A. Tinjauan Pustaka
3. Alat Bantu Pembelajaran
Menurut Kristiyanto (2010: 129), alat bantu adalah “alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran”. Alat dan media pembelajaran merupakan faktor yang penting dalam proses pembelajaran. Materi yang sukar dan membosankan untuk dipelajari menjadi lebih menarik jika disampaikan dengan menggunakan media dan alat yang tepat. Alat bantu pembelajaran dapat divariasikan sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Menurut Anitah, dkk (2008: 7.46-7.47), variasi penerapan alat bantu pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat dilihat
Penggunaan alat bantu pembelajaran yang dapat dilihat merupakan variasi yang kaya dan dapat meningkatkan minat dan perhatian para siswa pada kegiatan yang sedang berlangsung.
2) Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat didengar
Pada umumnya, alat bantu pembelajaran yang dapat didengar dapat mendominasi kelas. Oleh karena itu, suara guru harus cukup menarik perhatian siswa. Guru harus mampu memvariasikan suaranya, dari tinggi ke rendah, besar ke kecil, sedih ke gembira, keras ke lembut atau dari cepat ke lambat.
3) Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat diraba dan dimanipulasi Tergolong ke dalam bagian ini, antara lain biji-bijian, model, binatang kecil yang hidup, alat mainan atau alat-alat laboratorium. Penggunaan alat ini secara tepat akan dapat menumbuhkan dan memelihara minat siswa alam belajar sehingga kegiaan pembelajaran menjadi lebih efektif. b. Prinsip-Prinsip Pemilihan Alat Bantu Pembelajaran
Berkat perkembangan teknologi pendidikan dan komunikasi yang pesat, maka media pengajaran pun mengalami perkembangan yang pesat baik dari segi kualitasnya maupun segi kuantitasnya. Pembuatan jenis-jenis media yang akan disampaikan pada siswa tersebut didasarkan pada pengalaman belajar yang akan disampaikan. Pemilihan media untuk suatu proses belajar mengajar
commit to user
21 adalah sustu tindakan strategis. Artinya pemilihan, penetapan dan pembuatan media pengajaran perlu diperhatikan dan dilaksanakan secara cermat. Media proses belajar mengajar ini banyak jenisnya dan beranekaragam penggunaannya. Agar penggunaannya efektif, sebaiknya dipilih berdasarkan ketentuan atau kriteria tertentu. Menurut R. Rahardjo (dalam Supandi, 1991) kriteria tersebut dapat dikemukakan secara garis besarnya sebagai berikut:
1) Pertama, tujuan pemilihan itu sendiri harus jelas. Apakah sekedar untuk rekreasi/hiburan, informasi umum, pembelajaran atau untuk tujuan yang lebih spesifik umpamanya belajar kelompok, belajar individual, atau untuk anak balita, orang dewasa, masyarakat desa, tuna rungu, atau tuna netra. Tujuan pemilihan itu dapat pula bersangkutan dengan pembedaan warna, suara atau gerak seperti halnya proses kimia (farmasi), pelajaran pembedahan (kedokteran).
2) Kedua, familiariaritas media, yaiu media iu harus dikenali sifat dan ciri-ciri media tersebut.
3) Ketiga, pemilihan itu hendaknya berdasarkan kriteria tertentu sebagai pegangan atau patokan.
c. Penerapan Alat Bantu Tali dalam Pembelajaran Lompat Tinggi
Menurut Supandi (1991: 150) “kesulitan dalam pendidikan jasmani pada umumnya terletak dalam karakteristik gerakan yang dipelajari”. Makin kompleks suatu gerakan makin sukar untuk dipelajari dan makin banyak siswa yang tidak segera dapat menguasainya.
Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru menggunakan media yang dimodifikasi sebagai sarana agar siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan. Media pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran Lompat Tinggi menggunakan Alat Bantu Tali Karet Alat ini terbuat dari karet gelang yang disusun dan saling dikaitkan sehingga berbentuk panjang seperti tali. Siswa tempat peneliti mengajar menyebut alat ini dengan istilah “Ding”. Pemilihan pada alat ini didasarkan pada tingkat keekonomisan biaya dan keamanan bagi para siswa itu sendiri. Sifat karet yang elastis akan membuat siswa berani untuk melakukan lompatan. Pembelajaran menggunakan tali merupakan suatu bentuk pembelajaran lompat tinggi dimana awalnya alat yang sebenarnya sebuah mistar
commit to user
digantikan dengan sebuah tali karet. Dengan menggunakan tali karet saat pembelajaran lompat tinggi, siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam mempraktikkan derak dasar melompat. Selain gerakannya yang bersifat sederhana, pembelajaran ini sangat menyenangkan karena ada unsur bermain dan kompetisi.
2) Pembelajaran Lompat Tinggi menggunakan Alat Bantu Tali Skipping Pembelajaran gerak dasar lompat tinggi dapat juga menggunakan tali skipping. Pembelajaran menggunakan alat bantu ini dalam pelaksanaannya dimana alat yang asli adalah mistar pada tahap awal menggunakan tali karet kemudian menggunakan tali skipping sebagai tahap kelanjutan penggunaan alat bantu. Pembelajaran menggunakan alat ini bertujuan lebih mendekatkan ke alat yang sesungguhnya, yaitu sifat tali yang lurus dan kencang ketika dibentangkan. Selain itu, penerapan alat bantu tali skipping bertujuan agar siswa lebih berani melakukan lompatan pada lompat tinggi sesungguhnya yang menggunakan mistar. Tahap awal penerapan menggunakan alat bantu ini, siswa melakukan tolakan tanpa awalan pada pembelajaran lompat tinggi gaya straddle. Setelah cukup menguasai gerakan menolak dan sikap di atas mistar, maka siswa melakukan tolakan menggunakan awalan.
3) Pembelajaran Lompat Tinggi menggunakan Alat Bantu Tali Karet dan Tali Pramuka
Pembelajaran gerak dasar lompat tinggi dapat juga menggunakan penggabungan tali karet dan tali pramuka. Dua utas tali pramuka dipasang sejajar dengan jarak 1 meter dan dibentangkan sejauh 5-10 meter, kemudian tali tali karet yang telah dikaitkan tepat pada ujungnya dimasukkan pada tali pramuka sehingga menyerupai tangga yang sedang diletakkan di lantai. Jarak antara masing-masing tali karet adalah 50 cm. Penerapan alat bantu ini juga memperhatikan tingkat keekonomisan biaya dan manfaat yang diperoleh. Penggunaan alat bantu ini bertujuan untuk membentuk langkah siswa agar stabil dan tanpa mengubah kecepatan saat akan menolak.
commit to user
23 yang diungkapkan Saputra (2001: 125). Upaya memanipulasi lingkungan sekitar menbangkitkan daya tarik bagi anak Pada pembelajaran ini,
Supaya gerakan lompat tinggi dapat dikuasai dan dipahami dengan baik secara teknik maupun manfaatnya, maka perlu adanya pembelajaran dengan nuansa bermain dan kompetitif. Menurut Saputra (2001), ada empat bentuk pengembangan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan berbagai kemampuan, adalah, sebagai berikut: 1) bentuk pengembangan kebugaran jasmani, 2) bentuk pengembangan kerjasama, 3) bentuk pengembangan keterampilan skill, 4) bentuk pengembangan sikap kompetitif.