• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat.

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Kandang mencit 4 buah dengan ukuran 35 x 25 x 12 cm masing-masing untuk 7 ekor mencit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31

c. Timbangan mencit dan timbangan elektrik

d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja lilin). e. Sonde lambung.

f. Alat untuk pembuatan preparat histologi. g. Mikroskop cahaya medan terang.

h. Gelas ukur dan pengaduk. i. Beker glass

j. Juicer

k. Kamera digital 2. Bahan.

Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : a. Rokok kretek

b. Makanan hewan percobaan (pelet) c. Aquades

d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE e. Stroberi

I. Cara Kerja

1. Perhitungan Dosis Jus Stroberi

Peneliti menggunakan 160 gr stroberi segar yang dicuci bersih kemudian dimasukkan ke dalam juicer. Stroberi sebanyak 160 gr tersebut merupakan jumlah rata-rata stroberi yang dikonsumsi manusia dalam 1 gelasnya. Menurut USDA (2007) untuk diet sehat dianjurkan minum 1 gelas jus stroberi per hari, di mana 1 gelas jus stroberi terdiri dari 8 buah stroberi besar yang kira-kira

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id setara dengan 160 gr stroberi. Nilai konversi dari manusia (70 kg) ke mencit (20 gr) adalah 0,0026 (Ngatidjan, 1991). Jadi dosis untuk mencit adalah 0,0026 x 160 gr = 0,416 gr = 416 mg stroberi/20 gr BB mencit. Dari uji pendahuluan diketahui 160 gr stroberi tanpa pengenceran dihasilkan 100 ml jus stroberi dengan ampas 34,5 gr. Ampas tersebut dibuang, sehingga 100 ml jus stroberi diperoleh dari 160 gr stroberi segar yang dikurangi ampas. Sehingga untuk 20 gr mencit, diberikan dosis yang diperoleh dari perhitungan 0,416 gr dikalikan 100 ml dibagi dengan 125,5 gr (diperoleh dari 160 gr dikurangi 34,5 gr), sehingga diperoleh 0,33 ml yang dibulatkan menjadi 0,3 ml. Dosis pemberian jus stroberi ini diberikan dalam dua dosis, yaitu dosis I = 0,3 ml/20 gr BB mencit perhari dan dosis II = 0,6 ml/ 20 gr BB mencit perhari. Jus stroberi dosis I diberikan per oral dengan sonde lambung sehari sekali selama 14 hari berturut-turut pada KP2. Sedangkan jus stroberi dosis II diberikan per oral dengan sonde lambung sehari sekali selama 14 hari berturut-turut pada KP3. Di luar jadwal perlakuan, mencit diberi makan pelet dan minum air PAM ad libitum.

2. Pemberian Paparan Rokok

Pengasapan dengan 1 batang rokok setiap hari pada kelompok perlakuan 1, 2, dan 3. Pengasapan rokok dilakukan dalam kandang tertutup berukuran 50 x 35 x 20 cm dengan ventilasi berukuran 20 x 10 cm. Pengasapan ini dilakukan 2 jam setelah pemberian jus stroberi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33

3. Persiapan dan Pengelompokan Mencit

Mencit diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. Pada hari ke-8 dilakukan pengelompokan subjek secara random menjadi 4 kelompok. Selain itu dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis dan diberi perlakuan. Adapun pengelompokan subjek adalah sebagai berikut:

a. KK = Kelompok kontrol diberi aquadest peroral sebanyak 0,3 ml/20 gr BB mencit perhari selama 14 hari berturut-turut.

b. KP1 = Kelompok perlakuan I diberi aquades peroral sebanyak 0,3 ml/20 gr BB mencit perhari dan 2 jam kemudian diberi paparan 1 batang asap rokok.

c. KP2 = Kelompok perlakuan II diberi jus stroberi peroral sebanyak 0,3 ml/20 gr BB mencit perhari dan 2 jam kemudian diberi paparan 1 batang asap rokok.

d. KP3 = Kelompok perlakuan III diberi jus stroberi peroral sebanyak 0,6 ml/20 gr BB mencit perhari dan 2 jam kemudian diberi paparan 1 batang asap rokok.

Pemberian jus stroberi dan paparan asap rokok dilakukan selama 14 hari berturut-turut. Setiap sebelum pemberian jus stroberi, mencit dipuasakan dahulu ± 5 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian paparan asap rokok dilakukan ± 2 jam setelah pemberian jus stroberi karena berdasarkan penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa 2 jam setelah konsumsi buah stroberi terdapat peningkatan kadar antioksidan dalam serum (Cao et al., 1998).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Pembuatan Preparat

Setelah diberi perlakuan selama 14 hari, semua mencit dikorbankan secara dislokasi leher, diambil organ paru bagian kanan lobus tengah untuk selanjutnya dibuat preparat histologis dengan metode blok parafin dan pengecatan HE. Hal ini dilakukan sehari setelah hari ke-14 agar efek perlakuan masih tampak nyata. Pengambilan paru bagian kanan lobus tengah ini hanya untuk homogenitas sampel. Dari bagian paru yang diambil dari setiap mencit dibuat 3 irisan dengan ketebalan 3-4 µm. Jarak antara irisan yang satu dengan yang lain ± 25 irisan. Dengan demikian dari setiap kelompok mencit terdapat 21 irisan/preparat. Pengamatan preparat jaringan paru mula-mula dengan pembesaran 100x untuk mengamati seluruh bagian dari irisan/preparat, kemudian pengamatan dilakukan dengan perbesaran 400x untuk melihat derajat kerusakan preparat tiap lapang pandang.

5. Pembacaan Preparat

Setiap preparat jaringan paru diamati gambaran mikroskopisnya dengan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Dengan perbesaran 400x ini, setiap preparat diamati pada 3 lapang pandang secara acak. Dari setiap lapang pandang, dilihat apakah gambaran yang terlihat normal (tidak ada kerusakan histologis) atau memberikan gambaran mikroskopis kerusakan derajat ringan, sedang, atau berat. Gambaran mikroskopis pada satu lapang pandang dikatakan normal bila dari satu lapang pandang tersebut tidak ditemukan adanya tanda-tanda kerusakan mikroskopis seperti : infiltrasi sel radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar. Gambaran mikroskopis pada satu lapang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35

pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan ringan bila dari satu lapang pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau ketiga-tiganya pada < 1/3 lapang pandang. Gambaran mikroskopis pada satu lapang pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan sedang bila dari satu lapang pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau ketiga-tiganya pada 1/3-2/3 lapang pandang. Gambaran mikroskopis pada satu lapang pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan berat bila dari satu lapang pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau ketiga-tiganya pada > 2/3 lapang pandang. Unit analisis untuk penelitian ini adalah lapang pandang pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Tiap kelompok terdiri dari 7 mencit, tiap mencit dibuat 3 preparat, tiap preparat diamati 3 lapang pandang. Jadi, di setiap kelompok ada sebanyak 3 x 3 x 7 = 63 unit analisis. Untuk keperluan penghitungan statistik, lapang pandang normal diberi skor 0, lapang pandang dengan derajat kerusakan ringan diberi skor 1, lapang pandang dengan kerusakan sedang diberi skor 2, dan lapang padang dengan derajat kerusakan berat diberi skor 3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian

J. Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedan yang bermakna di antara semua kelompok perlakuan. Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05 (Murti, 2010).

Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2 Kelompok Perlakuan 3 Sampel 28 ekor mencit

Dipuasakan selama + 5 jam

Aquades 0,3 ml Jus stroberi

0,3 ml/20 gr BB

Setelah + 2 jam

Pengasapan 1 batang rokok

Perlakuan sampai hari ke-14. Pembuatan preparat pada hari ke-15.

Jus stroberi 0,6 ml/20 gr BB

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang pengaruh jus stroberi (Fragaria x ananassa) terhadap kerusakan histologis paru mencit (Mus musculus) yang dipapar asap rokok dapat dilihat pada tabel 2. Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data ordinal, yaitu gambaran kerusakan histologis paru yang dikelompokkan menjadi 4 kategori. Kategori tersebut adalah normal, derajat kerusakan ringan, sedang, dan berat. Parameter yang digunakan untuk menentukan derajat kerusakan histologis tersebut adalah edema interstitial, destruksi septum alveolar, dan infiltrasi sel radang. Adapun unit analisis pada penelitian ini adalah lapang pandang pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x.

Tabel 2. Data Jumlah Lapang Pandang yang Normal dan Mengalami Kerusakan

pada Masing-Masing Kelompok

Kelompok Lapang pandang Normal Lapang Pandang Kerusakan Ringan Lapang Pandang Kerusakan Sedang Lapang Pandang Kerusakan Berat ∑ KK 25 30 8 0 63 KP1 0 7 26 30 63 KP2 0 23 35 5 63 KP3 0 37 18 8 63

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan data tersebut, didapatkan gambaran yang bervariasi pada setiap kelompok. Pada kelompok kontrol, diketahui bahwa jumlah gambaran paru normal paling banyak dibandingkan kelompok lainnya. Sedangkan pada kelompok perlakuan 1 didapatkan jumlah gambaran paru derajat kerusakan berat terbanyak dibandingkan kelompok lainnya. Pada kelompok perlakuan II, gambaran histologis derajat kerusakan berat banyak berkurang dibandingkan kelompok perlakuan I. Pada kelompok perlakuan III, didapatkan jumlah gambaran histologis derajat kerusakan ringan yang paling banyak dibandingkan kelompok perlakuan lainnya.

B.Analisis Data

Analisis data hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 16.0.

1. Uji Kruskal-Wallis

Variabel yang digunakan dalam penelitian merupakan variabel kategorikal dengan lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan. Untuk itu, uji statistik yang digunakan adalah Wallis. Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis yang dilakukan terhadap seluruh kelompok sampel (seperti terlihat pada lampiran 5) diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara keempat kelompok sampel penelitian. Kemudian, untuk mengetahui lebih jelas letak perbedaan yang bermakna di antara kelompok sampel, peneliti melanjutkan analisis data menggunakan uji Mann-Whitney.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39

2. Uji Mann-Whitney

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney (α = 0,05) Antarkelompok

Penelitian.

Kelompok Nilai probabilitas

(p = 0,05) Nilai perbedaan KK dan KP1 0,000 Bermakna KK dan KP2 0,000 Bermakna KK dan KP3 0,000 Bermakna KP1 dan KP2 0,000 Bermakna KP1 dan KP3 0,000 Bermakna

KP2 dan KP3 0,087 Tidak Bermakna

Dari hasil perhitungan uji statistik Mann-Whitney, didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara KK dan KP1, KK dan KP2, KK dan KP3, KP1 dan KP2, serta KP1 dan KP3. Sedangkan untuk KP2 dan KP3 didapatkan hasil yang tidak bermakna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, terdapat gambaran mikroskopis yang bervariasi pada masing-masing kelompok. Ada yang normal dan ada pula yang mengalami kerusakan. Derajat kerusakan paru dinilai dengan menggunakan parameter edema interstitial, destruksi septum alveolar, dan infiltrasi sel radang. Dari ketiga parameter tersebut, parameter yang paling jelas memberikan gambaran kerusakan adalah infiltrasi sel radang. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 400 x dengan unit analisis 63 lapang pandang pada setiap kelompoknya.

Hasil uji statistik tentang pengaruh jus stroberi terhadap gambaran histologis parut mencit (Mus musculus) yang dipapar asap rokok menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol (KK) dengan kelompok perlakuan I (KP1) dan kelompok perlakuan II (KP2) maupun kelompok perlakuan III (KP3). Demikian pula terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan I (KP1) dengan kelompok perlakuan II (KP2) maupun kelompok perlakuan III (KP3).

Perbedaan yang bermakna antara KK dan KP1, di mana kerusakan pada KP1 lebih berat, disebabkan karena KP1 mendapat paparan asap rokok yang menyebabkan peningkatan oksidan di saluran napas melalui inflamasi. Melalui proses inflamasi, sel neutrofil dan makrofag menyebabkan peningkatan radikal bebas sehingga menimbulkan hipersekresi mukus, kebocoran membran plasma, bronkokonstriksi, dan pengeluaran isoprotanes yang merupakan tanda terjadinya stres oksidatif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41

Radikal bebas tersebut juga menyebabkan penurunan anti protease alfa 1 antitripsin dan menghalangi sekresi leukoprotease serta melepaskan TNF-α dan IL-8 (Hanslavina, 2003).

Proses inflamasi pada penelitian ini ditandai dengan sebukan sel radang pada jaringan interstisial alveolus dan di sekitar pembuluh darah kapiler yang bervasodilatasi. Menurut Maitra dan Kumar (2007), pada perokok, neutrofil dan makrofag berkumpul di alveolus. Neutrofil yang berkumpul mengalami pengaktifan dan membebaskan granulanya yang kaya akan beragam protease sel sehingga terjadi kerusakan jaringan.

Adapun menurut Rima et al .(2007), asap rokok dapat mengaktifkan makrofag dan epitel secara langsung. Makrofag alveolar yang telah teraktivasi dan sel epitel melepaskan mediator seperti LTB4, TNFα dan IL-8 yang menginduksi influks neutrofil ke paru. IL-8 dan LTB4 dikenal sebagai faktor kemotaktik neutrofil yang akan mengaktifkan dan merekrut neutrofil ke saluran napas. Makrofag juga melepaskan MCP-1 yang berfungsi sebagai kemotaktik untuk menarik monosit dari sirkulasi. Makrofag dan neutrofil yang telah teraktivasi masing-masing dapat melepaskan enzim MMP-9 yang dapat merusak jaringan ikat pada parenkim paru.

Pada kelompok kontrol, ditemukan gambaran mikroskopis kerusakan ringan dan sedang. Hal tersebut disebabkan adanya variabel luar yang tidak bisa dikendalikan, seperti kondisi psikologis mencit, kondisi awal paru mencit, dan imunitas masing-masing mencit.

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna antara KP1 dan KP2 serta antara KP1 dan KP3, di mana kerusakan pada KP1 lebih berat dibandingkan pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KP2 dan KP3. Hal ini terjadi karena radikal bebas yang terdapat pada KP2 dan KP3 direduksi oleh antioksidan, terutama vitamin C, yang terkandung dalam jus stroberi. Kandungan vitamin C dan antosianin pada stroberi memungkinkan untuk terjadinya reduksi radikal bebas dari asap rokok.

Kandungan antosianin dalam stroberi, sebagai antioksidan, menetralisir enzim yang menghancurkan jaringan pengikat dalam proses inflamasi. Antosianin mengeliminasi oksigen yang reaktif sebagai radikal bebas (Sterling, 2001). Fungsi antioksidan vitamin C dalam stroberi adalah kemampuannya sebagai agen pereduksi (donor elektron) radikal bebas. Pemberian satu elektron yang berasal dari asam askorbat membentuk radikal semi-dehidroaskorbat (DHA). Selain itu, vitamin C dalam stroberi mampu membantu pembentukan kolagen untuk regenerasi sel (Dunne, 2002).

Antara KP2 dan KP3 terdapat perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan dosis belum mampu memberikan perubahan perbaikan sel pada kelompok perlakuan III. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah dosis jus stroberi pada perlakuan III kurang mencukupi.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa antara KK dan KP2 serta antara KK dan KP3 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, di mana kerusakan pada KP2 dan KP3 lebih berat daripada KK. Hal ini dapat diartikan bahwa kandungan antioksidan dalam jus stroberi belum cukup mampu memperbaiki keadaan paru seperti pada kelompok kontrol.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan antioksidan yang terdapat dalam jus stroberi dapat mengurangi kerusakan histologis paru mencit yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43

dipapar asap rokok. Namun, peningkatan dosis yang digunakan dalam penelitian, belum mampu meningkatkan efek pengurangan terhadap kerusakan histologis paru mencit akibat paparan asap rokok.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A.Simpulan

1. Jus stroberi dapat mengurangi kerusakan histologis paru mencit akibat paparan asap rokok.

2. Peningkatan dosis jus stroberi dari 0,3 ml/20 gr BB mencit perhari menjadi 0,6 ml/20 gr BB selama 14 hari belum dapat meningkatkan efek pengurangan terhadap kerusakan histologis paru mencit akibat paparan asap rokok.

B.Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis jus stroberi lebih tinggi untuk mengetahui dosis optimum terhadap pengurangan kerusakan histologis paru;

2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian serupa dengan lama waktu pemberian paparan asap rokok yang berbeda-beda pada tiap-tiap kelompok perlakuan; 3. Diharapkan dapat dilakukan penelitian tentang pengaruh jus stroberi dan

paparan asap rokok terhadap fungsi paru dengan parameter yang lain, misalnya parameter biokimia yaitu dengan menghitung kadar malondialdehide (MDA) dalam darah;

4. Perlu dilakukan penelitian untuk memperkaya kajian tentang efek jus stroberi terhadap organ tubuh lainnya, seperti hepar, ginjal, gaster, dan lain-lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

DAFTAR PUSTAKA

Azzini E., Vitaglione P., Intorre F., Napolitano A., Durazzo A., Foddai M.S., Fumagalli A., et al. 2010. Bioavailability of stroberi antioxidants in human subjects. Br J Nutr. 104(8):1165-73.

Basu A., Fu D.X., Wilkinson M., Simmons B., Wu M., Betts N.M., Du M., et al. 2010. Strawberries decrease atherosclerotic markers in subjects with metabolic syndrome. Nutritional Sciences, 301 Human Environmental Sciences, Oklahoma State University. USA. Nutr Res.30(7):462-9. Burton-Freeman B. , Linares A., Hyson D., Kappagoda T. 2010. Stroberi modulates LDL oxidation dan postprdanial lipemia in response to high-fat meal in overweight hyperlipidemic men dan women. J Am Coll Nutr. 29(1):46-54.

Cancer Research UK. 2009. Concentration of Chemicals in Cigarettes, http://info.cancerresearchuk.org/healthyliving/smokingdantobacco/conce ntrationofchemical /update 25 September 2009. (15 Januari 2011).

Cao G.R.M., Russel N., Lischner, Prior R. L. 1998. Serum antioxidant capacity is increased by consumption of strawberries, spinach, red wine, or vitamin C in elderly woman. J Nur 128:2383-2390.

Carkeet C., Clevidence B., Novotny J. 2008. Anthocyanin excretion increases

linearly with increasing stroberi dose. United State Department of

Agicultural, Agicultural Research Service.

Depkes RI dan WHO. 2003. Konsumsi Tembakau dan Prevalensi Merokok di

Indonesia.http://www.litbang.depkes.go.id/tobaccofree/.../7_konsumsi_pr

evalensi.pdf (10 Maret 2011).

Depkominfo. 2011. Jumlah Perokok di Indonesia Peringkat Ke-3 Dunia,

Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/jumlah-perokok-di-indonesia-peringkat-ke-3-dunia, (24 Januari 2011).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dunne L. J. 2002. Nutrition Almanac Fifth Edition. McGaw-Hill, New York.

pp:13

Dodik S. 2009. Tangkal Radikal bebas dengan Buah dan Sayur, http://www.pulaumadura.com/index.php?option=com_contentdanview=a rticledanid54:tangkal-radikal-bebas-dengan-buah-dan

sayurdancatid=45:kesehatandanItemid=94. (24 Januari 2011).

Domagala-Kulawik J. 2008.Effects of cigarette smoke on the lung dan systemic immunity, Department of Internal Medicine, Pneumology dan Allergology, Warsaw Medical University, Warsaw, Poldan. J Physiol

Pharmacol. 2008 Dec;59 Suppl 6:19-34.

Fouad T. 2008. Free Radical, Types, Source dan Damaging Reactions. www. thedoctorslounge.net/medlounge/articles/antioxidant. (30 November 2010).

GIN Taxonomy Database. Germplasm Resources Information Network (GIN).

http://www.ars-gin.gov/cgibin/npgs/html/taxon.pl?246.

Hansel T.T. dan Barnes P.J. 2004. An Atlas of Chronic Obstructive Pulmonary

Disease. London: Parthenon Publishing Goup. pp: 22-36.

Haslavina. 2003. Efek Akut Asap Rokok Kretek Terhadap Hiperplasia Sel Goblet pada Saluran Napas Tikus Galur Swiss Webster. Universitas Indonesia. Magister Thesis.

Hou D. X., Fujii M., Terahara N., Yoshimoto M. 2004. Molecular Mechanisms Behind the Chemopreventive Effects of Anthocyanidins. J Biomed

Biotechnol. 2004 December 1; 2004(5): 321–325.

Jianliang Z., Juedes N., Narayan V.M., Yue B.,Rockwood A.L.,Palma N.L., dan Patel J.M. 2010. A cellular model to mimic exhaled cigarette smokeinduced lung microvascular endothelial cell injury dan death, Int J

Clin Exp Med. 2010; 3(3): 223–232, Published online 2010 July 31.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47

Kusuma A. 2010. Kandungan Rokok yang Membahayakan,

http://airinresty.student.umm.ac.id/2010/07/29/kandungan-rokok-yang-membahayakan. (27 Desember 2010).

Kenconoviati. 2003. Pengaruh Asap Rokok Terhadap Jaringan Kolagen Serta

Kandungan Malondialdehid Paru Tikus. Universitas Indonesia. Magister

Thesis.

Kode A., Rajendrasozhan S., Caito S., Yang S., Megson I., dan Rahman I. 2007. Resveratrol induces glutathione synthesis by activation of Nrf2 dan protects against cigarette smoke-mediated oxidative stress in human lung epithelial cells. Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol 294: L478–L488.

Komala W. 2010. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan terjadinya Hairy

Tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Skripsi.

Kumalaningsih S. 2007. 3. Antioksidan, Sumber dan Manfaatnya. http://antioxidantcentre.com/ (2 Februari 2008).

Maitra A. dan Kumar V. 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. In : Kumar V., Cotran R., dan Robbins S. (eds). Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2

Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 518.

Murti B. 2010. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik dalam Ilmu

Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, pp: 85-114.

Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam

Toksikologi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM,

pp: 94-152.

Pinto M. S., de Carvalho J.E., Lajolo F.M., Genovese M.I., Shetty K. 2010. Evaluation of antiproliferative, anti-type 2 diabetes, dan antihypertension potentials of ellagitannins from strawberries (Fragaria × ananassa Duch.) using in vitro models. Department of Food dan Experimental Nutrition, University of São Paulo, São Paulo, Brazil. J Med Food. 2010 Oct;13(5):1027-35.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Prihatman K. 2000, Stroberi. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di

Perdesaan, BAPPENAS. http://www.ristek.go.id

Purawisastra S. 2001. Penelitian Pengaruh Isolat Galaktomannan Kelapa

terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Serum Kelinci.

http://digilib.itb.ac.id/index.php?mod=browsedanop=readdanid=jkpkbpp k-gdl-gey-2001-suryana-108-galaktomandannewlang=english.(26 November 2009).

Rima A., Suradi, Surjanto E., dan Yunus F. 2007. Korelasi Antara Jumlah Makrofag, Neutrofil Dan Kadar Enzim Matrix Metalloproteinase

(MMP)-9 Pada Cairan Kurasan Bronkial Perokok.

http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-07-07/Dr.%20Ana.htm. (10

Maret 2011).

Samet J., Bohanon H. R., David B. C., Thomas P. H., Danrew K. P., dan Lawrence J. S., et al. 2008. Environmental Tobacco Smoke. American. Society of Heating, Refrigerating dan Air-Conditioning Engineers, Inc (ASHRAE). http://www.ashrae.org . (20 Desember 2010).

Sartono N. 2005. Pengaruh Pajanan Asap Rokok Kretek Secara Pasif Terhadap

Epitel Bronkiolus dan Kandungan GSH Paru Tikus Galur Swiss Webster,

Universitas Indonesia. Magister Thesis.

Smolin L. A. dan Gosvenor M. B. 2000. Nutrition Science dan Application,

Saunders College Publishing. USA. pp:271-275.

Sterling M. 2001. Anthocyanins. Nutrition Science News:The Chiropractic

Resource Organization.

http://www.chiro.org/nutrition/FULL/Anthocyanins.shtml (20 Desember 2010).

Subekti, Untari S. 2006. Pengaruh Pemberian Vitamin E terhadap Proses Spermatogenesis Mencit Jantan Strain BALB/C yang Diberi Paparan

Asap Rokok. Universitas Diponegoro. Thesis.

Susanna D., Hartono B., Fauzan H. 2003, Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok, Makara Kesehatan, Vol. 7, No. 2, Desember 2003 pp : 272 – 274

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49

Taufiqqurohman M. A. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Surakarta : CSGF.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Stroberi. C.V. Nuansa Aulia, Bdanung, pp:11-18.

University of Illinois Extension. 2011. Strawberries dan More: Nutrition. http://urbanext.illinois.edu/strawberries/nutrition.cfm. (5 Januari 2010).

USDA 2007, Harvest of The Month, California Department of Public Health’s

Network for a Healthy California. www.urbanext.uiuc.edu/strawberries/

Dokumen terkait