• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan Judul : Pengaruh Jus Stroberi (Fragaria x ananassa) terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit (Mus musculus) yang Dipapar Asap Rokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan Judul : Pengaruh Jus Stroberi (Fragaria x ananassa) terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit (Mus musculus) yang Dipapar Asap Rokok"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGARUH JUS STROBERI (Fragaria x ananassa) TERHADAP

KERUSAKAN HISTOLOGIS PARU MENCIT (Mus musculus)

YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SAVERINA NUNGKY DIAN HAPSARI G0008165

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit (Mus musculus) yang Dipapar

Asap Rokok

Saverina Nungky Dian Hapsari, NIM : G0008165, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada hari Kamis, Tanggal 22 September 2011

Pembimbing Utama

Nama : Muthmainah, dr., M.Kes.

NIP : 19660702 199802 2 001 ………

Pembimbing Pendamping

Nama : Martini, Dra., M.Si.

NIP : 19571113 198601 2 001 ……….

Penguji Utama

Nama : E. Listyaningsih S., dr., M.Kes.

NIP : 19640810 199802 2 001 ……….

Penguji Pendamping

Nama : Yulia Lanti R.D., dr., M.Si.

NIP : 19610320 199203 2 001 ……….

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, ………..

Saverina Nungky Dian Hapsari

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dipapar Asap Rokok. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus stroberi

(Fragaria x ananassa) dalam mengurangi kerusakan histologis paru mencit (Mus

musculus) akibat paparan asap rokok dan untuk mengetahui pengaruh peningkatan

dosis jus stroberi (Fragaria x ananassa) dalam meningkatkan efek pengurangan terhadap kerusakan histologis paru mencit (Mus musculus) akibat paparan asap rokok.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test

only controled group design. Sampel berupa mencit jantan, galur Swiss webster

berumur 2-3 bulan dengan berat badan ± 20 gram. Sampel diambil dengan teknik

incidental sampling sebanyak 28 ekor, dibagi dalam 4 kelompok secara random.

Kelompok kontrol (KK) dan kelompok perlakuan I (KP1), mencit diberi aquades. Kelompok perlakuan II (KP2) diberi jus stroberi dosis 0,3 ml/20 gr BB mencit selama 14 hari. Kelompok perlakuan III (KP3), mencit diberi jus stroberi dosis 0,6 ml/20 gr BB mencit. Pengasapan 1 batang rokok kretek dipaparkan pada KP1, KP2, dan KP3 selama 14 hari, yaitu 2 jam setelah pemberian jus stroberi. Pada hari ke-15, mencit dikorbankan dan diambil paru kanannya untuk pembuatan preparat dengan pengecatan HE. Kerusakan paru mencit diamati pada setiap lapang pandang pada perbesaran 400x dengan 3 parameter, yaitu edema interstitial, destruksi septum alveolar, dan infiltrasi sel radang untuk menentukan derajat kerusakan preparat tiap lapang pandangnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney(α=0,05).

Hasil Penelitian : Pada penelitian ini dengan uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan perbedaan yang bermakna antara keempat kelompok penelitian dengan p = 0,000 (p<0,05). Hasil uji statistik Mann-Whitney menunjukkan perbedaan yang signifikan antara KK-KP1, KK-KP2, KK-KP3, KP1- KP2, dan KP1-KP3 dengan p = 0,000 (p<0,05). Sedangkan KP2-KP3 menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dengan p = 0,087 (p>0,05).

Simpulan Penelitian : Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian jus stroberi dapat mengurangi kerusakan paru mencit yang dipapar asap rokok. Namun, peningkatan dosis yang digunakan dalam penelitian belum mampu meningkatkan efek pengurangan terhadap kerusakan histologis paru mencit akibat paparan asap rokok.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

v

ABSTRACT

Saverina Nungky Dian Hapsari, G0008165, 2011. The Effect of Strawberry (Fragaria x ananassa) Juice on Mice (Mus musculus) Histological Lung Damage Exposed by Cigarette Smoke. Script, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Objectives : The purpose of this research is to know the effect of strawberry (Fragaria x ananassa) juice can reduce histological lung damage of mice (Mus musculus) exposed by cigarette smoke and whether the increasing of the dose of strawberry (Fragaria x ananassa) juice can also increase the protection effect of histological lung damage of mice (Mus musculus) exposed by cigarette smoke.

Methods : This research was a laboratorial experiment with post test only controled group design. Samples for this research were male mice, Swiss Webster strain, 2-3 months old age, and ± 20 grams of weight each. The samples with incidental sampling technique which divided 28 males into 4 groups in random. The control group (KK) and the treatment group I (KP1), mice were given aquadest. The treatment group II (KP2), mice were given strawberry juice 0,3 ml/20 gr body weight of mice for 14 days. The treatment group III (KP3), mice were given strawberry juice 0,6 ml/20 gr body weight of mice. The treatment group I (KP1), treatment group II (KP2), and treatment group III (KP3) were exposed by one bar of cigarette smoke for 14 days continually, 2 hours after strawberry juice had been given. On the 15th day, all of mice were sacrificed for lung histopathological study with the painting of HE. The lung damage was observed on each observation field with 3 signs, destruction of septum, lung oedema, and infiltration of the inflammatory cells. The data was analyzed using Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney (α=0,05).

Results : The result of Kruskal-Wallis statistical test showed a significant difference among the three groups, p = 0,000 (p<0,05). The result of Mann-Whitneystatistical test showed a significant difference between KK-KP1, KK-KP2, KK-KP3, KP1- KP2, and KP1-KP3 with p = 0,000 (p<0,05). Whereas it wan not significant between KP2 -KP3 with p = 0,087 (p>0,05).

Conclusion : From this research, it can be concluded that the strawberry (Fragaria x

ananassa) juice can reduce histological lung damage of mice (Mus musculus)

exposed by cigarette smoke. However, the increase of the dose of strawberry (Fragaria x ananassa) juice had not been able to increase the protection effect of histological lung damage of mice (Mus musculus) exposed by cigarette smoke.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Fragaria xananassa) Terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit (Mus musculus)

yang Dipapar Asap Rokok ”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku pembimbing utama yang telah berkenan meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.

4. Dra. Martini, M.Si. selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan, arahan, dan waktu yang telah beliau luangkan bagi penulis.

5. E. Listyaningsih S., dr., M. Kes selaku penguji utama yang telah berkenan menguji serta memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini. 6. Yulia Lanti R.D., dr., M.Si, selaku anggota penguji yang telah memberikan saran

dan nasihat dalam perbaikan penulisan skripsi ini.

7. F.A. Sri Mardaningsih dan Yohanes Tjatur S selaku orang tua tercinta serta Stefanus Risang dan Felisitas Friska serta seluruh keluarga besar penulis atas cinta kasihnya yang telah memberikan doa, memfasilitasi dan memotivasi saat penulisan skripsi ini.

8. Eva Veronika, Laura Veronika, I.G.A.A. Eka Putri Sunari, Shinta Rizky, Rudy Hartawan, Ancilla Cherisha, Evander Aloysius, Sigit Bayudono dan teman-teman FK UNS angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

9. Pak Sukidi dan Mbak Dewi selaku Staf Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

10. Tim Skripsi, Perpustakaan FK UNS yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi dan sebagai salah satu tempat mencari referensi.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Surakarta, ………..

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ………vi

DAFTAR ISI ………...vii

DAFTAR TABEL ………..xi

DAFTAR GAMBAR ………xii

DAFTAR LAMPIRAN ………....xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………...1

B. Perumusan Masalah ……….……….3

C. Tujuan Penelitian ...3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Stroberi (Fragaria x ananassa) ……… 5

a. Taksonomi ……… 5

b. Asal Usul Stroberi ………..5

c. Kandungan Gizi Stroberi ………7

d. Antosianin dalam Stroberi ………. ...8

e. Vitamin C dalam Stroberi ... 10

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Duktus Alveolaris ... 12

d. Alveolus ... 13

3. Asap Rokok ... 14

a. Prevalensi Merokok di Indonesia ... 14

b. Kandungan Asap Rokok ... 15

4. Mekanisme Kerusakan Paru oleh Asap Rokok ... 18

5. Mekanisme Proteksi Jus Stroberi terhadap Kerusakan Paru Akibat Paparan Asap Rokok ... 21

B. Kerangka Pemikiran ... . 23

C. Hipotesis ... ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...25

B. Lokasi Penelitian...25

C. Subjek Penelitian ... …25

D. Teknik Sampling ...……..26

E. Desain Penelitian ...26

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... . 27

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 28

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ix

I. Cara Kerja... ... 31

J. Teknik Analisis Data Statistik ……… 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian ... ... 37

B. Analisis Data ...38

BAB V. PEMBAHASAN ... ... 40

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... . 44

B. Saran ... ... 44

DAFTAR PUSTAKA... 45

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 1. Penilaian Derajat Kerusakan Paru untuk Tiap Lapang Pandang

Tabel 2. Data Gambaran Kerusakan Preparat pada Masing-Masing Kelompok

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Antarkelompok Penelitian.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Kontrol

Tabel 5. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan I

Tabel 6. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan II

Tabel 7. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok III

Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok Kontrol

dan Kelompok Perlakuan 1

Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok Kontrol

dan Kelompok Perlakuan 2

Tabel 10. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok Kontrol

dan Kelompok Perlakuan 3

Tabel 11.Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok

Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 2

Tabel 12. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok

Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 3

Tabel 13. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok

Perlakuan 2 dan Kelompok Perlakuan 3

Tabel 14. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian

Gambar 2. Skema Pemberian Perlakuan

Gambar 3. Gambaran Mikroskopis Normal Paru Mencit dengan Pengecatan HE

pada Perbesaran 400x

Gambar 4. Gambaran Mikroskopis Kerusakan Ringan Paru Mencit dengan

Pengecatan HE pada Perbesaran 400x

Gambar 5. Gambaran Mikroskopis Kerusakan Sedang Paru Mencit dengan

Pengecatan HE pada Perbesaran 400x

Gambar 6. Gambaran Mikroskopis Kerusakan Berat Paru Mencit dengan

Pengecatan HE pada Perbesaran 400x

Gambar 7. Juicer, Stroberi dan Jus Stroberi

Gambar 8. Proses Pemberian Jus Stroberi dengan Sonde Lambung

Gambar 9. Kandang Perlakuan dan Proses Pemaparan Asap Rokok

Gambar 10. Proses Pengambilan Organ

Gambar 11. Alat PengecatanPreparat (Staining Set)

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 1. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Kontrol

Lampiran 2. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan I

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan II

Lampiran 4. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan III

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Uji Statistik Kruskal-Wallis

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney

Lampiran 7. Gambar Mikroskopis Paru Mencit

Lampuran 8. Foto Alat dan Bahan Penelitian

Lampiran 9. Konversi Dosis Manusia ke Hewan

Lampiran 10. Volume Maksimal Bahan Uji Peroral untuk Hewan Coba

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan ilmu kesehatan, stres oksidatif diketahui menjadi

penyebab kerusakan sel, mempercepat proses penuaan, dan memicu timbulnya

berbagai penyakit. Ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dan

antioksidan inilah yang disebut sebagai keadaan stres oksidatif. Radikal bebas

ditemukan dalam setiap pembakaran, seperti merokok, memasak, serta

pembakaran bahan bakar mesin dan kendaraan bermotor (Dodik, 2009).

Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbesar ke-3 di dunia,

setelah Cina dan India. World Health Organization (WHO) merilis data lebih dari

50% rumah tangga di Indonesia memiliki satu orang perokok di rumahnya,

sehingga diperkirakan sekitar 50% masyarakat di Indonesia terpapar asap rokok

(Depkominfo, 2011). Indonesia menduduki urutan ke-lima dalam hal konsumsi

rokok, yaitu sebanyak 215 milyar per tahun. Konsumsi rokok di Indonesia

meningkat secara konsisten sejak tahun 1970. Prevalensi merokok penduduk

dewasa 15 tahun ke atas meningkat dari 26,9% di tahun 1995 menjadi 31,5% di

tahun 2001. Data WHO menyebutkan bahwa 59% pria dan 3,7% wanita di

Indonesia adalah perokok. Sebagian besar rokok yang dikonsumsi di Indonesia

(85-90%) adalah rokok kretek (Sartono, 2005).

Selain dipicu oleh jumlah radikal bebas yang berlebih, stres oksidatif juga

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id konsentrasi rendah, secara signifikan dapat mencegah atau mereduksi suatu zat

yang teroksidasi. Antioksidan utama diperankan oleh enzim, seperti superokside

dismutase (SOD), katalase, dan glutathione peroksidase (GPx), serta vitamin yang

berupa alpha tokoferol, beta karoten dan asam askorbat (Fouad, 2008). Vitamin C

dan E merupakan antioksidan potensial yang banyak terkandung dalam buah dan

sayur. Untuk itu, konsumsi buah dan sayur yang mengandung antioksidan dapat

menangkal radikal bebas berlebih dalam tubuh (Smolin dan Gosvenor, 2000).

Buah beri merupakan buah yang kandungan antioksidannya tinggi. Dari

banyak spesies, blueberry mempunyai kandungan antioksidan paling tinggi.

Peneliti di United States Department of Agicultural Human Nutrition Center

(USDA-HNRCA) menyatakan bahwa kandungan antioksidan blueberry

menempati urutan pertama dibandingkan buah dan sayuran segar lainnya.

Sedangkan stroberi menempati urutan kedua dan memiliki kandungan vitamin C

tertinggi dibandingkan buah beri lainnya (USDA, 2007).

Selain kaya akan vitamin C, stroberi juga mengandung carotenoids, dan

polyphenol termasuk di dalamnya antosianin (ACN) (Azzini et al., 2010).

Antosianin merupakan pigmen yang memberi warna merah, ungu, dan biru pada

berbagai macam sayur, buah, dan bunga. Pigmen ini merupakan antioksidan yang

termasuk dalam flavonoid (Wrolstad, 2011). Polyphenol bekerja menekan proses

oksidatif dengan melindungi Low Density Lipoprotein (LDL) dari oksidasi

sehingga senyawa ini bersifat kardioprotektif dalam hal mencegah aterogenesis.

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3

anion superoxide (O

2

-), menetralkan oksidan dari stimulasi neutrofil, dan berperan

dalam regenerasi vitamin E (Fouad, 2008).

Blueberry sebagai buah yang kandungan antioksidannya paling tinggi telah

terbukti mampu mengurangi dan mencegah kerusakan sel karena stres oksidatif.

Namun, buah ini masih sulit diperoleh dan dijangkau kalangan masyarakat

banyak. Stroberi walaupun kandungan antioksidannya tidak setinggi blueberry,

buah ini merupakan jenis buah beri yang banyak ditemukan. Stroberi yang

ditemukan di pasar swalayan adalah stroberi hibrida yang merupakan stroberi

komersil Fragaria x ananassa var Duchesne (Prihatman, 2000). Berdasarkan hal

tersebut maka penulis ingin membuktikan apakah jus stroberi dapat mengurangi

kerusakan histologis paru mencit akibat paparan asap rokok.

B.Perumusan Masalah

1. Apakah jus stroberi (Fragaria x ananassa) dapat mengurangi kerusakan

histologis paru mencit (Mus musculus) akibat paparan asap rokok?

2. Apakah peningkatan dosis jus stroberi (Fragaria x ananassa) dapat

meningkatkan efek pengurangan terhadap kerusakan histologis paru mencit

(Mus musculus) akibat paparan asap rokok?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh jus stroberi (Fragaria x ananassa) dalam mengurangi

kerusakan histologis paru mencit (Mus musculus) akibat paparan asap rokok.

2. Mengetahui pengaruh peningkatan dosis jus stroberi (Fragaria x ananassa)

dalam meningkatkan efek pengurangan terhadap kerusakan histologis paru

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan informasi mengenai

pengaruh jus stroberi sebagai pulmoprotektor.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada

masyarakat sehingga dapat mengkonsumsi jus stroberi untuk mengurangi

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Stroberi (Fragaria x ananassa)

a. Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Orde : Rosales

Famili : Rosaceae

Sub Famli : Rosoideae

Genus : Fragaria

Spesies : F. chiloensis

(GIN Taxonomy Database, 2008)

b. Asal Usul Stroberi

Stroberi sudah ada sejak lebih dari 2.000 tahun. Stroberi berasal dari

kedua belahan bumi, utara dan selatan. Buah ini tumbuh liar di Italia sejak

tahun 234 sebelum masehi, di mana sebutan stroberi diberikan oleh seorang

Senator Roma. Penjelajah Eropa menemukan stroberi di Amerika Utara

pada tahun 1588 ketika mendarat di pantai negara bagian Virginia. Mulai

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id stroberi (USDA, 2007). Stroberi dikenal juga dengan nama arbei. Di

Indonesia, buah ini disebut stroberi (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Di belahan bumi selatan, tanaman buah herba ini pertama kali

ditemukan di negara Chili, Amerika. Salah satu spesiesnya yang terkenal

adalah Fragaria chiloensis L yang menyebar ke berbagai belahan dunia

seperti Amerika, Eropa dan Asia. Selain itu, ada spesies stroberi yang lebih

luas penyebarannya yaitu F. vesca. L dan jenis stroberi inilah yang pertama

kali masuk ke Indonesia. Pada pertengahan tahun 1990, stroberi mulai

ditanam di Indonesia. Stroberi dikembangkan oleh petani di daerah

Rancabali Bandung, Jawa Barat karena udara dingin di daerah tersebut yang

menyerupai habitat aslinya. Selain di Jawa Barat, stroberi juga

dikembangkan di Jawa Tengah, yaitu di sentra pertanian Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar. Jenis stroberi yang dikembangkan di sentra

pertanian Tawangmangu adalah jenis daun keriting dan tristar. Budidaya

stroberi juga sudah dilakukan di Sukabumi, Lembang, Cipanas, Batu, dan

Bedugul (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Stroberi yang ditemukan di pasar swalayan adalah hibrida yang

dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara

dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu

menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi komersil Fragaria x

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7

c. Kandungan Gizi Stroberi

Stroberi menjadi salah satu buah yang direkomendasikan untuk diet

sehat. Satu gelasnya, kira-kira 8 buah stroberi ukuran besar, mengandung

lebih dari 140 persen jumlah vitamin C yang direkomendasikan per harinya,

tiga gram serat sehingga baik untuk sumber karbohidrat, potasium sebanyak

setengah pisang ukuran besar, antioksidan dan berbagai mineral penting

lainnya termasuk kalsium dan zat besi (USDA, 2007).

Setiap 100 gram stroberi, mengandung 60 SI vitamin A, 60 mg

vitamin C dan 17,7 mg asam folat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Kandungan gizi buah stroberi segar dalam 160 gram, kurang lebih 1 gelas

jus stroberi yaitu: energi 50 kalori; protein 1 gram; karbohidrat 11,65 gram;

serat 3,81 gram; kalsium 23, 24 mg; magnesium 16,60 mg; fosfor 31,54 mg;

potasium 44,82 mg; selenium 1,16 mg; vitamin C 94,12 mg; folat 29,38 mg;

vitamin A 44,82 IU (Kumalaningsih, 2007). Dibandingkan dengan jeruk,

vitamin C stroberi lebih tinggi. Vitamin C ini terbukti mampu melawan

infeksi dan mencegah berkembangnya sel kanker. Penelitian dari American

Cancer Society menemukan bahwa mengkonsumsi stroberi dalam jumlah

tinggi dapat menurunkan risiko kanker saluran pencernaan (Tim Karya Tani

Mandiri, 2010).

Stroberi telah dilaporkan menjadi antioksidan dan mengurangi faktor

risiko penyakit kardiovaskuler, seperti kenaikan tekanan darah,

hiperglikemi, dislipidemia, dan inflamasi (Basu, et al., 2010). Peneliti di

(20)

(USDA-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HNRCA) menyatakan stroberi menempati urutan kedua dan memiliki

kandungan vitamin C tertinggi dibandingkan buah beri lainnya. Selain kaya

akan vitamin C, stroberi juga mengandung carotenoids, dan polyphenol

termasuk di dalamnya antosianin(ACN) (Azzini et al., 2010).

Stroberi segar memiliki kandungan total phenolics tertinggi (8503.1

mg GAE kg(-1) ) yang diikuti cherry, apricot, dan jeruk. Stroberi juga

merupakan sumber utama asam ellagic sebagai antiproliferatif sel, yang

ditemukan dalam diet orang Brazil dan lebih dari 50% kandungan phenolic

ditemukan dalam stroberi. (Pinto et al., 2010).

d. Antosianin dalam Stroberi

Banyak warna merah, biru, dan ungu buah-buahan dihasilkan dari

fitonutrien menyehatkan yang disebut antosianin. Mengkonsumsi makanan

yang mengandung pigmen tersebut dapat memberikan perlindungan

terhadap kanker, meningkatkan fungsi otak, dan menjaga kesehatan sistem

kardiovaskuler. Stroberi kaya akan antosianin dan pigmen inilah yang

memberi warna stroberi. (Carkeet et al., 2008).

Saat ini, pigmen antosianin menjadi perhatian karena manfaat

kesehatan yang dimiliki sebagai antioksidan. Antosianin merupakan salah

satu kelas dari kandungan flavonoid yang terdapat pada tumbuhan

polyphenols. (Wrolstad, 2001). Di samping chlorophyll, antosianin

merupakan kelompok terpenting pigmen tumbuhan. Antosianin ditemukan

dalam suatu penelitian sebagai antioksidan terkuat di antara 150 kelompok

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9

Dalam proses inflamasi, enzim merusak jaringan pengikat dalam

pembuluh kapiler sehingga selanjutnya merusak dinding pembuluh darah.

Antosianin melindungi dalam beberapa cara. Pertama, antosianin sebagai

antioksidan menetralisir enzim yang menghancurkan jaringan pengikat.

Kedua, antosianin berkemampuan mencegah oksidan merusak jaringan

pengikat. Akhirnya, antosianin memperbaiki protein yang rusak pada

dinding pembuluh darah (Sterling, 2001).

Pada pembuluh darah besar, antosianin melawan oksidan yang

menyebabkan aterosklerosis. Pertama, antosianin mencegah tahap awal

aterogenesis yaitu dengan mencegah oksidasi LDL. Dalam penelitian pada

manusia di Eropa, para peneliti menemukan bahwa dari 55 wanita dengan

retardasi pertumbuhan intaruterin yang mengkonsumsi antosianin, oksidasi

LDL menurun dari 1,104 mU/ml menjadi 726 mU/ml dalam 2 bulan.

Kedua, antosianin melindungi kesatuan sel endotel pembuluh darah.

Kerusakan sel endotel menstimulasi migrasi leukosit sehingga menyebabkan

aterosklerosis kemudian menstimulasi migrasi eritrosit (Sterling, 2001).

Dalam pembuluh darah kecil, antosianin membantu mempertahankan

keutuhan mikrokapiler dengan menstabilkan dinding pembuluh darah

kapiler. Penghambatan dan penurunan oksigen yang diikuti iskemia

menyebabkan terbentuknya oksidan yang mengakibatkan adhesi leukosit

dengan dinding mikrokapiler. Proses ini kemudian meningkatkan

permeabilitas dinding kapiler, menurunkan aliran darah, dan sering

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id e. Vitamin C dalam Stroberi

Untuk melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif, tubuh dilengkapi

berbagai macam enzim, yaitu: catalase, glutathione peroxidase, dan

superoxide dismutase. Aktivitas enzim tersebut bergantung pada mineral,

termasuk di dalamnya zink, tembaga, mangan, besi, dan selenium.

Antioksidan dalam tubuh bekerja di bawah kondisi spesifik untuk

menghancurkan oksigen yang reaktif. Sedangkan vitamin C yang

merupakan sumber antioksidan dari luar tubuh dapat menonaktifkan radikal

bebas, superoksida, dan hidrogen peroksidase. (Smolin dan Gosvenor,

2000).

Vitamin C penting untuk pembentukan kolagen, jaringan pengikat

pada kulit, ligramen, dan tulang, serta penting untuk penyembuhan luka,

juga berperan membantu pembentukan sel darah merah. Vitamin C

merupakan antioksidan yang melindungi LDL dari kerusakan oksidatif,

menunjang sistem imun, dan membantu mencegah kanker. Penelitian

sebelumnya membuktikan bahwa vitamin C mengaktifkan nitrit oksida yang

berpengaruh dalam dilatasi pembuluh darah, sehingga mampu mencegah

spasme arteri yang berkaitan dengan serangan jantung serta penurunan

tekanan darah (Dunne, 2002).

Setiap jenis antioksidan bekerja pada lokasi tertentu di dalam sel.

Glutathione peroxidase bekerja di dalam mitokondria sedangkan katalase

bekerja di dalam peroksisom. Vitamin E dan beta karoten larut dalam

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11

tembaga yang mengandung protein seruloplasmin bekerja di luar sel dengan

menonaktifkan radikal bebas yang bersirkulasi dalam darah dan cairan

tubuh (Smolin dan Gosvenor, 2000).

Fungsi antioksidan vitamin C adalah kemampuannya sebagai agen

pereduksi (donor elektron) radikal bebas. Pemberian satu elektron yang

berasal dari asam askorbat membentuk radikal semi-dehidroaskorbat

(DHA). Askorbat bereaksi dengan anion superoxide (O 2

-) dan radikal

hidroksil (OH•) untuk membentuk radikal semi-dehidroaskorbat (DHA).

Asam askorbat mempunyai kemampuan yang lebih kuat daripada tokoferol

dalam menghambat oksidasi LDL. Konsentrasi askorbat yang digunakan

untuk menghambat oksidasi LDL adalah sebesar 40-60 ppm (Fouad, 2008).

2. Struktur Histologis Paru

Sistem pernapasan dibagi menjadi 2 daerah utama, yaitu bagian konduksi

dan bagian respirasi. Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring,

laring, trakea, bronki, bronkiolus, dan bronkiolus terminalis. Sedangkan bagian

respirasi terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli

(Junquiera dan Carneiro, 2007).

a. Bronkus

Bronkus terdiri dari cincin kartilago yang terdapat pada dinding

bronkus dengan lapisan otot polos. Makin menuju ke alveolus, lapisan

kartilago makin berkurang, sedangkan lapisan otot polos makin dominan.

Lapisan epitel bronkus yang dominan adalah epitel kolumner bersilia

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id epitel makin berkurang menjadi kuboid. Lamina propria terdiri dari limfosit,

sel mast, dan neutrofil yang dipisahkan dari epitel oleh lamina basalis

(Sartono, 2005).

b. Bronkiolus Respiratorius

Bagian bronkiolus respiratorius merupakan percabangan dari

bronkiolus terminalis. Bronkiolus respiratorius dilapisi epitel kuboid bersilia

dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkus menyatu

dengan sel-sel alveolus gepeng. Makin ke distal di sepanjang bronkiolus,

jumlah alveolusnya semakin banyak dan jarak di antaranya semakin pendek.

Otot polos dan jaringan ikat elastik terdapat di bawah epitel bronkiolus

respiratorius (Junquiera dan Carneiro, 2007).

c. Duktus Alveolaris

Duktus alveolaris dilapisi oleh sel alveolus gepeng dan sangat halus.

Dalam lamina propia yang mengelilingi tepian alveolus terdapat anyaman

sel dan otot polos. Otot polos tidak lagi dijumpai pada ujung distal duktus

alveolaris. Matriks serat-serat elastin dan kolagen merupakan satu-satunya

penunjang bagi duktus alveolinya. Duktus alveolaris bermuara ke dalam

atrium, yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Bagian ini dikelilingi

serat elastin dan retikulin yang membentuk jalinan rumit. Serat retikulin

berfungsi sebagai penunjang yang mencegah pengembangan yang

berlebihan dan pengusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13

d. Alveolus

Alveolus merupakan evaginasi di bronkiolus respiratorius, duktus

alveolaris, dan sakus alveolaris. Di dalamnya, terjadi pertukaran O2 dan CO2

antara udara dan darah. Proses difusi ini dipermudah oleh adanya septum

atau dinding interalveolar. Satu septum interalveolar terdiri atas 2 lapis

epitel gepeng tipis, dengan kapiler, fibroblast, serat elastin dan retikulin,

matriks dan sel jaringan ikat diantara kedua lapisan tersebut. Kapiler dan

jaringan ikat membentuk interstisium. Di dalam septum interalveolus,

anastomosis kapiler paru ditunjang oleh jalinan serta retikulin dan elastin,

yang merupakan alat penyangga struktural utama di alveolus. Membran

basal, leukosit, makrofag, dan fibroblas juga terdapat di dalam interstisium

septum (Junquiera dan Carneiro, 2007).

Terdapat dua tipe sel alveolar yang melapisi alveolus. Sel tipe I atau

pneumosit tipe I atau sel alveolus gepeng, merupakan sel yang sangat tipis

yang melapisi permukaan alveolus. Sel tipe I menempati 97% dari

permukaan alveolus. Sel alveolus tipe II atau pneumosit tipe II tersebar di

antara sel-sel alveolus tipe I. Kedua jenis sel ini saling melekat melalui taut

desmosom (Junquiera dan Carneiro, 2007). Sel pneumosit tipe II

bertanggung jawab terhadap sekresi surfaktan. Surfaktan merupakan zat

lipoprotein yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi

resistensi terhadap pengembangan paru sewaktu inspirasi, dan mencegah

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Asap Rokok

a. Prevalensi Merokok di Indonesia

Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan

tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Antara tahun 1990

dan 2000, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peningkatan konsumsi

tembakau lebih jauh sebesar 54% walaupun terjadi krisis ekonomi.

Prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat dari 26,9% pada

tahun 1995 menjadi 31,5% pada tahun 2001. Pada tahun 2001, 62,2% dari

pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Hanya

1,3% wanita dilaporkan merokok secara teratur pada tahun 2001 (Depkes RI

dan WHO, 2003). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga mempunyai

sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya (91.8%)

merokok di dalam rumah, sehingga diperkirakan sekitar 50% masyarakat di

Indonesia terpapar asap rokok (Depkominfo, 2011).

Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan

perokok dan terpapar pada asap tembakau pasif atau asap tembakau

lingkungan Environmental Tobacco Smoke (ETS). Bayi dan anak yang

terpapar ETS mengalami peningkatan risiko terkena bronkitis, pneumonia,

infeksi telinga, serta perlambatan pertumbuhan paru-paru. Orang dewasa

bukan perokok yang terus menerus terpapar ETS mengalami peningkatan

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15

b. Kandungan Asap Rokok

Rokok merupakan sumber utama radikal bebas yang berasal dari

lingkungan, di samping polusi udara, paparan bahan kimia dan radiasi ion.

Diketahui bahwa asap rokok mengandung radikal bebas yang sangat tinggi.

Dalam satu hisapan diperkirakan sebanyak 1014 molekul radikal bebas

masuk ke dalam tubuh. Asap rokok juga dapat memicu terbentuknya radikal

bebas dalam tubuh (Subekti, 2006). Polusi udara yang ditimbulkan oleh asap

arus utama dan asap arus sampingan disebut lingkungan asap rokok atau

Environmental Tobacco Smoke (ETS). Bagi orang yang menghisap ETS

disebut sebagai perokok pasif (Hanslavina, 2003).

Rokok yang digunakan pada masyarakat umumnya terbagi atas rokok

putih (filter) dan rokok kretek (non filter) di mana pada pangkal rokok filter

terdapat gabus sedangkan rokok non filter tidak menggunakan gabus. Di

Indonesia, rokok kretek lebih populer. Dari kelas sosialnya, perokok kretek

umumnya kelas menengah ke bawah sedangkan rokok putih (filter)

dikonsumsi oleh kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas (Komala,

2010).

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam

hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol,

nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan

menimbulkan kanker (Kusuma, 2010).

Rokok yang dihisap menghasilkan asap utama yang berupa arus

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mainstream smoke (MS) adalah asap yang dihirup perokok aktif, sedangkan

sidestream smoke (SS) dihirup perokok pasif yang dihasilkan dari

pembakaran rokok. Pada penelitian, ditemukan nikotin pada darah dan

saliva perokok pasif. Sidestream smoke (SS) ini lebih banyak dihasilkan

pada pembakaran produk tembakau karena di dalam ujung rokok yang

terbakar tersebut mempunyai temperatur lebih rendah (ASHRAE, 2008).

Selain itu, hal ini disebabkan juga karena sidestream smoke terus dihasilkan

selama rokok tetap menyala walaupun tidak dihisap (Susanna et al., 2003).

Asap rokok arus samping mengandung nikotin lebih banyak daripada

dalam asap arus utama. Dengan kata lain bahwa kadar nikotin yang

dilepaskan ke lingkungan lebih banyak daripada nikotin yang dihisap oleh

perokok. Perbandingan jumlah nikotin dalam asap arus samping lebih

banyak 4-6 kali daripada yang terdapat dalam asap arus utama (Susanna et

al., 2003). Perbedaan nikotin dalam berbagai merk rokok dipengaruhi oleh

berbagai faktor, antara lain jenis dan campuran tembakau yang digunakan,

jumlah tembakau dalam tiap batang rokok, senyawa tambahan yang

digunakan untuk meningkatkan aroma dan rasa, serta ada tidaknya filter

dalam tiap batang rokok. Kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok

jenis kretek lebih besar dari rokok jenis filter, baik dari arus samping

maupun arus utama (Susanna et al., 2003).

Asap tembakau terdiri dari suatu campuran partikel dan gas dengan

beribu-ribu komponen bahan kimia. Partikel di dalam environmental

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17

dalam jaringan paru-paru bila terhirup. Saluran pernapasan, dari rongga

hidung hingga alveoli, menyerap gas sesuai dengan sifat fisik dan kimianya.

Sebagai contoh, gas sangat mudah larut dan reaktif, seperti formaldehida,

diserap pada pernapasan bagian atas, sedangkan gas yang lebih sukar larut

seperti karbon monoksida dapat menjangkau alveoli dan dapat pula diserap

secara sistemik (Samet et al., 2008).

Dibandingkan dengan non-perokok, dalam napas dan darah perokok

terkandung dua kali lebih banyak cadmium, empat kali lebih banyak

radioaktif polonium-210, sepuluh kali lebih banyak benzene, dan sepuluh

kali lebih banyak arsenik. Formaldehyde, amonia dan hydrogen cyanide

merusak silia, rambut-rambut halus yang membersihkan racun dari saluran

pernapasan. Benzo(a)pyrene, polonium-210, benzene, acrolein dan

nitrosamines yang terkandung dalam tembakau dapat secara langsung

merusak DNA, termasuk merusak gen yang melindungi tubuh dari kanker

(Cancer Research UK, 2009).

Perbandingan kadar CO pada asap main stream 10-23 mg/batang

rokok, sedangkan pada side stream 54 mg/batang rokok. Kadar nikotin pada

main stream 1-2,5 mg/batang rokok, sedangkan pada side stream 5-6

mg/batang rokok. Benzo(a)pyrene pada main stream sebesar 20-40

mg/batang rokok, sedangkan pada side stream 0,1 µg/batang rokok. Tar

dalam asap rokok mengandung 10 bahan radikal/g rokok yang stabil dan

tahan selama beberapa jam. Tar juga mengandung lebih dari 3000 bahan

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari berbagai jenis rokok, dibuktikan bahwa rokok kretek paling

banyak menimbulkan kerusakan sel. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

pada 25 ekor tikus, tingkat peroksidase lipid kelompok yang dipapar asap

rokok kretek paling tinggi dibandingkan kelompok yang dipapar asap rokok

kretek filter, rokok mild, maupun rokok putih. Tingkat peroksidase lipid ini

ditentukan dengan membandingkan kadar malondialdehide (MDA) plasma

dari setiap kelompok (Yuningtyaswari et al., 2002).

4. Mekanisme Kerusakan Paru oleh Asap Rokok

Kelainan atau perubahan pada epitel saluran napas akibat asap rokok

dapat berupa hilangnya silia, hipertrofi kelenjar lendir, dan peningkatan jumlah

sel goblet. Beberapa penelitian mengesankan bahwa faktor utama yang

menyebabkan hiperplasia sel goblet adalah pajanan asap rokok pada paru

secara kronis. Namun, pada penelitian selanjutnya, didapatkan juga hiperplasia

sel goblet setelah pajanan asap rokok secara akut, yaitu selama 12 minggu pada

tikus wistar (Hanslavina, 2003).

Asap rokok diduga menyebabkan peningkatan oksidan di saluran napas,

secara langsung melalui proses inhalasi dan secara tidak langsung melalui

inflamasi. Partikel kimia dan gas hasil pembakaran merupakan radikal bebas

bagi saluran napas. Melalui proses inflamasi, sel neutrofil dan makrofag

menyebabkan peningkatan radikal bebas sehingga menimbulkan hipersekresi

mukus, kebocoran membran plasma, bronkokonstriksi, dan pengeluaran

isoprotanes yang merupakan tanda terjadinya stres oksidatif. Radikal bebas

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19

menghalangi sekresi leukoprotease serta melepaskan TNF-α dan IL-8

(Hanslavina, 2003).

Stres oksidatif terjadi bila jumlah antioksidan dalam cairan yang

melindungi epitel tidak cukup mampu menetralkan oksidan atau radikal bebas.

Reduced glutathione (GSH), antioksidan alami dalam sel, berperan mengatur

keseimbangan reduksi intraseluler dalam cairan permukaan epitel dan terlibat

dalam detoksifikasi melalui proses konjugasi langsung atau dengan reaksi

enzim katalase (Kode et al., 2007). Batasan dosis paparan asap rokok yang

masih bisa ditoleransi tanpa menyebabkan kerusakan oksidatif dan

ketidakseimbangan protease-antiprotease belum diketahui (U.S. Department of

Health dan Human Services, 2010).

Masuknya partikel asing dalam saluran napas perokok pasif memacu

reaksi radang. Reaksi ini diperankan oleh sel-sel radang mononuklear seperti

makrofag, sel limfosit dan sel plasma. Akibat dari aktivitas sel-sel radang

terjadilah destruksi jaringan. Makrofag mengeluarkan metabolit oksigen,

lizozim, protease dan bahan lain yang diperlukan untuk mengeluarkan partikel

asing atau membunuh organisme asing yang masuk. Namun, protease tersebut

mengakibatkan rusaknya protein seperti kolagen yang menyebabkan perbaikan

jaringan dan meningkatkan proliferasi fibroblas. Metabolit oksigen

menyebabkan dihasilkannya radikal hidroksil yang mengakibatkan peroksidasi

lipid peroksida(Kenconoviati, 2003).

Asap rokok dapat mengaktifkan makrofag dan epitel secara langsung.

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id seperti LTB4, TNFα dan IL-8 yang menginduksi influks neutrofil ke paru. IL-8

dan LTB4 dikenal sebagai faktor kemotaktik neutrofil yang akan mengaktifkan

dan merekrut neutrofil ke saluran napas. Makrofag juga melepaskan MCP-1

yang berberfungsi sebagai kemotaktik untuk menarik monosit dari sirkulasi.

TNF-α mengaktifkan faktor transkripsi Nuclear Factor kB (NF-kB) yang akan

men-switch on transkripsi gen IL-8 pada sel epitel dan makrofag. Makrofag

dan neutrofil yang telah teraktivasi masing-masing dapat melepaskan enzim

MMP-9 yang dapat merusak jaringan ikat pada parenkim paru (Rima et al.,

2007). Pada perokok, neutrofil dan makrofag berkumpul di alveolus. Neutrofil

yang berkumpul mengalami pengaktifan dan membebaskan granulanya yang

kaya akan beragram protease sel sehingga terjadi kerusakan jaringan (Maitra

dan Kumar, 2007).

Semua jaringan rentan terhadap kerusakan yang disebabkan radikal

bebas, tetapi berdasarkan lokasi, anatomi, dan fungsi, maka epitel permukaan

paru merupakan jaringan yang paling rentan. Hal ini disebabkan luas

keseluruhan epitel paru yang menutupi permukaan sel dari trakea sampai

alveolus. Sebagai tempat pertukaran udara, alveolus secara konstan terpapar

radikal bebas dari udara luar (Kenconoviati, 2003).

Di epitel bronkial, perubahan metaplastik dan displastik diikuti oleh

kenaikan ekspresi dari adhesi molekul dan sekresi berbagai sitokin yang

berperan dalam sistem imun. Jumlah makrofag meningkat, merubah ekspresi

marker permukaan dengan fagosit dan antigen yang tidak berpasangan.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21

metalloproteinase (MMP) oleh makrofag dan enzim proteolitik oleh netrofil.

Enzim tersebut menyebabkan kerusakan dinding alveolar. Peningkatan

apoptosis jaringan paru menyebabkan pembuangan sisa-sisa material yang

dapat dianggap sebagai autoantigen dan menjadi sasaran sel sitotoksik

(Domagala, 2008).

Pada penelitian sebelumnya, telah ditemukan bahwa bahan kimia yaitu

polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) dalam asap rokok merusak DNA

dengan membentuk ikatan dengan DNA dan menyebabkan mutasi. Sekarang,

peneliti di University of Pennsylvania School of Medicine's Centre of

Excellence in Environmental Toxicology (CEET) telah menemukan bahwa

PAHs dapat juga menyebabkan mutasi gen yang bertanggung jawab atas

terjadinya kanker paru melalui stres oksidatif, di mana radikal bebas

terakumulasi dan menyebabkan kematian sel (Cancer Researh UK, 2008).

5. Mekanisme Proteksi Jus Stroberi terhadap Kerusakan Paru Akibat

Paparan Asap Rokok

Radikal bebas dari asap rokok menyebabkan kerusakan paru melalui

inhalasi dan inflamasi. Kekurangan oksigen mendasari patogenesis jejas sel

pada iskemia, tetapi sebagian patogenesis jejas sel juga diperankan oleh

Reactive Oxygen Species (ROS) yang merupakan mediator penting pada

kematian sel. ROS ini menyebabkan peroksidasi lipid yang akhirnya

menyebabkan kebocoran membran plasma (Maitra dan Kumar, 2007).

Asap rokok sebagai benda asing bagi saluran napas dapat memacu reaksi

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Makrofag alveolar yang telah teraktivasi dan sel epitel melepaskan mediator

seperti LTB4, TNFα dan IL-8 yang menginduksi influks neutrofil ke paru.

Makrofag dan neutrofil yang telah teraktivasi masing-masing dapat melepaskan

enzim MMP-9 yang dapat merusak jaringan ikat pada parenkim paru (Rima et

al., 2007). Reaksi radang tersebut menyebabkan perubahan histologis paru

seperti edema, destruksi alveolar, dan sebukan sel radang pada jaringan paru.

Kandungan antosianin dalam stroberi, sebagai antioksidan, menetralisir

enzim yang menghancurkan jaringan pengikat dalam proses inflamasi.

Antosianin mengeliminasi oksigen yang reaktif sebagai radikal bebas.

Penghambatan dan penurunan oksigen yang diikuti iskemia menyebabkan

terbentuknya oksidan yang mengakibatkan adhesi leukosit dengan dinding

mikrokapiler. Proses ini kemudian meningkatkan permeabilitas dinding kapiler,

menurunkan aliran darah, dan sering menyebabkan kerusakan permanen

kapiler (Sterling, 2001). Dalam hal ini, antosianin berperan dalam melindungi

kesatuan sel endotel pembuluh darah.

Antosianin juga bekerja sebagai antikanker dan antiinflamasi dengan

menonaktifkan activator protein-1. AP-1 merupakan protein yang

mengaktifkan penginduksi karsinogenesis, yaitu: 12-O

-tetradecanoylphorbol-13-acetate (TPA), epidermal gowth factor (EGF), dan tumor necrosis factor

(TNF-α) (Hou, 2004).

Fungsi antioksidan vitamin C dalam stroberi adalah kemampuannya

sebagai agen pereduksi (donor elektron) radikal bebas. Pemberian satu elektron

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23

(DHA). Askorbat bereaksi dengan anion superoxide (O 2

-) dan radikal hidroksil

(OH) untuk membentuk DHA sehingga radikal bebas yang bersumber dari

molekul oksigen tidak lagi bebas dan merusak sel (Fouad, 2008). Vitamin C

juga diketahui dapat membantu pembentukan kolagen (Dunne, 2002).

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C.Hipotesis

1. Jus stroberi dapat mengurangi kerusakan histologis paru mencit akibat paparan

asap rokok.

2. Peningkatan dosis jus stroberi dapat meningkatkan efek pengurangan terhadap

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Peneliti

mengadakan perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu berupa hewan

coba di laboratorium.

B.Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C.Subjek Penelitian

1. Populasi : Mencit (Mus musculus) jantan dengan galur Swiss webster

berusia 2-3 bulan dengan berat badan ± 20 gram.

2. Sampel : Menurut Purawisastra (2001), jumlah sampel yang digunakan

berdasarkan rumus Federer yaitu :

(k-1)(n-1) > 15

(4-1)(n-1) > 15

3 ( n-1) > 15

3n > 15+3

n > 6

Keterangan :

k : Jumlah kelompok

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada penelitian ini jumlah sampel untuk tiap kelompok ditentukan

sebanyak 7 ekor mencit (n > 6), dan jumlah kelompok mencit ada 4 sehingga

penelitian ini membutuhkan 28 mencit dari populasi yang ada. Sampel didapatkan

dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah

Mada (UGM), Yogyakarta.

D.Teknik Sampling

Teknik sampling yang dipakai adalah incidental sampling (Murti, 2010).

E.Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah the post test only controled group design

(Taufiqqurohman, 2003).

Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27

X1 : Pemberian aquades peroral sebanyak 0,3 ml/20 gr BB mencit

perhari selama 14 hari dan 2 jam kemudian diberi paparan asap

rokok 1 batang perhari.

X 2 : Pemberian jus stroberi peroral dosis I 0,3 ml/20 gr BB mencit

perhari selama 14 hari dan diberi paparan asap rokok 1 batang

perhari 2 jam setelah pemberian jus stroberi.

X 3 : Pemberian jus stroberi peroral dosis II yaitu 0,6 ml/20 gr BB

mencit perhari selama 14 hari dan diberi paparan asap rokok 1

batang perhari 2 jam setelah pemberian jus stroberi.

O0 : Observasi kelompok kontrol pada hari ke-15 setelah perlakuan.

O1 : Observasi kelompok perlakuan I pada hari ke-15 setelah perlakuan.

O2 : Observasi kelompok perlakuan II pada hari ke-15 setelah

perlakuan.

O3 : Observasi kelompok perlakuan III pada hari ke-15 setelah

perlakuan.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Pemberian jus stroberi.

2. Variabel Terikat

Kerusakan struktur histologis paru mencit.

3. Variabel luar

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Variasi genetik, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis

makanan mencit semuanya diseragamkan.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

Kondisi psikologis, keadaan awal paru mencit, dan imunitas masing-masing

mencit.

G.Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian jus stroberi. Jus

stroberi diberikan secara peroral dengan sonde lambung dalam 2 dosis. Dosis I:

0,3 ml/20 gr BB mencit/hari diberikan pada mencit KP2. Dosis II: 0,6 ml/20 gr

BB mencit/hari diberikan pada mencit KP3. Pada KP3 diberikan dosis sebesar

dua kali lipat dosis KP2 untuk melihat adanya perbedaan pengaruh jus stroberi

dalam mengurangi kerusakan paru akibat paparan asap rokok pada dosis

bertingkat. Pemberian jus stroberi dilakukan 2 jam sebelum mencit dipapar

asap rokok dan dilakukan selama 14 hari berturut-turut. Skala pengukuran

variabel ini adalah ordinal.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kerusakan histologis paru

mencit. Yang dimaksud dengan kerusakan histologis paru mencit adalah

besarnya kerusakan histologis paru mencit yang dipapar asap rokok setelah

mencit mendapatkan perlakuan dengan jus stroberi. Parameter yang digunakan

untuk menentukan derajat kerusakan histologis tersebut adalah edema

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29

dilakukan dengan perbesaran 400x pada 3 lapang pandang untuk

masing-masing preparat.

Tabel 1. Penilaian Derajat Kerusakan Paru untuk Tiap Lapang Pandang

Kriteria Keterangan

Normal Tidak ada edema, destruksi septum, maupun

infiltrasi sel radang

Kerusakan ringan Ada edema, destruksi septum, maupun

infiltrasi sel radang < 1/3 lapang pandang

Kerusakan sedang Ada edema, destruksi septum, maupun

infiltrasi sel radang 1/3-2/3 lapang pandang

Kerusakan berat Ada edema, destruksi septum, maupun

infiltrasi sel radang > 2/3 lapang pandang

Skala pengukuran untuk variabel ini adalah ordinal.

3. Variabel Luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan.

Variabel ini dapat dikendalikan melalui homogenisasi.

1) Variasi genetik

Jenis hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus)

dengan galur Swiss webster.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin mencit yang digunakan adalah jantan.

3) Umur

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4) Suhu udara

Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu udara

berkisar antara 25-28o C dengan kelembaban 50 % hingga 60 %.

5) Berat badan.

Berat badan hewan percobaan + 20 gram.

6) Jenis makanan.

Makanan yang diberikan berupa pellet dan minuman dari air PAM.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan :

1) Kondisi psikologis mencit dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, pemberian perlakuan yang

berulang kali, dan perkelahian antarmencit dapat mempengaruhi kondisi

psikologis mencit.

2) Keadaan awal paru mencit tidak diperiksa pada penelitian ini sehingga

mungkin saja ada mencit yang sebelum perlakuan parunya sudah

mengalami kelainan.

3) Masing-masing mencit mempunyai daya tahan atau imunitas yang tidak

sama.

H.Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat.

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Kandang mencit 4 buah dengan ukuran 35 x 25 x 12 cm masing-masing

untuk 7 ekor mencit

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31

c. Timbangan mencit dan timbangan elektrik

d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja lilin).

e. Sonde lambung.

f. Alat untuk pembuatan preparat histologi.

g. Mikroskop cahaya medan terang.

h. Gelas ukur dan pengaduk.

i. Beker glass

j. Juicer

k. Kamera digital

2. Bahan.

Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

a. Rokok kretek

b. Makanan hewan percobaan (pelet)

c. Aquades

d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE

e. Stroberi

I. Cara Kerja

1. Perhitungan Dosis Jus Stroberi

Peneliti menggunakan 160 gr stroberi segar yang dicuci bersih kemudian

dimasukkan ke dalam juicer. Stroberi sebanyak 160 gr tersebut merupakan

jumlah rata-rata stroberi yang dikonsumsi manusia dalam 1 gelasnya. Menurut

USDA (2007) untuk diet sehat dianjurkan minum 1 gelas jus stroberi per hari,

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id setara dengan 160 gr stroberi. Nilai konversi dari manusia (70 kg) ke mencit

(20 gr) adalah 0,0026 (Ngatidjan, 1991). Jadi dosis untuk mencit adalah 0,0026

x 160 gr = 0,416 gr = 416 mg stroberi/20 gr BB mencit. Dari uji pendahuluan

diketahui 160 gr stroberi tanpa pengenceran dihasilkan 100 ml jus stroberi

dengan ampas 34,5 gr. Ampas tersebut dibuang, sehingga 100 ml jus stroberi

diperoleh dari 160 gr stroberi segar yang dikurangi ampas. Sehingga untuk 20

gr mencit, diberikan dosis yang diperoleh dari perhitungan 0,416 gr dikalikan

100 ml dibagi dengan 125,5 gr (diperoleh dari 160 gr dikurangi 34,5 gr),

sehingga diperoleh 0,33 ml yang dibulatkan menjadi 0,3 ml. Dosis pemberian

jus stroberi ini diberikan dalam dua dosis, yaitu dosis I = 0,3 ml/20 gr BB

mencit perhari dan dosis II = 0,6 ml/ 20 gr BB mencit perhari. Jus stroberi

dosis I diberikan per oral dengan sonde lambung sehari sekali selama 14 hari

berturut-turut pada KP2. Sedangkan jus stroberi dosis II diberikan per oral

dengan sonde lambung sehari sekali selama 14 hari berturut-turut pada KP3. Di

luar jadwal perlakuan, mencit diberi makan pelet dan minum air PAM ad

libitum.

2. Pemberian Paparan Rokok

Pengasapan dengan 1 batang rokok setiap hari pada kelompok perlakuan

1, 2, dan 3. Pengasapan rokok dilakukan dalam kandang tertutup berukuran 50

x 35 x 20 cm dengan ventilasi berukuran 20 x 10 cm. Pengasapan ini dilakukan

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33

3. Persiapan dan Pengelompokan Mencit

Mencit diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium Histologi

Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. Pada hari ke-8 dilakukan

pengelompokan subjek secara random menjadi 4 kelompok. Selain itu

dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis dan diberi perlakuan. Adapun

pengelompokan subjek adalah sebagai berikut:

a. KK = Kelompok kontrol diberi aquadest peroral sebanyak 0,3 ml/20 gr

BB mencit perhari selama 14 hari berturut-turut.

b. KP1 = Kelompok perlakuan I diberi aquades peroral sebanyak 0,3 ml/20

gr BB mencit perhari dan 2 jam kemudian diberi paparan 1

batang asap rokok.

c. KP2 = Kelompok perlakuan II diberi jus stroberi peroral sebanyak 0,3

ml/20 gr BB mencit perhari dan 2 jam kemudian diberi paparan 1

batang asap rokok.

d. KP3 = Kelompok perlakuan III diberi jus stroberi peroral sebanyak 0,6

ml/20 gr BB mencit perhari dan 2 jam kemudian diberi paparan 1

batang asap rokok.

Pemberian jus stroberi dan paparan asap rokok dilakukan selama 14 hari

berturut-turut. Setiap sebelum pemberian jus stroberi, mencit dipuasakan

dahulu ± 5 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian paparan asap rokok

dilakukan ± 2 jam setelah pemberian jus stroberi karena berdasarkan penelitian

sebelumnya telah dibuktikan bahwa 2 jam setelah konsumsi buah stroberi

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Pembuatan Preparat

Setelah diberi perlakuan selama 14 hari, semua mencit dikorbankan

secara dislokasi leher, diambil organ paru bagian kanan lobus tengah untuk

selanjutnya dibuat preparat histologis dengan metode blok parafin dan

pengecatan HE. Hal ini dilakukan sehari setelah hari ke-14 agar efek perlakuan

masih tampak nyata. Pengambilan paru bagian kanan lobus tengah ini hanya

untuk homogenitas sampel. Dari bagian paru yang diambil dari setiap mencit

dibuat 3 irisan dengan ketebalan 3-4 µm. Jarak antara irisan yang satu dengan

yang lain ± 25 irisan. Dengan demikian dari setiap kelompok mencit terdapat

21 irisan/preparat. Pengamatan preparat jaringan paru mula-mula dengan

pembesaran 100x untuk mengamati seluruh bagian dari irisan/preparat,

kemudian pengamatan dilakukan dengan perbesaran 400x untuk melihat

derajat kerusakan preparat tiap lapang pandang.

5. Pembacaan Preparat

Setiap preparat jaringan paru diamati gambaran mikroskopisnya dengan

mikroskop cahaya perbesaran 400x. Dengan perbesaran 400x ini, setiap

preparat diamati pada 3 lapang pandang secara acak. Dari setiap lapang

pandang, dilihat apakah gambaran yang terlihat normal (tidak ada kerusakan

histologis) atau memberikan gambaran mikroskopis kerusakan derajat ringan,

sedang, atau berat. Gambaran mikroskopis pada satu lapang pandang dikatakan

normal bila dari satu lapang pandang tersebut tidak ditemukan adanya

tanda-tanda kerusakan mikroskopis seperti : infiltrasi sel radang, edema interstisial,

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35

pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan ringan bila dari satu

lapang pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel

radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau

ketiga-tiganya pada < 1/3 lapang pandang. Gambaran mikroskopis pada satu lapang

pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan sedang bila dari satu

lapang pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel

radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau

ketiga-tiganya pada 1/3-2/3 lapang pandang. Gambaran mikroskopis pada satu lapang

pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan berat bila dari satu lapang

pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel radang,

edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau ketiga-tiganya pada

> 2/3 lapang pandang. Unit analisis untuk penelitian ini adalah lapang pandang

pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Tiap kelompok terdiri dari 7

mencit, tiap mencit dibuat 3 preparat, tiap preparat diamati 3 lapang pandang.

Jadi, di setiap kelompok ada sebanyak 3 x 3 x 7 = 63 unit analisis. Untuk

keperluan penghitungan statistik, lapang pandang normal diberi skor 0, lapang

pandang dengan derajat kerusakan ringan diberi skor 1, lapang pandang dengan

kerusakan sedang diberi skor 2, dan lapang padang dengan derajat kerusakan

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian

J. Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji Kruskal Wallis

untuk mengetahui perbedan yang bermakna di antara semua kelompok perlakuan.

Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Mann

Whitney. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05 (Murti, 2010).

Kelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan 1

Kelompok Perlakuan 2

Kelompok Perlakuan 3 Sampel 28 ekor mencit

Dipuasakan selama + 5 jam

Aquades 0,3 ml Jus stroberi

0,3 ml/20 gr BB

Setelah + 2 jam

Pengasapan 1 batang rokok

Perlakuan sampai hari ke-14. Pembuatan preparat pada hari ke-15.

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

merupakan data ordinal, yaitu gambaran kerusakan histologis paru yang

dikelompokkan menjadi 4 kategori. Kategori tersebut adalah normal, derajat

kerusakan ringan, sedang, dan berat. Parameter yang digunakan untuk

menentukan derajat kerusakan histologis tersebut adalah edema interstitial,

destruksi septum alveolar, dan infiltrasi sel radang. Adapun unit analisis pada

penelitian ini adalah lapang pandang pada mikroskop cahaya dengan perbesaran

400x.

Tabel 2. Data Jumlah Lapang Pandang yang Normal dan Mengalami Kerusakan

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan data tersebut, didapatkan gambaran yang bervariasi pada setiap

kelompok. Pada kelompok kontrol, diketahui bahwa jumlah gambaran paru

normal paling banyak dibandingkan kelompok lainnya. Sedangkan pada

kelompok perlakuan 1 didapatkan jumlah gambaran paru derajat kerusakan berat

terbanyak dibandingkan kelompok lainnya. Pada kelompok perlakuan II,

gambaran histologis derajat kerusakan berat banyak berkurang dibandingkan

kelompok perlakuan I. Pada kelompok perlakuan III, didapatkan jumlah gambaran

histologis derajat kerusakan ringan yang paling banyak dibandingkan kelompok

perlakuan lainnya.

B.Analisis Data

Analisis data hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan

program SPSS for Windows versi 16.0.

1. Uji Kruskal-Wallis

Variabel yang digunakan dalam penelitian merupakan variabel

kategorikal dengan lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan. Untuk itu, uji

statistik yang digunakan adalah Wallis. Berdasarkan hasil uji

Kruskal-Wallis yang dilakukan terhadap seluruh kelompok sampel (seperti terlihat pada

lampiran 5) diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara keempat

kelompok sampel penelitian. Kemudian, untuk mengetahui lebih jelas letak

perbedaan yang bermakna di antara kelompok sampel, peneliti melanjutkan

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39

2. Uji Mann-Whitney

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney (α = 0,05) Antarkelompok Penelitian.

Kelompok Nilai probabilitas

(p = 0,05) Nilai perbedaan

KK dan KP1 0,000 Bermakna

KK dan KP2 0,000 Bermakna

KK dan KP3 0,000 Bermakna

KP1 dan KP2 0,000 Bermakna

KP1 dan KP3 0,000 Bermakna

KP2 dan KP3 0,087 Tidak Bermakna

Dari hasil perhitungan uji statistik Mann-Whitney, didapatkan adanya perbedaan

yang bermakna antara KK dan KP1, KK dan KP2, KK dan KP3, KP1 dan KP2, serta

Gambar

Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian
Tabel 1. Penilaian Derajat Kerusakan Paru untuk Tiap Lapang Pandang
Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian
Tabel 2.  Data Jumlah Lapang Pandang yang Normal dan Mengalami Kerusakan
+2

Referensi

Dokumen terkait

experiential learning ; 3) signifikansi karakter proaktif siswa sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning ;

In this paper we determine the dynamical model of a closed serial queuing network with fuzzy activity time and its periodic properties using max-plus algebra approach. This approach

a) Kegiatan usahanya selalu membantu orang lain/badan lain dengan menerima balas jasa. b) Pembelian barang oleh perusahaan jasa (bahan habis pakai/perlengkapan dan peralatan)

Hasil uji Scheffe persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Penurunan ini

Kedua , titik temu antara pan- dangan Imam Malik dan Imam al- Ghazali tentang maslahat yaitu harus sejalan dengan penetapan hukum Islam, maslahat tidak

Actor analis beras memasukkan id beras, nama beras, butir menir, butir patah, warna, bau dan kualitas, selanjutnya menyimpan dataset ke database, sistem juga

Hal ini berarti variasi dari variable biaya kulitas dapat mempengaruhi variable jumlah produk rusak, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variable lain yang tidak

Dalam pembuatan aplikasi perhitungan pembagian harta warisan ini, penulis menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 yang terdiri dari beberapa form yaitu form pertama yaitu