i
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR
BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa/i Kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen Tahun Ajaran 2016/2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Elining Siwiyanti
131114011
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
Kita Tidak Akan Menjadi Lebih Baik
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
Sang Pembuat Karya Terbesar dalam hidup saya
Tuhan Yesus Kristus
Tempat saya kembali, tempat saat bersandar dalam segala
hal yaitu Ayah saya Suwarso dan Ibu saya Kristiyanti
Saudari terkasih saya Enggar dan Mirma serta keluarga
besar sawidata dan wongsopawiro
Pensuport hebat saya yang tak lelah memberikan semangat
Adhitya Christianto
viii ABSTRAK
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR
BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa/i Kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen Tahun Ajaran 2016/2017)
Elining Siwiyanti
Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) peningkatan pendidikan
karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning pada sebelum dan sesudah perlakuan, 2) signifikansi hasil peningkatan karakter cinta tanah air, 3) peningkatan pendidikan karakter cinta
tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada setiap sesi layanan bimbingan.
Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan one group pre-test post-test design. Instrument yang digunakan terdiri dari, 1) tes karakter cinta tanah air, 2) self assessment scale. Subjek penelitian berjumlah 32 siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen. Tes karakter cinta tanah air diberikan dalam
bentuk pilihan ganda bergradasi, dengan jumlah 20 item soal.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 1) terdapat peningkatan hasil
pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning antara sebelum dan sesudah perlakuan, 2) terdapat peningkatan yang signifikan hasil pendidikan karakter cinta tanah air
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen antara sebelum dan
sesudah perlakuan, 3) terdapat peningkatan karakter cinta tanah air tiap sesi
layanan bimbingan.
Kata kunci: pendidikan karakter, karakter cinta tanah air, bimbingan klasikal,
ix ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF THE IMPLEMENTATION OF THE LOVE OF HOMELAND CHARACTER EDUCATION
WITH CLASSICAL COUNSELING SERVICE BASE EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH
(Pre Experiment Study on Students Grade VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen Academic Year 2016/2017)
Elining Siwiyanti Sanata Dharma University
This study aims to determine: 1) an increase in the love of homeland
character education with classical counseling service base experiential learning
approach before and after treatment, 2) the significance of the result of the
increase in the love of the homeland characteristics, 3) increased homeland
character education with classical counseling service base experiential learning
approach at each session of counseling services.
This research is pre experiment with one group pre-test post-test design. Instruments used consisted of, 1) the love of the homeland characteristics test, 2)
self-assessment scale. Subjects are 32 students of grade VIII A SMP N 1
Petanahan Kebumen. The love of the homeland characteristics test is given in the
form of graded multiple choice questions, with the number of question is 20
items.
The results showed that: 1) there is an improvement in terms of the result of
the love of homeland character education with classical counseling service base
experiential learning approach between before and after treatment, 2) there is a
significant increase in terms of the result of the love of homeland character
education with classical counseling service base experiential learning approach in
grade VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen between before and after treatment,
3) there is an increase of the love the homeland characteristics after each session
of counseling services.
Keywords: character education, the love of homeland characteristics, traditional
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat dan limpahan kasih atas
perlindungan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul: “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air
Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning pada Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen Tahun Ajaran
2016/2017” dengan baik.
Berkat dan dukungan dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohadi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
3. Segenap Bapak Ibu dosen Program Bimbingan dan Konseling atas bimbingan
serta pendampingan selama penulis menempuh studi.
4. Bapak Suwarso dan Ibu Kristiyanti selaku orang tua yang senantiasa
mendoakan dan mendukung proses penulis.
5. Enggar Siwiyanti dan Novita Mirma N yang telah memberikan dukungan dan
doa kepada penulis.
6. Teman-teman seperjuangan BK 2013, Karinsa Widi K, Sifra Dita N, Sindu
Anna W, Stefanus Gagas W, Santo Adi, Fransiskus Wibisana, Dorotea Kartika
xi
satu persatu. Terimakasih sudah saling mensuport, mengingatkan,
mmendoakan, dan membantu selama proses penulisan tugas akhir.
7. Bapak Ibu Guru SMP N 1 Petanahan Kebumen yang sudah mengijinkan
penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Siswa Siswi kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen yang sudah
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner-kuesioner dari penulis.
Penulis menyadari dalam proses menyelesaikan tugas akhir ini masih ada
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan penuh rasa kerendahan
hati penulis memohon maaf. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai refrensi alternatif bagi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR GRAFIK ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D.Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A.Hakikat Pendidikan Karakter ... 13
1. Pengertian Karakter ... 14
2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 14
3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 16
4. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 17
5. Prinsip Pendidikan Karakter ... 21
6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 21
B. Hakikat Cinta tanah air... 23
1. Pengertian Cinta tanah air ... 23
2.Perilaku dan Indikator Cinta tanah air ... 25
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Cinta tanah air ... 25
4. Aspek-aspek Cinta tanah air ... 26
C. Hakikat Bimbingan Klasikal ... 28
1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 28
2. Tujuan Bimbingan Klasikal ... 28
3. Manfaat Bimbingan Klasikal ... 30
4. Teknik/Strategi dalam Layanan Bimbingan Klasikal... 31
5. Langkah-langkah Layanan Bimbingan Klasikal ... 31
D.Hakikat Experiential Learning ... 36
1. Pengertian Experiential Learning ... 36
2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning ... 37
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning ... 38
4. Kekuatan Experiential Learning ... 40
xiv
F. Kerangka Berpikir ... 42
BAB III METODE PENELITIAN... 46
A.Pendekatan dan Jenis Penelitian... 46
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46
C. Subjek Penelitian ... 47
D.Metode Pengumpulan Data dan Instrumen ... 47
1. Teknik Pengumpulan Data ... 47
2. Instrumen Penelitian ... 49
E. Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 52
1. Validitas Instrumen ... 52
2. Reliabilitas Tes dan Kuesioner Skala Penilaian Diri ... 55
3. Uji Normalitas ... 55
F. Teknik Analisis Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65
A.Hasil Penelitian ... 65
1. Peningkatan Hasil Sebelum dan Sesudah Layanan. ... 64
2. Signifikansi Peningkatan Hasil Sebelum dan Sesudah Layanan. ... 67
3. Peningkatan Tiap Sesi Layanan Bimbingan. ... 69
B. Pembahasan ... 72
BAB V PENUTUP ... 76
A.Kesimpulan ... 76
B. Keterbatasan Penelitian ... 78
C. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design ... 46
Tabel 3.2 Data Subjek Penelitian ... 47
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes ... 50
Tabel 3.4 Kisi-kisi Self Assesment Scale... 51
Tabel 3.5 Rekapitulasi Uji Validitas Tes ... 53
Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Validitas Self Assesment Scale ... 54
Tabel 3.7 Norma Kategori Statistik Realibilitas Guilford ... 56
Tabel 3.8 Reliabilitas Tes ... 57
Tabel 3.9 Reliabilitas Self Assesment Scale ... 57
Tabel 3.10 Hasil Uji Normalitas Instrumen Tes ... 58
Tabel 3.11 Norma Kategorisasi... 60
Tabel 3.12 Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Cinta tanah air... 63
Tabel 4.1 Distribusi Efektivitas Implementasi Sebelum dan Sesudah ... 66
Tabel 4.2 Uji Signifikansi Peningkatan Karakter cinta tanah air ... 68
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning ... 38
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Peningkatan Rata-Rata Skor Antara Pretest dan Posttest ... 64
Grafik 4.2 Komposisi Sebaran Subjek Capaian Skor Pre dan Post Test ... 66
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Tes Karakter Cinta Tanah Air ... 84
Lampiran 2 Self Assesment Scale ... 91
Lampiran 3 Tabulasi Data Pre-Test ... 92
Lampiran 4 Tabulasi Data Post-Test ... 93
Lampiran 5 Tabulasi Data Sesi 1 ... 94
Lampiran 6 Tabulasi Data Sesi 2 ... 95
Lamipran 7 Tabulasi Data Sesi 3 ... 96
Lampiran 8 Tabulasi Uji Validitas Tes Karakter Cinta Tanah Air ... 97
Lampiran 9 Tabulasi Uji Validitas Self Assessment Scale ... 98
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identitas masalah,
batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan sebuah rekayasa yang memiliki tujuan
untuk pembudayaan manusia yang dilakukan dalam pendidikan formal,
informal, dan non formal. Karakteristik yang khas dalam pembelajaran
adalah usaha sadar, terencana dan sistematik untuk mencapai tujuan, yaitu
bertujuan untuk menjadikan manusia yang memiliki karakter baik.
Membahas mengenai pembelajaran yang bertujuan menjadikan manusia
untuk memiliki karakter yang baik, dibahas lebih dalam oleh Kemendiknas
(2010: 8) yang mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan
yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada
peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan
dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga sebagai
anggota masyarakat dan warga negara.
Sejalan dengan pendapat Kemendiknas, pendidikan karakter saat
ini sudah mulai digalakkan, dimana pelaksanaanya terintegrasi dalam
pembelajaran yang dituangkan dalam Pedoman Pendidikan Karakter di
SMP oleh Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010. Namun pada
2
hambatan. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian Barus (2015) yang 2
menemukan bahwa 36,4% dari 653 siswa SMP di 5 kota menunjukkan
hasil pendidikan karakter terintegrasi masih berada pada tingkat kurang
baik, dan hanya 12,3% yang tergolong pada tingkat baik dengan capaian
skor ≥ 7 pada skala stanine. Banyaknya sekolah yang belum bisa menerapkan pendidikan karakter terintegrasi tersebut disebabkan
kurangnya pemahaman yang dalam dan luas mengenai pendidikan
karakter. Selain itu juga, beberapa sekolah menempatkan pendidikan
karakter hanya sebagai selingan saja bukan sebagai pembelajaran utama
dalam meningkatkan karakter siswa.
Rasa nasionalisme akhir-akhir ini dirasakan tidak sekuat dulu.
Generasi muda saat ini seakan-akan menganggap nasionalisme adalah hal
biasa yang tidak begitu penting. Untuk itu dimulai dari hal-hal sederhana
rasa nasionalisme perlu dibangkitkan kembali dengan menciptakan
semangat kebangsaan. Semangat dari generasi muda inilah yang harus
dikembangkan untuk menciptakan generasi yang mencintai tanah air
Indonesia. Rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air salah
satunya dapat dipupuk melalui pendidikan.
Bangsa Indonesia bisa dikatakan bangsa yang kaya dalam segala
hal, baik dalam budaya, bahasa, kuliner, agama, suku dsb. Generasi muda
semakin banyak yang melirik budaya asing untuk dijadikan acuan
keseharian mereka. Generasi muda justru merasa lebih percaya diri
3
produk-produk dalam negeri. Saat ini banyak juga orang Indonesia yang
tidak begitu bisa bahasa daerah dari mana mereka berasal. Hal ini sangat
disayangkan karena bahasa adalah salah satu kekayaan Indonesia, tidak
semua negara memiliki aneka ragam bahasa daerah seperti Indonesia.
Maka dari itu dengan adanya mata pelajaran bahasa daerah disetiap
sekolah sangatlah membantu Indonesia untuk tetap mempertahankan
kekayaan bangsa.
Dilihat dari hal sederhana seperti pelaksanaan upacara bendera, ada
beberapa siswa yang menyepelekan upacara bendera. Siswa merasa
upacara bendera adalah hal yang membosankan, hal yang tidak terlalu
penting untuk dilaksanakan terus menerus. Selain kurangnya penghayatan
pada saat upacara bendera, banyak juga siswa atau generasi muda yang
tidak hafal lagu-lagu nasional maupun lagu daerah, tidak mengetahui
pahlawan-pahlawan nasional, bahkan juga banyak peserta didik yang tidak
hafal sila-sila Pancasila (Susanto, 2008: 49).
Dunia yang semakin modern dan semakin maju membuat
anak-anak muda saat ini semakin pintar dalam mempergunakan kemajuan
teknologi yang ada. Dengan adanya teknologi yang semakin canggih,
seperti alat komunikasi yang mereka bawa dan pergunakan sangatlah
mudah untuk mengakses apa yang mereka inginkan. Banyak orang
khususnya generasi muda merasa harus mengikuti perkembangan jaman
yang ada. Orang tidak ingin ketinggalan jaman, sehingga menjadikan
4
trand yang ada. Dalam dunia fashion misalnya, generasi muda cenderung akan memilih/ mencontoh fashion dan trand yang dianggapnya menarik dan tidak ketinggalan jaman. Beberapa generasi muda yang dijumpai
mengatakan bahwa, kepercayaan diri mereka ditentukan melalui fashion yang dipakainya. Mereka akan merasa percaya diri ketika mereka
mengikuti dan memakai fashion layaknya aktor maupun aktris dari barat dibandingan fashion yang ada di Indonesia. Tetapi apabila kita mau menilik lebih jauh mengenai dunia fashion di Indonesia sebenarnya tidak kalah bagus dengan fashion di luar negeri, karena Indonesia memiliki keunikan yang dapat ditonjolkan misalnya, batik saat ini mulai
dikembangkan dan dikenalkan hingga manca negara. Warna dan
kekhasannya menjadikan daya tarik tersendiri untuk penggunanya, selain
itu kain batik bisa dibuat banyak sekali pakaian-pakaian indah sesuai
kreatifitas desainer atau perancang busana. Banyak orang luar negeri yang
merasa tertarik dan menyukai kain batik, karena menurut mereka kain
batik unik dari pada kain-kain lainnya, seharusnya kita sebagai orang
Indonesia harus lebih bisa menghargai dan bangga terhadap produk
Indonesia.
Rasa toleransi antar warga Indonesia akhir-akhir ini sedang tidak
baik. Adanya profokasi menjadikan warga saling menyalahkan satu sama
lain, bersikeras bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang paling
benar. Orang-orang yang mudah di profokasi adalah orang yang
5
Maraknya tawuran-tawuran pelajar dikota-kota besar juga menyedot
keprihatinan publik dan tentunya meresahkan masyarakat. Hal semacam
itu merupakan salah satu tindakan yang secara tidak langsung sedikit demi
sedikit menghancurkan karakter bangsa. Indonesia adalah negara yang
kaya akan budaya, agama, dan suku, melalui semua itu Indonesia harusnya
mampu melesat dan melompat tinggi ke manca negara mempertunjukkan
kekayaan bangsa Indonesia. Banyak kekayaan Indonesia yang bisa kita
tunjukkan, adanya tarian-tarian tradisional, kuliner yang kaya rasa akan
rempah-rempah Indonesia, bahasa yang unik dari masing-masing daerah,
agama, dan suku yang beraneka ragam menjadikan bangsa Indonesia
bangsa yang besar.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari juga
merupakan bentuk penghargaan besar untuk Negara. Menghormati satu
sama lain dan memiliki rasa toleransi sangatlah diperlukan dalam bangsa
ini sehingga nantinya bangsa tidak akan mudah tercerai berai. Persatuan
akan semakin kuat dan bangsa Indonesia akan semakin besar dan berharga
di mata orang banyak apabila suatu bangsa memiliki ciri khas dan karakter
yang baik.
Salah satu upaya untuk meningkatkan semangat cinta tanah air
adalah melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter digunakan
sebagai bahan untuk menciptakan generasi muda yang memiliki jiwa
nasionalisme. Pendidikan karakter dapat dilaksanakan dan disisipkan pada
6
sekolah, maupun pada saat ekstrakurikuler, meskipun dengan waktu yang
singkat. Misalnya guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu wajib
kebangsaan maupun lagu daerah ketika awal proses belajar mengajar
dimulai. Membudayakan buang sampah pada tepatnya, dan menjaga
lingkungan, hal itu adalah bentuk rasa nasionalisme. Saling menghormati
dan memberi salam satu sama lain juga merupakan ciri khas orang
Indonesia yang ramah kepada semua orang. Dengan hal-hal sederhana
seperti itu secara tidak langsung guru telah mengajarkan dan
menananmkan sikap nasionalisme kepada peserta didik. Pemberian atau
penanaman nilai-nilai karakter cinta tanah air seperti itu guru telah
mengajarkan siswa untuk belajar mencintai bangsa Indonesia.
Peneliti melakukan penelitian melalui kegiatan di kelas atau biasa
disebut layanan bimbingan klasikal. Menurut Winkel dan Hastuti
(2004:545) bimbingan klasikal adalah bimbingan kelompok yang
dilakukan secara klasikal atau dilaksanakan dengan melibatkan seluruh
siswa dalam suatu kelas di sekolah pada umumnya. Bimbingan klasikal
dapat dipahami pula sebagai bimbingan secara kelompok yang besar
(20-40 orang) dan berada dalam kelas. Bimbingan klasikal secara umum
membantu peserta didik tanpa memandang ragam permasalahan peserta
didik tetapi lebih memandang berdasarkan kebutuhan peserta didik.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Petanahan Kebumen
adalah salah satu sekolah yang menanamkan budaya cinta tanah air.
7
menghormati para pahlawan yang telah gugur. Tujuan lain dari
pelaksanaan upacara bendera tidak lain adalah meningkatakan kedisiplinan
siswa dalam menjalani pendidikannya. Namun pada kenyataannya
beberapa siswa cenderung mengabaikan peraturan ataupun norma-norma
yang berlaku dan siswa cenderung tidak disiplin. Masih terdapat siswa
yang mencari-cari dan memberikan alasan-alasan untuk bisa tidak
mengikuti upacara bendera. Selain itu siswa/ orang minoritas yang
beragama non muslim cenderung dipandang remeh oleh yang lain.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning pada Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen Tahun Ajaran 2016/2017”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ditemukan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Siswa lebih percaya diri mengikuti fashion luar negeri seperti, cara mereka memilih dan berpakaian.
2. Beberapa siswa menghindari upacara bendera.
3. Adanya siswa yang diminoritaskan karena agama yang dianutnya.
4. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah belum optimal.
5. Ada siswa yang kurang taat terhadap peraturan dan norma yang
8
6. Adanya beberapa siswa yang sering terlambat masuk sekolah dan hal
tersebut selalu terulang.
7. Belum ada penelitian mengenai karakter cinta tanah air di SMP N 1
Petanahan Kebumen.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan untuk menjawab masalah yang sedang
teridentifikasi di atas khusunya terkait dengan butir masalah nomor 1, 3,
dan 4 dengan mengkaji capaian karakter cinta tanah air SMP N 1
Petanahan Kebumen antara hasil pre-post tet dan skor setiap siklus (self assesment scale) yang menunjukkan peningkatan karakter cinta tanah air melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiental learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.
1. Seberapa tinggi peningkatan pendidikan karakter cinta tanah air
melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumenn tahun 2016/2017 jika dilihat dari hasil pre test dan post test?
2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan terhadap hasil
pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan
9
3. Seberapa tinggi peningkatan pendidikan karakter cinta tanah air
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan antar sesi layanan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis seberapa tinggi peningkatan pendidikan karakter cinta
tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan kebumen berdasarkan hasil pre test dan post test.
2. Menganalisis signifikansi hasil pendidikan karakter cinta tanah air
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen. 3. Menganalisis hasil peningkatan pendidikan karakter cinta tanah air
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen antar sesi layanan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat penulis dari hasil penelitian ini adalah sebagai
10 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan yang lebih luas
kepada penulis, dan penulis berharap nantinya tugas akhir ini dapat
menjadi refrensi untuk penulis lainnya yang akan melakukan
penelitian sejenis dalam mengembangkan pengetahuan perkembangan
dunia pendidikan khususnya dalam pelaksanaan pendidikan karakter
Cinta tanah air.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kepala sekolah dan para guru
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan yang
dapat digunakan oleh sekolah guna mengetahui dan memahami
seberapa efektif penerapan pendidikan karakter dengan layanan
bimbingan klasikal diterapkan pada siswa. Hasil penelitian ini
juga dapat digunakan oleh kepala sekolah dan para guru guna
menyusun strategi tepat untuk meningkatkan kolaborasi
pendidikan karakter di sekolah demi tercapainya nilai-nilai
karakter pada siswa.
b. Bagi siswa kelas VIII A SMP N 1 Petanahan Kebumen
Para siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk
melihat seberapa baik (efektif) hasil pendidikan karakter dengan
model bimbingan klasikal yang mulai diterapkan kepada diri
mereka. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
11
bimbingan bagi pengolahan diri siswa, khsusnya berkaitan dengan
karakter. Hal tersebut akan semakin memotivasi siswa/i untuk
dapat berkembang lebih optimal dan menjadi pribadi yang lebih
baik.
c. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui dan memahami efektivitas hasil
implementasi pendidikan karakter di SMP N 1 Petanahan
Kebumen tahun ajaran 2016/2017. Selain itu, peneliti dapat
mengusulkan penyusunan modul pendidikan karakter yang sesuai
guna meningkatkan nilai-nilai karakter dalam diri siswa.
G. Definisi Istilah
1 Karakter dalam penelitian ini adalah perwujudan pikiran, perasaan dan
tindakan manusia yang didasarkan pada nilai-nilai yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, dan negara
yang didasarkan pada norma, hukum, budaya, adat, dan agama.
2 Pendidikan Karakter dalam penelitian ini adalah upaya intervensi
penanaman nilai-nilai karakter bagi siswa yang berguna bagi
perkembangan pribadi siswa.
3 Cinta tanah air dalam penelitian ini “Cinta tanah air adalah berfikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bangsa dan negara” seperti mecintai
12
daerah orang lain (budaya, suku, agama), dan menjunjung tinggi
nilai-nilai Pancasila.
4 Bimbingan Klasikal dalam penelitian ini adalah bentuk layanan yang
diberikan kepada siswa dalam memperoleh informasi, pengalaman,
dan keterampilan serta bertujuan untuk membantu siswa memenuhi
tugas perkembangan di semua aspek kehidupannya.
5 Experiential Learning dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang mengutamakan pada proses pengalaman belajar
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan hakikat pendidikan karakter, hakikat cinta tanah
air, hakikat bimbingan klasikal, dan hakikat experiental learning.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter
Menurut Suyanto (2010) karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat
dari keputusan yang dibuat oleh tiap individu. Artinya karakter dapat
dilihat melalui pola pikir dan perilaku seseorang dalam melihat suatu
masalah dan menemukan jalan keluar bagi masalahnya di lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Zubaedi (2011) mendefinisikan bahwa karakter mengacu pada
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skill). Keempat aspek tersebut
membentuk karakter seorang individu. Dengan kata lain, karakter dapat
terwujud pada keterampilan individu dalam bersikap dan berperilaku
dengan memiliki motivasi yang mengacu pada nilai-nilai positif.
Menurut Lickona (2013) bahwa karakter berkaitan dengan
14
perilaku moral (moral feeling). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat
dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan
tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan
perbuatan kebaikan. Ketiganya tidak berjalan sendiri, namun saling
berkaitan dalam membentuk karakter individu. Sehingga individu tidak
hanya knowing (mengetahui), tetapi dapat merasakan bahkan bersikap sesuai hati nuraninya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah
sikap, perilaku, cara berpikir, dan motivasi yang dimiliki oleh setiap
individu untuk hidup dan bekerjasama di lingkungan masyarakat. Untuk
membentuk karakter yang baik perlu didukung oleh pengetahuan
tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat dan melakukan perbuatan
kebaikan.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah “bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Lickona
(1991), pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menekankan
tiga hal dalam mendidik, yaitu knowing, loving, and acting the good. Menurutnya keberhasilan pendidikan karakter dimulai dengan
pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau
15
Menurut Suyanto (2010), Pendidikan karakter adalah
pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan
aspekpengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan
efektif.
Dari penjelasan di atas pendidikan karakter adalah sebuah
bentuk hasil usaha dari manusia itu sendiri berupa hasil
pengembangan diri. Disamping itu cara terbaik mengembangkan
kemampuan karakter anak merupakan langkah paling tepat
melindungi kehidupan moralnya sekarang dan selanjutnya. Sehingga
karakter dapat diartikan sebagai identitas diri seseorang. Sebagai
aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan kepribadian secara
utuh dari seseorang: mentalitas, sikap, dan perilaku. Dalam instansi
pendidikan karakter dipakai sebagai uapaya penanaman kecerdasan
dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman
dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang
menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya,
diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Nilai-nilai luhur
tersebut antara lain: kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan
sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual,
dan berpikir logis. Penanaman pendidikan karakter perlu proses,
16
peserta didik dalam lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan
masyarakat, maupun lingkungan media massa.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 mengenai fungsi
dan tujuan Pendidikan nasional mengatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Konteks pendidikan karakter berkaitan tentang kemampuan yang
harus dikembangkan pada peserta didik, yaitu kemampuan yang akan
menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan dan
mengemban amanah sebagai pemimpin dunia. Dapat diringkaskan
bahwasannya tujuan pendidikan nasional mengarah pada
pengembangan berbagai karakter manusia Indonesia.
Menurut Koesoma, (2012:9) tujuan pendidikan kaakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut:
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/
kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang
dikembangkan.
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan
17
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan pendidikan
karakter memiliki tuuan sebagai pengoreksi, meningkatkan, dan
mengembangkan mutu suatu pendidikan di Indonesia. Berkaitan
dengan pembentukan karakter peserta didik diharapkan dapat
mencapai nilai-nilai yang sesuai dengan yang telah ditetapkan sekolah,
keluarga, maupun masyarakat, sehingga dalam hal ini diperlukan
adanya rancangan yang utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan
tujuan kompetensi lulusan yang ada, sehingga peserta didik mampu
membangun koneksi dalam hubungan yang harmonis dengan
lingkungan sekitarnya.
4. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter di Indonesia memiliki 18 nilai karakter yang
sudah dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas). Nilai karakter ini ditanamkan dalam diri peserta didik
sebagai upaya membangun karakter bangsa (Suyadi, 2013). Berikut ini
akan dikemukakan 18 nilai karakter menurut Kemediknas:
a. Religius
Ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan
ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal
ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran
18 b. Jujur
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan pengetahuan,
perkataan, dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan
yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan
orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
c. Toleransi
Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap
perbedaan agama, aliran keprcayaan, suku, adat, bahasa, etnis,
pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan diriny secara sadar
dan terbuka serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut.
d. Disiplin
Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh
(berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan
berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan
sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai
segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan
cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari
19 g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini
bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan
tidak boleh melemparkan tugas daan tanggung jawab kepada orang
lain.
h. Demokratis
Sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan
kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
i. Rasa ingin tahu
Cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran
dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan
dipelajari secara lebih mendalam
j. Semangat kebangsaan atau nasionalisme
Sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.
k. Cinta tanah air
Sikap dan perilaku yang mencerminka rasa bangga, setia, peduli,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi,
politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran
20 l. Menghargai prestasi
Sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui
kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi
yang lebih tinggi.
m. Komunikatif
Senang bersahabat dan proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka
terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga
tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
n. Cinta damai
Sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman,
tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau
masyarakat tertentu.
o. Gemar membaca
Kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara
khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal,
majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan
bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjada dan melestarikan
lingkungan sekitar.
q. Peduli sosial
Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap
21 r. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
masyarakat, bangsa, negara maupun agama.
5. Prinsip Pendidikan Karakter
Suyanto (2010; 23), menegaskan bahwa pendidikan karakter
harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
e. Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik
h. Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada
22
i. Adanya pembagian menghargai keragaman moral dan dukungan
luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter, dan manifestasi.
6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter
Suyanto (2010: 9) menegaskan bahwa keberhasilan program
pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian
butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh peserta didik yang
meliputi sebagai berikut: (1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut
sesuai dengan tahap perkembangan remaja; (2) Memahami kekurangan
dan kelebihan diri sendiri; (3) Menunjukkan sikap percaya diri; (4)
Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang
lebih luas; (5) Menghargai keragaman agama, budaya, suku, ras, dan
golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional; (6) Mencari dan
menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain
secara logis, kritis, dan kreatif; (7) Menunjukkan kemampuan berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif; (8) Menunjukkan kemampuan belajar
secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya; (9)
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari; (10) Mendeskripsikan gejala alam dan
sosial; (11) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab; (12)
23
berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara
kesatuan Republik Indonesia; (13) Menghargai karya seni dan budaya
nasional; (14) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan
untuk berkarya; (15) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman,
dan memanfaatkan waktu luang dengan baik; (16) Berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan santun; (17) Memahami hak dan
kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;
Menghargai adanya perbedaan pendapat; (18) Menunjukkan
kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; (19)
Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; (20)
Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
menengah; (21) Memiliki jiwa kewirausahaan.
B. Hakikat Cinta Tanah Air 1. Pengertian Cinta Tanah Air
“Cinta tanah air adalah berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bangsa dan negara” (Karnadi, 2007:12). Cinta tanah air
tergambar pada diri seseorang ketika orang tersebut bisa berpikir dan
bersikap baik atas negaranya. Seperti menghargai perjuangan
pahlawan, memiliki kartu tanda penduduk (KTP) tidak lebih dari satu
24
Cinta tanah air yaitu mengenal dan mencintai tanah air wilayah
nasionalnya sehingga selalu waspada dan siap membela tanah air
Indonesia, terhadap segala bentuk ancaman tantangan, hambatan dan
gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan
negara oleh siapapun dan dari manapun sehingga diharapkan setiap
warga negara Indonesia akan mengenal dan memahami wilayah
nusantara, memelihara melestarikan, mencintai lingkungannnya dan
senantiasa menjaga nama baik dan mengharumkan Negara Indonesia
dimata dunia (Suwarno, 2000:12).
Cinta tanah air adalah suatu sikap mencintai, bangsa dan Negara
tanpa mengenal fanatisme kedaerahan. Cinta tanah air berarti cinta
pada lingkungan dimana ia berada sampai pada ujungnya mencintai
Negara tempat ia memperoleh sumber penghidupan dan menjalani
kehidupan sampai akhir hayatnya. Dengan demikian dapat dikatakan
Cinta tanah air adalah perilaku yang menunjukkan kepedulian,
penghargaan, yang dilandasi semangat kebangsaan dan rela berkorban
demi nusa dan bangsa. Sikap cinta tanah air tiap individu dapat
tercemin melalui perilaku kehidupannya sehari-hari. Di Indonesia
anak-anak diwajibkan untuk menempuh pendidikan, karena melalui
pendidikan peserta didik dikenalkan dan diajarkan untuk mengenal dan
mencintai Negaranya Indonesia.
Cinta tanah air sama halnya cinta dengan lingkungan dimana kita
25
mengimplementasikannya dalam keseharian. Bela negara adalah salah
satu sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap warga Negara. Bela
negara adalah tekad, sikap, dan perilaku warga Negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 45 dalam menjalankan kelangsungan
hidup bangsa dan Negara (Suwarno, 2000:7). Salah satu upaya Bela
negara adalah dengan tetap diselenggarakannya Pendidikan
kewarganegaraan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional.
2. Perilaku dan Indikator Cinta Tanah Air
Perilaku sikap Cinta tanah air berarti mencintai produk dalam
negeri, rajin belajar bagi kemajuan bangsa dan Negara, mencintai
lingkungan hidup, melaksanakan hidup bersih dan sehat, mengenal
wilayah tanah air tanpa fanatisme kedaerahan (Dirjen Pothankam,
2010:47). Kesimpulannya adalah perilaku Cinta tanah air bisa didapat
ketika seseorang bisa memulai hal kecil seperti mencintai produk
dalam negeri, menempuh pendidikan, mengenal lingkungan dan hidup
damai antar sesama serta tidak fanatik terhadap daerah orang lain
(budaya, agama, suku, dan ras) adalah bukti bahwa Indonesia Negara
yang besar dari masyarakat yang memiliki perilaku baik.
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Cinta Tanah Air Individu yang memiliki perilaku cinta tanah air adalah individu
yang bertaqwa kepada Tuhannya, memiliki semangat kebangsaan,
26
peduli akan sesama, memiliki rasa toleransi antar agama, suku, budaya
lain, berbahasa Indonesia baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari,
menjalin kerukunan antar masyarakat, saling menghormati dan
menghargai, bangga akan bangsa dan negara, cinta produk dalam
negeri, tenggang rasa, Bineka Tunggal Ika (berbeda tetap satu tujuan),
sederhana, kreatif, cekatan (Susanto, 2008:25).
Dari pendapat ahli diatas, individu yang memiliki karakteristik
karakter cinta tanah air adalah individu yang mempunyai perilaku baik
terhadap tanah airnya. Menghargai perbedaan yang ada di Indonesia,
menghargai perjuangan pahlawan dan menjunjung tinggi bahasa
adalah ciri individu yang memiliki karakteristik baik, dan bangga akan
produk serta kekayaan yang ada di Indonesia.
4. Aspek-Aspek Cinta Tanah Air
Karakter cinta tanah air dikaitkan melalui keragaman yang ada di
Indonesia menurut Kurniawan (2013) terdapat beberapa aspek yang
perlu dipahami, antara lain adalah:
a. Sikap Bela Negara untuk Tanah Air
Cinta tanah air terbentuk dari adanya rasa kebanggaan, rasa
memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang
dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang
tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan
melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa
27
dengan melestarikan alam dan lingkungan. Selain itu, menghargai
perjuangan para pahlawan, memiliki rasa toleransi antar satu
sama lain, menjunjung tinggi bahasa, memakai dan menyukai
produk dalam negeri merupakan sikap yang tercermin pada bela
negara.
b. Menghargai Orang Lain (toleransi) sebagai Warga Negara
Indonesia.
Terbentuknya sikap toleran menjadikan individu memahami
setiap perbedaan, sikap saling tolong menolong antar sesama
umat yang tidak membedakan suku, agama, budaya maupun ras,
dan adanya rasa saling menghormati serta menghargai antar
sesama umat manusia. Aspek toleransi dimaksudkan untuk
banyaknya siswa yang kurang terbuka pada berbagai macam latar
belakang orang lain disekitarnya.
c. Taat pada Norma dan Peraturan
Dalam kehidupan sehari-hari taat pada peraturan dan norma
harus diimbangi dengan sikap individu itu sendiri. Tidak hanya
peraturan dan norma Negara saja, tetapi sebagai peserta didik taat
pada peraturan dan norma yang ada di lingkungan dia berada baik
keluarga, sekolah, maupun masyarakat harus dipatuhi. Individu
harus menyadari dan tahu tujuan peraturan dan norma dibuat.
Karena apabila peraturan dan norma tersebut dilanggar maka
28 C. Hakikat Bimbingan Klasikal
1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Makhrifah & Nuryono (2014:1) mengemukakan bimbingan
klasikal merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling
yang diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan
konseling atau konselor kepada sejumlah peserta didik dalam suatu
kelas yang dilaksanakan di dalam kelas.
Winkel dan Hastuti (2004) menjelaskan bimbingan klasikal
merupakan istilah yang khusus digunakan di institusi pendidikan
sekolah dan menunjuk pada sejumlah siswa yang dikumpulkan
bersama untuk kegiatan bimbingan. Pengertian lain menyebutkan
bahwa bimbingan klasikal adalah bimbingan yang berorientasi pada
kelompok siswa dalam jumlah yang cukup besar antara 30-40 orang
siswa (satu kelas). Bimbingan klasikal dirancang menuntut konselor
untuk melakukan kontak langsung dengan peserta didik di kelas.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan klasikal merupakan pemberian layanan informasi kepada
peserta didik melalui bimbingan dan konseling berfkus pada
optimalisasi perkembangan peserta didik itu sendiri.
2. Tujuan Bimbingan Klasikal
Menurut Makhrifah & Nuryono (2014: 2) strategi layanan dalam
bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk meluncurkan
29
atau mencapai tugas-tugas perkembangannya, sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan dalam Suciati (2005)
mendeskripsikan tujuan bimbingan klasikal ke dalam beberapa
bagian diantaranya sebagai berikut:
a. Tujuan bimbingan klasikal berdasarkan aspek kognitif
Berorientasi pada kemampuan berpikir, dimana mencakup
kemampuan intlektual yang sederhana, yaitu mengingat sampai
pada pemecahan masalah. Secara hirarkis tujuan bimbingan
klasikal pada aspek kognitif dari tingkatan paling rendah
meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
b. Tujuan bimbingan klasikal berdasarkan aspek afektif
Berorientasi pada perasaan emosi, sistem, nilai dan sikap yang
menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.
Secara hirarki tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif dari
tingkatan paling rendah meliputi penerimaan, partisipasi,
penentuan, sikap, pembentukan organisasi sitem nilai, dan
pembentukan pola hidup.
c. Tujuan bimbingan klasikal berdasarkan aspek psikomotorik
Berorientasi pada ketrampilan motorik individu mengenai
anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf
dan otot. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek
30
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
3. Manfaat Bimbingan Klasikal
Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas (Departemen
Pendidikan Nasional) tentang Bimbingan dan Konseling (2004)
diantaranya sebagai berikut:
a. Siswa semakin memahami dirinya seperti bakat, minat, sifat,
sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku dan lain
sebagainya.
b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses
bersosialisasi terhadap orang lain atau lingkungannya.
c. Siswa semakin tertarik, termotivasi, dan berminat untuk belajar
lebih giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik.
d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan
mengambil keputusan sendiri Dallam hidupnya, serta mampu
merencanakan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk
pengembangan hidupnya.
e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara
menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.
f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku
manusia.
g. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam
31
4. Teknik/Strategi dalam Layanan Bimbingan Klasikal
Penggunaan teknik dalam kegiatan layanan bimbingan
klasikal/kelompok mempunyai banyak fungsi. Selain dapat lebih
memfokuskan kegiatan bimbingan klasikal/kelompok terhadap tujuan
yang ingin dicapai, juga dapat membangun suasana dalam kegiatan
bimbingan lebih bergairah. Juga dapat membuat siswa agar tidak jenuh
dan bosan mengikuti kegiatan bimbingan. Seperti yang dikemukakan
oleh Tatiek Romlah (2001:86), “Bahwa teknik bukan merupakan
tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan”. Berikut beberapa
teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
klasikal/kelompok:
a. Teknik pemberian informasi (expository)
Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode
ceramah. Artinya pemberian penjelasan oleh seorang pembicara
kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian
informasi mencakup tiga hal, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian. Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain
adalah:
1) Dapat melayani banyak orang,
2) Tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien,
3) Tidak terlau banyak memerlukan fasilitas,
4) Mudah dilaksanakan dibandingkan teknik lain.
32
1) Sering dilaksanakan secara monolog,
2) Individu yang mendengarkan kurang aktif,
3) Memerlukan keterampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi
menarik.
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah
direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk
memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan.
Dinkmeyer & Munro (dalam Romlah, 2001:89) menyebutkan tiga
macam tujuan diskusi kelompok yaitu: (1) untuk mengembangkan
terhadap diri sendiri, (2) untuk mengembangkan kesadaran tentang
diri, (3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai
hubungan antar manusia.
c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu
bagaimana pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah
pemecahan masalah secara sistematis adalah:
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah
3) Mencari alternatif pemecahan masalah
4) Menguji masing-masing alternatif
5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling
33
6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
d. Permainan peranan (role playing)
Bennett dalam Romlah (2001:99) mengatakan bahwa
“permainan peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan
keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai
hubungan anatar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi
yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang
sebenarnya”. Menurut Bennett terdapat 2 macam permainan
peranan, yakni sosiodrama dan psikodrama. Sosiodrama adalah
permainan peranan yang bertujuan untuk memecahkan masalah
sosial dalam hubungan antar manusia. Melalui sosiodrama,
individu akan merasakan dang menghayati secara langsung situasi
masalah yang dihadapinya. Kemudian, dari permainan peranan itu
diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.
Psikodrama merupakan permainan yang dimaksudkan agar
individu dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang
dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan
kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan
terhadap dirinya. Dengan memerenakan suatu peranan tertentu,
konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat berkurang
34
e. Permainan simulasi (simulation game)
Adams dalam Romlah (2001:109) menjelaskan bahwa
permainan simulasi merupakan permainan yang bertujuan untuk
merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan
sebenarnya. Permainan simulasi dapat dikatakan sebagai permainan
peranan dan teknik diskusi.
f. Home room
Home room yakni suatu program kegiatan dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid di luar jam pelajaran sekolah
untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Kegiatan
home room bertujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya, sehingga dapat membantu murid-muridnya dengan penanganan
yang tepat dan efisien.
Program home room hendaknya menciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat
mengutarakan perasaannya seperti di rumah. Dalam kegiatan home
room dapat dilakukan tanya jawa, menampung pendapat, merencanakan suatu kegiatan, dan sebagainya.
g. Karyawisata/field trip
Karyawisata/field trip merupakan kegiatan rekreasi yang
dikemas dengan metode mengajar dalam bimbingan
klasikal/kelompok dengan tujuan agar siswa memperoleh
35
tanggungjawab. Metode karyawisata berguna untuk membantu
siswa memahami masalah kehidupan nyata dalam lingkungannya.
Contoh dari kegiatan karyawisata adalah siswa diajak ke museum,
kantor percetakan, bank, pengadlan, atau ke suatu tempat yang
mengandung nilai sejarah/budaya tertentu.
Kegiatan karyawisata ini berguna untuk mendapatkan informasi
bagi siswa. Siswa dapat langsung melihat objek-objek menarik dan
mendapatkan suatu informasi atau ilmu baru bagi dirinya. Selain
itu, siswa juga mendapakan kesempatan memperoleh terhadap
situasi kehidupan kelompok tertentu. Dan siswa juga dapat
mengembangkan bakat dan cita-cita sesuai dengan minatnya.
h. Pengajaran remedial
Pengajaran remedial merupakan suatu usaha pembimbing untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai
pelajaran tertentu. Remedial diberikan kepada siswa perlu
penanganan pribadi atau yang tidak dapat di atasi secara
kelompok/klasikal.
i. Organisasi siswa/kegiatan kelompok
Organisasi siswa atau kegiatan kelompok merupakan salah satu
cara dalam bimbingan kelompok baik dalam lingkungan sekolah
maupun di luar lingkungan sekolah. Melalui organisasi banyak
permasalahan yang dapat diselesaikan yang bersifat individu
36
kesempatan untuk mengenal berbagai aspek kehidupan sosial.
Siswa juga dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya,
memupuk rasa tanggungjawab dan harga dirinya.
5. Langkah-Langkah Layanan Bimbingan Klasikal
Barus (2015) menyatakan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan
klasikal di dalam kelas maupun luar kelas dilakukan dalam satu
rangkaian kegiatan experiential learning. Prosedur/langkah-langkahnya terdiri atas pengantar/instruksi → dinamika
kelompok/group process → refleksi pengalaman → sharing
pengalaman → perumusan niat (I statement) untuk berubah/perbaikan
diri. Prosedur ini bertujuan untuk mengembangkan dimensi
sosial-psikologis, keterampilan hidup, klarifikasi nilai, dan perubahan sikap
perilaku individu dalam kelompok. Barus, (2015) menambahkan
bahwa dalam layanan bimbingan klasikal, pendekatan experiential learning lebih ditekankan, mengingat layanan bimbingan lebih menonjol muatan aspek afeksi (nilai,sikap), perilaku, dan nilai-nilai
karakter. Hal ini berarti bahwa layanan bimbingan klasikal tepat jika
diberikan dengan menggunakan pendekatan experiential learning
D. Hakikat Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning
Experiential learning adalah suatu proses belajarmengajar yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan
37
secara langsung. Experiential learning ini lebih bermakna ketika pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan (Nasution,
2005).
Experiential learning merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang.
Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan
bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya
seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme (Kolb,
1984).
Jadi experiential learning adalah suatu pendekatan yang dipusatkan pada pengalaman belajar. Berfokus pada pembelajan
melalui dinamika kelompok yang efektif. Untuk dapat lebih
memaknai sebuah pengalaman dalam pendekatan experiential learning dapat menggunakan media refleksi.
2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning
Tujuan dari pendekatan experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa deengan tiga cara yaitu: mengubah struktur
kognitif, mengubah sikap siswa, dan memperluas
ketrampilan-ketrampilan yang sudah ada. Ketiga tujuan ini saling berkaitan dan
tidak terpisah-pisah (Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
dapat mengekspresikan ketrampilan-ketrampilan yang sudah mereka
38
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning
Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning
Pembelajaran experiential learning mengajak peserta didik
untuk mampu menjaga keseimbangan antara apa yang diamati/dialami
dengan tindakan yang diberikan terhadap pengalamannya tersebut.
Menurut Kolb (Kohonen, 2001: 28-30) pembelajaran dengan metode
experiential learning memiliki langkah-langkah utama, yaitu:
a. Pengalaman kongkrit
Pembelajaran melalui intuisi dengan mengikutsertakan
pengalaman pribadi dan menekankan pada aspek afektif seseorang,
daripada aspek kognitif. Pengalaman kongkrit merupakan orientasi
artistik yang mengandalkan sensitivitas pada rasa. Aktivitas
instruksional yang mendukung pembelajaran dalam hal ini, yaitu
diskusi kelompok kecil, simulasi, penggunaan film atau video, dan
39 b. Konseptualisasi abstrak
Proses belajar yang mengutamakan pikiran (kognitif) dan
menggunakan logika, serta pendekatan sistematis dalam
pemecahan masalah. Konseptualisasi abstrak menekankan pada
pemikiran dan manipulasi simbol abstrak dengan maksud untuk
merapikan dan menempatkan sistem konseptual. Aktivitas
instruksional yang mendukung, yaitu konstruksi teori, perkuliahan,
dan pembangungan model dan analogi.
c. Observasi reflektif
Proses belajar yang mengutamakan persepsi seseorang
terhadap sesuat, dimana berpusat pada pemahaman arti dari ide dan
situasi melalui pengamatan yang seksama. Peserta didik perlu
memperhatikan bagaimana segala sesuatu yang terjadi dengan
melihat dari perspektif yang berbeda-beda dan mengandalkan
pemikiran, perasaan, dan penilaian pribadi. Teknik instruksional
yang dapat digunakan, yaitu jurnal pribadi, karangan reflektif,
pengamatan, pertanyaan pikiran dan diskusi.
d. Eksperimen aktif
Eksperimen aktif ini mengajak peserta didik belajar melalui
tindakan. Eksperimen aktif ini menekankan pada aplikasi praktis
dan bagaimana segala sesuatu terselesaikan. Peserta didik berusaha
terus-menerus untuk memengaruhi orang, mengubah situasi, dan
40
instruksional yang dapat digunakan, meliputi permainan,
drama/simulasi, penggunaan studi kasus, proyek lapangan, dan
lain-lain.
4. Kekuatan Experiential Learning dalam Pendidikan Karakter Pendekatan experiential learning dalam pendidikan karakter menuntut siswa untuk selalu terlibat karena siswa dianggap sebagai
pusat dalam pembelajaran. Pendekatan experiential learning mengajak peserta didik untuk mampu mengolah diri, memaknai, dan
menafsirkan pengalaman belajarnya dengan bantuan orang lain
melalui pembelajaran. Dalam Supratiknya (2011) menjelaskan bahwa
experiential learning memiliki aktivitas inti yang menjadi ciri khas dan kekuatan dalam proses belajarnya, beberapa diantaranya sebagai
berikut:
a. Refleksi
Refleksi adalah suatu kegiatan untuk menghadirkan
kembali dalam batin peserta didik dalam menemukan makna dan
nilai tentang pengalaman yang sudah dialami. Refleksi bertujuan
untuk mendidik pesertya didik dalam menghubungkan
pengalaman pribadi dengan pembelajaran yang didapat. Kegiatan
refleksi yang baik akan membantu peserta didik untuk menemukan
insight atau pencerahan dalam menangkap nilai-nilai hidup yang mendalam serta mendorong peserta didik untuk bertindak
41 b. Sharing
Kegiatan sharing adalah kelanjutan dari refleksi. Dimana refleksi dilakukan oleh peserta didik secara individual, lalu hasil
refleksi tersebut diceritakan (sharing) dalam kelompok dengan
maksud membagikan pikiran atau perasaan yang muncul sebagai
hasil refleksi dalam kegiatan bersama. Dalam kegiatan sharing masing-masing peserta didik saling mendengarkan dan saling
membantu untuk menangkap makna dan nilai dari berbagai
pengalaman hidup agar pengalan tersebut dapat meneguhkan
setiap peserta didik setelah melakukan sharing.
E. Kajian Penelitian Relevan
Penelitian terdahulu mengenai pendidikan karakter cinta tanah air
(2015) dengan judul tesis, Implementasi Pendidikan Karakter Pada Mata
Pelajaran di SMP Negeri 1 Kawarasan Kabupaten Kebumen. Adapun
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Pendidikan
karakter agar dilaksanakan dalam pembelajaran (KTSP ) di setiap
sekolah, 2) Sosialisai kepada guru-guru terus dilakukan , 3) Perlu daya
dukung,sarana dan prasaran untuk menunjang pendidikan karakter.
Menindaklanjuti penelitian terdahulu, peneliti melakukan penelitian
implementasi terkait dengan model pendidikan karakter berbasis layanan
bimbingan klasikal dengan pendekatan eksperiential learning untuk meningkatkan nilai karakter cinta tanah air pada remaja SMP. Remaja