• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas implementasi pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas implementasi pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR

BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

(Studi Pra Eksperimen pada Siswa/i Kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen Tahun Ajaran 2016/2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Elining Siwiyanti

131114011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

Kita Tidak Akan Menjadi Lebih Baik

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

Sang Pembuat Karya Terbesar dalam hidup saya

Tuhan Yesus Kristus

Tempat saya kembali, tempat saat bersandar dalam segala

hal yaitu Ayah saya Suwarso dan Ibu saya Kristiyanti

Saudari terkasih saya Enggar dan Mirma serta keluarga

besar sawidata dan wongsopawiro

Pensuport hebat saya yang tak lelah memberikan semangat

Adhitya Christianto

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR

BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

(Studi Pra Eksperimen pada Siswa/i Kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen Tahun Ajaran 2016/2017)

Elining Siwiyanti

Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) peningkatan pendidikan

karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning pada sebelum dan sesudah perlakuan, 2) signifikansi hasil peningkatan karakter cinta tanah air, 3) peningkatan pendidikan karakter cinta

tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada setiap sesi layanan bimbingan.

Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan one group pre-test post-test design. Instrument yang digunakan terdiri dari, 1) tes karakter cinta tanah air, 2) self assessment scale. Subjek penelitian berjumlah 32 siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen. Tes karakter cinta tanah air diberikan dalam

bentuk pilihan ganda bergradasi, dengan jumlah 20 item soal.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 1) terdapat peningkatan hasil

pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan

pendekatan experiential learning antara sebelum dan sesudah perlakuan, 2) terdapat peningkatan yang signifikan hasil pendidikan karakter cinta tanah air

berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen antara sebelum dan

sesudah perlakuan, 3) terdapat peningkatan karakter cinta tanah air tiap sesi

layanan bimbingan.

Kata kunci: pendidikan karakter, karakter cinta tanah air, bimbingan klasikal,

(9)

ix ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF THE IMPLEMENTATION OF THE LOVE OF HOMELAND CHARACTER EDUCATION

WITH CLASSICAL COUNSELING SERVICE BASE EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH

(Pre Experiment Study on Students Grade VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen Academic Year 2016/2017)

Elining Siwiyanti Sanata Dharma University

This study aims to determine: 1) an increase in the love of homeland

character education with classical counseling service base experiential learning

approach before and after treatment, 2) the significance of the result of the

increase in the love of the homeland characteristics, 3) increased homeland

character education with classical counseling service base experiential learning

approach at each session of counseling services.

This research is pre experiment with one group pre-test post-test design. Instruments used consisted of, 1) the love of the homeland characteristics test, 2)

self-assessment scale. Subjects are 32 students of grade VIII A SMP N 1

Petanahan Kebumen. The love of the homeland characteristics test is given in the

form of graded multiple choice questions, with the number of question is 20

items.

The results showed that: 1) there is an improvement in terms of the result of

the love of homeland character education with classical counseling service base

experiential learning approach between before and after treatment, 2) there is a

significant increase in terms of the result of the love of homeland character

education with classical counseling service base experiential learning approach in

grade VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen between before and after treatment,

3) there is an increase of the love the homeland characteristics after each session

of counseling services.

Keywords: character education, the love of homeland characteristics, traditional

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat dan limpahan kasih atas

perlindungan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang

berjudul: “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air

Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning pada Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen Tahun Ajaran

2016/2017” dengan baik.

Berkat dan dukungan dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak

sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohadi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.

3. Segenap Bapak Ibu dosen Program Bimbingan dan Konseling atas bimbingan

serta pendampingan selama penulis menempuh studi.

4. Bapak Suwarso dan Ibu Kristiyanti selaku orang tua yang senantiasa

mendoakan dan mendukung proses penulis.

5. Enggar Siwiyanti dan Novita Mirma N yang telah memberikan dukungan dan

doa kepada penulis.

6. Teman-teman seperjuangan BK 2013, Karinsa Widi K, Sifra Dita N, Sindu

Anna W, Stefanus Gagas W, Santo Adi, Fransiskus Wibisana, Dorotea Kartika

(11)

xi

satu persatu. Terimakasih sudah saling mensuport, mengingatkan,

mmendoakan, dan membantu selama proses penulisan tugas akhir.

7. Bapak Ibu Guru SMP N 1 Petanahan Kebumen yang sudah mengijinkan

penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Siswa Siswi kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen yang sudah

meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner-kuesioner dari penulis.

Penulis menyadari dalam proses menyelesaikan tugas akhir ini masih ada

kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan penuh rasa kerendahan

hati penulis memohon maaf. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai refrensi alternatif bagi

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

(13)

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A.Hakikat Pendidikan Karakter ... 13

1. Pengertian Karakter ... 14

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 14

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 16

4. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 17

5. Prinsip Pendidikan Karakter ... 21

6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 21

B. Hakikat Cinta tanah air... 23

1. Pengertian Cinta tanah air ... 23

2.Perilaku dan Indikator Cinta tanah air ... 25

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Cinta tanah air ... 25

4. Aspek-aspek Cinta tanah air ... 26

C. Hakikat Bimbingan Klasikal ... 28

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 28

2. Tujuan Bimbingan Klasikal ... 28

3. Manfaat Bimbingan Klasikal ... 30

4. Teknik/Strategi dalam Layanan Bimbingan Klasikal... 31

5. Langkah-langkah Layanan Bimbingan Klasikal ... 31

D.Hakikat Experiential Learning ... 36

1. Pengertian Experiential Learning ... 36

2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning ... 37

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning ... 38

4. Kekuatan Experiential Learning ... 40

(14)

xiv

F. Kerangka Berpikir ... 42

BAB III METODE PENELITIAN... 46

A.Pendekatan dan Jenis Penelitian... 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

C. Subjek Penelitian ... 47

D.Metode Pengumpulan Data dan Instrumen ... 47

1. Teknik Pengumpulan Data ... 47

2. Instrumen Penelitian ... 49

E. Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 52

1. Validitas Instrumen ... 52

2. Reliabilitas Tes dan Kuesioner Skala Penilaian Diri ... 55

3. Uji Normalitas ... 55

F. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A.Hasil Penelitian ... 65

1. Peningkatan Hasil Sebelum dan Sesudah Layanan. ... 64

2. Signifikansi Peningkatan Hasil Sebelum dan Sesudah Layanan. ... 67

3. Peningkatan Tiap Sesi Layanan Bimbingan. ... 69

B. Pembahasan ... 72

BAB V PENUTUP ... 76

A.Kesimpulan ... 76

B. Keterbatasan Penelitian ... 78

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design ... 46

Tabel 3.2 Data Subjek Penelitian ... 47

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes ... 50

Tabel 3.4 Kisi-kisi Self Assesment Scale... 51

Tabel 3.5 Rekapitulasi Uji Validitas Tes ... 53

Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Validitas Self Assesment Scale ... 54

Tabel 3.7 Norma Kategori Statistik Realibilitas Guilford ... 56

Tabel 3.8 Reliabilitas Tes ... 57

Tabel 3.9 Reliabilitas Self Assesment Scale ... 57

Tabel 3.10 Hasil Uji Normalitas Instrumen Tes ... 58

Tabel 3.11 Norma Kategorisasi... 60

Tabel 3.12 Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Cinta tanah air... 63

Tabel 4.1 Distribusi Efektivitas Implementasi Sebelum dan Sesudah ... 66

Tabel 4.2 Uji Signifikansi Peningkatan Karakter cinta tanah air ... 68

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning ... 38

(17)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Peningkatan Rata-Rata Skor Antara Pretest dan Posttest ... 64

Grafik 4.2 Komposisi Sebaran Subjek Capaian Skor Pre dan Post Test ... 66

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Tes Karakter Cinta Tanah Air ... 84

Lampiran 2 Self Assesment Scale ... 91

Lampiran 3 Tabulasi Data Pre-Test ... 92

Lampiran 4 Tabulasi Data Post-Test ... 93

Lampiran 5 Tabulasi Data Sesi 1 ... 94

Lampiran 6 Tabulasi Data Sesi 2 ... 95

Lamipran 7 Tabulasi Data Sesi 3 ... 96

Lampiran 8 Tabulasi Uji Validitas Tes Karakter Cinta Tanah Air ... 97

Lampiran 9 Tabulasi Uji Validitas Self Assessment Scale ... 98

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identitas masalah,

batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan sebuah rekayasa yang memiliki tujuan

untuk pembudayaan manusia yang dilakukan dalam pendidikan formal,

informal, dan non formal. Karakteristik yang khas dalam pembelajaran

adalah usaha sadar, terencana dan sistematik untuk mencapai tujuan, yaitu

bertujuan untuk menjadikan manusia yang memiliki karakter baik.

Membahas mengenai pembelajaran yang bertujuan menjadikan manusia

untuk memiliki karakter yang baik, dibahas lebih dalam oleh Kemendiknas

(2010: 8) yang mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan

yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada

peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan

dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga sebagai

anggota masyarakat dan warga negara.

Sejalan dengan pendapat Kemendiknas, pendidikan karakter saat

ini sudah mulai digalakkan, dimana pelaksanaanya terintegrasi dalam

pembelajaran yang dituangkan dalam Pedoman Pendidikan Karakter di

SMP oleh Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010. Namun pada

(20)

2

hambatan. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian Barus (2015) yang 2

menemukan bahwa 36,4% dari 653 siswa SMP di 5 kota menunjukkan

hasil pendidikan karakter terintegrasi masih berada pada tingkat kurang

baik, dan hanya 12,3% yang tergolong pada tingkat baik dengan capaian

skor ≥ 7 pada skala stanine. Banyaknya sekolah yang belum bisa menerapkan pendidikan karakter terintegrasi tersebut disebabkan

kurangnya pemahaman yang dalam dan luas mengenai pendidikan

karakter. Selain itu juga, beberapa sekolah menempatkan pendidikan

karakter hanya sebagai selingan saja bukan sebagai pembelajaran utama

dalam meningkatkan karakter siswa.

Rasa nasionalisme akhir-akhir ini dirasakan tidak sekuat dulu.

Generasi muda saat ini seakan-akan menganggap nasionalisme adalah hal

biasa yang tidak begitu penting. Untuk itu dimulai dari hal-hal sederhana

rasa nasionalisme perlu dibangkitkan kembali dengan menciptakan

semangat kebangsaan. Semangat dari generasi muda inilah yang harus

dikembangkan untuk menciptakan generasi yang mencintai tanah air

Indonesia. Rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air salah

satunya dapat dipupuk melalui pendidikan.

Bangsa Indonesia bisa dikatakan bangsa yang kaya dalam segala

hal, baik dalam budaya, bahasa, kuliner, agama, suku dsb. Generasi muda

semakin banyak yang melirik budaya asing untuk dijadikan acuan

keseharian mereka. Generasi muda justru merasa lebih percaya diri

(21)

3

produk-produk dalam negeri. Saat ini banyak juga orang Indonesia yang

tidak begitu bisa bahasa daerah dari mana mereka berasal. Hal ini sangat

disayangkan karena bahasa adalah salah satu kekayaan Indonesia, tidak

semua negara memiliki aneka ragam bahasa daerah seperti Indonesia.

Maka dari itu dengan adanya mata pelajaran bahasa daerah disetiap

sekolah sangatlah membantu Indonesia untuk tetap mempertahankan

kekayaan bangsa.

Dilihat dari hal sederhana seperti pelaksanaan upacara bendera, ada

beberapa siswa yang menyepelekan upacara bendera. Siswa merasa

upacara bendera adalah hal yang membosankan, hal yang tidak terlalu

penting untuk dilaksanakan terus menerus. Selain kurangnya penghayatan

pada saat upacara bendera, banyak juga siswa atau generasi muda yang

tidak hafal lagu-lagu nasional maupun lagu daerah, tidak mengetahui

pahlawan-pahlawan nasional, bahkan juga banyak peserta didik yang tidak

hafal sila-sila Pancasila (Susanto, 2008: 49).

Dunia yang semakin modern dan semakin maju membuat

anak-anak muda saat ini semakin pintar dalam mempergunakan kemajuan

teknologi yang ada. Dengan adanya teknologi yang semakin canggih,

seperti alat komunikasi yang mereka bawa dan pergunakan sangatlah

mudah untuk mengakses apa yang mereka inginkan. Banyak orang

khususnya generasi muda merasa harus mengikuti perkembangan jaman

yang ada. Orang tidak ingin ketinggalan jaman, sehingga menjadikan

(22)

4

trand yang ada. Dalam dunia fashion misalnya, generasi muda cenderung akan memilih/ mencontoh fashion dan trand yang dianggapnya menarik dan tidak ketinggalan jaman. Beberapa generasi muda yang dijumpai

mengatakan bahwa, kepercayaan diri mereka ditentukan melalui fashion yang dipakainya. Mereka akan merasa percaya diri ketika mereka

mengikuti dan memakai fashion layaknya aktor maupun aktris dari barat dibandingan fashion yang ada di Indonesia. Tetapi apabila kita mau menilik lebih jauh mengenai dunia fashion di Indonesia sebenarnya tidak kalah bagus dengan fashion di luar negeri, karena Indonesia memiliki keunikan yang dapat ditonjolkan misalnya, batik saat ini mulai

dikembangkan dan dikenalkan hingga manca negara. Warna dan

kekhasannya menjadikan daya tarik tersendiri untuk penggunanya, selain

itu kain batik bisa dibuat banyak sekali pakaian-pakaian indah sesuai

kreatifitas desainer atau perancang busana. Banyak orang luar negeri yang

merasa tertarik dan menyukai kain batik, karena menurut mereka kain

batik unik dari pada kain-kain lainnya, seharusnya kita sebagai orang

Indonesia harus lebih bisa menghargai dan bangga terhadap produk

Indonesia.

Rasa toleransi antar warga Indonesia akhir-akhir ini sedang tidak

baik. Adanya profokasi menjadikan warga saling menyalahkan satu sama

lain, bersikeras bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang paling

benar. Orang-orang yang mudah di profokasi adalah orang yang

(23)

5

Maraknya tawuran-tawuran pelajar dikota-kota besar juga menyedot

keprihatinan publik dan tentunya meresahkan masyarakat. Hal semacam

itu merupakan salah satu tindakan yang secara tidak langsung sedikit demi

sedikit menghancurkan karakter bangsa. Indonesia adalah negara yang

kaya akan budaya, agama, dan suku, melalui semua itu Indonesia harusnya

mampu melesat dan melompat tinggi ke manca negara mempertunjukkan

kekayaan bangsa Indonesia. Banyak kekayaan Indonesia yang bisa kita

tunjukkan, adanya tarian-tarian tradisional, kuliner yang kaya rasa akan

rempah-rempah Indonesia, bahasa yang unik dari masing-masing daerah,

agama, dan suku yang beraneka ragam menjadikan bangsa Indonesia

bangsa yang besar.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari juga

merupakan bentuk penghargaan besar untuk Negara. Menghormati satu

sama lain dan memiliki rasa toleransi sangatlah diperlukan dalam bangsa

ini sehingga nantinya bangsa tidak akan mudah tercerai berai. Persatuan

akan semakin kuat dan bangsa Indonesia akan semakin besar dan berharga

di mata orang banyak apabila suatu bangsa memiliki ciri khas dan karakter

yang baik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan semangat cinta tanah air

adalah melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter digunakan

sebagai bahan untuk menciptakan generasi muda yang memiliki jiwa

nasionalisme. Pendidikan karakter dapat dilaksanakan dan disisipkan pada

(24)

6

sekolah, maupun pada saat ekstrakurikuler, meskipun dengan waktu yang

singkat. Misalnya guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu wajib

kebangsaan maupun lagu daerah ketika awal proses belajar mengajar

dimulai. Membudayakan buang sampah pada tepatnya, dan menjaga

lingkungan, hal itu adalah bentuk rasa nasionalisme. Saling menghormati

dan memberi salam satu sama lain juga merupakan ciri khas orang

Indonesia yang ramah kepada semua orang. Dengan hal-hal sederhana

seperti itu secara tidak langsung guru telah mengajarkan dan

menananmkan sikap nasionalisme kepada peserta didik. Pemberian atau

penanaman nilai-nilai karakter cinta tanah air seperti itu guru telah

mengajarkan siswa untuk belajar mencintai bangsa Indonesia.

Peneliti melakukan penelitian melalui kegiatan di kelas atau biasa

disebut layanan bimbingan klasikal. Menurut Winkel dan Hastuti

(2004:545) bimbingan klasikal adalah bimbingan kelompok yang

dilakukan secara klasikal atau dilaksanakan dengan melibatkan seluruh

siswa dalam suatu kelas di sekolah pada umumnya. Bimbingan klasikal

dapat dipahami pula sebagai bimbingan secara kelompok yang besar

(20-40 orang) dan berada dalam kelas. Bimbingan klasikal secara umum

membantu peserta didik tanpa memandang ragam permasalahan peserta

didik tetapi lebih memandang berdasarkan kebutuhan peserta didik.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Petanahan Kebumen

adalah salah satu sekolah yang menanamkan budaya cinta tanah air.

(25)

7

menghormati para pahlawan yang telah gugur. Tujuan lain dari

pelaksanaan upacara bendera tidak lain adalah meningkatakan kedisiplinan

siswa dalam menjalani pendidikannya. Namun pada kenyataannya

beberapa siswa cenderung mengabaikan peraturan ataupun norma-norma

yang berlaku dan siswa cenderung tidak disiplin. Masih terdapat siswa

yang mencari-cari dan memberikan alasan-alasan untuk bisa tidak

mengikuti upacara bendera. Selain itu siswa/ orang minoritas yang

beragama non muslim cenderung dipandang remeh oleh yang lain.

Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning pada Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen Tahun Ajaran 2016/2017”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ditemukan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Siswa lebih percaya diri mengikuti fashion luar negeri seperti, cara mereka memilih dan berpakaian.

2. Beberapa siswa menghindari upacara bendera.

3. Adanya siswa yang diminoritaskan karena agama yang dianutnya.

4. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah belum optimal.

5. Ada siswa yang kurang taat terhadap peraturan dan norma yang

(26)

8

6. Adanya beberapa siswa yang sering terlambat masuk sekolah dan hal

tersebut selalu terulang.

7. Belum ada penelitian mengenai karakter cinta tanah air di SMP N 1

Petanahan Kebumen.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan untuk menjawab masalah yang sedang

teridentifikasi di atas khusunya terkait dengan butir masalah nomor 1, 3,

dan 4 dengan mengkaji capaian karakter cinta tanah air SMP N 1

Petanahan Kebumen antara hasil pre-post tet dan skor setiap siklus (self assesment scale) yang menunjukkan peningkatan karakter cinta tanah air melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiental learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.

1. Seberapa tinggi peningkatan pendidikan karakter cinta tanah air

melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumenn tahun 2016/2017 jika dilihat dari hasil pre test dan post test?

2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan terhadap hasil

pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan

(27)

9

3. Seberapa tinggi peningkatan pendidikan karakter cinta tanah air

berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan antar sesi layanan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis seberapa tinggi peningkatan pendidikan karakter cinta

tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan kebumen berdasarkan hasil pre test dan post test.

2. Menganalisis signifikansi hasil pendidikan karakter cinta tanah air

berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen. 3. Menganalisis hasil peningkatan pendidikan karakter cinta tanah air

berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen antar sesi layanan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat penulis dari hasil penelitian ini adalah sebagai

(28)

10 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan yang lebih luas

kepada penulis, dan penulis berharap nantinya tugas akhir ini dapat

menjadi refrensi untuk penulis lainnya yang akan melakukan

penelitian sejenis dalam mengembangkan pengetahuan perkembangan

dunia pendidikan khususnya dalam pelaksanaan pendidikan karakter

Cinta tanah air.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah dan para guru

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan yang

dapat digunakan oleh sekolah guna mengetahui dan memahami

seberapa efektif penerapan pendidikan karakter dengan layanan

bimbingan klasikal diterapkan pada siswa. Hasil penelitian ini

juga dapat digunakan oleh kepala sekolah dan para guru guna

menyusun strategi tepat untuk meningkatkan kolaborasi

pendidikan karakter di sekolah demi tercapainya nilai-nilai

karakter pada siswa.

b. Bagi siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen

Para siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk

melihat seberapa baik (efektif) hasil pendidikan karakter dengan

model bimbingan klasikal yang mulai diterapkan kepada diri

mereka. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

(29)

11

bimbingan bagi pengolahan diri siswa, khsusnya berkaitan dengan

karakter. Hal tersebut akan semakin memotivasi siswa/i untuk

dapat berkembang lebih optimal dan menjadi pribadi yang lebih

baik.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui dan memahami efektivitas hasil

implementasi pendidikan karakter di SMP N 1 Petanahan

Kebumen tahun ajaran 2016/2017. Selain itu, peneliti dapat

mengusulkan penyusunan modul pendidikan karakter yang sesuai

guna meningkatkan nilai-nilai karakter dalam diri siswa.

G. Definisi Istilah

1 Karakter dalam penelitian ini adalah perwujudan pikiran, perasaan dan

tindakan manusia yang didasarkan pada nilai-nilai yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, dan negara

yang didasarkan pada norma, hukum, budaya, adat, dan agama.

2 Pendidikan Karakter dalam penelitian ini adalah upaya intervensi

penanaman nilai-nilai karakter bagi siswa yang berguna bagi

perkembangan pribadi siswa.

3 Cinta tanah air dalam penelitian ini “Cinta tanah air adalah berfikir,

bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap bangsa dan negara” seperti mecintai

(30)

12

daerah orang lain (budaya, suku, agama), dan menjunjung tinggi

nilai-nilai Pancasila.

4 Bimbingan Klasikal dalam penelitian ini adalah bentuk layanan yang

diberikan kepada siswa dalam memperoleh informasi, pengalaman,

dan keterampilan serta bertujuan untuk membantu siswa memenuhi

tugas perkembangan di semua aspek kehidupannya.

5 Experiential Learning dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang mengutamakan pada proses pengalaman belajar

(31)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan hakikat pendidikan karakter, hakikat cinta tanah

air, hakikat bimbingan klasikal, dan hakikat experiental learning.

A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter

Menurut Suyanto (2010) karakter adalah cara berpikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan

bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan

negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa

membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat

dari keputusan yang dibuat oleh tiap individu. Artinya karakter dapat

dilihat melalui pola pikir dan perilaku seseorang dalam melihat suatu

masalah dan menemukan jalan keluar bagi masalahnya di lingkungan

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Zubaedi (2011) mendefinisikan bahwa karakter mengacu pada

serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi

(motivations), dan keterampilan (skill). Keempat aspek tersebut

membentuk karakter seorang individu. Dengan kata lain, karakter dapat

terwujud pada keterampilan individu dalam bersikap dan berperilaku

dengan memiliki motivasi yang mengacu pada nilai-nilai positif.

Menurut Lickona (2013) bahwa karakter berkaitan dengan

(32)

14

perilaku moral (moral feeling). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat

dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan

tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan

perbuatan kebaikan. Ketiganya tidak berjalan sendiri, namun saling

berkaitan dalam membentuk karakter individu. Sehingga individu tidak

hanya knowing (mengetahui), tetapi dapat merasakan bahkan bersikap sesuai hati nuraninya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah

sikap, perilaku, cara berpikir, dan motivasi yang dimiliki oleh setiap

individu untuk hidup dan bekerjasama di lingkungan masyarakat. Untuk

membentuk karakter yang baik perlu didukung oleh pengetahuan

tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat dan melakukan perbuatan

kebaikan.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah “bawaan,

hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,

berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Lickona

(1991), pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menekankan

tiga hal dalam mendidik, yaitu knowing, loving, and acting the good. Menurutnya keberhasilan pendidikan karakter dimulai dengan

pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau

(33)

15

Menurut Suyanto (2010), Pendidikan karakter adalah

pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan

aspekpengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan

(action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan

efektif.

Dari penjelasan di atas pendidikan karakter adalah sebuah

bentuk hasil usaha dari manusia itu sendiri berupa hasil

pengembangan diri. Disamping itu cara terbaik mengembangkan

kemampuan karakter anak merupakan langkah paling tepat

melindungi kehidupan moralnya sekarang dan selanjutnya. Sehingga

karakter dapat diartikan sebagai identitas diri seseorang. Sebagai

aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan kepribadian secara

utuh dari seseorang: mentalitas, sikap, dan perilaku. Dalam instansi

pendidikan karakter dipakai sebagai uapaya penanaman kecerdasan

dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman

dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang

menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya,

diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Nilai-nilai luhur

tersebut antara lain: kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan

sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual,

dan berpikir logis. Penanaman pendidikan karakter perlu proses,

(34)

16

peserta didik dalam lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan

masyarakat, maupun lingkungan media massa.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 mengenai fungsi

dan tujuan Pendidikan nasional mengatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Konteks pendidikan karakter berkaitan tentang kemampuan yang

harus dikembangkan pada peserta didik, yaitu kemampuan yang akan

menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan dan

mengemban amanah sebagai pemimpin dunia. Dapat diringkaskan

bahwasannya tujuan pendidikan nasional mengarah pada

pengembangan berbagai karakter manusia Indonesia.

Menurut Koesoma, (2012:9) tujuan pendidikan kaakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut:

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang

dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/

kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang

dikembangkan.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan

(35)

17

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan

masyarakat dalam memerankan tanggung jawab.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan pendidikan

karakter memiliki tuuan sebagai pengoreksi, meningkatkan, dan

mengembangkan mutu suatu pendidikan di Indonesia. Berkaitan

dengan pembentukan karakter peserta didik diharapkan dapat

mencapai nilai-nilai yang sesuai dengan yang telah ditetapkan sekolah,

keluarga, maupun masyarakat, sehingga dalam hal ini diperlukan

adanya rancangan yang utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan

tujuan kompetensi lulusan yang ada, sehingga peserta didik mampu

membangun koneksi dalam hubungan yang harmonis dengan

lingkungan sekitarnya.

4. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter di Indonesia memiliki 18 nilai karakter yang

sudah dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan Nasional

(Kemendiknas). Nilai karakter ini ditanamkan dalam diri peserta didik

sebagai upaya membangun karakter bangsa (Suyadi, 2013). Berikut ini

akan dikemukakan 18 nilai karakter menurut Kemediknas:

a. Religius

Ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan

ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal

ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran

(36)

18 b. Jujur

Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan pengetahuan,

perkataan, dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan

yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan

orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

c. Toleransi

Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap

perbedaan agama, aliran keprcayaan, suku, adat, bahasa, etnis,

pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan diriny secara sadar

dan terbuka serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut.

d. Disiplin

Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk

peraturan atau tata tertib yang berlaku.

e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh

(berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan

berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan

sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai

segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan

cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari

(37)

19 g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini

bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan

tidak boleh melemparkan tugas daan tanggung jawab kepada orang

lain.

h. Demokratis

Sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan

kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

i. Rasa ingin tahu

Cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran

dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan

dipelajari secara lebih mendalam

j. Semangat kebangsaan atau nasionalisme

Sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan

Negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.

k. Cinta tanah air

Sikap dan perilaku yang mencerminka rasa bangga, setia, peduli,

dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi,

politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran

(38)

20 l. Menghargai prestasi

Sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui

kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi

yang lebih tinggi.

m. Komunikatif

Senang bersahabat dan proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka

terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga

tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

n. Cinta damai

Sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman,

tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau

masyarakat tertentu.

o. Gemar membaca

Kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara

khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal,

majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan

bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjada dan melestarikan

lingkungan sekitar.

q. Peduli sosial

Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap

(39)

21 r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,

masyarakat, bangsa, negara maupun agama.

5. Prinsip Pendidikan Karakter

Suyanto (2010; 23), menegaskan bahwa pendidikan karakter

harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan perilaku

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian

e. Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk menunjukkan

perilaku yang baik

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan

menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun

karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik

h. Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada

(40)

22

i. Adanya pembagian menghargai keragaman moral dan dukungan

luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra

dalam usaha membangun karakter

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai

guru-guru karakter, dan manifestasi.

6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Suyanto (2010: 9) menegaskan bahwa keberhasilan program

pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian

butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh peserta didik yang

meliputi sebagai berikut: (1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut

sesuai dengan tahap perkembangan remaja; (2) Memahami kekurangan

dan kelebihan diri sendiri; (3) Menunjukkan sikap percaya diri; (4)

Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang

lebih luas; (5) Menghargai keragaman agama, budaya, suku, ras, dan

golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional; (6) Mencari dan

menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain

secara logis, kritis, dan kreatif; (7) Menunjukkan kemampuan berpikir

logis, kritis, kreatif, dan inovatif; (8) Menunjukkan kemampuan belajar

secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya; (9)

Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari; (10) Mendeskripsikan gejala alam dan

sosial; (11) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab; (12)

(41)

23

berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara

kesatuan Republik Indonesia; (13) Menghargai karya seni dan budaya

nasional; (14) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan

untuk berkarya; (15) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman,

dan memanfaatkan waktu luang dengan baik; (16) Berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan santun; (17) Memahami hak dan

kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;

Menghargai adanya perbedaan pendapat; (18) Menunjukkan

kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; (19)

Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; (20)

Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan

menengah; (21) Memiliki jiwa kewirausahaan.

B. Hakikat Cinta Tanah Air 1. Pengertian Cinta Tanah Air

“Cinta tanah air adalah berfikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bangsa dan negara” (Karnadi, 2007:12). Cinta tanah air

tergambar pada diri seseorang ketika orang tersebut bisa berpikir dan

bersikap baik atas negaranya. Seperti menghargai perjuangan

pahlawan, memiliki kartu tanda penduduk (KTP) tidak lebih dari satu

(42)

24

Cinta tanah air yaitu mengenal dan mencintai tanah air wilayah

nasionalnya sehingga selalu waspada dan siap membela tanah air

Indonesia, terhadap segala bentuk ancaman tantangan, hambatan dan

gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan

negara oleh siapapun dan dari manapun sehingga diharapkan setiap

warga negara Indonesia akan mengenal dan memahami wilayah

nusantara, memelihara melestarikan, mencintai lingkungannnya dan

senantiasa menjaga nama baik dan mengharumkan Negara Indonesia

dimata dunia (Suwarno, 2000:12).

Cinta tanah air adalah suatu sikap mencintai, bangsa dan Negara

tanpa mengenal fanatisme kedaerahan. Cinta tanah air berarti cinta

pada lingkungan dimana ia berada sampai pada ujungnya mencintai

Negara tempat ia memperoleh sumber penghidupan dan menjalani

kehidupan sampai akhir hayatnya. Dengan demikian dapat dikatakan

Cinta tanah air adalah perilaku yang menunjukkan kepedulian,

penghargaan, yang dilandasi semangat kebangsaan dan rela berkorban

demi nusa dan bangsa. Sikap cinta tanah air tiap individu dapat

tercemin melalui perilaku kehidupannya sehari-hari. Di Indonesia

anak-anak diwajibkan untuk menempuh pendidikan, karena melalui

pendidikan peserta didik dikenalkan dan diajarkan untuk mengenal dan

mencintai Negaranya Indonesia.

Cinta tanah air sama halnya cinta dengan lingkungan dimana kita

(43)

25

mengimplementasikannya dalam keseharian. Bela negara adalah salah

satu sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap warga Negara. Bela

negara adalah tekad, sikap, dan perilaku warga Negara yang dijiwai

oleh kecintaannya kepada Negara kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 45 dalam menjalankan kelangsungan

hidup bangsa dan Negara (Suwarno, 2000:7). Salah satu upaya Bela

negara adalah dengan tetap diselenggarakannya Pendidikan

kewarganegaraan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional.

2. Perilaku dan Indikator Cinta Tanah Air

Perilaku sikap Cinta tanah air berarti mencintai produk dalam

negeri, rajin belajar bagi kemajuan bangsa dan Negara, mencintai

lingkungan hidup, melaksanakan hidup bersih dan sehat, mengenal

wilayah tanah air tanpa fanatisme kedaerahan (Dirjen Pothankam,

2010:47). Kesimpulannya adalah perilaku Cinta tanah air bisa didapat

ketika seseorang bisa memulai hal kecil seperti mencintai produk

dalam negeri, menempuh pendidikan, mengenal lingkungan dan hidup

damai antar sesama serta tidak fanatik terhadap daerah orang lain

(budaya, agama, suku, dan ras) adalah bukti bahwa Indonesia Negara

yang besar dari masyarakat yang memiliki perilaku baik.

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Cinta Tanah Air Individu yang memiliki perilaku cinta tanah air adalah individu

yang bertaqwa kepada Tuhannya, memiliki semangat kebangsaan,

(44)

26

peduli akan sesama, memiliki rasa toleransi antar agama, suku, budaya

lain, berbahasa Indonesia baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari,

menjalin kerukunan antar masyarakat, saling menghormati dan

menghargai, bangga akan bangsa dan negara, cinta produk dalam

negeri, tenggang rasa, Bineka Tunggal Ika (berbeda tetap satu tujuan),

sederhana, kreatif, cekatan (Susanto, 2008:25).

Dari pendapat ahli diatas, individu yang memiliki karakteristik

karakter cinta tanah air adalah individu yang mempunyai perilaku baik

terhadap tanah airnya. Menghargai perbedaan yang ada di Indonesia,

menghargai perjuangan pahlawan dan menjunjung tinggi bahasa

adalah ciri individu yang memiliki karakteristik baik, dan bangga akan

produk serta kekayaan yang ada di Indonesia.

4. Aspek-Aspek Cinta Tanah Air

Karakter cinta tanah air dikaitkan melalui keragaman yang ada di

Indonesia menurut Kurniawan (2013) terdapat beberapa aspek yang

perlu dipahami, antara lain adalah:

a. Sikap Bela Negara untuk Tanah Air

Cinta tanah air terbentuk dari adanya rasa kebanggaan, rasa

memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang

dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang

tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan

melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa

(45)

27

dengan melestarikan alam dan lingkungan. Selain itu, menghargai

perjuangan para pahlawan, memiliki rasa toleransi antar satu

sama lain, menjunjung tinggi bahasa, memakai dan menyukai

produk dalam negeri merupakan sikap yang tercermin pada bela

negara.

b. Menghargai Orang Lain (toleransi) sebagai Warga Negara

Indonesia.

Terbentuknya sikap toleran menjadikan individu memahami

setiap perbedaan, sikap saling tolong menolong antar sesama

umat yang tidak membedakan suku, agama, budaya maupun ras,

dan adanya rasa saling menghormati serta menghargai antar

sesama umat manusia. Aspek toleransi dimaksudkan untuk

banyaknya siswa yang kurang terbuka pada berbagai macam latar

belakang orang lain disekitarnya.

c. Taat pada Norma dan Peraturan

Dalam kehidupan sehari-hari taat pada peraturan dan norma

harus diimbangi dengan sikap individu itu sendiri. Tidak hanya

peraturan dan norma Negara saja, tetapi sebagai peserta didik taat

pada peraturan dan norma yang ada di lingkungan dia berada baik

keluarga, sekolah, maupun masyarakat harus dipatuhi. Individu

harus menyadari dan tahu tujuan peraturan dan norma dibuat.

Karena apabila peraturan dan norma tersebut dilanggar maka

(46)

28 C. Hakikat Bimbingan Klasikal

1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Makhrifah & Nuryono (2014:1) mengemukakan bimbingan

klasikal merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling

yang diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan

konseling atau konselor kepada sejumlah peserta didik dalam suatu

kelas yang dilaksanakan di dalam kelas.

Winkel dan Hastuti (2004) menjelaskan bimbingan klasikal

merupakan istilah yang khusus digunakan di institusi pendidikan

sekolah dan menunjuk pada sejumlah siswa yang dikumpulkan

bersama untuk kegiatan bimbingan. Pengertian lain menyebutkan

bahwa bimbingan klasikal adalah bimbingan yang berorientasi pada

kelompok siswa dalam jumlah yang cukup besar antara 30-40 orang

siswa (satu kelas). Bimbingan klasikal dirancang menuntut konselor

untuk melakukan kontak langsung dengan peserta didik di kelas.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

bimbingan klasikal merupakan pemberian layanan informasi kepada

peserta didik melalui bimbingan dan konseling berfkus pada

optimalisasi perkembangan peserta didik itu sendiri.

2. Tujuan Bimbingan Klasikal

Menurut Makhrifah & Nuryono (2014: 2) strategi layanan dalam

bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk meluncurkan

(47)

29

atau mencapai tugas-tugas perkembangannya, sehingga dapat

mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan dalam Suciati (2005)

mendeskripsikan tujuan bimbingan klasikal ke dalam beberapa

bagian diantaranya sebagai berikut:

a. Tujuan bimbingan klasikal berdasarkan aspek kognitif

Berorientasi pada kemampuan berpikir, dimana mencakup

kemampuan intlektual yang sederhana, yaitu mengingat sampai

pada pemecahan masalah. Secara hirarkis tujuan bimbingan

klasikal pada aspek kognitif dari tingkatan paling rendah

meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,

dan evaluasi.

b. Tujuan bimbingan klasikal berdasarkan aspek afektif

Berorientasi pada perasaan emosi, sistem, nilai dan sikap yang

menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.

Secara hirarki tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif dari

tingkatan paling rendah meliputi penerimaan, partisipasi,

penentuan, sikap, pembentukan organisasi sitem nilai, dan

pembentukan pola hidup.

c. Tujuan bimbingan klasikal berdasarkan aspek psikomotorik

Berorientasi pada ketrampilan motorik individu mengenai

anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf

dan otot. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek

(48)

30

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

3. Manfaat Bimbingan Klasikal

Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas (Departemen

Pendidikan Nasional) tentang Bimbingan dan Konseling (2004)

diantaranya sebagai berikut:

a. Siswa semakin memahami dirinya seperti bakat, minat, sifat,

sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku dan lain

sebagainya.

b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses

bersosialisasi terhadap orang lain atau lingkungannya.

c. Siswa semakin tertarik, termotivasi, dan berminat untuk belajar

lebih giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik.

d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan

mengambil keputusan sendiri Dallam hidupnya, serta mampu

merencanakan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk

pengembangan hidupnya.

e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara

menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.

f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku

manusia.

g. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam

(49)

31

4. Teknik/Strategi dalam Layanan Bimbingan Klasikal

Penggunaan teknik dalam kegiatan layanan bimbingan

klasikal/kelompok mempunyai banyak fungsi. Selain dapat lebih

memfokuskan kegiatan bimbingan klasikal/kelompok terhadap tujuan

yang ingin dicapai, juga dapat membangun suasana dalam kegiatan

bimbingan lebih bergairah. Juga dapat membuat siswa agar tidak jenuh

dan bosan mengikuti kegiatan bimbingan. Seperti yang dikemukakan

oleh Tatiek Romlah (2001:86), “Bahwa teknik bukan merupakan

tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan”. Berikut beberapa

teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan

klasikal/kelompok:

a. Teknik pemberian informasi (expository)

Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode

ceramah. Artinya pemberian penjelasan oleh seorang pembicara

kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian

informasi mencakup tiga hal, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian. Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain

adalah:

1) Dapat melayani banyak orang,

2) Tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien,

3) Tidak terlau banyak memerlukan fasilitas,

4) Mudah dilaksanakan dibandingkan teknik lain.

(50)

32

1) Sering dilaksanakan secara monolog,

2) Individu yang mendengarkan kurang aktif,

3) Memerlukan keterampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi

menarik.

b. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah

direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk

memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan.

Dinkmeyer & Munro (dalam Romlah, 2001:89) menyebutkan tiga

macam tujuan diskusi kelompok yaitu: (1) untuk mengembangkan

terhadap diri sendiri, (2) untuk mengembangkan kesadaran tentang

diri, (3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai

hubungan antar manusia.

c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)

Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu

bagaimana pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah

pemecahan masalah secara sistematis adalah:

1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

2) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah

3) Mencari alternatif pemecahan masalah

4) Menguji masing-masing alternatif

5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling

(51)

33

6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai

d. Permainan peranan (role playing)

Bennett dalam Romlah (2001:99) mengatakan bahwa

“permainan peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan

keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai

hubungan anatar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi

yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang

sebenarnya”. Menurut Bennett terdapat 2 macam permainan

peranan, yakni sosiodrama dan psikodrama. Sosiodrama adalah

permainan peranan yang bertujuan untuk memecahkan masalah

sosial dalam hubungan antar manusia. Melalui sosiodrama,

individu akan merasakan dang menghayati secara langsung situasi

masalah yang dihadapinya. Kemudian, dari permainan peranan itu

diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.

Psikodrama merupakan permainan yang dimaksudkan agar

individu dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang

dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan

kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan

terhadap dirinya. Dengan memerenakan suatu peranan tertentu,

konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat berkurang

(52)

34

e. Permainan simulasi (simulation game)

Adams dalam Romlah (2001:109) menjelaskan bahwa

permainan simulasi merupakan permainan yang bertujuan untuk

merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan

sebenarnya. Permainan simulasi dapat dikatakan sebagai permainan

peranan dan teknik diskusi.

f. Home room

Home room yakni suatu program kegiatan dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid di luar jam pelajaran sekolah

untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Kegiatan

home room bertujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya, sehingga dapat membantu murid-muridnya dengan penanganan

yang tepat dan efisien.

Program home room hendaknya menciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat

mengutarakan perasaannya seperti di rumah. Dalam kegiatan home

room dapat dilakukan tanya jawa, menampung pendapat, merencanakan suatu kegiatan, dan sebagainya.

g. Karyawisata/field trip

Karyawisata/field trip merupakan kegiatan rekreasi yang

dikemas dengan metode mengajar dalam bimbingan

klasikal/kelompok dengan tujuan agar siswa memperoleh

(53)

35

tanggungjawab. Metode karyawisata berguna untuk membantu

siswa memahami masalah kehidupan nyata dalam lingkungannya.

Contoh dari kegiatan karyawisata adalah siswa diajak ke museum,

kantor percetakan, bank, pengadlan, atau ke suatu tempat yang

mengandung nilai sejarah/budaya tertentu.

Kegiatan karyawisata ini berguna untuk mendapatkan informasi

bagi siswa. Siswa dapat langsung melihat objek-objek menarik dan

mendapatkan suatu informasi atau ilmu baru bagi dirinya. Selain

itu, siswa juga mendapakan kesempatan memperoleh terhadap

situasi kehidupan kelompok tertentu. Dan siswa juga dapat

mengembangkan bakat dan cita-cita sesuai dengan minatnya.

h. Pengajaran remedial

Pengajaran remedial merupakan suatu usaha pembimbing untuk

membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai

pelajaran tertentu. Remedial diberikan kepada siswa perlu

penanganan pribadi atau yang tidak dapat di atasi secara

kelompok/klasikal.

i. Organisasi siswa/kegiatan kelompok

Organisasi siswa atau kegiatan kelompok merupakan salah satu

cara dalam bimbingan kelompok baik dalam lingkungan sekolah

maupun di luar lingkungan sekolah. Melalui organisasi banyak

permasalahan yang dapat diselesaikan yang bersifat individu

(54)

36

kesempatan untuk mengenal berbagai aspek kehidupan sosial.

Siswa juga dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya,

memupuk rasa tanggungjawab dan harga dirinya.

5. Langkah-Langkah Layanan Bimbingan Klasikal

Barus (2015) menyatakan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan

klasikal di dalam kelas maupun luar kelas dilakukan dalam satu

rangkaian kegiatan experiential learning. Prosedur/langkah-langkahnya terdiri atas pengantar/instruksi dinamika

kelompok/group process refleksi pengalaman sharing

pengalaman perumusan niat (I statement) untuk berubah/perbaikan

diri. Prosedur ini bertujuan untuk mengembangkan dimensi

sosial-psikologis, keterampilan hidup, klarifikasi nilai, dan perubahan sikap

perilaku individu dalam kelompok. Barus, (2015) menambahkan

bahwa dalam layanan bimbingan klasikal, pendekatan experiential learning lebih ditekankan, mengingat layanan bimbingan lebih menonjol muatan aspek afeksi (nilai,sikap), perilaku, dan nilai-nilai

karakter. Hal ini berarti bahwa layanan bimbingan klasikal tepat jika

diberikan dengan menggunakan pendekatan experiential learning

D. Hakikat Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning

Experiential learning adalah suatu proses belajarmengajar yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan

(55)

37

secara langsung. Experiential learning ini lebih bermakna ketika pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan (Nasution,

2005).

Experiential learning merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang.

Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan

bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya

seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme (Kolb,

1984).

Jadi experiential learning adalah suatu pendekatan yang dipusatkan pada pengalaman belajar. Berfokus pada pembelajan

melalui dinamika kelompok yang efektif. Untuk dapat lebih

memaknai sebuah pengalaman dalam pendekatan experiential learning dapat menggunakan media refleksi.

2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning

Tujuan dari pendekatan experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa deengan tiga cara yaitu: mengubah struktur

kognitif, mengubah sikap siswa, dan memperluas

ketrampilan-ketrampilan yang sudah ada. Ketiga tujuan ini saling berkaitan dan

tidak terpisah-pisah (Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

dapat mengekspresikan ketrampilan-ketrampilan yang sudah mereka

(56)

38

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning

Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning

Pembelajaran experiential learning mengajak peserta didik

untuk mampu menjaga keseimbangan antara apa yang diamati/dialami

dengan tindakan yang diberikan terhadap pengalamannya tersebut.

Menurut Kolb (Kohonen, 2001: 28-30) pembelajaran dengan metode

experiential learning memiliki langkah-langkah utama, yaitu:

a. Pengalaman kongkrit

Pembelajaran melalui intuisi dengan mengikutsertakan

pengalaman pribadi dan menekankan pada aspek afektif seseorang,

daripada aspek kognitif. Pengalaman kongkrit merupakan orientasi

artistik yang mengandalkan sensitivitas pada rasa. Aktivitas

instruksional yang mendukung pembelajaran dalam hal ini, yaitu

diskusi kelompok kecil, simulasi, penggunaan film atau video, dan

(57)

39 b. Konseptualisasi abstrak

Proses belajar yang mengutamakan pikiran (kognitif) dan

menggunakan logika, serta pendekatan sistematis dalam

pemecahan masalah. Konseptualisasi abstrak menekankan pada

pemikiran dan manipulasi simbol abstrak dengan maksud untuk

merapikan dan menempatkan sistem konseptual. Aktivitas

instruksional yang mendukung, yaitu konstruksi teori, perkuliahan,

dan pembangungan model dan analogi.

c. Observasi reflektif

Proses belajar yang mengutamakan persepsi seseorang

terhadap sesuat, dimana berpusat pada pemahaman arti dari ide dan

situasi melalui pengamatan yang seksama. Peserta didik perlu

memperhatikan bagaimana segala sesuatu yang terjadi dengan

melihat dari perspektif yang berbeda-beda dan mengandalkan

pemikiran, perasaan, dan penilaian pribadi. Teknik instruksional

yang dapat digunakan, yaitu jurnal pribadi, karangan reflektif,

pengamatan, pertanyaan pikiran dan diskusi.

d. Eksperimen aktif

Eksperimen aktif ini mengajak peserta didik belajar melalui

tindakan. Eksperimen aktif ini menekankan pada aplikasi praktis

dan bagaimana segala sesuatu terselesaikan. Peserta didik berusaha

terus-menerus untuk memengaruhi orang, mengubah situasi, dan

(58)

40

instruksional yang dapat digunakan, meliputi permainan,

drama/simulasi, penggunaan studi kasus, proyek lapangan, dan

lain-lain.

4. Kekuatan Experiential Learning dalam Pendidikan Karakter Pendekatan experiential learning dalam pendidikan karakter menuntut siswa untuk selalu terlibat karena siswa dianggap sebagai

pusat dalam pembelajaran. Pendekatan experiential learning mengajak peserta didik untuk mampu mengolah diri, memaknai, dan

menafsirkan pengalaman belajarnya dengan bantuan orang lain

melalui pembelajaran. Dalam Supratiknya (2011) menjelaskan bahwa

experiential learning memiliki aktivitas inti yang menjadi ciri khas dan kekuatan dalam proses belajarnya, beberapa diantaranya sebagai

berikut:

a. Refleksi

Refleksi adalah suatu kegiatan untuk menghadirkan

kembali dalam batin peserta didik dalam menemukan makna dan

nilai tentang pengalaman yang sudah dialami. Refleksi bertujuan

untuk mendidik pesertya didik dalam menghubungkan

pengalaman pribadi dengan pembelajaran yang didapat. Kegiatan

refleksi yang baik akan membantu peserta didik untuk menemukan

insight atau pencerahan dalam menangkap nilai-nilai hidup yang mendalam serta mendorong peserta didik untuk bertindak

(59)

41 b. Sharing

Kegiatan sharing adalah kelanjutan dari refleksi. Dimana refleksi dilakukan oleh peserta didik secara individual, lalu hasil

refleksi tersebut diceritakan (sharing) dalam kelompok dengan

maksud membagikan pikiran atau perasaan yang muncul sebagai

hasil refleksi dalam kegiatan bersama. Dalam kegiatan sharing masing-masing peserta didik saling mendengarkan dan saling

membantu untuk menangkap makna dan nilai dari berbagai

pengalaman hidup agar pengalan tersebut dapat meneguhkan

setiap peserta didik setelah melakukan sharing.

E. Kajian Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu mengenai pendidikan karakter cinta tanah air

(2015) dengan judul tesis, Implementasi Pendidikan Karakter Pada Mata

Pelajaran di SMP Negeri 1 Kawarasan Kabupaten Kebumen. Adapun

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Pendidikan

karakter agar dilaksanakan dalam pembelajaran (KTSP ) di setiap

sekolah, 2) Sosialisai kepada guru-guru terus dilakukan , 3) Perlu daya

dukung,sarana dan prasaran untuk menunjang pendidikan karakter.

Menindaklanjuti penelitian terdahulu, peneliti melakukan penelitian

implementasi terkait dengan model pendidikan karakter berbasis layanan

bimbingan klasikal dengan pendekatan eksperiential learning untuk meningkatkan nilai karakter cinta tanah air pada remaja SMP. Remaja

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................
Grafik 4.3  Peningkatan Karakter Cinta tanah air Antar Tiga Sesi Bimbingan .... 71
Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

bidang yang terdapat dalam perusahaan sesuai dengan keahliannya. Manusia yang bekerja dalam suatu perusahaan merupakan suatu unsur dalam MSDM. Focus dalam MSDM adalah

Dalam penelitian ini dibahas antara lain : Kapankah suatu tindakan deportasi dapat dilakukan menurut hokum nasional dan internasional, apakah maksud dan tujuan kehadiran WNA

yang terdiri dari terminal udara, konduktor pentanahan, dan sistem terminasi bumi,. sistem

Langkah yang dilakukan dalampenelitian ini adalah dengan menunjukkan video hasil identifikasi yang sudah dibuat kepada guru SD kelas IV kemudian rancangan pelaksanaan

3.3 Langkah-langkah Percobaan.. Dalam praktikum ini terdapat prosedur untuk memperoleh hasil yang akurat, berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan praktikum: 1.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Konsentrasi NaOH dan lama pemanasan yang terbaik adalah 0,2 % dengan lama pemanasan 90 menit yang memeberikan daya cerna

[r]

[r]