• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER PROAKTIF (Studi Pra Eksperimen pada Siswa/I Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kejajar

Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Yosephin Aningtyas 131114017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER PROAKTIF (Studi Pra Eksperimen pada Siswa/I Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kejajar

Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Yosephin Aningtyas 131114017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO

“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti”

(Mazmur 46:1)

“Bapa mu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepada Nya”

(Noname)

Most of the important things in the world have been accomplished by people who have kept on trying when there seemed to be no hope at all

(Dale Carnegie)

“Setiap orang punya masalah, untuk saat ini coba alihkan

dan fokus pada skripsi, bagaimana pun caranya”

(Donald Sinaga)

“Jangan melayang karena pujian Jangan tumbang karena cacian”

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Goresan karya tulis ini ku persembahkan bagi....

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

yang menjadi sumber kekuatan, ketenangan dan pengharapan dalam

menjalani hidup selama ini

Semua orang terkasih yang selalu mendukung dan menjadi motivasi bagi ku

untuk selalu melakukan yang terbaik

Bapak Thomas Aquinas Hadwal (alm) dan Ibunda tercinta Bernadette Darmini

(alm) semoga kalian turut bahagia dengan capaian ku ini

Kakak-kakak ku tersayang

Stefanus Kriswanto

Daniel Aprilianto

Antonius Arinto

Pak dhe dan Budhe ku

Supriyanto dan Kusmiyati

Paman ku Dionisius Diono

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER PROAKTIF

(Studi Pra Eksperimen pada Siswa/I Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kejajar Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016)

Yosephin Aningtyas Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur: 1)peningkatan karakter proaktif pada siswa sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning; 2)peningkatan karakter proaktif siswa setiap sesi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning; 3) signifikansi karakter proaktif siswa sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning; 4)signifikansi karakter proaktif siswa setiap sesi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning; dan 5)menganalisis efektivitas pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif berdasarkan penilaian siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan pra eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian ini berjumlah 30 siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan Tes Tingkat Karakter Proaktif dengan bentuk pilihan ganda bergadrasi, Skala Penilaian Diri Karakter Proaktif, danKuesioner Validasi Model Pendidikan Karakter. Reliabilitas Tes Tingkat Karakter Proaktif dan Skala Penilaian Diri Karakter Proaktif dihitung menggunakan Alpha Cronbach, nilai reliabilitas sebesar 0,336 dan 0,756. Kuesioner Validasi Model Pendidikan Karakter Proaktif dihitung menggunakan KR-20 dengan nilai reliabilitas sebesar 0.901. Teknik analisis data yang digunakan ialah teknik analisis deskriptif dengan kategorisasi distribusi normal, uji T-Test, dan deskriptif dengan presentase.

Temuan penelitian menunjukkan; 1)terdapat peningkatan skor karakter proaktif siswa sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning, 2)ada peningkatan pada setiap sesi; 3)terdapat peningkatan sebelum dan sesudah tindakan namun tidak signifikan; 4)terdapat peningkatan per sesi layanan bimbingan namun tidak signifikan; 5)menurut siswa, model ini efektif meningkatkan karakter proaktif.

(10)

ix ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF CHARACTER EDUCATION BASED ON CLASSROOM GUIDANCE SERVICE USING THE

EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH

TO IMPROVE STUDENTS’ PROACTIVE CHARACTER

(Pre Experiment study among eighth grade Students in Junior High School 1 Kejajar, Wonosobo Academic Year 2015/2016)

Yosephin Aningtyas Universitas Sanata Dharma

2017

This study aims to measure: 1) the increasein the students’ proactive character before and after receiving the classroom guidance services using the experiential learning approach; 2) increase the students’ proactive character each session based on the classroom guidance services using the experiential learning approach; 3) the significance of the improvement in students’ proactive character before and after receiving classroom guidance services using the experiential learning approach; 4) significance of the improvement of the students’ proactive character each session based on classroom guidance services using the experiential learning approach; and 5) analyze the effectiveness of character education based on classroom guidance services using the experiential learning approach to enhance the proactive character based on students’ assessment.

This research is a quantitative research with pre-experiment approach using One-group pretest-posttest design. The subjects of the research were 30 eighth grade students class D of Junior High School Kejajar Wonosobo. The data were collected using Proactive Character Level Test with graded multiple choice, Character Proactive Self-Assessment Scale, and a Questionnaire on Character Education Model Validation. The reliability of the Levels in Proactive Character Test and Proactive Character Self-Assessment is calculated using Cronbach’s Alpha, value of reliability is 0.336 and 0.756. Questionnaires on Proactive Character Education Model Validation is calculated using the KR-20 with reliability value 0.901. The data analysis technique used is descriptive analysis techniques with the categorization of normal distribution, T-test and descriptive test with percentage.

The result showed that; 1) there is an increased in students’ proactive character scores before and after the implementation of the character education based on classroom guidance services using theexperiential learning approach, 2) there is increase at each session; 3) there is an increase, although not significant, before and after the action; 4) there is an increase ineach session of counseling services but not significant; 5) according to the students, this model effectively enhances the proactive character.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat danrahmat-Nya sehingga, penulisan tugas akhir dengan judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Proaktif (Studi Pra Eksperimen pada Siswa/i Kelas VIII DI SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016) dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang penulis jalani. Oleh karenanya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sekaligus dosen pembimbing tugas akhir.

4. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.

5. Mas Moko atas pelayanan yang diberikan dengan ramah dan sabar selama penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

6. Mr. Harry dan Mrs. Mini yang telah membantu dalam hal finansial sehingga penulis dapat kuliah hingga selesai.

(12)

xi

hidup yang menjadi bekal penulis dalam melanjutkan hidup lebih kuat dan mandiri, bahagia selalu di surga bersama Bapa.

8. Kakak-kakak penulis, yakni Mas Kris, Mas Apri dan Mas Rinto atas kasih sayang, perhatian, dukungan, doa, semangat, dan keceriaan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

9. Sr. Antoni, PMY dan Sr. Patrisia, PMY yang selalu mendukung dalam studi penulis, menjadi penghubung penulis dengan Mr. Harry dan Mrs. Mini sehingga penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi.

10.Budhe Kus, Mbok Tugi, Emu Diono, Nini Sohemi, Nini Mangsru, dan seluruh keluarga besar atas seluruh doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

11.Teman dekat dan sahabat terkasih Alberta Windri, Juliana Melani, Sr. Anastasia Manis, Ester Febi, Paulus Yuan, Karolus Ama, Mas Domi, Mas Rendra atas doa, dukungan, semangat, kebersamaan yang diberikan selama ini, serta kesedian mendengarkan keluh kesah penulis.

12.Keluarga kos lovely yang menjadi rumah kedua bagi penulis, Celerina Febri, Rosalia Yenita, Silviani Jusup, Olivia. C, Scholastika Sihwiloso, Fani Watu, Suju terimakasih atas dukungan, kebersamaam dan tempat bertukar pikiran dalam menyusun skripsi ini.

13.Ibu Yasentha Suyatmi, Bapak Yohanes Sutardi, Emanuel Prihmardoyo, yang memberikan pengharapan dan pembelajaran secara nyata dalam hidup penulis yang semakin menguatkan mental penulis dalam menjalani permasalahan hidup, tetap sehat dan sampai bertemu kembali (kita) menjadi satu keluarga yang dikehendaki Bapa.

14.Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.

(13)

xii

penulis minta maaf kepada semua pihak yang telah dirugikan atas kesalahan dan kekurangan tersebut. Penulis juga sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis berharap mendapatkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna pembenahan, penajaman, dan perkembangan penelitian yang lebih baik. Akhir kata, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Yogyakarta,27Januari 2017 Penulis

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Batasan Masalah...8

D. Rumusan Masalah ...8

E. Tujuan Penelitian ...9

F. Manfaat Penelitian ...10

G. Definisi Istilah ...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...13

A. Hakekat Karakter Proaktif...13

1. Pengertian Karakter ...13

(15)

xiv

3. Model Proaktif...16

4. Fokus Proaktif ...17

5. Komponen-komponen Karakter Proaktif ...20

6. Bahasa Proaktif dan Bahasa Reaktif ...21

7. Ciri-ciri orang Proaktif ...22

8. Faktor yang Mendorong Seseorang Berperilaku Proaktif ...25

9. Manfaaat Kebiasaan Proaktif ...26

B. Hakekat Pendidikan Karakter ...26

1. Pengertian Pendidikan Karakter ...26

2. Tujuan Pendidikan Karakter...27

3. Prinsip Pendidikan karakter ...28

4. Komponen Karakter ...29

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ...36

C. Hakekat Layanan Bimbingan Klasikal ...39

1. Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal ...39

2. Tujuan Bimbingan Klasikal ...40

3. Manfaat Bimbingan Klasikal ...40

4. Tahapan Layanan Bimbingan Klasikal ...41

D. Hakekat Experiential Learning ...44

1. Pengertian Experiential Learning ...44

2. Karakteristik Experiential Learning ...45

3. Metodologi Pembelajaran Experiential Learning ...46

4. Tujuan Experiential Learning ...50

5. Proses Experiential Learning ...51

6. Kelebihan dan Kelemahan Experiential Learning ...54

E. Hakekat Remaja Sebagai Peserta Didik ...55

1. Pengertian Remaja...55

2. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja ...56

3. Karakteristik Remaja Usia (SMP) ...56

4. Kebutuhan Remaja sebagai Peserta Didik ...57

5. Proaktivitas Remaja...58

F. Hasil Penelitian yang Relevan ...59

G. Kerangka Berpikir ...61

H. Hipotesis ...64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...65

A. Jenis Penelitian ...65

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...66

C. Subjek Penelitian ...67

(16)

xv

1. Teknik Pengumpulan Data ...68

2. Instrumen Penelitian ...69

E. Validitas dan Reliabilitas ...74

1. Validitas ...74

2. Reliabilitas ...77

F. Uji Normalitas ...81

G. Teknik Analisis Data ...82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...86

A. Hasil Penelitian ...86

B. Pembahasan ...96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...113

A. Kesimpulan ...113

B. Keterbatasan Penelitian ...114

1. Instrumen Penelitian ...114

2. Waktu Penelitian ...114

C. Saran ...115

1. Bagi Kepala Sekolah ...115

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling ...115

3. Bagi Peneliti lain ...116

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bahasa Proaktif dan Bahasa Reaktif ...22

Tabel 3.1 Desain Penelitian ...66

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Bimbingan Klasikal ...67

Tabel 3.3 Subjek Penelitian ...67

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Tingkat Karakter Proaktif ...71

Tabel 3.5 Gradasi Pernyataan Item Skala Likert ...73

Tabel 3.6 Kisi-kisi Skala Penilaian Diri ...73

Tabel 3.7 Norma Kategorisasi ...78

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Tes Tingkat Karakter Proaktif ...79

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Skala Penilaian Diri Karakter Proaktif ...79

Tabel 3.10 Hasil Uji Normalitas Tes Tingkat Karakter Proaktif ...81

Tabel 3.11 Norma Kategorisasi ...83

Tabel 3.12 Norma Kategorisasi ...84

Tabel 4.1Distribusi skor Karakter Proaktif Siswa/I Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning ...86

(18)

xvii

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Karakter Proaktif Covey ...16

Gambar 2.2 Fokus Proaktif dan Reaktif ...18

Gambar 2.3 Komponen Karakter ...30

Gambar 2.4Kolb’s Learning Style Model ...51

Gambar 2.5 Siklus Pembelajaran Experiential Learning menurut Pfiffer & Jones ...52

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir Pendidikan Karakter Proaktif ...63

Gambar 4.1 Grafik Tingkat Karakter Proaktif Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning ...87

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Tingkat Karakter Proaktif ...120

Lampiran 2. Skala Karakter Proaktif Siswa ...127

Lampiran 3. Kuesioner Validasi Efektivitas Model Pendidikan Karakter ...128

Lampiran 4.Hasil Uji Validitas Butir Item Tes Pedidikan Karakter Proaktif ...129

Lampiran 5. Hasil Uji Realibilitas Tes Karakter Proaktif ...131

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Butir Item Skala Karakter Proaktif ...132

Lampiran 7. Hasil Uji Realibilitas Skala Karakter Proaktif ...134

Lampiran 8.Tabulasi Data Instrumen Skala Karakter Proaktif ...135

Lampiran 9. Tabulasi Data Instrumen 1 ...139

Lampiran 10. Tabulasi Data Instrumen 2 ...140

Lampiran 14. Hasil Uji Validitas Kuesioner Validasi Model ...142

Lampiran 15.Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Validasi Model ...142

Lampiran 11. Rancangan Pelayanan Bimbingan Klasikal 1 ...148

Lampiran 12. Rancangan Pelayanan Bimbingan Klasikal 2 ...156

Lampiran 13. Rancangan Pelayanan Bimbingan Klasikal 2 ...166

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Karakter proaktif adalah salah satu karakter yang beberapa aspeknya termuat dalam 18 butir karakter, yang tertulis dalam Panduan Pendidikan Karakter di SMP (Kemendiknas, 2011). Karakter proaktif ialah karakter yang selalu memiliki visi ke depan, fokus akan hal-hal yang bisa dikendalikan untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Beberapa Karakter proaktif cenderung mengarah pada tindakan yang positif, selalu mengedepankan nilai sebelum perasaan. Seseorang yang memiliki karakter proaktif tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan, ia memiliki kemandirian dalam memutuskan sesuatu dan bertanggung jawab penuh atas pilihan yang diambil. Orang proaktif juga memiliki inisiatif untuk melakukan sesuatu yang lebih efektif dalam hidupnya tanpa merugikan diri sendiri ataupun orang lain.

(22)

2

mengambil inisiatif. Kemampuan dalam mengambil inisiatif yangdimaksudkan Covey (2002:61) sebagai salah satu aspek perilaku proaktif yang bermakna sebagai kemampuan berbuat sesuatu tanpa harus menunggu sesuatu itu terjadi lebih dahulu atau tanpa harus dipengaruhi oleh orang lain. Manusia membuat pilihan-pilihan keputusannya secara sadar berdasarkan nilai-nilai. Dengan demikian, dirinyalah yang bertanggung jawab secara penuh terhadap segala konsekuensi dan resiko yang mungkin timbul. Disinilah letak tanggung jawab individu diantara kebebasan yang dimiliki yang juga merupakan salah satu aspek perilaku proaktif.

Hasil wawancara bersama guru BK SMP N 1 Kejajar Wonosobo, Bapak Diyono, karakter proaktif secara tidak langsung telah ditanamkan kepada siswa melalui proses belajar mengajar. Seperti halnya siswa berinisiatif untuk bertanya kepada guru tentang hal yang belum mereka mengerti, memanggil guru ke kantor bila belum masuk kelas pada jam pelajaran, dan melaporkan siswa yang melanggar peraturan di sekolah. Melalui bimbingan klasikal yang dilakukan guru BK, siswa juga didorong dan diarahkan menjadi proaktif dalam melakukan atau memutuskan sesuatu di sekolah maupun di luar sekolah.

(23)

3

langkah siswa dalam memutuskan masa depannya. Siswa cenderung pasif dalam menggali informasi terkait dengan sekolah-sekolah yang ingin mereka masuki. Kasus-kasus ini menjadi tugas para pendidik untuk mendampingi dan mengarahkan para siswa ke hal yang lebih baik sebagai seorang pelajar.

Latar belakang keluarga dan lingkungan sangat berperan dalam pembentukan karakter proaktif siswa. Seperti diketahui sebagian besar para siswa berasal dari keluarga petani yang tinggal di dataran tinggi, daerah pegunungan dengan udara yang cukup dingin sehingga merokok sudah menjadi kebiasaan di rumah. Kebiasaan tersebut terbawa hingga di lingkungan sekolah, para siswa sering membawa rokok dan merokok di sekolah secara diam-diam dengan memilih tempat yang sekiranya tidak dilihat oleh guru. Siswa belum mampu untuk menempatkan kebiasaan dirinya pada lingkungan yang mereka tempati, selain itu siswa juga belum menyadari bahwa kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang tidak baik.

(24)

4

keputusan tanpa mempertimbangkan baik buruknya serta nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Pelaksanaan bimbingan konseling di SMP N 1 Kejajar Wonosobo ini juga masih sangat kurang. Keterbatasan waktu BK masuk kelas dan guru BK yang bukan lulusan BK membuat siswa salah kaprah dalam memahami fungsi BK. Terlebih dalam penanaman pendidikan karakter yang sejatinya menjadi landasan untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, juga belum terimplementasikan dengan baik. Peran guru BK di sini masih belum maksimal sehingga siswa kurang mendapat pendampingan salah satunya penanaman pendidikan karakter proaktif.

Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai mulia lainnya (Hermino, 2014: 159). Karakter menjadi fondasi dari segala bentuk keberhasilan seseorang. Pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan benar dan salah, namun mempunyai makna yang lebih tinggi yaitu bagaimana menanamkan kebiasaan (habbit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.

(25)

5

karakter ditangani oleh Direktorat Pembinaan SMP Kemdiknas (PanduanPendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Pembinaan SMP, 2010). Implementasi pendidikan karakter di SMP diharapkan agar siswa mampu meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Permasalahannya adalah, pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP di seluruh tanah air selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari (Suyanto, 2011).

(26)

6

Experiential learning adalah sebuah pendekatan dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok yang efektif. Suatu dinamika kelompok dikatakan efektif apabila dapat menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat diantara peserta kegiatan, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif (senang, gembira, rileks, dan bangga), meningkatkan minat atau gairah untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan terjadinya katarsis, serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan sosial (Prayitno, dkk). Melalui pendekatan experiential learning, peneliti mengajak siswa untuk mengalami secara langsung nilai karakter yang akan ditanamkan sehingga siswa memperoleh pengalaman dan mampu memahami serta memaknai apa yang telah dialami. Hingga mampu merefleksikan dan membuat niat untuk menanamkan sikap proaktif dalam kehidupan sehari-hari.

(27)

7

hanya sampai pada pendekatan ceramah yang menjadikan peserta didik kurang memahami dan mendalami topik bimbingan.

Berdasarkan keadaan dan paparan di atas, maka peneliti tertarik dan tergerak hati untuk mengangkat judul “Efektivitas Implementasi

Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Proaktif pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kejajar Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016” dalam penelitian ini.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas terkait dengan peningkatan karakter proaktif di SMP diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Tujuan pendidikan nasional terkait pendidikan karakter belum terealisasi dengan baik karena belum sampai pada pengembangan potensi siswa dalam dunia pendidikan sekarang ini.

2. Kurangnya pemahaman peserta didik terkait karakter proaktif di dunia pendidikan.

3. Belum ada peneliti yang menunjukkan peningkatan karakter terkait karakter proaktif di SMP N 1 Kejajar, Wonosobo.

4. Karakter proaktif di sekolah, khususnya di SMP N 1 Kejajar Wonosobo masih belum sampai pada ranah afeksi maupun pekerti. 5. Kurangnya inisiatif siswa di sekolah, pasif terhadap kepentingan diri

(28)

8

6. Budaya masyarakat setempat yang kurang mendukung penanaman karakter proaktif siswa.

7. Pelaksanaan Bimbingan Konseling di sekolah belum maksimal. C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, fokus kajian diranahkan untuk menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi khususnya masalah mengenai kurangnya sikap proaktif sebagai peserta didik. Maka peneliti fokus pada judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan

Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Proaktif pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kejajar Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah dan identifikasi masalah maka rumusan masalah utama penelitian ini adalah apakah pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

efektif meningkatkan karakter proaktif siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016?

Rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci menjadi rumusan masalah khusus sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi peningkatan karakter proaktif pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kejajar Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016 sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

(29)

9

2. Seberapa tinggi peningkatan karakter proaktif siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016 setiap sesi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning?

3. Apakah terdapat peningkatan signifikan karakter proaktif siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016 sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning?

4. Apakah terdapat peningkatan signifikan karakter proaktif siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016 setiap sesi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning?

5. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif berdasarkan penilaian siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah utama penelitian dirumuskan tujuan utama penelitian yaitu menukur efektivitas pendidikan karakter meningkatkan karakter proaktif siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016. Sedangkan tujuan khusus penelitian adalah;

(30)

10

dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning.

2. Mengukur peningkatan karakter proaktif siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016 setiap sesi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning.

3. Mengukur signifikansi karakter proaktif siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016 sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.

4. Mengukur signifikansi karakter proaktif siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016 setiap sesi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning.

5. Menganalisis efektivitas pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif berdasarkan penilaian siswa.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(31)

11 2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK sebagai dasar untuk memberikan bimbingan klasikal dengan menerapkan pendekatan experiential learning.

b. Bagi peneliti

Prosedur penelitian ini memberi kesempatan kepada peneliti untuk berlatih mengaplikasikan prosedur penelitian pra eksperimen dengan pendekatan experiential learningdalam Bimbingan dan Konseling guna meningkatkan karakter proaktif pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kejajar Wonosobo.

c. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan karakter proaktif siswa dalam pengembangan kepribadian di sekolah.

d. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk mengaplikasikan pendekatan pra eksperimen dengan pendekatan

(32)

12 G. Definisi Istilah

1. Pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk membantu orang memahami, peduli dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti.

2. Karakter adalah sikap, watak, dan cara pikir yang tertuang dalam tindakan atau perilaku, menjadi pembeda pada setiap pribadi.

3. Karakter proaktif adalah karakter yang bertanggung jawab penuh atas dirinya sendiri, sadar akan keputusan yang diambil, dan selalu mengedepankan nilai dalam bertindak,

4. Bimbingan klasikal adalah layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling (guru BK) atau konselor sekolah kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas .

(33)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Padabagianinidipaparkansecarasingkatmengenai Hakekat karakter proaktif, Hakekat karakter, Hakekat pendidikan karakter, Hakekat layanan bimbingan klasikal, Hakekat pendekatan experential learning, hakekat layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experential learning, dan Hakekat remaja sebagai peserta didik. Masing-masing pokok tersebut dijelaskan sebagai berikut.

A. Hakekat Karakter Proaktif 1. Pengertian Karakter

Menurut Suyanto (2013:3), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Scerenko (Kurniawan, 2013:42) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Dalam kamus besar bahasa indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak (Zuchdi, Darmiyati : 2002).

(34)

14

(Yaumi, 2014) karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan.Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan inti, hati, jiwa, kepribadian, karakter dan akhlak mulia, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan sikap, watak, dan cara pikir yang tertuang dalam tindakan atau perilaku, menjadi pembeda pada setiap pribadi.

2. Pengertian Karakter Proaktif

Kata proaktivitas saat ini sudah lumayan lazim diliteratur manajemen, kata ini tidak akan ditemukan dalam kebanyakan kamus. Manusia mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi. Menurut Covey, (1997: 60), kata proaktivitas memiliki arti manusia bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Perilaku manusia adalah fungsi dari keputusan dirinya, bukan kondisinya. Menomorduakan perasaaan sesudah nilai.

(35)

15

Schwarzer (1997:1) mengatakan “Proactive attitude (PA) is a

personality characteristic which has implications for motivation and

action. It is a belief in the rich potential of changes that can be made to

improve oneself and one's environment. This includes various facets such

as resourcefulness, responsibility, values, and vision”.

(36)

16 3. Model Proaktif

Model proaktif menurut Covey bisa dilihat ada gambar 2.1

Gambar 2.1 Model Proaktif Covey

Menurut Covey (1997) dalam kebebasan memilih terkandung empat anugerah manusiawi, yaitu :

a. Self awarness (kesadaran diri) yaitu kemampuan untuk melihat, memikirkan, merenungkan, dan menilai diri sendiri. Kesadaran diri tidak hanya mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia, melainkan mempengaruhi cara pandangnya terhadap sesuatu di luar dirinya. Contohnya, ”Saya uring-uringan, karena saya tidak cukup tidur tadi malam”, atau “Saya bilang begitu hanya karena saya kesal”.

b. Imagination (imajinasi), yaitu kemampuan untuk membayangkan sesuatu melampaui realita empiris, yang memungkinkan orang untuk menciptakan sesuatu dalam pikirannya yang tidak dibatasi oleh dunia

Kesadaran Diri Suara Hati/ Kehendak Bebas

Kata Hati Imajinasi

STIMULUS KEBEBASAN RESPON

(37)

17

nyata. Covey (1986, 1996, 1998: 47). Imajinasi memungkinkan orang meloloskan diri dari kesadaran sekarang dan menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru dalam benaknya. Imajinasi memberikan peluang untuk membayangkan masa depan, menjadi apa kelak kita nantinya. c. Conscience (kata hati), yaitu kesadaran batin yang mendalam tentang

benar-salah, baik buruk, yang diharapkan-tidak diharapkan, sebagai prinsip hidup yang mengatur perilaku manusia sehingga ia dapat menyelaraskan pikiran, perasaan dan tindakannya.

d. Independent will (kehendak bebas), yaitu kemampuan untuk menentukan pilihan berdasarkan kesadaran dirinya dan bebas dari segala pengaruh lain. Kehendak bebas memungkinkan orang membuat pilihan sendiri, menguasai emosi-emosi, dan mengatasi kebiasaan nalurinya. Tanggung jawab dan moral ialah hal yang dimiliki orang yang berkehendak bebas. Orang yang proaktif tidak pernah merasa dan menggunakan kata terpaksa. Orang proaktif telah mencoret dari kamus perbendaharaan bahasanya kata “terpaksa” dan menggantinya dengan kata “memilih”.

4. Fokus Proaktif

(38)

18

Gambar 2.2 Fokus Proaktif dan Reaktif Penjelasan :

1. Orang proaktif berfokus pada hal yang bisa dipengaruhinya, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga lingkaran pengaruhnya (Inner Circle of Influence) semakin besar.

2. Orang yang reaktif atau tidak proaktif lebih berfokus pada hal-halyang sama sekali tidak bisa dipengaruhi, sehingga lingkaran kepeduliannya (Outer Circle of Concern) semakin kecil.

Orang yang mempunyai kebiasaan proaktif mampu mengendalikan sikap serta perbuatannya sendiri. Sejalan dengan nilai-nilai hidupnyalah dia mempengaruhi orang dan hal-hal lain dalam bidangnya. Bila orang itu proaktif maka ia memfokuskan energi pada “Lingkungan Pengaruh”.

Lingkungan Pengaruh mencakup segala hal yang secara langsung dapat dipengaruhi untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Lingkaran Pengaruh

FOKUS PROAKTIF FOKUS REAKTIF

Lingkaran pengaruh Lingkaran Kepedulian

Lingkaran pengaruh

Lingkaran Kepedulian

(39)

19

ibarat otot yang semakin kekar dan lentur bila dilatih, tetapi menjadi lemah apabila jarang dipakai. Jika seseorang memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat dipengaruhi misalnya kesehatan diri sendiri, maka orang yang bersangkutan memperluas pengetahuan dan pengalamannya dan menumbuhkan sifat layak dipercaya. Sebagai hasilnya, lingkaran pengaruh berkembang semakin besar.

Sebaliknya, bila seseorang bersikap reaktif, ia akan tertarik membuat dalih atau alasan bukan hasil nyata, karena orang reaktif berfokus pada hal-hal yang tak dapat dikendalikan, waktu dan energinya akan semakin sedikit yang bisa digunakan untuk hal-hal yang dapat dipengaruhi. Akibatnya, Lingkaran Pengaruh menciut. Dalam hal inilah Lingkaran Kepedulian menjadi semakin luas dan dapat dijadikan dalih mengapa tidak menghasilkan karya apa pun. Lingkaran Kepedulian meliputi berbagai peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, misalnya seorang mahasiswa yang selalu mengeluh mengenai kenaikan harga kos-kosan yang naik hingga dua kali lipat dari harga tahun sebelumnya (sesuatu yang tidak bisa dikendalikan mahasiswa yang bersangkutan). Terus mengeluh tentang harga kenaikan kos-kosan adalah sesuatu hal yang tidak ada gunanya karena hanya membuat dia kehabisan waktu untuk memikirkan hal tersebut, padahal ada hal lain yang dapat ia pikirkan untuk dikerjakan.

(40)

20

cenderung menggunakan kata mempunyai, misalnya “Seandainya saja saya

mempunyai guru yang lebih sabar...”, “Seandainya saya bisa mengendarai motor...”, “Seandainya saya memiliki banyak uang...”, “Seandainya saja saya

memiliki lebih banyak waktu untuk bersama dengan teman-teman saya...”. sedangkan orang yang memusatkan perhatian pada Lingkaran Pengaruh cenderung menggunakan kata menjadi, misalnya “Saya menjadi lebih sabar”,

“Saya menjadi bijaksana”, “Saya menjadi lebih tegar”.

5. Komponen-komponen Karakter Proaktif a. Mampu mengambil keputusan

Mampu memfokuskan perhatian pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Memiliki inisiatif dan mengambil inisiatif bukan karena situasi yang mendesak.

b. Memilih berdasarkan nilai-nilai hidup

Nilai adalah sesuatu yang berharga dalam kehidupan. Pada umumnya nilai berwujud prinsip-prinsip yang abstrak. Orang-orang proaktif mengambil keputusan dengan berpedoman pada nilai-nilai hidupnya yang mempengaruh pikiran, perasaan dan perilakunya secara cermat, penuh kesadaran dan sensitif terhadap lingkungan sekitar. c. Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan

hal-hal di luar dirinya)

(41)

21

dalam kendalinya, mana yang dikendalikan orang lain, dan mana yang dikendalikan Tuhan. Kesadaran dalam mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai, tujuan dan visinya selalu dimiliki orang yang proaktif. Setiap keputusan yang diambil, ia lakukan secara sadar, oleh karena itu dirinyalah yang bertanggung jawab atas pilihannya dan berani mengambil resiko yang merupakan akibat dari keputusannya.

Sebelum berfokus pada Lingkaran Pengaruh, orang perlu mempertimbangkan dua hal dalam lingkaran kepedulian yang layak dipikirkan lebih dalam, yaitu: konsekuensi dan kesalahan. Bebas memilih tindakan bukan berarti bebas memilih konsekuensi dari tindakan yang dilakukan. Konsekuensi selalu ada dalam Lingkaran Kepedulian.

6. Bahasa Proaktif dan Bahasa Reaktif

Sikap dan perilaku seseorang mengalir keluar dari paradigma orang tersebut, jika kita menggunakan kesadaran diri kita untuk memeriksa sikap dan perilaku tersebut, kita sering dapat melihat keduanya itu sifat dari peta yang mendasari kita. Penggunaan bahasa adalah indikator yang sangat riil mengenai tingkat di mana kita memandang diri kita sebagai orang yang proaktif.

Bahasa orang reaktif membebaskan mereka dari tanggung jawab, “Itulah saya. Memang begitulah saya.” Saya sudah memutuskan . Tidak

(42)

22

sesuatu di luar kendali saya. “Saya terpaksa melakukannya.” Bahasa itu

berasal dari paradigma dasar determinisme dan seluruh semangatnya adalah pemindahan tanggung jawab. Orang proaktif membuat cinta menjadi kata kerja. Cinta adalah sesuatu yang dilakukan: pengorbanan yang anda buat, pemberian diri anda, seperti seorang ibu melahirkan anaknya ke dunia. Cinta adalah nilai yang diwujudkan melalui perbuatan penuh kasih. Berikut bahasa orang proaktif dan bahasa orang reaktif bisa dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Bahasa Proaktif dan Reaktif

7. Ciri-ciri Orang Proaktif

a. Mengambil keputusan dengan akal dan inisiatifnya

Orang proaktif mampu menentukan sikap dan responnya. Misalnya sikap dan respon terhadap warna rambut, komentar kasar, kesalahan di masa lalu atau cuaca dan lain-lain. Dengan demikian orang proaktif mampu merasakan kedamaian batin dan belajar untuk tersenyum di segala situasi.

Bahasa Proaktif Bahasa Reaktif

“Saya mau pergi” “Saya harus pergi” “Saya mengendalikan perasaan

saya” “Dia membuat saya begitu marah”

“mari kita jelajahi alternatif yang

ada” “Tak ada yang dapat saya lakukan”

“Saya dapat...” “Andaikan saja...” “Saya memilih...” “Saya tidak bisa...”

(43)

23

b. Memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan nilai-nilai hidupnya Orang proaktif mempunyai nilai hidup yang selaras sehingga dia dapat mengubah kemunduran menjadi kemenangan yakni dengan merespon kejadian yang terjadi dengan positif dan bijaksana, sehingga ia tidak ragu-ragu atau malu dalam mengakui kesalahan. Nilai hidup yang ia miliki tidak mengenal kata putus asa, sebaliknya ia tetap mensyukuri atas hidupnya sebagai pribadi yang berharga. c. Memiliki percaya diri

Memiliki sikap percaya diri berarti memiliki sikap “aku bisa”,

misalnya berani mengambil resiko, kreatif, banyak akal, berpikir sebelum bertindak, berfokus pada hal-hal yang bisa diubah, tidak mengkhawatirkan hal-hal yang tidak bisa diubah. Orang proaktif memahami bahwa setiap orang memiliki kebutuhan dan ide yang berbeda. Maka ia menyadari keunikan dirinya, kelemahan dan kelebihannya dan menerima semua ini. Ia menjadi pribadi bahagia yang sadar bahwa ia mempunyai arti bagi sesama.

d. Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal

(44)

24 e. Bersikap Asertif

Sikap asertif yaitu jujur mengekspresikan kebutuhan, perasaan, dan pikiran dengan apa adanya tanpa menyakiti orang lain. Orang akan semakin proaktif bila mampu bersikap asertif untuk lebih menghargai diri sendiri dan orang lain karena mengembangkan kontrol diri, berani mengatakan tidak (menolak) tanpa merasa bersalah, berani meminta bantuan orang lain ketika membutuhkan.

f. Mendahulukan Hal yang Utama

Mendahulukan hal yang harus diutamakan bagi orang proaktif berarti melaksanakan kegiatan sehari-hari menurut prioritas yang muncul dari misi, peran, serta tujuan hidup yang diterapkan. Orang yang semakin proaktif mampu memilih yang terbaik.

g. Memfokuskan Diri pada hal-hal yang bisa dikendalikan

(45)

25

8. Faktor yang Mendorong Seseorang Berperilaku Proaktif a. Sumber (Resources)

Individu yang berperilaku proaktif percaya pada adanya sumber-sumber daya memadai baik eksternal dan internal. Barang-barang, jasa dan orang-orang dapat dipengaruhi untuk mendukung pencapaian tujuan. Kecerdasan, keberanian dan kekuatan. Misalnya, memungkinkan penetapan dan kegigihan tujuan.

b. Nilai

Individu memfokuskan diri pada suatu masalah, tidak terpengaruhi apakah masalah tersebut disebabkan oleh dirinya sendiri atau orang lain.

c. Tanggung Jawab (Responsibility)

Individu yang berperilaku proaktif, bertanggung jawab terhadap pertumbuhannya sendiri. Sebuah masa kehidupan tidaklah sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar tetapi dapat dipilih. Kejadian-kejadian baik atau buruk tidak secara serampangan dikaitkan pada penyebab-penyebab luar. Tanggung jawab dibedakan menjadi dua, yaitu : tanggung jawab terhadap kejadian-kejadian yang telah lalu dan tanggung jawab untuk membuat apa-apa terwujud.

d. Nilai-nilai (Values)

(46)

26

sedangkan orang-orang proaktif memperhatikan nilai-nilai mereka dan memilih jalur tindakan yang sesuai.

9. Manfaat Kebiasaan Proaktif

Ada lima manfaat kebiasaan proaktif (Covey, 2001) yaitu: a. Tidak mudah tersinggung.

b. Bertanggung jawab atas pilihan-pilihan yang diambil. c. Berpikir sebelum bertindak.

d. Mengasah resiliensi diri.

e. Berfokus pada aksi nyata, sehingga semua dapat terlaksana. B. Hakekat Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-niai inti yang baik untuk individu dan baik untuk masyarakat Lickona (Yaumi, 2014:10). Menurut (Samani, 2013) pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan dengan mempratikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai etis dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya

(47)

27

dapat mempraktikkannya dalam hidup di keluarga maupun masyarakat. Menurut Elkind dan Sweet (Fathurrohman, 2013) pendidikan karakter ialah usaha yang sungguh-sungguh untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Menurut Kevin Ryan dan Bohlin (Fathurrohman, 2013) pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Karakter mulai meliputi pengetahuan tantang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter ialah usaha yang dilakukan pendidik kepada peserta didik yang mengarahkan peserta didik agar mampu memahami dan menyadari nilai-nilai etis yang ada di masyarakat, sehingga menumbuhkan niat dan menghasilkan tindakan pada kebaikan.

2. Tujuan Pendidikan Karakter

(48)

28

Tujuan khusus, di rumuskan Komite APEID (Asia and Pasific Programme of Educational Innovation for Devwlopment) pendidikan karakter bertujuan untuk menerapkan pembentukan karakter pada anak, menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, dan mengarahkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan Panduan Pendidikan Karakter Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2011),

pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk

karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi : (1) mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik;

(2) membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi

warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan

negaranya serta mencintai umat manusia. Pendidikan karakter dilakukan melalui

berbagai media yaitu keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia

usaha, dan media massa. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pendidikan karakter ialah mengarahkan peserta didik untuk mempunyai sikap dan

bertindak sesuai dengan nilai-nilai etis yang dianut bangsanya.

3. Prinsip Pendidikan Karakter

Kementrian Pendidikan Nasional (2010) manyatakan bahwa pendidikan karakter hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku

(49)

29

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik.

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

4. Komponen Karakter

(50)

30

pelaksanaan nilai dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga komponen ini bersifat prosesual, artinya tahap ketiga hanya mungkin terjadi setelah tahapan kedua tercapai, dan tahapan kedua haya tercapai apabila tahapan pertama telah tercapai.

Gambar 2.3 Komponen karakter

Ada beragam pengetahuan moral yang dapat kita manfaatkan ketika berhadapan dengn tantangan-tantangan moral dalam hidup. Berikut adalah penjelasan dari enam hal yang menjadi bagian dari pengetahuan moral:

a. Kesadaran Moral (Moral Awareness)

(51)

31

orang tak mampu melihat situasi yang sedang ia hadapi melibatkan masalah moral dan membutuhkan pertimbangan lebih jauh. Remaja khususnya sangat rentan terhadap kegagalan seperti ini, bertindak tanpa mempertanyakan “Apakah ini benar?”.

Aspek pertama yang perlu dimiliki remaja dalam kesadaran moral adalah remaja harus mengetahui tanggung jawab moral pertama mereka yakni menggunakan akal sehat untuk melihat kapan sebuah situasi membutuhkan penilaian moral. Kemudian memikirkan benar tidakna tindakan tersebut. Aspek kedua adalah kendala untuk biasa mndapatkan informasi. Remaja perlu mencari informasi dan memastikan fakta terlebih dahulu sebelum membuat pertimbangan moral.

b. Mengetahui Nilai-nilai (Knowing Moral Value)

Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam berbagai situasi. Menghormati kehidupan, bertanggung jawab, berani meminta maaf, berani mengakui kesalahan adalah beberapa nilai-nilai moral yang perlu diketahui siswa yang menjadi faktor penentu dalam membentuk pribadi yang baik.

c. Pengambilan Perspektif (Perspective-Taking)

(52)

32

pandang orang lain, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi, dan merasa.

d. Penalaran Moral (Moral Reasoning)

Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral dan mengapa harus bermoral. Pada tingkat tertinggi, penalaran moral juga melibatkan pemahaman terhadap prinsip klasik, “Hormatilah martabat setiap individu”, “Perbanyak berbuat baik”, dan “Bersikaplah pada orang lain sebagaimana engkau mengharapkan orang lain bersikap kepada mu”. Prinsip-prinsip

semacam ini dapat menuntun perubahan perbuatan moral remaja dalam berbagai situasi.

e. Pengambilan Keputusan (Desicions- Making)

Dalam membuat keputusan seseorang dapat melakukan dengan mempertimbangkan melalui pertanyaan kepada dirinya, seperti “apa saja pilihan ku?”; “Apa konsekuensi yang kira-kira harus dihadapi orang lain karena keputuasan yang ku buat?”. Mampu

memikirkan langkah yang mungkin akan diambil seseorang yang sedang menghadapi persoalan moral tersebut sebagai keterampilan pengabilan keputusan reflektif.

f. Pengetahuan Diri (Self-Knowledge)

(53)

33

emosional terdapat beberapa faktor yang membentuk karakter seseorang, yakni :

a. Hati Nurani (Consience)

Hati nurani memiliki dua sisi; sisi kognitif dan sisi emosional. Sisi Kognitif menuntun seseorang dalam menentukan hal yang benar, sedangkan sisi emosional menjadikan seseorang merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang benar.

b. Penghargaan Diri (Self-esteem)

Seseorang yang memiliki penghargaan diri yang sehat, maka akan mampu menghargai dirinya sendiri dan menghormati dirinya sendiri. Sengan demikian, kecil kemungkinan bagi seseorang untuk merusak tubuh atau pikirannya sendiri atau membiarkan orang lain merusaknya.

Remaja yang memiliki penghargaan diri yang sehat akan mampu memandang diri sendiri secara positif, cenderung memperlakukan orang lain secara positif juga, tidak tergantung pada pendapat orang lain, mampu mengikuti pertimbangan pribadi, dan lebih bertanggung jawab terhadap diri, sesama, lingkungan dan kepada Tuhan.

c. Empati (Emphaty)

(54)

34

d. Mencintai Kebaikan (Loving the God)

Jika seseorang mencintai kebikan, mereka akan senang melakukan kebaikan. Cinta akan melahirkan hasrat, bukan hanya kewajiban. Potensi ini merupakan potensi moral manusia yang sudah ada sejak usia kanak-kanak dan dapat terus dikembangkan dalam tiap tahap perkembangan.

e. Kontrol Diri ( Self-Control)

Kontrol diri merupakan pekerti yang penting untuk mengendalikan emosional maupun perilaku diri seseorang. Kontrol diri membantu seseorang untuk bersikap etis disaat seseorang sedang tidak menginginkannya. Kontrol diri juga penting untuk mengekang keterlenaan kita.

f. Kerendahan Hati (Humility)

Kerendahan hati merupakan bagian dari pemahaman diri. Suatu bentuk keterbukaan murni terhadap kebenaran sekaligus kehendak untuk berbuatsesuatu demi memperbaiki kegagalan. Kerendahan hati juga membantu seseorang mengatasi kesombongan diri. Kerendahan hati adalah pelindung terbaik dari perbuatan jahat.

(55)

35

perasaan mereka adalah tindakan benar. Tiaga aspek yang menggerakkan seseorang sehingga mampu melakukan tindakan moral yaitu;

a. Kompetensi (Competence)

Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke dalam tindakan moral efektif. b. Kehendak (Will)

Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi gar tetapterkendali oleh akal. Kehendak juga dibutuhkan untuk dapat melihat dan memikirkan suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral. Kehendak dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban, bukan kesenangan. Kehendak dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan teman sebaya. Dan melawan gelombang. Kehendak merupakan inti dari keberanian moral.

c. Kebiasaan (Habbit)

Seseorang yang memiliki karakter baik akan bertindak dengan sungguh-sungguh, loyal, berani, berbudi, dan adil. Mereka melakukan yang benar karena kebiasaan.

(56)

36

setiap orang termasuk remaja, secaara bertahap dapat memadukan pertimbangan, perasaan, dan pola-pola tingkah laku yang benar.

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Menurut Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas (Suyadi, 2013) terdapat 18 nilai karakter yang harus dikembangan untuk peserta didik di Indonesia. Kedelapan belas nilai beserta deskripsi untuk masing-masing nilai dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Nilai religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, gender, jenis kelamin, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin

(57)

37 e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat kebangsaan

(58)

38 k. Cinta tanah air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu berguna bagi masyarakat, serta menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/ komunikatif

Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan

(59)

39 q. Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat pengkotakan sosial, baik agama, budaya, gender, jenis kelamin, dan status sosial. r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan.

C. Hakekat Layanan Bimbingan Klasikal

1. Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal

Winkel dan Hastuti (2004) menjelaskan bimbingan klasikal merupakan istilah yang khusus digunakan di institusi pendidikan sekolah dan menunjuk pada sejumlah siswa yang dikumpulkan bersama untuk kegiatan bimbingan. Pengertian lain menyebutkan bahwa bimbingan klasikal adalah bimbingan yang berorientasi pada kelompok siswa dalam jumlah yang cukup besar antara 30-40 orang siswa (satu kelas). Bimbingan klasikal dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan peserta didik di kelas.

(60)

40

lingkup kelas sehingga ada kontak langsung antara guru dan peserta didik untuk memberikan materi bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik agar mencapai perkembangan yang optimal. 2. Tujuan Bimbingan Klasikal

a. Supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri.

b. Memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar membebek pendapat orang lain.

c. Mengambil sikap sendiri.

d. Berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari tindakan-tindakannya.

3. Manfaat Bimbingan Klasikal

`Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan yang optimal bagi siswa. Siswa diharapkan dapat mengambil manfaat yang sebanyak mungkin dari pelayanan bimbingan klasikal. Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas,

Bimbingan dan Konseling (2004) sebagai berikut.

a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, sifat, sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku dan lain sebagainya.

(61)

41

c. Siswa semakin tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar, lebih giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik.

d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan mengambil keputusansendiri dalam hidupnya, serta mampu merencanakan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pengembangan hidupnya.

e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.

f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku manusia.

g. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depannya.

4. Tahapan Layanan Bimbingan Klasikal

Adapun tahapan dalam bimbingan menurut Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMP Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan (2016) dijelaskan sebagai berikut;

a. Pra Bimbingan

1) Menyusun RPL bimbingan kelompok. 2) Pembentukan kelompok (forming). b. Pelaksanaan

(62)

42

a) Menciptakan suasana saling mengenal, hangat, dan rileks.

b) Menjelaskan tujuan dan manfaat bimbingan kelompok secara singkat.

c) Menjelaskan peran masing-masing anggota dan pembimbing pada proses bimbingan kelompok yang akan dilaksanakan.

d) Menjelaskan aturan kelompok dan mendorong anggota untuk berperan penuh dalam kegiatan kelompok.

e) Memotivasi anggota untuk saling mengungkapkan diri secara terbuka.

f) Memotivasi anggota untuk mengungkapkan harapannya dan membantu merumuskan tujuan bersama.

2) Transisi

a) Melakukan kegiatan selingan berupa permainan kelompok.

b) Mereview tujuan dan kesepakatan bersama.

c) Memotivasi anggota untuk terlibat aktif mengambil manfaat dalam tahap inti.

(63)

43 3) Inti

a) Mendorong tiap anggota untuk mengungkapkan topik yang perlu dibahas.

b) Menetapkan topik yang akan diintervensi sesuai dengan tujuan bersama.

c) Mendorong tiap anggota kelompok untuk terlibat aktif saling membantu.

Melakukan kegiatan selingan yang bersifat menyenangkan mungkin perlu diadakan.

d) Mereview hasil yang dicapai dan menetapkan pertemuan selanjutnya.

4) Penutup

a) Mengungkapkan kesan dan keberhasilan yang dicapai oleh setiap anggota.

b) Merangkum proses dan hasil yang dicapai.

c) Mengungkpakan kegiatan lanjutan yang penting bagi anggota kelompok.

d) Menyatakan bahwa kegiatan akan segera berakhir. e) Menyampaikan pesan dan harapan.

c. Pasca Bimbingan

1) Mengevalusi perubahan yang dicapai.

(64)

44

3) Menyusun laporan bimbingan kelompok. D. Hakekat Experiential Learning

1. Pengertian Experiential Learning

Experiential learning adalah suatu proses belajar mengajar yang menekankan pada pembelajaran melalui pengalaman yang membangun pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai secara langsung.

Experiential learning ini lebih bermakna ketika pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan (Nasution, 2005). Experiential learning

merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan istilah

experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience

(pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme (Kolb, 1984).

Dalam experiential learning ini, pembelajar memandang kritis suatu kegiatan dan mendapatkan pemahaman serta menuangkannya dalam bentuk lisan atau tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran (Isah Cahyani, 2001). Experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Jadi

(65)

45

2. Karakteristik Experiential Learning menurut Kolb

Di bawah ini diuraikan lima karakteristik experiential learning

menurut Kolb, (29:2013) yaitu;

a. Pembelajaran terbaik itu dipahami sebagai proses bukan hanya terbatas pada pengetahuan, belajar tidak berakhir pada hasil.

b. Belajar adalah pengalaman membentuk kembali pengetahuan. Pembelajaran difasilitasi oleh proses yang mampu membuat si pembelajar membangun gambaran mengenai keyakinan-keyakinan dan ide-ide terhadap suatu topik. Sehingga dapat dijelaskan, diujikan, dan diintegrasikan dengan ide-ide yang baru.

c. Belajar membutuhkan resolusi dari konflik antara cara dialektikal yang bertentangan dengan adaptasi dunia. Konflik, perbedaan, dan ketidaksetujuan adalah yang menuntun proses belajar. Pergerakan ke belakang dan empat cara berlawanan antara refleksi, tindakan, perasaan, dan pikiran.

d. Belajar adalah proses menyeluruh dari adaptasi. Belajar bukan hanya hasil dari kognisi tetapi keterlibatan yang terintegrasi pada keseluruhan fungsi individu; berpikir, merasakan, penerimaan, dan bertindak.

(66)

46

sudah ada dan mengakomodasi konsep yang sudah ada pada pengalaman baru.

3. Metodologi Pembelajaran Experiential Learning

Ada delapan metode khas pembelajaran experiential learning

menurut Key Tyler Abella (Supratiknya, 2011). Masing-masing metode akan diuraikan pada bagian berikut ini.

a. Metode Latihan Gugus Tugas

Inti dari metode ini adalah bahwa dalam kelompok-kelompok terdiri atas 3-8 orang, peserta diminta mengerjakan tugas tertentu dan kemudian mempresentasikan hasilnya kepada seluruh kelas. Metode ini bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengerjakan materi pembelajaran dalam kelompok yang cukup kecil agar masing-masing peserta bisa melibatkan diri dan berkonstribusi secara aktif dalam kerja kelompok.

b. Metode Diskusi Kasus

(67)

47

pelajaran-pelajaran apa yang bisa dipetik, serta cara mengatasi atau mencegah agar situasi sejenis tidak terjadi di masa mendatang. Tujuan latihan ini adalah melatih peserta agar mampu merumuskan sendiri pelajaran-pelajaran yang didapat dari situasi itu, tidak sekedar menerimanya dari fasilitator. Peserta dilatih menerapkan proses berpikir yang diperlukan untuk menganalisis sebuah situasi nyata serta mengidentifikasikan berbagai alternatif tindakan. Metode ini tidak bertujuan mengajarkan solusi yang benar untuk menghadapi situasi problematik tertentu, melainkan melatih peserta menganalisis dan menemukan solusi atas suatu situasi bermasalah.

c. Simulasi dan Games

Gambar

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Siswa Terhadap Efektivitas Layanan ....................94
Gambar 2.2 Fokus Proaktif dan Reaktif ........................................................18
Gambar 2.1 Model Proaktif Covey
Gambar 2.2 Fokus Proaktif dan Reaktif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang terlaksana dalam tiga siklus dengan pendekatan experiential learning. Setiap

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) efektivitas pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan

perlindungan- Nya, penulisan tugas akhir dengan judul “ EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai: 1) peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan

Penelitian ini bertujuan: 1) mengukur seberapa tinggi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter entrepreneurship berbasis layanan bimbingan klasikal

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran mengenai: 1) peningkatan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

Tujuan penelitian ini (1) mengetahui gambaran tingkat karakter bertanggung jawab siswa kelas VII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan

Berkat kemurahan dan kelimpahan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan