penahan yang dikenakan telah

habis, sehingga tahanan harus dibebabaskan dari hukum. Atau bisa juga

oleh karena lamanya penahanan yang dijalani sudah sesuai dengan hukuman

pidana yang dijatuhkan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap. Disamping itu dari segi pelaksanaan pembebasan tahanan, dilakukan

tanpa syarat jaminan.

Menurut penegasan yang terdapat dalam Pasal 31 Ayat I KUHAP,

penangguhan penahanan terjadi:

Karena permintaan Tersangka atau Terdakwa.

jawab secara yuridis atas penahanan dengan syarat dan jaminan yang

ditetapkan.

Ada persetujuan dari orang tahanan untuk mematuhi syarat yang

ditetapkan serta memenuhi jaminan yang ditentukan. 14Gambaran terjadinya

penangguhan penahanan seolah-olah didasarkan pada bentuk kontrak atau

perjanjian dalam hubungan perdata. Itu sebabnya cenderung untuk mengatakan

terjadinya penangguhan penahanan berdasarkan perjanjian antara orang tahanan

atau orang yang menjamin dengan pihak instansi yang menahan. Orang tahanan

berjanji akan melaksanakan dan memenuhi syarat dan jaminan yang ditetapkan

instansi yang menahan sebagai imbalan atau tegen prestasi pihak yang menahan

mengeluarkan dari tahanan dengan menangguhkan penahanan.

Dari proses terjadinya penangguhan penahanan, masing-masing pihak

melakukan prestasi dan tegen prestasi. Prestasi yang dilakukan oleh tahanan

atau orang yang menjamin mematuhi syarat yang ditetapkan adalah satu pihak

dan pihak lainnya yaitu pihak yang menahan memberi imbalan sebagai tegen

prestasi berupa penangguhan penahanan. Penangguhan penahanan tidak sama

dengan pembebasan dari tahanan. Dalam penangguhan penahanan batas waktu /

masa penahanan masih secara sah berlaku dan dibenarkan menurut

Undang-Undang, tetapi pelaksanaan penahanannya ditangguhkan / dihentikan setelah

persyaratan penangguhan dipenuhi oleh Tersangka / Terdakwa dan atau orang

lain yang bertindak menjamin penangguhan penahanan. Ditangguhkan atau

dihentikan setelah persyaratan penangguhan dipenuhi oleh Tersangka /

penahanan.

Lembaga penanguhan penahanan dengan jaminan uang atau orang

seperti yang diatur dalam Pasal 31 KUHAP merupakan suatu lembaga baru

dalam Hukum Acara Pidana di Indonesia, yang diatur secara tegas dalam

Undang-Undang.8

Menurut M.Yahya Harahap menyatakan bahwa seperti yang sudah kita

katakan salah satu perbedaan antara penangguhan penahanan dan pembebasan

tahanan, terletak pada “syarat”. Faktor “syarat” ini merupakan “dasar” atau

landasan pemberian penangguhan penahanan. Sedang dalam tindakan

pembebasan tahanan, dilakukan tanpa syarat, sehingga tadi tidak merupakan

faktor yang mendasari pembebasan.

Dalam KUHAP maupun dalam peraturan-peraturan pelaksanaannya

tidak ditetapkan tentang penangguhan penahanan. Dengan demikian berarti

pembentuk undang-undang menyerahkan hal itu kepada Aparat penegak hukum

untuk menetapkannya. Hal tersebut tercakup dalam makna dapat ditarik dari

kalimat terakhir Pasal 31 ayat 1 KUHAP yang menyatakan “Berdasarkan syarat

yang ditentukan”. Dalam penjelasan ayat 31 KUHAP dikemukakan bahwa yang

dimaksud dengan syarat ditentukan ialah wajib lapor, tidak keluar rumah atau

kota.

9

Penetapan syarat-syarat penangguhan penahanan oleh Instansi yang

8

Ratna Sari, Penyidikan dan Penuntutan dalam Hukum Acara Pidana, Penerbit: Kelompok studi Hukum dan Masyarakat, Desember 1995, hal.39

9

akan memberikan penangguhan penahanan adalah faktor yang menjadi dasar

pemberian penangguhan penahanan. Tanpa adanya syarat-syarat yang

ditetapkan lebih dulu, penangguhan penahanan tidak dapat diberikan. Sehingga

dengan demikian instansi yang menahan seorang tersangka atau terdakwa

terlebih dahulu menetapkan syarat-syarat agar penangguhan penahanan dapat

diberikan. Kemudian tahanan yang bersangkutan menyatakan bersedia untuk

menaati syarat-syarat tersebut. Atas kesediaan tersebut, barulah instansi yang

berwenang memberikan penangguhan penahanan memproses permohonan

penangguhan penahanan. Dengan demikian penetapan syarat dalam

penangguhan penahanan merupakan conditio sinequanon dalam pemberian

penangguhan penahanan.

Alasan Hukum Penangguhan Penahanan Terhadap Seorang Terdakwa

Sebagaimana dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa penangguhan penahanan diatur dalam Pasal 31 KUHAP yang berbunyi:

(1)atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut umum atau hakim, sesuai dengan kewenangan masing-masing dapat mengadakan penangguhan-penangguhan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang berdasarkan syarat yang ditentukan.

(2)Karena jabatannya penyidik atau penuntut umum atau hakim sewaktu-waktu dapat mencabut penangguhan penahanan dalam hal tersangka atau terdakwa melanggar syarat sebagaimana dimaksud ayat (1).

Rumusan Pasal 31 ayat (1) KUHAP di atas, memberikan kebebasan penentuan “penangguhan penahanan”. Kepada aparat penegak hukum sesuai kewenangannya masing-masing.

Hal ini dapat diketahui dari rumusan “dengan atau tanpa jaminan uang atau orang”. Tetapi rumusan “berdasarkan syarat yang ditentukan”berarti adanya syarat-syarat. Pada penjelasan resmi Pasal 31 KUHAP tercantum antara lain: “yang dimaksud dengan syarat yang ditentukan ialah wajib lapor, tidak keluar rumah atau kota”.

Selanjutnya penjelasan resmi pasal tersebut memuat: “masa penangguhan penahanan dari seorang tersangka atau terdakwa tidak termasuk masa tahanan”.

Dengan penjelasan ini berarti berbeda dengan “penahanan rumah” dan “penahanan kota” karena baik penahanan rumah maupun penahanan kota diperhitungkan pada masa tahanan, (1/3 dan 1/5 dari jumlah lamanya ditahan).

Berdasarkan rumusan Pasal 31 ayat (1) KUHAP maka penangguhan penahanan dapat dilakukan:

Dengan syarat, yang dalam Lampiran Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.14.PW.07.03 Tahun 1983 tanggal 10 Desember 1983, syarat tersebut dimuat dalam perjanjian.

Dengan jaminan uang dan syarat yang tercantum dalam perjanjian. Dengan jaminan orang dan syarat yang tercantum dalam perjanjian.10

Tentang alasan penangguhan penahanan tidak ada disinggung dalam Pasal 31 KUHAP maupun juga dalam penjelasan pasal tersebut. Kalau begitu ditinjau dari segi yuridis mengenai alasan penangguhan dianggap tidak relevan untuk dipersoalkan oleh KUHAP.

Uraian di atas belum menjelaskan alasan penangguhan tetapi masih menjelaskan syarat daripada penangguhan penahanan itu sendiri. Sedangkan alasan penangguhan penahana itu sendiri dapat dilihat uraian berikut ini.

11

1. Penangguhan penahanan diajukan dengan alasan karena tahanan masih

berada di bawah umur

Persoalan pokok dalam penangguhan berkisar pada masalah syarat dan jaminan penangguhan. Akan tetapi, sekalipun undang-undang tidak menentukan alasan penangguhan, dan memberi kebebasan dan kewenangan penuh kepada instansi yang menahan untuk menyetujui atau tidak menangguhkan, sepatutnya instansi yang bersangkutan mempertimbangkan dari sudut kepentingan dan ketertiban umum dengan jalan pendekatan sosiologis, psikologis, preventif, korektif dan edukatif. Uraian berikut ini mencoba melihat beberapa perkara yang pernah dikabulkan penangguhan penahanan.

Contoh kasus dalam point pertama ini adalah penangguhan penahanan

Ant (16) dan My (15) yang menjadi tersangka kasus pornografi dikabulkan oleh

Pengadilan yang sedang memeriksa kasus tersebut. Latar belakang pengajuan

penangguhan penahanan, dikarenakan selama ditahan di Polres Cilegon dua

10

Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan dan Penyidikan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 131.

kliennya dicampur bersama tahanan dewasa. Selain itu mereka juga masih

butuh pembinaan oleh orangtua. Terkait penangguhan penahanan Ant dan

My, alasan lainnya adalah karena kedua tersangka masih di bawah umur. 12

Kasus kedua tersangka Kota Cilegon digegerkan oleh video tarian

telanjang (striptis) yang dilakukan dua bar girl New LM, Ant dan My. Tarian

itu direkam oleh dua pria dewasa yang saat ini belum ditangkap polisi. Kedua

pria dewasa itu bisa merekam dua bar girl menari telanjang di atas meja

karaoke atas jasa seorang Siti Khodijah. Video berdurasi 1 menit 8 detik itu

marak dimiliki warga Cilegon melalui handphone.13

2. Penangguhan penahanan dengan alasan agar tahanan dapat bekerja kembali

sebagai ibu rumah tangga atau sebagai pegawai pada suatu perusahaan.

Kasus ini menjelaskan bahwa identifikasi masalah penangguhan

penahanan tersebut bukan semata-mata terdakwa masih berada di bawah umur,

tetapi lebih kepada sifat pembinaan yaitu pembinaan agar kedua terdakwa tidak

lagi mengulang perbuatannya.

Point kedua ini sepertinya kurang logis sebagai dasar atau alasan dapat

dilakukannya penangguhan penahanan. Hal ini dimungkinkan karena kasus

yang menyangkut dikabulkannya penangguhan penahanan karena kasus

tersebut yaitu kasus atas nama Prita dengan dakwaan telah menyebarkan

informasi yang tidak benar melalui teknologi informasi menggunakan internet

11

Utrech, Pengantar Hukum Indonesia, Terjemahan Moh. Saleh Djindang, Sinar Harapan, Jakarta, 1989, hal. 231.

12

Redaksi, “Penangguhan Penahanan Dua Penari Striptis Dikabulkan”,

tentang tidak atau kurang bagusnya pelayanan sebuah rumah sakit telah

menyita perhatian publik, dan sepertinya publik memberikan dukungan kepada

Prita. Selain itu dakwaan yang diancamkan kepada Prita tidak akan

memberikan efek mengganggu ketertiban umum, sehingga kepada Prita dapat

diberikan penangguhan penahanan.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang mengeluarkan penetapan

yang menyatakan bahwa terdakwa Prita Mulyasari tidak lagi berstatus tahanan

kota. Penetapan tersebut menyusul adanya permohonan penangguhan

penahanan yang diajukan oleh kuasa hukum Prita, OC Kaligis bersama tim.

Permohonan tersebut dilakukan dengan alasan agar Prita bisa bekerja kembali,

baik itu sebagai ibu rumah tangga atau sebagai pegawai di bank.14

3. Penangguhan penahanan dengan alasan pemeriksaan perkara sudah selesai

dilaksanakan.

Point ketiga ini menyangkut dikabulkan permohonan penangguhan

penahanan Pilot Marwoto Komar.Polda DIY melalui surat yang dikeluarkan

Direktur Reserse Kriminal, mengabulkan permohonan penangguhan penahanan

kapten pilot Marwoto Komar. Penangguhan penahanan terhadap pilot pesawat

Garuda yang mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Adisucipto

Yogyakarta . Penangguhan itu dikabulkan karena pemeriksaan terhadap

13

Ibid.

14

Kejaksaan Republik Indonesia, “Penangguhan Penahanan Prita Dikabulkan Hakim”,

Marwoto sudah dianggap selesai.15

4. Penangguhan penahanan dengan alasan agar terdakwa berkesempatan untuk

belajar di sekolah.

Kasus Marwoto yang dikabulkannya permohonan penangguhan

penahanan karena pemeriksaan perkara sudah selesai dilaksanakan, sehingga

tinggal pelaksanaan pemeriksaan di Pengadilan menjelaskan bahwa kondisi

terdakwa itu sendiri dalam hal dikabulkannya permohonan penangguhan

penahanan. Atau dengan perkataan lain bahwa dakwaan yang diajukan kepada

terdakwa bukanlah merupakan suatu kejahatan yang dikehendaki oleh korban

tetapi semata-mata merupakan kecelakaan pesawat korban. Artinya korban

dalam hal ini sebagai pilot harus bertanggung jawab atas kecelakaan itu sendiri.

Masalah tentang diajukannya seorang pilot sebagai terdakwa sempat

menjadi polemik hukum di negeri ini, sehingga perlu diselesaikan secara

berhati-hati.

Setelah lebih sebulan menjalani masa penahanan di Lembaga

Pemasyarakatan (Lapas) Pati, empat orang cewek ABG anggota ”Geng Nero”

yang saat ini menjadi terdakwa perkara pengeroyokan terhadap sejumlah siswa,

akhirnya mendapat penangguhan penahanan16

Permohonan penangguhan penahanan disampaikan penasihat hukum

terdakwa untuk memberi kesempatan kepada terdakwa yang masih berstatus

15

PAB Indonesia, “Polda DIY Kabulkan Penangguhan Penahanan Pilot Marwoto”,

16

Wawasan Digital, “Penangguhan penahanan dikabulkan 4 terdakwa ’Geng Nero’ keluar dari lapas”

sebagai pelajar untuk mengikuti proses kegiatan belajar di sekolah.

Melihat beberapa kasus yang disadur dari beberapa situs di internet

tersebut dapat dipahami bahwa alasan penangguhan penahanan tersebut

beraneka ragam sesuai dengan kepentingan dan keadaan terdakwa. Pengajuan

alasan penangguhan penahanan seperti dilihat dari beberapa point di atas

menjelaskan suatu keadaan tertentu dari terdakwa sendiri dan akibat

perbuatannya terhadap masyarakat banyak. Sehingga dalam kondisi ini

meskipun penangguhan penahanan yang diajukan oleh terdakwa dengan alasan

sakit atau hendak melahirkan dapat saja ditolak tatkala kasus tersebut

berhubungan dengan tindak pidana pembunuhan, korupsi atau tindak pidana

berat lainnya yang sangat mengganggu keadilan masyarakat banyak.

Oleh sebab itu terkadang meskipun ditemukan alasan penanggungan

penahanan tersebut kurang masuk akal dan signifikan dengan perkara yang

didakwakan dapat dikabulkan. Hal ini dimungkinkan perkara tersebut kurang

direspon oleh masyarakat atau merupakan perkara yang kurang mendapatkan

respek masyarakat umum. Hal ini dapat dilihat dalam kasus di atas seperti

Kasus Prita dan Kasus pilot Marwoto yang dikabulkan penangguhan

penahanannya, hal ini disebabkan baik itu secara sosiologis, psikologis,

pereventif, korektif dan edukatif perkara yang diajukan kepada terdakwa tidak

mengganggu ketertiban umum.

Artinya seorang pelaku korupsi atau pembunuh yang sedang hamil

menciptakan suatu kepastian hukum apabila dikabulkannya permohonan

penangguhan penahanan dengan sebab hamil. Karena apabila ia akan

melahirkan maka aparat penegak hukum akan dapat memberikan pelayanan

maksimal tanpa perlu mengabulkan permohonan penangguhan penahanan.

Hal ini senada juga dengan apa yang dikemukakan oleh M. Yahya

Harahap bahwa pemberian penangguhan penahanan bagi pelaku tindak pidana

pembunuhan, narkotik, penyelundupan atau korupsi, secara umum bertentangan

dengan kepentingan dan ketertiban umum. Ditinjau dari segi sosiologis dan

psikologis penangguhan penahanan atas kejahatan tindak pidana semacam itu

bertentangan dengan tujuan preventif dan korektif serta tidak mencerminkan

upaya edukatif bagi anggota masyarakat. Oleh sebab itu, kebebasan dan

kewenangan menangguhkan penahanan, jangan semata-mata bertitik tolak dari

sudut persyaratan dan jaminan yang ditetapkan, tetapi juga harus mengkaji dan

mempertimbangkan lebih dalam dari sudut yang lebih luas khususnya dalam

memberikan arti keadilan bagi masyarakat luas.17

17

BAB III

MEKANISME PENANGGUHAN PENAHANAN TERHADAP

Dokumen terkait