• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Sistem Produksi Air Bersih

2.4. Sistem Produksi Air Bersih

2.4.1.Proses Pengolahan Air Bersih

Pengolahan air adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi penyediaan air bersih, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air bersih yang memenuhi standar air bersih yang telah ditentukan (Sutrisno 1987). Proses pengolahan air ini pada lazimnya dikenal dua cara (Sutrisno 1987) yakni: 1) Pengolahan Lengkap

Air baku akan mengalami pengolahan lengkap baik secara fisik, kimiawi, dan biologi. Pada pengolahan dengan cara ini, biasanya dilakukan terhadap air sungai yang kotor/keruh. Pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga tingkatan pengolahan, yaitu:

Pengolahan fisik: suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi/ menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang akan diolah (air baku).

Pengolahan kimia: suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk membantu proses pengolahan berikutnya. Misalnya dengan pembubuhan kapur dalam proses pelunakan.

Pengolahan bakteriologik: suatu tingkat pengolahan untuk membunuh/memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung dalam air, yakni dengan cara membubuhkan kaporit (zat desinfektant).

2) Pengolahan Sebagian

Air baku hanya mengalami pengolahan kimiawi dan bakteriologik saja. Pengolahan ini lazimnya dilakukan pada mata air bersih dan air dari sumur yang dangkal maupun dalam.

9

2.4.2.WTP (Water Treatment Plant)

WTP atau instalasi pengolahan air merupakan sebuah sarana yang terdiri dari beberapa unit alat kerja yang memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun saling berhubungan dalam menunjang proses pengolahan air baku menjadi air bersih. Pada dasarnya tiap proses pengolahan air yang dilakukan oleh sebuah WTP memiliki tahapan proses yang sama yaitu terdiri dari koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi (Suprihatin 2002).

Ada beberapa tipe WTP yang pada umumnya digunakan dalam proses pengolahan air bersih, antara lain :

1) Tipe gravitasi, merupakan WTP yang penyaluran air dari unit koagulasi/flokulasi menuju unit filtrasi terjadi dengan memanfaatkan gaya gravitasi saja. Itu sebabnya pada unit koagulasi/flokulasi dibuat dengan ukuran yang tinggi agar air dari unit tersebut bila terjadi overflow, dapat langsung menuju unit filtrasi tanpa bantuan pompa. Begitu juga pada unit filtrasinya, bila terjadi overflow air dapat langsung menuju tempat penampungan (reservoir) dengan memanfaatkan gaya gravitasi atau tanpa bantuan pompa.

2) Tipe tekanan, merupakan WTP yang memanfaatkan tenaga dari pompa dalam menyalurkan air dari unit koagulasi/flokulasi menuju unit filtrasi. Pada WTP tipe tekanan, biasanya di unit koagulasi/flokulasinya dilengkapi dengan lamella yang berfungsi untuk menagkap partikel-partikel atau flok yang berukuran kecil dan menjatuhkannya ke dasar unit hingga menjadi lumpur yang mengendap (proses sedimentasi)

3) Tipe UF (Ultra Filtration), adalah proses pengolahan air yang memanfaatkan membran bertekanan yang berfungsi untuk pemisahan partikel-partikel di dalam air. Membran pada instalasi UF rata-rata memiliki ukuran pori-pori antara 0.1 hingga 0.01 mikron dan mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk menyaring sebagian besar bakteri dan virus, partikel koloid dan silt (SDI). Secara teoritis, semakin kecil ukuran pori maka semakin tinggi kemampuan penyaringannya. Sebagian material UF yang digunakan adalah terbuat dari senyawa polimer dan naturally hydrophobic. (PT. Sinar Tirta Bening 2010)

2.4.3.Unit-Unit Pada WTP

Di dalam sebuah instalasi pengolahan air bersih selalu terdiri dari beberapa unit pengolahan yang bekerja dengan fungsi yang berbeda-beda. Adapun unit-unit pengolahan air bersih terdiri dari (Sutrisno 1987):

1) Bangunan penangkap air (intake)

Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk menangkap/ mengumpulkan air dari suatu sumber asal air, untuk dapat dimanfaatkan. Bentuk dan konstruksi ini bergantung pada jenis dan macam sumber air yang kita tangkap. Fungsi dari bangunan penangkap air ini sangat penting artinya untuk menjaga kontinuitas pengaliran, sedangkan penanganan bangunan penakap air ini ditujukan terhadap kuantitas dan kualitas air baku yang akan digunakan. 2) Bangunan Pengendap Pertama (sedimentasi)

Bangunan pengendap pertama dalam pengolahan ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi. Pada proses ini tidak ada pembubuhan zat kimia. Untuk instalasi penjernihan air bersih, yang air bakunya cukup jernih, tetap sadah, bak pengendap pertama tidak diperlukan. Aliran air pada unit ini harus dijaga laminar (tenang), dengan demikian pengendapan secara gravirasi tidak terganggu. Hal ini dapat kita lakukan

10

dengan mengatur pintu air masuk dan pintu air keluar pada unit ini. Sedangkan hasil pengendapan pada unit ini adalah terbentuknya lumpur endapan pada dasar bak. Untuk menjaga efektivitas ruang pengendapan dan pencegahan pembusukan lumpur endapan, maka secara periodik lumpur endapan harus dikontrol/ diperiksa setiap saat agar tetap dapat bekerja sempurna.

3) Pembubuhan Koagulan (koagulasi)

Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendapkan dengan sendirinya (secara gravitasi). 4) Bangunan Pengaduk Cepat

Unit ini untuk meratakan bahan/ zat kimia (koagulan) yang ditambahkan agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat. Cara pengadukan dapat secara mekanis dengan menggunakan motor beserta alat pengaduknya ataupun dengan bantuan udara bertekanan. 5) Bangunan Pembentuk Flok ( flokulasi)

Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan bahan/ zat koagulant yang dibubuhkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk floc (partikel yang lebih besar dan bisa mengendap dengan gravitasi):

Kekeruhan pada baku air. Tipe dari suspended solid pH

Alkanity

Bahan koagulant yang dipakai Lamanya pengadukan

6) Bangunan Pengendap Kedua (sedimentasi)

Unit berfungsi untuk mengendapkan floc yang terbentuk pada unit bak pembentuk floc. Pengendapan di sini terjadi akibat dari gaya berat floc itu sendiri (secara gravitasi).

7) Bangunan Penyaring (filtrasi)

Pada proses penjernihan air bersih diketahui dua macam filter yaitu: Saringan pasir lambat (slow sand filter)

Saringan pasir cepat (rapid sand filter)

Berdasarkan bentuk bangunan saringannya, dikenal dua macam yaitu: Saringan yang bangunannya terbuka (gravity filter)

Saringan yang bangunannya tertutup (pressure filter) 8) Resevoir (penampungan air)

Unit ini berfungsi untuk menampung air yang telah bersih dan bebas dari bakteriologis setelah melalui filter atau saringan. Dari sini air bisa langsung didistribusikan ke unit pengguna secara gravitasi ataupun dengan menggunakan pompa.

9) Pemompaan (rumah pompa)

Terdiri dari beberapa pompa yang bekerja untuk mendistribusikan air langsung ke unit pengguna atau mentransmisikan air ke tempat penampungan air lainnya yang berada dekat dengan unit pengguna.

11

2.5. Sistem Distribusi Air Bersih

2.5.1.Plambing Dan Peralatan Distribusi Air Bersih

Plambing adalah seni dan teknologi perpipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki (baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang memenuhi syarat) dan juga membuang air limbah dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk menjaga kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan (Noerbambang dan Morimura 1991).

Jadi sistem plambing dapat dibedakan menjadi dua yaitu sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor. Fungsi peralatan plambing dalam sistem penyediaan air bersih adalah untuk meyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup. Dahulu tujuan utama dari sistem penyediaan air bersih adalah untuk menyediakan air yang cukup berlebih, namun saat ini ada pembatasan dalam jumlah air yang bisa diperoleh karena pertimbangan penghematan energi dan adanya keterbatasan sumber air.

Pada proses distribusi air bersih dibutuhkan beberapa peralatan yang memadai agar air yang didistribusikan dapat sampai ke konsumen dengan baik secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Beberapa peralatan plambing yang harus ada dalam distribusi air bersih ini antara lain pipa transmisi, pipa distribusi, reservoir, pompa, valve, bak kontrol, dan lain-lain. Berikut ini peralatan yang ada dalam distribusi air bersih (Kodoatie dan Sjarief 2005):

1) Pipa transmisi. Jaringan pipa transmisi ini menghubungkan tampungan air bersih ke jaringan distribusi. Di wilayah dengan topografi curam, air dalam jaringan transmisi mengalir secara gravitasi dengan kecepatan tergantung dengan kemiringan tanah. Semakin terjal maka kecepatan air akan semakin tinggi dan tekanannya juga semakin kuat, sehingga perlu dilengkapi dengan katup pelepas tekanan dan bak kontrol untuk mengurangi kecepatan dan tekanan dalam pipa. Pada wilayah yang landai jaringan transmisi dilengkapi dengan pompa yang disebut stasiun pompa booster. Fungsinya untuk meningkatkan kecepatan dan tekanan sehingga air bisa mengalir sampai di daerah pengguna air yang paling hilir. Jaringan transmisi bisa langsung dihubungkan dengan jaringan distribusi dan dapat pula dialirkan ke bak penampungan (reservoir) untuk dipompakan lagi ke jaringan distribusi. Kerusakan jaringan transmisi dan sambungannya dapat disebabkan beberapa hal, antara lain adalah umur pipa yang terlalu tua, tekanan air yang terlalu besar/ berlebihan, korosif, beban berat di atas jaringan, tekanan udara yang terperankap dalam pipa yang menimbulkan kavitasi, dan lain-lain.

2) Pipa distribusi. Jaringan pipa distribusi merupakan jaringan pipa yang langsung tersambung kepada pelanggan. Dalam pengoperasiannya, tekanan air yang mengalir melalui pipa distribusi diatur sesuai dengan konsumsi pelanggan. Sewaktu konsumsi air meningkat pada siang hari tekanan aliran air ditingkatkan di keran pelanggan. Sebaliknya, waktu penggunaan air rendah pada malam hari tekanannya diturunkan untuk melindungi jaringan pipa dari tekanan yang berlebihan.

3) Pengatur tekanan (pressure regulator), dipasang untuk menjaga tekanan berada pada daerah yang aman dan untuk melindungi pipa dan sambungannya terhadap tekanan yang tinggi. Peralatan ini pada dasarnya dapat dipasang pada pipa transmisi maupun distribusi, dan surge tank.

4) Bak kontrol, dibuat untuk mengetahui kecepatan dan tekanan air, debit air, kondisi air (bersih atau kotor).

12

5) Katup udara (air valve), dipasang untuk mengeluarkan udara dari air (tekanan udara yang berlebihan di dalam pipa dapat menyebabkan kebocoran) dan melancarkan aliran air di dalam pipa. Air valve dipasang pada titik tertinggi dari jaringan pipa dapat dipasang pada surge tank, dan tangki air.

6) Penangkap pasir (sand trap), dapat dipasang untuk menagkap pasir yang terbawa oleh air. Pasir dan kotoran pada umumnya terkumpul pada sambungan yang berbentuk “T” dan “Y”.

secara berkala pasir dan kotoran dibersihkan untuk mengeluarkan dari pipa. Sand trap dipasang sebelum meteran air utama.

7) Surge tank, dipasang untuk mengatur tekanan air di dalam pipa, mendistribusikan air sesuai dengan permintaan, mengeluarkan udara yang terperangkap, dan juga untuk menangkap pasir. Pasir yang terperangkap di dalam surge tank akan dikeluarkan melalui katup yang terdapat di bagian bawah surge tank.

2.5.2.Metode Pendistribusian Air Bersih

Jaringan distribusi bertujuan untuk mengalirkan air ke berbagai pemakaian dengan aman. Dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan jaringan distribusi adalah mempertimbangkan keuntungan dan kerugian memilih salah satu jenis pendistribusian dan mebagi jaringan dalam zona tekanan bila diperlukan. Metode distribusi merupakan suatu proses pendistribusian air ke konsumen dengan berbagai tujuan tergantung dari kondisi lokasi dan kondisi lainnya. Beberapa metode pendistribusian air (Linsley dan Franzini 1985), antara lain :

1) Metode gravitasi, merupakan suatu proses pendistribusian air, di mana sumber penyediaan air berada pada tempat yang lebih tinggi dari daerah yang akan dilayani hingga pengaruh tekanannya dapat memenuhi keperluan untuk domestik dan non-domestik. Dengan kata lain metode ini hanya memanfaatkan perbedaan ketinggian atau gaya gravitasi tanpa bantuan pompa. Metode ini pada umumnya banyak diterapkan di daerah pedesaan dengan sistem yang sederhana.

2) Metode pompa tanpa reservoir, merupakan proses pendistribusian air dengan bantuan pompa langsung menuju unit-unit pemakaian atau konsumen.

3) Metode pompa dengan reservoir, merupakan metode yang ekonomis karena pemompaannya tidak berlangsung secara terus – menerus. Air yang dipompakan akan dialirkan ke resevoir. Kemudian air akan mengalir dari reservoir ke daerah pelayanan dengan memanfaatkan perbedaan ketinggian topografi (metode gravitasi).

2.5.3.Jenis Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih

Pipa-pipa yang saling berhubungan yang menjadi laluan aliran ke suatu lubang keluar tertentu yang dapat datang dari beberapa rangkaian disebut jaringan pipa (Streeter dan Wylie 1991). Ada beberapa jenis jaringan pipa distribusi air yang biasa diterapkan (Muliyani 2009) yaitu:

1) Sistem percabangan, pada sistem ini ujung pipa dari pipa utama biasanya tertutup sehingga menyebabkan tertumpuknya kotoran yang dapat mengganggu pendistribusian air. Kerugian dari pipa percabangan ini antara lain apabila terjadi kebocoran pada salah satu pipa, maka pipa-pipa yang lain alirannya akan terhenti bila pipa-pipa yang bocor tersebut diperbaiki. Keuntungan

13

dari pipa percabangan antara lain dari segi perhitungan lebih mudah, lebih ekonomis, dan lebih mudah dilaksanakan.

2) Sistem grid (petak), pada sistem ini ujung – ujung pipa cabang disambungkan satu sama lain, sistem ini lebih baik dari sistem pipa bercabang karena sirkulasinya lebih baik dan kecil kemungkinan aliran menjadi tertutup atau staguasi. Kerugian dari sistem grid yaitu agak sulit dalam pelaksanaannya karena pada akhir sambungan terdapat dua sambungan yang saling terbalik arah ataupun membuka dan sistem ini tidak ekonomis karena banyak menggunakan sambungan seperti sambungan elbow, tee, dan sebagainya. Keuntungan dari sistem grid adalah sirkulasi airnya baik dan pipa sulit tersumbat apabila terdapat kotoran karena air di dalam pipa terus mengalir dan selalu terjadi pergantian air sehingga sulit terjadi pengendapan.

3) Sistem berbingkai (ring), pada sistem ini pipa induknya dibuat melingkar dibandingkan sistem yang lain, sistem ini lebih baik dan bilamana ada kerusakan pada saat perbaikan maka distribusi air tidak terhenti. Kerugian sistem ini agak sulit dalam pelaksanaannya dan tidak ekonomis karena banyak menggunakan pipa dan sambungan-sambungan. Dari segi perhitungan juga sulit, namun keuntungan dari sistem ini adalah tidak terjadi penyumbatan pada pipa dan juga tidak terjadi penghentian aliran pada saat perbaikan pipa.

2.5.4.Sistem Distribusi Air Bersih Di Dalam Bangunan/ Gedung

Saat ini sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut (Noerbambang dan Morimura 1991):

1) Sistem sambungan langsung, dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih. Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah.

2) Sistem tangki atap, dalam sistem ini air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah permukaan tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan. Hal terpenting dalam sistem

tangki atap ini adalah menentukan letak “tangki atap” tersebut. Apakah dipasang di langit -langit, atau di atas atap (misalnya untuk atap dari beton), atau dengan suatu konstruksi menara khusus.

3) Sistem tangki tekan, seperti halnya sistem tangki atap, sistem ini diterapkan dalam keadaan di mana oleh karena suatu alasan tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem yaitu air yang telah ditampung dalam tangki bawah (seperti halnya pada sistem tangki atap), dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup atau membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa tersebut akan berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan dan bekerja kembali setelah tekanan telah mencpai suatu batas minimum yang telah ditetapkan pula. Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air ke dalam sistem distribusi dan setelang berulang kali mengembang dan terkompresi lama kelamaan akan berkurang, karena larut dalam air atau ikut terbawa air keluar tangki. Sistem tangki tekan biasanya dirancang agar volume udara tidak

14

lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki berisi air. Untuk melayani kebutuhan air yang besar maka akan diperlukan tangki tekanan yang besar.

4) Sistem tanpa tangki, dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baki tangki bawah, tangki tekan, atau pun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama.

2.6. Analisis Teknis Jaringan Air Bersih

Sistem jaringan pipa merupakan komponen utama dari sistem distribusi air bersih suatu perkotaan. Desain dan analisis sistem jaringan distribusi air berdasarkan dua faktor utama yaitu kebutuhan air dan tekanan (Brebbia dan Ferrante 1983 dalam Kodoatie dan Sjarief 2005). Pada sistem jaringan distribusi sistem bercabang persamaan rumus perhitungan hidrolisnya dapat menggunakan persamaan Darcy-Weisbach (Linsley dan Franzini 1985).

2.6.1.Hidrolika Pipa Bertekanan

Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang dialiri air dalam keadaan penuh. Bila air langka untuk didapat, maka pipa bertekanan dapat digunakan untuk menghindari kehilangan air akan rembesan dan penguapan yang dapat terjadi pada saluran terbuka. Pipa bertekanan lebih disukai untuk pelayanan air umum, karena kemungkinan tercemarnya lebih sedikit. Di dalam hidrolika pipa bertekanan dapat membahas mengenai kehilangan energi atau head loss akibat adanya gesekan pipa, aliran pada pipa bercabang, aliran dalam sistem rangkaian pipa, jaringan pipa, dan juga daya dalam aliran fluida (Linsley dan Franzini 1985).

Energi diperlukan untuk mengalirkan air dalam pipa, baik itu menanjak, menurun, ataupun mendatar. Rancangan pipa yang baik harus dapat mengkonversi energi sehingga memungkinkan jumlah air yang ingin dialirkan, karena aliran air di dalam pipa pasti akan mengalami kehilangan energi atau head loss. Selanjutnya untuk mencari besarnya daya yang dibutuhkan oleh pompa agar mampu mengatasi kehilangan energi yang terjadi dapat digunakan persamaan:

1000 p h g P Q (1)

Di mana P adalah daya pompa (kw), ρ adalah massa jenis air (kg/m3), g adalah percepatan gravitasi, p

h adalah head pompa (m), dan Q adalah debit air (m3/s).

Head loss adalah kerugian-kerugian atau kehilangan tinggi tekanan yang ada dalam suatu instalasi pipa yang dialiri suatu fluida, baik gas ataupun cair. Head loss ada dua macam yaitu mayor dan minor. Head loss mayor terjadi akibat adanya gesekan pipa yang sangat dipengaruhi oleh koefisien gesekan dan panjang pipa itu sendiri, sedangkan head loss minor dapat terjadi dikarenakan adanya perubahan-perubahan mendadak dari geometri aliran karena perubahan ukuran pipa, belokan-belokan, katup-katup, serta berbagai jenis sambungan. Pada pipa-pipa yang panjang, kehilangan minor ini sering diabaikan tanpa kesalahan yang berarti, tetapi dapat menjadi cukup penting pada pipa yang pendek. Kehilangan minor pada umumnya akan lebih besar bila aliran mengalami perlambatan

15

daripada bila terjadi peningkatan kecepatan akibat adanya pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas pipa (Linsley dan Franzini 1985).

Persamaan energi pada pipa bertekanan antara suatu penampang A dan B dapat ditulis dengan persamaan Bernoulli sebagai berikut:

L h 2 2 B z P h 2 2 A z g B V B p g A V A p (2)

di mana z adalah jarak tegak di atas suatu bidang persamaan mendatar, p/γ adalah tinggi tekanan air, V adalah kecepatan aliran rata-rata, hp adalah tinggi tekanan energi yang diberikan oleh pompa kepada air, hL adalah kehilangan tinggi tekanan keseluruhan antara penampang A dan B (Linsley dan Franzini 1985).

Besarnya head loss mayor di dalam pipa air yang lurus dapat dicari dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach, yaitu:

g

V

f

2

D

L

h

2 Mayor L (3)

di mana f adalah satu faktor gesekan pipa, L adalah panjang pipa (m), D adalah diameter pipa (m), V adalah kecepatan aliran air (m/s), dan g adalah percepatan gravitasi (m2/s). Besarnya nilai f dapat dicari dengan terlebih dahulu mencari bilangan Reynold dan nilai kekasaran relatif (

/D

) yang diplotkan menggunakan diagram Moody pada Gambar 1 (Linsley dan Franzini, 1985).

Bilangan Reynold dapat digunakan untuk mencari jenis aliran yang terjadi, apakah laminer atau turbulen. Persamaan untuk mencari bilangan Reynold adalah:

v

VD

Re (4)

di mana Re adalah bilangan Reynold (tak berdimensi), V adalah kecepatan aliran air dalam pipa (m/s), D adalah diameter pipa, dan v adalah kekentalan kinematik air (m2/s). Kekentalan kinematik air sangat dipengaruhi oleh besarnya suhu air, dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Re<2100, aliran bersifat laminer, pada Re>3000 aliran bersifat turbulen, diantara angka-angka tersebut maka terjadi aliran jenis peralihan (Linsley dan Franzini 1985).

Tabel 3. Berat spesifik dan kekentalan kinematik air (Kekentalan kinematik = harga tabel x 10-6)

Suhu Kerapatan Kekentalan

0C (0F) Relatif Kinematik (m2/s) 4.4 (40) 1.000 1.550 10.0 (50) 1.000 1.311 15.6 (60) 0.999 1.130 21.1 (70) 0.998 0.984 26.7 (80) 0.997 0.864 32.2 (90) 0.995 0.767 37.8 (100) 0.993 0.687 43.3 (110) 0.991 0.620 48.9 (120) 0.990 0.567 65.6 (150) 0.980 0.441

Sumber:Teori dan Soal-soal Mekanika Fluida & Hidraulika (SI-Metrik), Giles 1996.

16

17

Setelah mengetahui besarnya nilai dari bilangan Reynold, maka hal berikutnya yang dicari adalah nilai kekasaran relatif (

ε/D

) dari suatu pipa tergantung pada kekasaran mutlak (

ε

)dari bagian dalam pipa serta diameter pipa D. Besarnya nilai kekasaran mutlak

ε

ditentukan berdasarkan jenis material pipa yang digunakan untuk mengalirkan air, lihat Tabel 4 (Linsley dan Franzini 1985).

Tabel 4. Nilai kekasaran mutlak berdasarkan material pipa

Material (mm)

Baja dikeling 0.9 – 9.1

Beton 0.3 – 3.0

Papan kayu 0.18 – 0.91

Besi tuang 0.25

Besi tuang diaspal 0.12

Besi galvanis 0.15

Baja atau besi tempa 0.045

Pipa karet 0.0015

Sumber: Linsley dan Franzini 1985.

Pada kehilangan minor di jaringan pipa dapat digunakan persamaan:

hL minor = Σbelokan × K (5)

di mana nilai K bervariasi tergantung jenis belokan. Untuk belokan pipa 90O nilai K berkisar antara 0.50 hingga 0.75 sedangkan untuk belokan pipa 45O nilai K berkisar antara 0.35 hingga 0.45.

Besarnya head loss total yang terjadi pada suatu jaringan pipa dapat dicari dengan menggabungkan persamaan (2) dan persamaan (4):

g V D L f 2 ) K x 90 belokan K x 45 belokan ( h 2 90 0 45 0 Total L 0 0 (6)

2.6.2.Kebocoran Air

Kebocoran air merupakan salah satu faktor utama untuk penentuan kebutuhan air, karena definisi dari kebocoran air adalah perbedaan antara jumlah air yang diproduksi oleh produsen air dan jumlah air yang terjual konsumen sesuai dengan yang tercatat di meter-meter air pelanggan

Dokumen terkait