• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KARAKTER MENGHARGAI KERAGAMAN

BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo

Tahun Ajaran 2016/2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Karinsa Widi Kurnia

131114031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

All our dream will come true If we have the courage to pursue them

Semua mimpi kita akan menjadi kenyataan

jika kita memilki keberanian untuk mengejarnya

( Walt Disney )

You control your destiny, you don’t need magic to do it

And there’s no magical shortcut to solving your problem

Kamu yang mengontrol takdirmu, kamu tidak perlu sihir untuk melakukannya

Dan tidak ada jalan pintas ajaib untuk memecahkan masalahmu

(5)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta,22 .}l4ci 2017

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan untuk

….

Tuhan Yesus Kristus yang selalu beserta saya dalam mengerjakan

skripsi ini, selalu melimpahkan kasih karunia-Nya kepada saya.

Papa Mama tercinta,

Udi Tyas Arinto dan Sri Rumpaka Hadi

Papa dan Mama yang selalu senantiasa mendoakan dan memberi

semangat dalam setiap langkahku

Adik tersayang, Vicar Aji Sasmita dan Kinanti Cahya Nirmala

Keluarga besar Soeroto dan Ngadilam

Guruh Adhi Kurniawan yang selalu mengingatkan, memberi semangat

dan dukungan selama proses menyelesaikan skripsi ini

Orang-orang tersayang yang tak pernah putus memberikan semangat

(7)

PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Karinsa Widi Kumra

Nomor

Mahasiswa

: 131114031

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN

KARAKTER

MENGHARGAI

KERAGAMAN BERBASIS

BIMBINGAN

KLASIKAL DENGAN

PENDEKAT AN EXPE RIE NTIAL LEARNING

r Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas

VIII D

SMP

N

1 Ponorogo Tahun \iaran 201612017)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak

untuk

menyimpan, mensalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

':rruk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta

izin

dari

saya maupun

::.emberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

:.E:iu1is.

Denikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

l'::.:et di Yogyakarta .-

.:"

rangg al 22 Mei 2011

: 1-.: menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KARAKTER MENGHARGAI KERAGAMAN

BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo

Tahun Ajaran 2016/2017)

Karinsa Widi Kurnia Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) efektivitas hasil implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada sebelum dan sesudah perlakuan, 2) signifikansi hasil peningkatan implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman, 3) peningkatan hasil pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning pada setiap sesi layanan bimbingan, 4) efektivitas implementasi pendidikan pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan one group pre-test post-test design. Instrumen yang digunakan terdiri dari, 1) tes karakter menghargai keragaman, 2) self assessment scale, 3) kuesioner validitas efektivitas model menurut penilaian siswa. Subjek penelitian berjumlah 26 siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo. Tes karakter menghargai keragaman diberikan dalam bentuk pilihan ganda bergradasi, dengan jumlah 20 item soal. Hasil uji reliabilitas tes karakter menghargai keragaman menunjukkan nilai Alpha Cronbach = 0,665 yang termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan skala penilaian diri menunjukkan nilai Alpha Cronbach = 0,596 yang termasuk dalam kategori sedang.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 1) terdapat peningkatan hasil pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning antara sebelum dan sesudah perlakuan, 2) terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo antara sebelum dan sesudah perlakuan, 3) terjadi peningkatan karakter menghargai keragaman tiap sesi layanan bimbingan, 4) berdasarkan penilaian siswa, implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dipandang sangat efektif.

(9)

ix ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF CHARACTER EDUCATION IN RESPECTING DIVERSITY

WITH CLASSICAL COUNSELING SERVICE BASED, EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH

(Pre Experiments in Students of Class VIII D SMP N 1 Ponorogo Academic Year 2016/2017)

Karinsa Widi Kurnia Sanata Dharma University

This study aims to determine: 1) the increase in the result of implementation of character education in respecting diversity with classical counseling service based, experiential learning approach before and after treatment, 2) the significance of the result of the increase in the implementation of character education in respecting diversity 3) improving educational outcomes of character education in respecting diversity with classical counseling service based at each session of counseling services, 4) the effectiveness of the implementation of character education in respecting diversity with classical counseling service based, experiential learning approach according to student assessment.

This type of research is the study of pre experiment with one group pre-test and post-pre-test design. The instrument used consists of, 1) a pre-test of character to appreciate diversity, 2) self-assessment scale, 3) questionnaire validity of the effectiveness of the model according to student assessment. Subjects numbered 26 students in grade VIII D SMP N 1 Ponorogo. Valuing diversity character test given in the form of multiple graded, with the number of 20 items about. The test results of reliability tests of character education in respecting diversity demonstrates the value Apha Cronbach = 0.665 which is included in the high category. While the self-assessment scale shows the value of Alpha Cronbach = 0,596 were included in the medium category.

The results showed that: 1) there is improvement in education outcomes of character education in respecting diversity with classical counseling service based, experiential learning approach before and after treatment, 2) there is a significant increase results of the implementation of character education in respecting diversity with classical counseling service based, experiential learning approach to experiential learning in class VIII D SMP N 1 Ponorogo between before and after treatment, 3) an increase in the diversity of each session character appreciation after guidance services, 4) based on student assessments, the implementation of character education in respecting diversity with classical counseling service based, experiential learning approach is considered very effective.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan kasih dan perlindungan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Efektivitas Pendidikan Karakter Menghargai Keragaman Berbasis

Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2016/2017)” dengan baik.

Berkat dukungan dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.

3. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan serta pendampingan selama penulis menempuh studi.

4. Bapak Udi Tyas Arinto dan Ibu Sri Rumpaka Hadi selaku orang tua yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis.

(11)

xi

6. Teman-teman seperjuangan kos Cintya (Risty Aprilia, Erviana Nur, Petronela Yuni, Skolastika Agustia) atas dukungan, doa, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

7. Teman-teman seperjuangan BK 2013, Santo Adi, Elin Siwiyanti, Anna Sindu, Sifra Dita, Stefanus Gagas, Fransiskus Wibisana, Dorotea Kartika, Frederica Okdarina, Maria Puspita, Zena Vania, dan teman-teman yang lain, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih sudah saling mengingatkan, mendukung, mendoakan, dan membantu selama proses penulisan tugas akhir ini.

8. Siswa/i Kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo yang sudah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner-kuesioner dari penulis.

9. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses pembuatan tugas akhir ini.

Penulis menyadari dalam proses menyelesaikan tugas akhir ini masih ada kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis memohon maaf. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai refrensi alternatif pagi peneliti lainnya.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ...vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GRAFIK ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Batasan Masalah ...6

D. Rumusan Masalah ...7

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Manfaat Penelitian ...8

G. Definisi Istilah ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter ...10

2. Pengertian Pendidikan Karakter ...11

(13)

xiii

4. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ...13

5. Prinsip Pendidikan Karakter ...17

6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ...18

B. Hakikat Menghargai Keragaman 1. Pengertian Menghargai Keragaman ...19

2. Aspek-aspek Karakter Menghargai Keragaman ...20

3. Karakterisitik Individu yang Menghargai Keragaman ...21

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karakter Menghargai Keragaman ...22

C. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal ...23

2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal ...23

3. Manfaat Bimbingan Klasikal ...24

4. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal ...25

D. Hakikat Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning ...27

2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning...28

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning ...28

4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Experiential Learning ...29

5. Kekuatan Experiential Learning dalam Pendidikan Karakter ...30

E. Hasil Penelitian Yang Relevan ...31

F. Kerangka Berpikir ...32

G. Hipotesis Penelitian ...34

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...36

C. Subjek Penelitian ...36

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen 1. Teknik Pengumpulan Data ...37

(14)

xiv

1. Validitas Instrumen ...43 2. Reliabilitas Kuesioner ...47 F. Teknik Analisis Data ...51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...57 B. Pembahasan ...67 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...71 B. Keterbatasan Penelitian ...72 C. Saran ...72 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design ... 42

Tabel 3.2 Data Subyek Penelitian ... 42

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Karakter Menghargai Keragaman ... 47

Tabel 3.4 Kisi-kisi Skala Penilaian Diri (Self Assessment) ... 48

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Tes Karakter Menghargai Keragaman ... 50

Tabel 3.6 Rekapitalis Hasil Uji Validasi Self Assessment... 51

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Validasi Efektivitas Model ... 53

Tabel 3.8 Norma Kategori Statistik Reliabilitas Guilford ... 55

Tabel 3.8 Reliabilitas Item Tes Karakter Menghargai Keragaman ... 55

Tabel 3.9 Reliabilitas Item Skala Penilaian Diri (self assessment scale) ... 56

Tabel 3.10 Reliabilitas Item Tes Karakter Menghargai Keragaman ... 56

Tabel 3.11 Norma Kategorisasi... 58

Tabel 3.10 Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Menghargai Keragaman ... 59

Tabel 3.11 Uji Signifikansi Tes Karakter Menghargai Keragaman ... 60

Tabel 3.12 Norma Kategorisasi Penilaian Diri Tingkat Karakter Menghargai Keragaman ... 61

Tabel 4.1 Distribusi Peningkatan Hasil Karakter Menghargai keragaman Sebelum dan Sesudah ... 64

Tabel 4.2 Uji Signifikansi Peningkatan Karakter Menghargai Keragaman ... 66

Tabel 4.3 Peningkatan Hasil Pendidikan Karakter Antar Tiga Sesi ... 68

Tabel 4.4 Penilaian Siswa Implementasi Pendidikan Karakter ... 71

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Selisih Skor Rata-rata Pendidikan Karakter Menghargai Keragaman Antara Pre-test dan Post-test ... 63 Grafik 4.2 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Pre-test dan

Post-test ... 65 Grafik 4.3 Peningkatan Karakter Menghargai Keragaman Antar Tiga Sesi ... 69 Grafik 4.4 Peningkatan Skor Rata-rata Karakter Menghargai Keragaman Tiap Sesi

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian ... 82

LAMPIRAN 2 Kuesioner Karakter Menghargai Keragaman ... 83

LAMPIRAN 3 Self Assesment Scale... 92

LAMPIRAN 4 Kuesioner Validasi Siswa... 93

LAMPIRAN 5 Tabulasi Data Pre-Test ... 94

LAMPIRAN 6 Tabulasi Data Post-Test ... 95

LAMPIRAN 7 Tabulasi Data Sesi 1 ... 96

LAMPIRAN 8 Tabulasi Data Sesi ... 96

LAMPIRAN 9 Tabulasi Data Sesi 3 ... 98

LAMPIRAN 10 Tabulasi Data Penilaian Siswa ... 99

LAMPIRAN 11 Tabulasi Uji Validitas Tes Karakter Menghargai Keragaman . 100 LAMPIRAN 12 Tabulasi Uji Validitas Skala Penilaian Diri ... 101

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan istilah operasioanl dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan karakter bangsa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengembangan pendidikan karakter ini sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan Nasional Indonesia dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(20)

2

perilaku sehari-hari mereka sehingga anak mampu menemukan karakter pada diri mereka masing-masing individu. Dengan demikian dalam penerapannya pendidikan karakter di sekolah belum dapat diuji keberhasilannya.

Sejalan dengan peraturan yang sudah ditetapkan, pendidikan karakter sekarang ini sudah mulai berjalan secara terintegrasi dalam pelaksanaanya (Pedoman Pendidikan Karakter di SMP yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010). Namun pada kenyataannya pendidikan karakter di sekolah belum diberikan secara terstruktur namun hanya sebagai pelengkap. Barus (2015) menyatakan bahwa 36,4% dari 653 siswa SMP di 5 kota ditemukan masih berada pada kategori kurang baik dan hanya 12,3 % yang masuk pada kategori baik dengan capain skor ≥ 7 pada skala stannine. Belum berhasilnya pendidikan karakter di sekolah

disebabkan oleh anggapan bahwa pendidikan karakter tidak lebih penting dibanding dengan mata pelajaran lain yang ada di sekolah. Akibatnya nilai-nilai Pancasila mulai terkikis dan menghilang .

(21)

3

diurutan 111 dari 180 negara (naik 15 posisi dari tahun lalu) yang diukur IPK-nya oleh Transpararency International (www.kpk.go.id).

Terkikisnya nilai-nilai Pancasila muncul pada peserta didik SMP yang mulai kehilangan arah dalam menghargai perbedaan yang berada di sekitarnya. Seperti yang sudah lama kita kenal bahwa Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara yang penuh dengan berbagai macam keragaman, keragaman budaya, bahasa, agama, warna kulit, profesi, dan lain sebagainya. Sekarang ini keragaman bukan lagi menjadi hal yang unik atau hal yang dibanggakan oleh masyarakat Indonesia melainkan suatu hal yang paling sering dijadikan sebuah bahan cibiran, perdebatan yang berujung pada kekerasan fisik. Hal-hal semacam itu banyak ditemukan di media sosial, yang sekarang ini hampir setiap orang memiliki dan aktif sebagai pengguna media sosial.

(22)

4

seperti negara Indonesia ini. Untuk itu pendidikan karakter dianggap sangat penting bagi para siswa disekolah untuk membangun kembali perilaku menghargai berbagai macam keragaman.

Terlepas dari berbagai permasalahan di atas pendidikan karakter adalah sebuah hal yang krusial bagi pendidikan anak di Indonesia. Berkaitan dengan pendidikan karakter, Mohammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional pada saat itu telah mencanangkan tema peringatan

Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa dengan Subtema

Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti: Dalam kesempatan tersebut, Nuh menegaskan:

Disinilah mengapa pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya menjadi penting dan mutlak. Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya karakter berbasis kemuliaan diri semata, tetapi secara bersamaan kita membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa. Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya kesantunan, tetapi secara bersamaan kita bangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi

Penegasan Mohammad Nuh di atas merupakan suatu nafas segar bagi dunia pendidikan karakter di Indonesia (Samani, 2013).

(23)

5

sekolah membutuhkan bantuan dari kepala sekolah, guru BK, guru mata pelajaran, dan orang tua. Dengan kerjasama yang terjalin antara guru BK, guru mata pelajaran, dan orang tua diharapkan peserta didik dapat berkembang dengan lebih optimal.

Dalam menyampaikan materi mengenai pendidikan karakter, guru BK dapat menggunakan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning. Experiential learning dirasa cukup relevan untuk membantu perkembangan karakter para peserta didik. Adapun mengenai karakter menghargai keragaman yang peneliti berikan, yaitu Gaul it’s Okay, Menghargai Orang Lain, Menghargai Peran Gender. Tugas guru BK adalah memberi dukungan untuk menghasilkan generasi pemimpin bangsa yang cerdas dan humanis terbantu dengan cara mengimplementasikan pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning ini.

(24)

6 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas ditemukan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya perdebatan mengenai pendidikan karakter yang ada di Indonesia.

2. Pendidikan karakter di sekolah khususnya di SMP belum sampai ke arah perilaku, namun masih pada arah kognitif.

3. Operasioanal pendidikan karakter terintegrasi di SMP belum berfungsi secara penuh, hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman guru mengenai pelaksaan pendidikan karakter dan realisasi berhenti pada tataran Rancangan Proses Pembelajaran.

4. Belum adanya proses pendidikan karakter menghargai keragaman melalui bimbingan klasikal yang berfokus pada pendekatan experiential learning dalam penyampaian nilai-nilai pendidikan karakter.

5. Masih ditemukannya siswa yang belum memahami bagaimana menghargai keragaman di sekitarnya.

C. Pembatasan Masalah

(25)

7 D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi peningkatan hasil pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo tahun ajaran 2016/2017 antara sebelum dan sesudah implementasi? 2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi

pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo tahun 2016/2017 sebelum dan sesudah implementasi?

3. Seberapa tinggi peningkatan hasil pendidikan karakter setiap sesi layanan bimbingan (hasil analisis self assessment scale)?

4. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning di SMP N 1 Ponorogo berdasarkan penilaian siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu:

(26)

8

B. Menganalisis signifikansi peningkatan pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning sebelum dan sesudah implementasi.

C. Mengetahui hasil peningkatan pendidikan karakter tiap sesi dalam layanan bimbingan klasikal di SMP N 1 Ponorogo.

D. Menggambarkan seberapa efektif implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di SMP N 1 Ponorogo berdasarkan penilai siswa.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan bidang Bimbingan dan Konseling, menyangkut upaya peningkatan siswa dalam menghargai keragaman dengan pemberian layanan bimbingan pribadi sosial.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru BK

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya peningkatan karakter menghargai keragaman bagi siswa-siswi. b. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan karakter menghargai keragaman antara siswa satu dengan yang lainnya, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.

(27)

9

Penelitian merupakan suatu kesempatan bagi peneliti untuk membagikan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama menempuh pendidikan di program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bermanfaat untuk dapat membantu siswa mengembangkan karakternya dalam menghargai keragaman yang ada disekitar mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari.

G. Definisi Istilah

1. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tarcapai. Dimana makin besar presntase target yang dicapai makin tinggi efektifitasnya.

2. Pendidikan karakter adalah usaha-usaha sadar dan disengaja untuk perkembangan kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis moral dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap.

3. Karakter menghargai keragaman adalah setiap orang harus menghormati dan memandang penting setiap perbedaan yang dimiliki oleh setiap orang entah perilaku, bahasa, budaya, dan sebagainya untuk mencapai suasana yang rukun dalam masyakarat.

(28)

10

(29)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan secara singkat mengenai hakikat pendidikan karakter, hakikat menghargai orang lain, hakikat bimbingan klasikal, hakikat eksperiential learning, dan pengertian menghargai keragaman. A. Hakikat Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter

Menurut Suyanto (2010) karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat oleh tiap individu. Artinya karakter dapat dilihat melalui pola pikir dan perilaku seseorang dalam melihat suatu masalah dan menemukan jalan keluar bagi masalahnya di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Zubaedi (2011) mendefinisikan bahwa karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skill). Keempat aspek tersebut membentuk karakter seorang individu. Dengan kata lain, karakter dapat terwujud pada keterampilan individu dalam bersikap dan berperilaku dengan memiliki motivasi yang mengacu pada nilai-nilai positif.

(30)

12

perilaku moral (moral feeling). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan kebaikan. Ketiganya tidak berjalan sendiri, namun saling berkaitan dalam membentuk karakter individu. Sehingga individu tidak hanya knowing (mengetahui), tetapi dapat merasakan bahkan bersikap sesuai hati nuraninya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sikap, perilaku, cara berpikir, dan motivasi yang dimiliki oleh setiap individu untuk hidup dan bekerjasama di lingkungan masyarakat. Untuk membentuk karakter yang baik perlu didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat dan melakukan perbuatan kebaikan.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

(31)

13

Menurut Gaffar dalam Kesuma (2013) pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut terdapat 3 ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuh-kembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku.

Kesimpulan yang didapat dari beberapa sumber di atas adalah pendidikan karakter merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk mengembangkan karakter para peserta didik agar mereka mampu mengtransformasikan nilai-nilai kehidupan yang dikembangkan dalam masing-masing kepribadian untuk suatu perilaku yang bijak dalam mengambil keputusan dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Zubaedi (2011) pendidikan karakter memiliki 5 tujuan antara lain adalah:

a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

(32)

14

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter di Indonesia memiliki 18 nilai karakter yang sudah dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Nilai karakter ini ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa (Suyadi, 2013). Berikut ini akan dikemukakan 18 nilai karakter menurut Kemediknas:

a. Religius

Ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.

b. Jujur

(33)

15

Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran keprcayaan, suku, adat, bahasa, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan diriny secara sadar dan terbuka serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut. d. Disiplin

Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.

g. Mandiri

(34)

16 h. Demokratis

Sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain. i. Rasa ingin tahu

Cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam

j. Semangat kebangsaan atau nasionalisme

Sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan. k. Cinta tanah air

Sikap dan perilaku yang mencerminka rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

l. Menghargai prestasi

Sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.

m. Komunikatif

(35)

17 n. Cinta damai

Sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

o. Gemar membaca

Kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjada dan melestarikan lingkungan sekitar.

q. Peduli sosial

Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun agama.

5. Prinsip Pendidikan Karakter

Suyanto (2010), menegaskan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

(36)

18

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian e. Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk menunjukkan

perilaku yang baik

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik

h. Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama

i. Adanya pembagian menghargai keragaman moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra

dalam usaha membangun karakter

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi.

6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

(37)

butir-19

(38)

20

Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; (20) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah; (21) Memiliki jiwa kewirausahaan.

B. Hakikat Menghargai Keragaman 1. Pengertian Menghargai Keragaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menghargai adalah menghormati, mengindahkan: setiap orang harus menghargai dan memuliakan orang tuanya; memandang penting (bermanfaat, berguna, dan sebagainya): kami dapat menghargai saran Saudara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam berarti : 1) Tingkah, laku, ulah, 2) Macam, jenis, 3) Lagu, musik langgam, 4) Warna, corak, ragi. Sedangkan keragaman sendiri berarti : 1) Perihal berjenis-jenis atau beragam-ragam, 2) Keadaan beragam-ragam. Ragam juga dapat diartikan bersatu hati, rukun sehingga keragaman berarti kerukunan.

(39)

21

2. Aspek-aspek Karakter Menghargai Keragaman

Dalam prespektif menghargai keragaman menurut Kurniawan (2013) terdapat beberapa aspek yang perlu dipahamai, antara lain adalah:

a. Toleransi

Aspek toleransi dimaksudkan untuk banyaknya siswa yang kurang terbuka pada pada berbagai macam latarbelakang orang lain disekitarnya.

b. Relasi Lawan Jenis

Aspek relasi lawan jenis ini diberikan untuk membantu siswa-siswa yang kurang mampu menghargai keragaman peran laki-laki dan perempuan, karena masih banyak ditemukan pandangan bahwa perempuan lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu para siswa masih kurang mampu untuk berkolaborasi dengan teman lawan jenis, masih ada rasa canggung diantara mereka. c. Tanggung Jawab sosial

(40)

22

mengulurkan tangan pada orang yang membutuhkan atau kepada orang yang lemah.

3. Karakteristik Individu yang Menghargai Keragaman

Menurut Maemunah (2007) terdapat 4 sikap yang mencerminkan karakter menghargai keragaman:

a. Hidup dalam Perbedaan (sikap toleransi)

Sikap toleransi dapat diartikan, kesiapan dan kemampuan batin untuk menerima orang lain yang berbeda secara hakiki meskipun terdapat konflik dengan pemahaman tentang jalan hidup yang baik dan layan menurut pandangan pribadi kita. seseorang dinyatakan toleran jika di adapt membolehkan atau membiarkan orang lain menjadi diri mereka sendiri dan bukan keinginan kita untuk mempengaruhi mereka supaya mengikuti ide kita.

b. Saling Percaya

Rasa saling percaya adalah salah satu unsur terpenting dalam relasi antar sesama manusia (modal sosial) untuk penguatan kultural suatu masyarakat.

c. Interdependen (sikap saling membutuhkan/saling ketergantungan)

(41)

23

Hal ini menuntut agar orang selalu bekerja sama dan bertanggung jawab satu dengan yang lain.

d. Apresiasi terhadap kergaman budaya

Apresiasi terhadap keragaman budaya yang berbeda adalah hal yang menunjukkan sikap menghormati terhadap budaya lain yang berada dalam kehidupan ini.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karakter Menghargai Keragaman

Menurut Kurniawan (2013) faktor yang mempengaruhi perkembangan karakter menghargai keragaman, adalah sebagai berikut:

a. Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

b. Menghargai Prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

c. Bersahabat/komunikatif yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. d. Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu memberi bantuan

(42)

24 C. Hakikat Bimbingan Klasikal

1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Menurut Winkel (1997), bimbingan klasikal merupakan salah satu usaha membantu para siswa di kelas dengan topik-topik tertentu yang sudah disusun sesuai berdasarkan survei kebutuhan para siswa. Bimbingan klasikal ini diberikan guna membantu siswa dalam berkembang secara optimal, sesuai dengan harapan, dan dapat mengambil manfaat dari setiap topik-topik yang sudah diberikan di sekolah. Bimbingan klasikal dilaksanakan sesuai dengan program BK yang sudah dibuat oleh guru BK yang berada didalam sekolah.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal

Menurut Soekardi (1998), tujuan bimbingan klasikal adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai diri siswa dalam kemajuannya di sekolah.

b. Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dari informasi yang telah disampaikan ketika bimbingan klasikal.

c. Mewujudkan penghargaan terhadap orang lain.

d. Membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam dirinya. e. Mengenal dan memahami lingkungan sosial, keluarga,

(43)

25

f. Membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya.

3. Manfaat Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan yang optimal bagi siswa. Siswa diharapkan dapat mengambil manfaat yang sebanyak mungkin dari pelayanan bimbingan klasikal. Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas, Bimbingan dan Konseling(2004) antara lain sebagai berikut:

a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, sifat, sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku dan lain sebagainya.

b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses bersosialisasi terhadap orang lain atau lingkungannya.

c. Siswa semakin tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar, lebih giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik.

d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya, serta mampu merencanakan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pengembangan hidupnya.

e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri. f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku

(44)

26

g. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depannya.

Manfaat pelayanan bimbingan klasikal dapat berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Bisa jadi ada siswa yang sangat merasakan manfaat pelayanan bimbingan klasikal yang diterimanya, ada juga yang kurang merasakan manfaatnya. Ini tergantung pada pengalaman siswa sendiri dalam mengikuti proses pelayanan bimbingan klasikal di sekolahnya.

4. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal

Menurut Romlah (2001) teknik bimbingan klasikal/kelompok memfokuskan pada tujuan yang ingin dicapai dengan membuat suasana yang membangun selama layanan bimbingan, supaya siswa tidak cepat jenuh dalam mengikuti layanan bimbingan. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pelaksanaan bimbingan klasikal/kelompok sebagai berikut:

a. Teknik pemberian informasi (expository)

Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian. Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain:

1) Dapat melayani banyak orang,

(45)

27

3) Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas,

4) Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan teknik lain. Sedangkan kelemahannya adalah antara lain:

1) Sering dilaksanakan secara monolog, 2) Individu yang mendengarkan kurang aktif,

3) Memerlukan keterampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi menarik.

b. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan. Dinkmeyer & Munro (dalam Romlah, 2001) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu: (1) untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, (2) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri, (3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.

c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)

Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis adalah :

1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

(46)

28

4) Menguji masing-masing alternative

5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan

6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai d. Permainan peranan (role playing)

Bennett dalam Romlah (2001) mengemukakan: “bahwa permainan peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya”. Di dalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam

(47)

29

konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindari.

e. Permainan simulasi (simulation games)

Adams dalam Romlah (2001) menyatakan bahwa permainam simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi- situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peranan dan teknik diskusi.

f. Home room

Home room yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah. Dalam kesempatan ini diadakan tanya jawab, menampung pendapat, merencanakan suatu kegiatan, dan sebagainya.

g. Karyawisata/field trip

(48)

30

dan penuh tanggungjawab. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan riil dalam lingkungan beserta segala masalahnya. Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu. Kegiatan karyawisata berkaitan dengan kegiatan mendapatkan informasi. Karena pada kegiatan karyawisata berlangsung, siswa dapat langsung meninjau objek-objek menarik dan mereka mendapatkan informasi yang lebih baik dari objek itu. Selain itu siswa juga mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, serta dapat mengembangkan bakat dan cita-citanya.

h. Pengajaran Remedial

Merupakan suatu usaha pembimbing untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran tertentu, terutama yang tidak dapat diatasi secara klasikal.

i. Organisasi Siswa atau Kegiatan Kelompok

(49)

31

mengembangkan bakat kepemimpinanya, memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.

D. Hakikat Eksperiential Learning 1. Pengertian Eksperiential Learning

Menurut Kolb (1984), experiential learning merupakan sebuah model holistic dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme. Experiential learning adalah pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung.

Experiential learning adalah sebuah pendekatan dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok yang efektif. Suatu dinamika kelompok dikatakan efektif ketika dapat menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat diantara peserta kegiatan, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif (seperti rileks,senang, menikmati,dan bangga), meningkatkan minat atau gairah untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan terjadinya katarsis, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan sosial (Prayitno, dkk 1998:90).

(50)

32

penyelenggaraan bimbingan kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok yang efektif. Untuk dapat lebih memaknai sebuah pengalaman dalam pendekatan experiential learning dapat menggunakan media refleksi.

2. Tujuan Pendekatan Experential Learning

Tujuan dari pendekatan experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa deengan tiga cara yaitu: mengubah struktur kognitif, mengubah sikap siswa, dan memperluas ketrampilan-ketrampilan yang sudah ada. Ketiga tujuan ini saling berkaitan dan tidak terpisah-pisah (Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengekspresikan ketrampilan-ketrampilan yang sudah mereka miliki dengan baik).

[image:50.595.85.515.200.628.2]

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experential Learning

Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model

(51)

33

(Kohonen, dkk 2001) pembelajaran dengan metode experiential learning memiliki langkah-langkah utama, yaitu:

a. Pengalaman kongkrit

Pembelajaran melalui intuisi dengan mengikutsertakan pengalaman pribadi dan menekankan pada aspek afektif seseorang, daripada aspek kognitif. Pengalaman kongkrit merupakan orientasi artistik yang mengandalkan sensitivitas pada rasa. Aktivitas instruksional yang mendukung pembelajaran dalam hal ini, yaitu diskusi kelompok kecil, simulasi, penggunaan film atau video, dan cerita-cerita autobiografi.

b. Konseptualisasi abstrak

Proses belajar yang mengutamakan pikiran (kognitif) dan menggunakan logika, serta pendekatan sistematis dalam pemecahan masalah. Konseptualisasi abstrak menekankan pada pemikiran dan manipulasi simbol abstrak dengan maksud untuk merapikan dan menempatkan sistem konseptual. Aktivitas instruksional yang mendukung, yaitu konstruksi teori, perkuliahan, dan pembangungan model dan analogi.

c. Observasi reflektif

(52)

34

dari perspektif yang berbeda-beda dan mengandalkan pemikiran, perasaan, dan penilaian pribadi. Teknik instruksional yang dapat digunakan, yaitu jurnal pribadi, karangan reflektif, pengamatan, pertanyaan pikiran dan diskusi.

d. Eksperimen aktif

Eksperimen aktif ini mengajak peserta didik belajar melalui tindakan. Eksperimen aktif ini menekankan pada aplikasi praktis dan bagaimana segala sesuatu terselesaikan. Peserta didik berusaha terus-menerus untuk mempengaruhi orang, mengubah situasi, dan mengambil resiko untuk menyelesaikan masalahnya. Teknik instruksional yang dapat digunakan, meliputi permainan, drama/simulasi, penggunaan studi kasus, proyek lapangan, dan lain-lain.

4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Experiential Learning

Kelebihan model pembelajaran experiential learning yaitu dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, mendorong terbentuknya berpikir kreatif, mendorong siswa untuk melihat suatu hal dari perspektif yang berbeda dan meningkatkan gairah belajar siswa (Munif dan Mosik, 2009). Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran experiential learning juga memiliki kekurangan yaitu pembelajaran experiential learning membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk menciptakan konsep baru.

(53)

35

cenderung pasif lebih suka untuk menerima konsep langsung dari guru. Peran guru adalah menciptakan situasi belajar yang unik dan menarik sehingga siswa tertarik untuk terlibat dalam pengalaman kongkrit.

5. Kekuatan Experiential Learning dalam Pendidikan Karakter

Pendekatan experiential learning dalam pendidikan karakter menuntut siswa untuk selalu terlibat karena siswa dianggap sebagai pusat dalam pembelajaran. Pendekatan experiential learning mengajak peserta didik untuk mampu mengolah diri, memaknai, dan menafsirkan pengalaman belajarnya dengan bantuan orang lain melalui pembelajaran. Dalam Supratiknya (2011) menjelaskan bahwa experiential learning

memiliki aktivitas inti yang menjadi ciri khas dan kekuatan dalam proses belajarnya, beberapa diantaranya sebagai berikut:

a. Refleksi

(54)

36 b. Sharing

Kegiatan sharing adalah kelanjutan dari refleksi. Dimana refleksi dilakukan oleh peserta didik secara individual, lalu hasil refleksi tersebut diceritakan (sharing) dalam kelompok dengan maksud membagikan pikiran atau perasaan yang muncul sebagai hasil refleksi dalam kegiatan bersama. Dalam kegiatan sharing masing-masing peserta didik saling mendengarkan dan saling membantu untuk menangkap makna dan nilai dari berbagai pengalaman hidup agar pengalan tersebut dapat meneguhkan setiap peserta didik setelah melakukan sharing.

D. Hasil Penenelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu mengenai implementasi pendidikan karakter (Azizah, 2014) menyimpulkan bahwa pelaksaan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Pesantren Putri Al-Mawaddah Ponorogo bahwa implementasi pendidikan karakter yang dianggap paling efektif adalah melalui kegiatan non formal di luar sekolah yakni melalui kegiatan di asrama, kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi.

(55)

37

mengenai untuk menghargai keragaman melalui lingkungan dimana ia tinggal, orang tua, teman sebaya, media masa, lingkungan sekolah.

E. Kerangka Berpikir

Pendidikan karakter merupakan sebuah bagian yang sangat penting bagi pertumbuhan para siswa di sekolah. Mereka sangat membutuhkan pendidikan karakter dimasa perkembangannya saat ini, karena dengan diberikannya pendidikan karakter mereka dapat bertumbuh menjadi pribadi yang lebih matang dan menjadi pribadi yang lebih “cerdas” untuk

masa depannya. Namun yang terjadi sekarang adalah masih banyak sekolah yang belum melaksanakan pendidikan karakter secara khusus, biasanya pendidikan karakter diberikan disela-sela mata pelajaran IPS, Agama, dan Kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena tidak adanya jam bagi guru BK masuk kekelas untuk memberikan materi atau dinamika kelompok tentang pendidikan karakter. Dampak dari belum berjalannya pendidikan karakter khususnya menghargai orang lain adalah mulai lunturnya sikap menghargai perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu. Sikap tersebut dapat dilihat dari sikap remaja saat ini yang mulai saling menghina kekurangan fisik satu sama lain, mengejek tempat tinggal asal dari teman sebayanya.

(56)

38

(57)
[image:57.595.85.555.111.709.2]

39

(58)

40 F. Hipotesis Penelitian

Berikut hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini:

Ho : Implementasi pendidikan karakter berbasis bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning tidak efektif secara signifikan meningkatkan karakter menghargai keragaman pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo tahun ajaran 2016/2017.

(59)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan jenis penelitian, subjek penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan realibilitas kuesioner, dan teknik analisis prosedur pengumpulan data.

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan pre-experimental dengan menggunakan one group pre-test post-test design. Menurut Sugiyono (2013) dikatakan pre-experimental design,

karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Dikatakan demikian karena masih terdapat variabel luar yang dipikirkan ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen, tetapi tidak dikontrol. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Desain ini merupakan teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan. Maka dalam penelitian ini sebelum perlakuan subyek penelitian terlebih dahulu diberikan pre-test (tes awal) dan diakhir perlakuan diberi post-test (tes akhir).

(60)

42

bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter menghargai keragaman siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo pada tahun ajaran 2016/2017. Secara sederhana, desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

[image:60.595.85.515.219.649.2]

Tabel 3.1

Tabel Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design

Keterangan:

O1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan

O2 : tes akhir (posttest)setelah perlakuan diberikan

X : treatment atau perlakuan B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Ponorogo pada tanggal 23 & 24 November 2016 pada pukul 10.25-11.20 WIB. Penelitian ini dilakukan dengan durasi delapan jam dalam dua hari pertemuan, berlokasi di ruang seni budaya. C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah sampel dari populasi kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo, Jawa Timur. Subjek penelitian dijelaskan secara rinci dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2

Data Subyek Penelitian

KELAS JUMLAH

VIII D 26 siswa

Pre-test Treatment Post-test

[image:60.595.191.433.656.747.2]
(61)

43

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen 1. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk diteliti atau dianalisis, maka dari itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Tes bertujuan untuk mendapatkan data dari hasil pre-test dan post-test peningkatan karakter menghargai keragaman. Sedangkan teknik non tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian mitra kolaboratif dan siswa. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Tahap persiapan

1) Menganalisis topik materi.

(62)

44

3) Mempersiapkan instrumen penelitian soal tes dan kuesioner atau skala.

4) Membuat soal-soal tes dan item kuesioner

5) Revisi dan konsultasi kepada tim ahli, dalam hal ini berperan Dr. Gendon Barus, M. Si

b.Tahap pelaksanaan

1) Pemberian pre-test untuk mengetahui penguasaan dan pemahaman konsep siswa sebelum mengikuti implementasi. 2) Implementasi pendidikan karakter menghargai keragaman

berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

3) Pemberian post-test untuk melihat peningkatan penguasaan dan pemahaman konsep siswa setelah mengikuti implementasi. c. Tahap akhir

1) Mengumpulkan data yang diperoleh. 2) Mengolah data hasil penelitian.

3) Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian. 4) Menarik kesimpulan.

2. Instrumen Penelitian

(63)

45

teknik kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 instrumen berupa 2 kuesioner dan 1 soal tes dengan berbagai model seperti pada penjelasan di bawah ini. a. Tes Karakter Menghargai Keragaman

Winkel dan Hastuti (2004) mengatakan bahwa, terdapat beberapa tipe penilaian, antara lain skala numerik, skala penilaian grafis dan daftar cek. Daftar cek menyerupai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan tipe pilihan berganda (multiple choice). Artinya data penelitian dapat dianalisis setelah scooring

dilakukan. Dalam penelitian ini, tes menghargai keragaman yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban bergradasi mulai dari 1 hingga 4 dan masing-masing alternatif jawaban memiliki kebenaran. Skor 4 diberikan untuk alternatif jawaban yang sungguh mewakili pengaplikasian nilai karakter menghargai keragaman. Sedangkan skor 1 untuk mewakili alternatif jawaban yang sangat kurang mewakili nilai karakter menghargai keragaman. Instrumen disusun oleh peneliti sendiri dengan arahan tim dosen Strategi Nasional, dalam hal ini berperan Dr. Gendon Barus, M.Si.

(64)

46

sebagai siswa. Tes yang telah disusun oleh peneliti ini bersifat tertutup karena alternatif jawaban sudah disediakan, sehinga peserta didik tinggal memilih alternatif jawaban yang dirasa paling sesuai. Soal tes dengan ragam pilihan ganda ini diberikan pada awal dan akhir layanan. Pre-test dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum tingkat pemahaman dan penerapan karakter menghargai keragaman siswa. Sedangkan kuesioner berbentuk soal tes dengan ragam pilihan ganda yang diberikan pada akhir setelah perlakuan atau pos-test bertujuan untuk mencari data yang diperlukan guna mengetahui efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning dalam usaha meningkatkan karakter menghargai keragaman bagi siswa kelas VIII D SMP N 1 Ponorogo.

(65)
[image:65.595.84.514.110.643.2]

47 Tabel 3.3

Kisi-kisi Tes Karakter Menghargai Keragaman

Aspek Indikator Item

Toleransi a. Menahan diri untuk memberikan komentar kepada orang lain. b. Terbuka dalam mengenal orang

lain dari berbagai macam latar belakang.

1,3,4 2,5,6

Relasilawan jenis

a. Menghargai keragaman peran laki-laki dan perempuan.

b. Berkolaborasi dengan cara yang harmonis dengan lawan jenis.

7,8,9 10,11,12

Tanggung jawab sosial

a. Menyadari nilai-nilai persahabatan & keharmonisan. b. Menunjukkan sikap menerima

keunikan dari setiap orang. c. Mengulurkan tangan pada orang

lain yang lemah.

13,14,15, 17 16,18 19,20

b. Kuesioner penilaian diri (self assessment)

Kuesioner penilaian diri dalam penelitian ini berbentuk pernyataan

(66)

48

[image:66.595.82.535.179.657.2]

mengukur respon presepsional penguasaan subjek terhadap materi layanan bimbingan.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Skala Penilaian Diri (Self Assessment)

Aspek Indikator Item

Gaul It’s Okay a. Terbuka dalam mengenal orang lain dari berbagai macam latar belakang. b. Menyadari nilai-nilai persahabatan &

keharmonisan.

c. Mengulurkan tangan pada orang lain yang lemah. 2,5,6 13,14,15 17,19,20 Menghargai Orang Lain

a. Menahan diri untuk memberikan komentar kepada orang lain.

b. Menunjukkan sikap menerima keunikan dari setiap orang.

c. Memberikan apresiasi kepada hasil karya orang lain.

1,3 16 4,18 Menghargai

Peran Gender

a. Menghargai keragaman peran laki-laki dan perempuan.

b. Berkolaborasi dengan cara yang harmonis dengan lawan jenis.

c. Menghargai perbedaan antar gender.

7,9 10,12 8,11

c. Kuesioner Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa)

Validasi efektivitas model dengan responden siswa berbentuk pernyataan checklist with Guttman scale. Sugiyono (2013) menerangkan bahwa skala pengukuran tipe ini, akan menghasilkan jawaban tegas, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “positif-negatif”, dan lain-lain. Data yang

diperoleh dapat berupa data interval atau rasio. Jadi pada skala Likert terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” hingga “sangat

(67)

49

Guttman scale digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan atau ingin diketahui oleh peneliti. Validasi efektivitas model dengan responden siswa digunakan untuk melihat efektivitas dari program yang dilaksanakan berdasarkan penilaian siswa.

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan statistik. Validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka, namun pengesahannya perlu melalui tahap pengujian terhadap isi alat ukur dengan kesepakatan penilaian dari penilai yang kompeten atau expert judgement (Azwar, 2009). Pada penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada beberapa ahli dalam bidangnya. Ahli-ahli tersebut antara lain: Tim Dosen Penelitian Strategi Nasional dan Dosen Pembimbing, dalam hal ini berperan Dr. Gendon Barus, M.Si. Selain itu, uji validitas dilakukan dengan melakukan tes karakter menghargai keragaman dan skala penilaian diri dikorelasikan dengan korelasi

product moment Pearson dengan rumus sebagai berikut:

(68)

50 Keterangan:

: koefisien korelasi : skor item

: skor total

: banyaknya subjek

[image:68.595.90.507.113.698.2]

Berikut disajikan tabel rekapitulasi hasil uji validitas terhadap tes karakter menghargai keragaman:

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Tes Karakter Menghargai Keragaman

Aspek Indikator Item r.hitung Sig. (2

tailed) Keterangan

1 0,626 0,001 Valid

3 0,354 0,041 Valid

4 0,321 0,110 Valid

2 0,404 0,041 Valid

5 0,433 0,027 Valid

6 0,549 0,004 Valid

7 0,558 0,003 Valid

8 0,247 0,225 Revisi

9 0,389 0,049 Valid

10 0,204 0,318 Revisi

11 0,282 0,162 Revisi

12 0,438 0,025 Valid

13 0,507 0,008 Valid

14 0,227 0,265 Revisi

15 0,408 0,039 Valid

17 0,292 0,148 Revisi

16 0,364 0,068 Valid

18 0,349 0,080 Valid

19 0,234 0,251 Revisi

20 0,138 0,500 Revisi

Tanggung Jawab Sosial

a. Menyadari nilai-nilai persahabatan & keharmonisan.

b. Menunjukkan sikap menerima keunikan dari setiap orang.

c. Mengulurkan tangan pada orang lain yang lemah.

Toleransi

a. Menahan diri untuk memberikan komentar kepada orang lain

b. Terbuka dalam mengenal orang lain dari berbagai macam latar belakang.

Relasi Lawan Jenis

a. Menghargai keragaman peran laki-laki dan perempuan.

(69)

51

Dari tabel rekapitulasi hasil uji validasi tes karakter menghargai keragaman tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 13 item valid dan 7 item yang perlu untuk direvisi.

Berikut disajikan tabel 3.6 rekapitulasi hasil uji validitas skala penilaian diri/self assessment scale:

Tabel 3.6

Rekapitalis Hasil Uji Validasi Self Assessment Scale

Dari tabel hasil uji validitas self assessment tersebut dapat diketahui bahwa 7 item valid dan 13 item.

Sedangkan untuk menganalisis kuesioner validasi efektivitas model digunakan teknik Korelasi Point Biserial. Menurut Mansyur, Rasyid, &

Aspek Indikator Item r.hitung Sig.(2

tailed) Keterangan

2 0,268 0,186 Revisi

5 0,094 0,648 Valid

6 0,126 0,540 Revisi

13 0,180 0,379 Revisi

14 0,073 0,724 Valid

15 0,076 0,712 Valid

17 0,226 0,266 Revisi

19 0,014 0,945 Revisi

20 0,277 0,170 Revisi

1 0,163 0,428 Revisi

3 0,026 0,900 Revisi

4 0,043 0,835 Valid

18 0,131 0,524 Revisi

7 0,350 0,080 Valid

9 0,254 0,210 Revisi

10 0,218 0,285 Revisi

12 0,248 0,242 Revisi

8 0,145 0,479 Revisi

11 0,551 0,004 Valid

16 0,354 0,076 Valid

c. Memberikan apresiasi kepada hasil karya orang lain.

Menghargai Peran Gender

a. Menghargai keragaman peran laki-laki dan perempuan.

b. Berkolaborasi dengan cara yang harmonis dengan lawan jenis.

c. Menghargai perbedaan antar gender.

Gaul It s

Okay

a. Terbuka dalam mengenal orang lain dari berbagai macam latar belakang.

b. Menyadari nilai-nilai persahabatan & keharmonisan.

c. Mengulurkan tangan pada orang lain yang lemah.

Menghargai Orang Lain

(70)

52

Suratno (2015) setiap soal yang dijawab benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi skor 0 (nol) jenis data tersebut disebut data berbentuk dikotomi. Adapun rumus Korelasi Point Biserial sebagai berikut.

Keterangan:

: Koefisien korelasi point biserial

: Skor rata-rata/mean dari skor subjek dengan skor 1 pada butir i

: Skor rata-rata/mean seluruh subjek

: Deviasi standar skor seluruh subjek

: Proporsi subjek yang memperoleh skor 1 butir

: bilangan 1-p

Dalam memberikan interpretasi terhadap ini digunakan

(71)
[image:71.595.84.507.162.625.2]

53 Tabel 3.7

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Validasi Efektivitas Model

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 15 item yang valid dan 15 item yang tidak valid.

2. Reliabilitas Kuesioner

Pengukuran reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kendala instrumen. Pengujian reliabilitas instrument tes dan kuesioner

penilaian diri dihitung dengan menggunakan metode alpha. Rumus

Alpha menurut Arikunto (2010) adalah sebagai berikut:

r

11 =

No Hasil hitung r tabel r hitung banding Item (r hitung) (α=0,5) r tabel

1 0,09 0,388 0,09<0,388 Revisi

2 23,94 0,388 23,94>0,388 Valid

3 0,03 0,388 0,03<0,388 Revisi

4 0,32 0,388 0,32<0,388 Revisi

Gambar

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir .................................................................
Grafik 4.3 Peningkatan Karakter Menghargai Keragaman Antar Tiga Sesi ......... 69
Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

bidang yang terdapat dalam perusahaan sesuai dengan keahliannya. Manusia yang bekerja dalam suatu perusahaan merupakan suatu unsur dalam MSDM. Focus dalam MSDM adalah

Dalam penelitian ini dibahas antara lain : Kapankah suatu tindakan deportasi dapat dilakukan menurut hokum nasional dan internasional, apakah maksud dan tujuan kehadiran WNA

yang terdiri dari terminal udara, konduktor pentanahan, dan sistem terminasi bumi,. sistem

Langkah yang dilakukan dalampenelitian ini adalah dengan menunjukkan video hasil identifikasi yang sudah dibuat kepada guru SD kelas IV kemudian rancangan pelaksanaan

3.3 Langkah-langkah Percobaan.. Dalam praktikum ini terdapat prosedur untuk memperoleh hasil yang akurat, berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan praktikum: 1.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Konsentrasi NaOH dan lama pemanasan yang terbaik adalah 0,2 % dengan lama pemanasan 90 menit yang memeberikan daya cerna

[r]

Pada Tabel 3.1 adalah perancangan storyboard untuk aplikasi media pembelajaran pengenalan tokoh wayang kulit dalam perangkat mobile berbasis Android, yang sesuai