ABSTRAK
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Studi Pra Eksperimen pada Siswa/I Kelas VIII A SMPK Untung Suropati
Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016)
Sifra Dita Novelina Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai: 1) peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada sebelum dan sesudah perlakuan, 2) signifikansi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo antara sebelum dan sesudah perlakuan, 3) peningkatan hasil pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning tiap sesi layanan bimbingan, 4) efektivitas implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
menurut penilaian siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan one group pre-post test design. Instrumen yang digunakan terdiri dari, tes karakter kepempinan, self assessment scale, dan kuesioner validasi penilaian siswa. Subjek penelitian berjumlah 36 siswa kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo. Tes karakter kepemimpinan diberikan dalam bentuk pilihan ganda bergradasi, dengan jumlah 20 item soal. Hasil uji reliabilitas tes karakter kepemimpinan menunjukkan nilai Alpha Cronbach = 0,686 yang termasuk dalam kategori reliabilitas sedang.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 1) terdapat peningkatan hasil pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning antara sebelum dan sesudah perlakuan, 2) terdapat signifikansi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning pada siswa kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo antara sebelum dan sesudah perlakuan, 3) ada peningkatan karakter kepemimpinan tiap sesi layanan bimbingan, 4) berdasarkan penilaian siswa, implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dipandang sangat efektif.
Kata kunci: pendidikan karakter, karakter kepemimpinan, bimbingan klasikal,
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF THE IMPLEMENTATION OF LEADERSHIP CHARACTER EDUCATION BASED ON CLASS COUNSELING SERVICES USING THE EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH
(Pre Experiment Study of the Eighth Grade Students at SMPK Untung Suropati Sidoarjo, Academic Year 2015/2016)
Sifra Dita Novelina
Sanata Dharma University
This study aims to describe: 1) the improvement of the implementation leadership character education based on class counseling services using the experiential learning approach before and after treatments, 2) the significant development in the implementation of leadership character education based on classi counseling services using the experiential learning approach to the eighth grade students at SMPK Untung Suropati Sidoarjo, 3) the results of improvement of implementation of leadership character education based on class counseling services using the experiential learning approach of each session, 4) the effectiveness of implementation of leadership character education based on class counseling services with experiential learning approach according to the student’s assessment.
This was a pre-experiment research with one group pre-test post-test design. The instrument used consisted of questionnaires of the model effectiveness validity according to the student’s assessment, self-assessment scale, and the leadership character test. The subjects were 36 students of grade VIII A at SMPK Untung Suropati Sidoarjo. The tests of leadership character education consisted of 20 items and were given in the form of graded multiple choice. The reliability test on the leadership character test showed the Cronbach’s alpha = 0.686, and categorized as having medium reliability.
The results showed that: 1) the development of the implementation of leadership character education based on class counseling services using the experiential learning approach has increased before and after the treatments, 2) the significant development of the leadership character education based on class counseling services using the experiential learning approach significantly improve the character of the leadership of grade VIII A students at SMPK Untung Suropati Sidoarjo , 3) there was an improvement in the students’ leadership character at each session, 4) according to the student’s assessment, the implementation of leadership character education based on class counseling services using the experiential learning approach was effective.
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh : Sifra Dita Novelina
131114025
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh : Sifra Dita Novelina
131114025
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
Ing ngarsa sung tuladha
Ing madya mangun karsa
Tut wuri handayani
Di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang memberikan dorongan
(Ki Hadjar Dewantara)
Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya
didapatkan oleh mereka yang bersemangant mengejarnya.
(Abraham Lincoln)
Pekerjaan besar tidak dihasilkan dari kekuatan, melainkan oleh ketekunan.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini saya persembahkan bagi…..
Pemberi kekuatan dan sumber pengharapan Tuhan Yesus Kristus yang tidak pernah lelah menuntun dan menopang
selama hidup ini ketika saya merasa khawatir, sedih, takut, dan putus asa
Orang tua tercinta,
Soehardi Wijono dan Puji Lestari
Orang tua kedua saya yang selalu mendukung dan mendoakakan,
Sarah Griatmini dan Hadi Wisesa
Keluarga tersayang,
Mbah Sri Wahyu Utami, Nurul Susanti, Naomi Grace Rubiyanti, Tito Leogusta Pratama
Adik tercinta yang selalu menyayangi dan menghibur,
Jedidia Dinar Kinanthi Yusuf Angga Wisesa
Stefanus Gagas Wibowo yang setia mendukung, mendoakan, dan berjuang bersama untuk menyelesaikan skripsi ini
Semua orang yang terkasih yang telah memberikan kisah manis dalam buku hidup saya dengan persahabatan yang
viii ABSTRAK
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Studi Pra Eksperimen pada Siswa/I Kelas VIII A SMPK Untung Suropati
Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016)
Sifra Dita Novelina Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai: 1) peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada sebelum dan sesudah perlakuan, 2) signifikansi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning pada siswa kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo antara sebelum dan sesudah perlakuan, 3) peningkatan hasil pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning tiap sesi layanan bimbingan, 4) efektivitas implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan one group pre-post test design. Instrumen yang digunakan terdiri dari, tes karakter kepempinan,
self assessment scale, dan kuesioner validasi penilaian siswa. Subjek penelitian berjumlah 36 siswa kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo. Tes karakter kepemimpinan diberikan dalam bentuk pilihan ganda bergradasi, dengan jumlah 20 item soal. Hasil uji reliabilitas tes karakter kepemimpinan menunjukkan nilai Alpha Cronbach = 0,686 yang termasuk dalam kategori reliabilitas sedang.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 1) terdapat peningkatan hasil pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning antara sebelum dan sesudah perlakuan, 2) terdapat signifikansi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo antara sebelum dan sesudah perlakuan, 3) ada peningkatan karakter kepemimpinan tiap sesi layanan bimbingan, 4) berdasarkan penilaian siswa, implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
dipandang sangat efektif.
Kata kunci: pendidikan karakter, karakter kepemimpinan, bimbingan klasikal,
ix ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF THE IMPLEMENTATION OF LEADERSHIP CHARACTER EDUCATION BASED ON CLASS COUNSELING SERVICES
USING THE EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH
(Pre Experiment Study of the Eighth Grade Students at SMPK Untung Suropati Sidoarjo, Academic Year 2015/2016)
Sifra Dita Novelina
Sanata Dharma University
This study aims to describe: 1) the improvement of the implementation leadership character education based on class counseling services using the experiential learning approach before and after treatments, 2) the significant development in the implementation of leadership character education based on classi counseling services using the experiential learning approach to the eighth grade students at SMPK Untung Suropati Sidoarjo, 3) the results of improvement of implementation of leadership character education based on class counseling services using the experiential learning approach of each session, 4) the effectiveness of implementation of leadership character education based on class
counseling services with experiential learning approach according to the student’s
assessment.
This was a pre-experiment research with one group pre-test post-test design. The instrument used consisted of questionnaires of the model effectiveness validity
according to the student’s assessment, self-assessment scale, and the leadership
character test. The subjects were 36 students of grade VIII A at SMPK Untung Suropati Sidoarjo. The tests of leadership character education consisted of 20 items and were given in the form of graded multiple choice. The reliability test on the leadership character test showed the Cronbach’s alpha = 0.686, and categorized as having medium reliability.
The results showed that: 1) the development of the implementation of leadership character education based on class counseling services using the experiential learning approach has increased before and after the treatments, 2) the significant development of the leadership character education based on class counseling services using the experiential learning approach significantly improve the character of the leadership of grade VIII A students at SMPK Untung Suropati
Sidoarjo , 3) there was an improvement in the students’ leadership character at each session, 4) according to the student’s assessment, the implementation of
leadership character education based on class counseling services using the experiential learning approach was effective.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat dan
perlindungan-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul “Efektivitas Pendidikan Karakter Kepemimpinan Berbasis Layanan
Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning (Studi Pra
Eksperimen pada Siswa Kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo Tahun
Ajaran 2015/2016)” dengan baik. Selama proses penulisan tugas akhir ini, Penulis
menyadari bahwa ada banyak pihak yang berperan dalam membimbing,
mendampingi, mengingatkan, dan mendukung setiap proses yang Penulis jalani.
Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan
dan Konseling sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
3. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
bimbingan serta pendampingan selama Penulis menempuh studi.
4. Bapak Soehardi Wijono dan Ibu Puji Lestari selaku orangtua yang telah
memberikan dukungan, doa, dan nasihat pada Penulis.
5. Adik Jedidia Dinar Kinanthi dan Mbah putri Sri Wahyu Utami yang telah
memberi dukungan dan doa pada Penulis.
6. Saudara-saudara yang setia mendoakan, memberi nasihat, dukungaan moral
xi
7. Teman-teman BK 2013 atas doa, dukungan, pengalaman, serta
kebersamaan yang diberikan pada Penulis selama ini, terkhusus sahabat
Penulis, yaitu Wibi, Santo, Elin, Karinsa, Sindu atas keceriaan,
kekompakan, dukungan, dan kebersamaan yang sudah dibagikan pada
Penulis.
8. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses
pembuatan tugas akhir ini, terutama SMPK Untung Suropati Sidoarjo atas
kesempatan yang telah diberikan pada Penulis sehingga dapat melakukan
penelitian di sekolah tersebut.
Penulis menyadari dalam proses menyelesaikan tugas akhir ini masih ada kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mohon maaf. Penulis berharap semoga
tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat dipergunakan sebagai referensi
alternatif bagi penelitiannya.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUANPEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB 1 PENDAHULAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
G. Definisi Istilah ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Hakikat Pendidikan Karakter ... 13
1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 13
2. Tujuan Pendidikan Karakter ... 14
3. Prinsip Pendidikan Karakter ... 15
xiii
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Pendidikan Karakter ... 21
B. Hakikat Kepemimpinan ... 22
1. Pengertian Kepemimpinan ... 22
2. Aspek-aspek Kepemimpinan ... 23
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Kepemimpinan ... 24
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karakter Kepemimpinan ... 25
C. Hakikat Bimbingan Klasikal ... 27
1. Pengertian Bimbingan Klasikal... 27
2. Tujuan Bimbingan Klasikal ... 28
3. Manfaat Bimbingan Klasikal ... 29
4. Strategi/Teknik Pelayanan Bimbingan Klasikal ... 30
D. Hakikat Experiential Learning ... 35
1. Pengertian Experiential Learning ... 35
2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning... 36
3. Langkah-langkah Pendekatan Experiential Learning ... 37
4. Kekuatan Experiential Learning dalam Pendidikan Karakter ... 39
E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 40
F. Kerangka Berpikir ... 42
G. Hipotesis Penelitian ... 44
BAB III METODE PENELITIAN... 45
A.Jenis atau Desain Penelitian ... 45
B.Tempat dan Waktu Penelitian... 46
C.Subjek Penelitian ... 46
D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 47
1. Teknik Pengumpulan Data ... 47
2. Instrumen ... 48
a. Tes Karakter Kepemimpinan ... 49
b. Kuesioner Skala Penilaian Diri (Self Assesment) ... 51
xiv
E.Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 52
1. Validitas Kuesioner ... 52
2. .Reliabilitas Kuesioner ... 56
3. Uji Normalitas ... 58
F. Teknik Analisis Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65
A.Hasil Penelitian ... 65
B.Pembahasan ... 74
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN & SARAN ... 86
A.Kesimpulan ... 86
B.Keterbasatan Penelitian ... 87
C.Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 91
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pre-test Post-test Design ... 46
Tabel 3.2 Data Subjek Penelitian ... 47
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Karakter Kepemimpinan ... 50
Tabel 3.4 Kisi-kisi Skala Penilaian Diri ... 51
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Tes Karakter Kepemimpinan ... 54
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Skala Penilaian Diri ... 55
Tabel 3.7 Norma Kategori Statistik Reliabilitas Guilford ... 57
Tabel 3.6 Reliabilitas Tes Karakter Kepemimpinan ... 57
Tabel 3.7 Reliabilitas Skala Penilaian Diri ... 58
Tabel 3.8 Hail Uji Normalitas Instrumen Tes Karakter Kepemimpinan ... 59
Tabel 3.9 Norma Kategorisasi... 60
Tabel 3.10 Norma Kategorisasi Tes Karakter Kepemimpinan ... 61
Tabel 3.11 Norma Kategorisasi Penilaian Diri Karakter Kepemimpinan ... 63
Tabel 4.1 Distribusi Peningkatan Hasil Karakter Kepemimpinan Sebelum dan Sesudah ... 66
Tabel 4.2 Uji Paired Smple T Test ... 68
Tabel 4.3 Peningkatan Hasil Pendidikan Karakter Kepemimpinan Antar Tiga Sesi ... 70
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning……….37
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Selisih Skor Rata-rata Pendidikan Karakter Kepemimpinan Antara
Pre-Test dan Post-Test... 65
Grafik 4.2 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian
Skor Pretest-Posttest ... 67
Grafik 4.3 Peningkatan Skor Rata-rata Karakter Kepemimpinan
Antar Tiga Sesi ... 71
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 94
Lampiran 2 Kuesioner Tes Karakter Kepemimpinan ... 95
Lampiran 3 Self Assesment Scale ... 101
Lampiran 4 Kuesioner Validasi Siswa ... 102
Lampiran 5 Tabulasi Data Pre-Test ... 103
Lampiran 6 Tabulasi Data Post-Test ... 104
Lampiran 7 Tabulasi Data Sesi 1 ... 105
Lampiran 8 Tabulasi Data Sesi 2 ... 106
Lamipran 9 Tabulasi Data Sesi 3 ... 107
Lampiran 10 Tabulasi Data Penilaian Siswa ... 108
Lampiran 11 Tabulasi Uji Validitas Tes Karakter Kepemimpinan ... 109
Lampiran 12 Tabulasi Uji Validitas Self Assessment Scale ... 110
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan sebuah rekayasa yang memiliki tujuan
untuk pembudayaan manusia yang dilakukan dalam pendidikan formal,
informal, dan non formal. Karakteristik yang khas dalam pembelajaran
adalah usaha sadar, terencana dan sistematik untuk mencapai tujuan, yaitu
bertujuan untuk menjadikan manusia yang memiliki karakter baik.
Membahas mengenai pembelajaran yang bertujuan menjadikan manusia
untuk memiliki karakter yang baik, dibahas lebih dalam oleh Kemendiknas
(2010: 8) yang mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan
yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada
peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan
mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga sebagai
anggota masyarakat dan warga negara.
Sejalan dengan pendapat Kemendiknas, pendidikan karakter saat ini
sudah mulai digalakkan, dimana pelaksanaanya terintegrasi dalam
pembelajaran yang dituangkan dalam Pedoman Pendidikan Karakter di
SMP oleh Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010. Namun pada
pelaksanaannya, hasil yang didapat belum optimal dan mengalami
2
menemukan bahwa 36,4% dari 653 siswa SMP di 5 kota menunjukkan hasil
pendidikan karakter terintegrasi masih berada pada tingkat kurang baik, dan
hanya 12,3% yang tergolong pada tingkat baik dengan capaian skor ≥ 7 pada
skala stanine. Banyaknya sekolah yang belum bisa menerapkan pendidikan
karakter terintegrasi tersebut disebabkan kurangnya pemahaman yang
dalam dan luas mengenai pendidikan karakter. Selain itu juga, beberapa
sekolah menempatkan pendidikan karakter hanya sebagai selingan saja
bukan sebagai pembelajaran utama dalam meningkatkan karakter siswa.
Dampak dari kurang optimalnya pelaksanaan pendidikan karakter
tersebut, yaitu mulai muncul permasalahan-permasalahan remaja berkaitan
dengan karakter remaja. Beberapa masalah mengenai karakter remaja mulai
marak dibicarakan oleh masyarakat maupun sekolah karena membawa
dampak negatif bagi lingkungan. Dapat dikatakan karakter remaja saat ini
masuk ke dalam krisis karakter. Adapaun krisis karakter yang terjadi pada
remaja, yaitu kasus membolos sekolah yang dilakukan sekelompok siswa
pada tahun 2015 lalu, terdapat 34 pelajar yang berhasil terjaring. Sedangkan
pada awal tahun 2016, sebanyak 17 pelajar yang tertangkap membolos
sekolah (www.tribunjogja.com).
Persoalan karakter pada remaja mengenai kenakalan remaja,
perilaku sosial yang menyimpang, perilaku anarki, dan perilaku kriminal
tidak jauh dari seorang pemimpin, dimana pemimpin dijadikan teladan bagi
anggotanya. Namun yang terjadi banyak remaja alih-alih menjadi pemimpin
3
kepemimpinan yang terjadi, yaitu berdasarkan data KPAI yang menyatakan
remaja sebagai pelaku kekerasan di sekolah pada 2011 ada 48 kasus, 2012
ada 66 kasus, 2013 terdapat 63 kasus, 2014 ada 67 kasus, dan 2015 sampai
saat ini baru 39 kasus (www.harnas.com). Gaya kepemimpinan yang ada
pada kelompok remaja seringkali mengarahkan kelompok remaja menjadi
kelompok kriminal yang cenderung menyukai hal-hal yang berbau
kekerasan fisik. Selain itu, gaya kepemimpinan pada remaja yang senang
melakukan tindakan provokasi negatif antar teman sebaya. Dalam hal ini,
peneliti menemukan siswa-siswi di kelas VIII A mendorong orang lain
untuk membuat keributan ketika layanan bimbingan, sibuk mengobrol
dengan temannya ketika layanan bimbingan, dan mengontrol orang lain
untuk tidak berbuat apapun ketika guru meminta melakukan sesuatu.
Melihat permasalahan karakter kepemimpinan tersebut, perlunya
pendidikan karakter kepemimpinan agar siswa mampu menjadi pemimpin
bagi komunitas dengan memiliki karakter pemimpin yang positif. Dimana
seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan, mampu
memotivasi, mampu berkomunikasi, mampu mengendalikan orang lain, dan
mampu mengendalikan emosi (Kartono, 2008). Jika pendidikan karakter
kepemimpinan harus ditanamkan, maka perluupaya khusus dalam
kurikulum pendidikan karakter mengenai kepemimpinan remaja.
Kurikulum pendidikan karakter yang tepat dan terintegrasi akan membantu
terbentuknya karakter kepemimpinan remaja yang positif. Melalui
4
afeksi, dan aspek psikomotorik siswa supaya dapat mewujudkan
kepemimpinan diri yang positif di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan
masyarakat. Maka, dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter menempati
posisi sebagai “motor utama” dalam menggerakkan dan sekaligus
membentuk karakter siswa.
Semangat membangun karakter ini menjadi semakin kokoh tatkala
pendidikan karakter juga melihat unsur-unsur penting didalamnya. Seperti
yang diungkapan oleh Lickona (2003) tentang tiga unsur pendidikan
karakter yang pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good),
mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the
good). Senada dengan Lickona, Frye (2002: 2) mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai, “A national movement creating school that foster ethical,
responsible, and caring young people by modelling and teaching good
character through and emphasis on universal values that we all share”.
Dengan demikian, semakin tegaslah bahwa pendidikan karakter sangatlah
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana mampu
mengubah karakter negatif remaja menjadi karakter yang positif untuk dapat
berkarya di masyaraat.
Namun, tidak semata-mata pendidikan karakter dilaksanakan.
Tetapi perlu adanya kerja keras guru BK dalam memberikan pendidikan
karakter yang tepat bagi siswanya. Pendidikan karakter tidak hanya sebatas
teori, tetapi dengan pendidikan karakter siswa mampu
5
digalakkan adalah memberikan pelayananan pendidikan karakter dengan
pengalaman langsung (experiential learning). Artinya, siswa belajar
langsung dari pengalamannya dalam mengambil nilai/makna untuk
perkembangan karaker yang sesuai dirinya. Namun, peneliti mendapat
informasi dari guru BKbahwa guru BK di SMPK Untung Suropati belum
melaksanakan layanan bimbingan klasikal dengan experiential learning ini
karena tidak adanya waktu yang cukup dalam pelaksanaannya, sehingga
layanan bimbingan klasikal sekadar ceramah belaka.
Melihat permasalahan-permasalahan di atas, guru bimbingan dan
konseling perlu memberikan pelayanan bimbingan klasikal pendekatan
experiential learning dalam mengembangkan karakter kepemimpinan
siswa. Memberikan pelayanan bimbingan klasikal, guru BK dapat
memberikan pengetahuan, informasi, maupun motivasi yang membangun
bagi peserta didik. Sedangkan pendekatan experiential learning yang
dimasukkan dalam pelayanan bimbingan klasikal dapat membantu peserta
didik belajar langsung dari pengalamannya dengan kegiatan dinamika
kelompok, refleksi, dan sharing. Adapun mengenai karakter pemimpin
yang peneliti berikan, yaitu Berpikir Kritis, Berkomunikasi Asertif/Berkomunikasi yang Baik, dan Pemimpin Tegas nan Rendah Hati. Dengan demikian pembelajaran nilai-nilai karakter diharapkan tidak hanya sampai pada tataran kognitif, namun dapat menyentuk aspek afektif
siswa yang diwujud-nyatakan dalam pengamalan kehidupan sehari-hari
6
Berdasarkan berbagai situasi yang terjadi, peneliti tertarik untuk
mengangkat judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter
Kepemimpinan Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning pada Siswa/I Kelas VIII A SMP Katolik Untung Suropati Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016”
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, diidentifikasi
berbagai masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman sekolah mengenai pendidikan karakter
terintegrasi.
2. Pendidikan karakter belum secara utuh terdapat di kurikulum,
namun menjadi selingan dalam pembelajaran.
3. Pendidikan karakter terintegrasi di SMP belum sampai ke aspek
afektif, namun masih pada aspek kognitif (pengetahuan).
4. Pengaplikasian pendidikan karakter terintegrasi masih berhenti pada
tataran rancangan dalam pembelajaran.
5. Adanya perilaku siswa di SMPK Untung Suropati yang
memprovokasi untuk membuat keributan ketika layanan bimbingan,
sibuk mengobrol dengan temannya ketika layanan bimbingan, dan
mengontrol orang lain untuk tidak berbuat apapun ketika guru
meminta melakukan sesuatu.
6. Adanya krisis karakter kepemimpinan remaja yang memprovokasi
7
7. Belum adanya pemahaman gaya kepemimpinan yang positif di
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
8. Layanan bimbingan klasikal di SMPK Untung Suropati diberikan
dengan metode ceramah, belum pada eksperimen langsung dari para
siswa.
9. Belum adanya penelitian mengenai sikap kepemimpinan yang
berpikir kritis, berkomunikasi asertif dan tanggung jawab di sekolah.
10.Belum adanya proses pendidikan karakter kepemimpinan melalui
bimbingan klasikal yang berfokus pada pendekatan experiential
learning dalam penyampaian nilai-nilai pendidikan karakter,
terutama karakter kepemimpinan.
C. Pembatasan Masalah
Bertolak dari pengidentifikasian masalah di atas, peneliti mencoba
untuk memberi pembatasan pada poin 6,7,8, dan 9. Dalam penelitian ini,
fokus kajian diarahkan pada mengkaji efektifitas implementasi layanan
bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning guna
meningkatkan karakter kepemimpinan pada siswa kelas VIII A SMP
Katolik Untung Suropati Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi peningkatan hasil implementasi pendidikan
karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal
8
A SMPK Untung Suropati Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016
sebelum dan sesudah perlakuan?
2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi
pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan
klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa
kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo tahun ajaran
2015/2016 antara sebelum dan sesudah perlakuan?
3. Seberapa tinggi hasil peningkatan karakter kepemimpinan
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning pada siswa kelas VIII A SMPK Untung
Suropati Sidoarjo tahuna ajaran 2015/2016 tiap sesi layanan
bimbingan?
4. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter
kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning di SMPK Untung Suropati
Sidoarjo berdasarkan penilaian siswa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis seberapa tinggi peningkatan hasil implementasi
pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan
klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa
kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo tahun ajaran
9
2. Menganalisis signifikansi hasil peningkatan karakter
kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMPK
Untung Suropati Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016 antara
sebelum dan sesudah perlakuan.
3. Menggambarkan seberapa tinggi hasil peningkatan karakter
kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMPK
Untung Suropati Sidoarjo tahuna ajaran 2015/2016 tiap sesi
layanan bimbingan.
4. Mengukur seberapa efektif hasil implementasi pendidikan
karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning di SMPK Untung
Suropati Sidoarjo berdasarkan penilaian siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pengetahuan tentang efektivitas implementasi pendidikan karakter
terintegrasi yang ada saat ini, sehingga dapat digunakan sebagai
bahan inspiratif untuk menemukan cara-cara yang tepat dalam
peningkatan pendidikan karakter di sekolah. Selain itu, penelitian ini
diharapkan mampu menambah wawasan dan pengembangan
10
pendidikan karakter kepemipinan berbasis layanan bimbingan
klasikal dengan pendekatan experiential learning di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kepala sekolah dan para guru
Hasil penelitian ini menjadi tolak ukur yang dapat digunakan
oleh sekolah untuk mengetahui dan memahami gambaran nyata
seberapa efektif pendidikan karakter berbasis layanan
bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
yang mulai diterapkan kepada para siswa. Hasil penelitian ini
juga dapat membantu kepala sekolah dan para guru dalam
menentukan langkah-langkah yang tepat guna meningkatkan
layanan bimbingan klasikal di sekolah yang kemudian dapat
berpengaruh untuk meningkatkan nilai-nilai karakter yang
perlu dikembangkan dalam diri siswa.
b. Bagi siswa kelas VIII A SMPK Untung Suropati Sidoarjo
Para siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk
melihat seberapa baik (efektif) hasil pendidikan karakter model
bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
yang mulai diterapkan kepada diri mereka. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan kepada para siswa
mengenai manfaat, pengetahuan, dan bimbingan bagi
11
Hal ini semakin memotivasi siswa/i untuk dapat berkembang
lebih optimal dan menjadi pribadi yang lebih baik.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini memberi kesempatan bagi peneliti untuk
berlatih melakukan prosedur penelitian sesuai kaidah-kaidah
ilmiah dan hasilnya dapat menjadi bekal bagi peneliti di
kemudian hari untuk mendampingi dan memberikan layanan
bimbingan klasikal baik secara kelompok maupun individual
yang memiliki sikap kepemimpinan rendah.
d. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat memberikan data atau informasi
tambahan bagi peneliti-peneliti lain yang terinspirasi dan
berminat mengkaji lebih jauh karakter kepemimpinan dari
berbagai sudut yang bebeda.
G. Definisi Istilah
1. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin
besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.
2. Pendidikan karakter adalah usaha-usaha sadar dan disengaja untuk
perkembangan kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis moral
dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
3. Experiential learning adalah proses belajar dan proses perubahan
yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau
12
4. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi untuk memotivasi
orang lain melalui komunikasi guna mencapai tujuan tertentu.
5. Bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan
yang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan
para peserta didik dikelas secara terjadwal guna untuk memperoleh
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan hakikat pendidikan karakter, hakikat kepemimpinan,
hakikat bimbingan klasikal dan hakikat experiential learning.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Berkowitz dan Bier (dalam Yaumi, 2014 : 9-10)
pendidikan karakter adalah gerakan nasional dalam menciptakan
sekolah untuk mengembangkan peserta didik dalam memiliki etika,
tanggung jawab, dan kepedulian dengan menerapkan dan mengajarkan
karakter-karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai
universal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan
karakter merupakan gerakan suatu bangsa untuk mewujudkan penerus
bangsa yang memiliki etika, tanggung jawab dan kepedulian dalam
mewujudkan nilai-nilai karakter bagi dirinya maupun orang lain.
Lickona (2013) menjelaskan pendidikan karakter sebagai upaya
yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter siswa.
Pendidikan karakter menekankan tiga unsur penting, yakni paham akan
moral, perasaan moral, dan tidakan moral. Dengan kata lain pendidikan
karakter harus berjalan secara holistik, artinya mencakup aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotrik dalam mencirikan budaya dan karakter
bangsa. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan
kegiatan pendidikan yang dilakukan secara sengaja dalam
14
mewujudkan moral bangsa, sehingga pada akhirnya dapat bertindak
mengikuti aspek kognitif (pengertian moral), aspek afektif (perasaan
moral), dan aspek psikomotorik (tindakan moral).
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 mengenai fungsi
dan tujuan Pendidikan nasional mengatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Konteks pendidikan karakter berkaitan tentang kemampuan yang harus
dikembangkan pada peserta didik, yaitu kemampuan yang akan
menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan dan
mengemban amanah sebagai pemimpin dunia. Dapat diringkaskan
bahwasannya tujuan pendidikan nasional mengarah pada
pengembangan berbagai karakter manusia Indonesia.
Menurut Koesoma, dkk (2012: 9) tujuan pendidikan karakter dalam
setting sekolah adalah sebagai berikut:
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi
kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana
15
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab.
Suyanto (Barus, 2015:12) menjelaskan pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter memiliki tujuan untuk mengoreksi, meningkatkan, dan
mengembangkan mutu pendidikan, dimana pendidikan tersebut berkaitan
dengan pembentukan karakter atau kepribadian peserta didik agar sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di sekoah, keluarga, maupun masyarakat.
Maka,diperlukan rancangan yang utuh, terpadu, dan seimbang sesuai tujuan
kompetensi lulusan yang ada, sehingga peserta didik mampu membangun
koneksi hubungan yang harmonis bersama keluarga dan masyarakat dalam
menjalankan tanggung jawabnya.
3. Prinsip Pendidikan Karakter
Keberhasilan implementasi pendidikan karakter tidak lepas dari
prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan karakter terutama mengenai strategi
pelaksanaan pendidikan karakter. Dimana strategi pelaksanaan pendidikan
karakter tersebut tidak dapat dirumuskan secara umum/menyeluruh. Hal
16
ada. Tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter lebih
difokuskan pada analisis kebutuhan untuk mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya mengenai kebutuhan-kebutuhan peserta didik
sebelum mengimplementasikan pendidikan karakter.
Lickona, Schaps, dan Lewis (Yaumi 2014: 11) menjelaskan sebelas
prinsip dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Adapun prinsip-prinsip
yang dimaksud adalah:
a. Komunitas sekolah mengembangkan nilai-nilai etika dan kemampuan
inti sebagai landasan karakter yang baik.
b. Sekolah mendefinisikan karakter secara komprehensif untuk
memasukkan pemikiran, perasaan, dan perbuatan.
c. Sekolah menggunakan pendekatan komprehensif, sengaja, dan proaktif
untuk pengembangan karakter.
d. Sekolah menciptakan masyarakat peduli karakter.
e. Sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan tindakan moral.
f. Sekolah menawarkan kurikulum akademik yang berarti menantang
peserta didik untuk menghargai dan mengembangkan karakter, serta
membantu mereka untuk mencapai keberhasilan.
g. Sekolah mengembangkan motivasi diri peserta didik.
h. Staf sekolah adalah masyarakat belajar etika yang membagi tanggung
jawab untuk melaksanakan pendidikan karakter dan memasukkan
17
i. Sekolah mengembangkan kepemimpinan bersama dan dukungan yang
besar terhadap permulaan atau perbaikan pendidikan karakter.
j. Sekolah melibatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagai mitra
dalam upaya pembangunan karakter.
k. Sekolah secara teratur menilai dan mengukur budaya dan iklim,
fungsi-fungsi staf sebagai pendidik karakter serta sejauh mana peserta didik
mampu memanifestasikan karakter yang baik dalam pergaulan
sehari-hari.
Berdasarkan poin-poin di atas dapat disimpulkan bahwa pendidik dan
stakeholder saling bekerjasama dalam mendefinisikan, melaksanakan, dan
mengevaluasi implementasi pendidikan karakter. Supaya pendidikan
karakter tidak hanya sekedar hadir untuk dilaksanakan tetapi secara
komprehensif dan holistik mampu melaksanakan program pendidikan
karakter dengan baik. Selain itu juga, sekolah dalam melaksanakan
pendidikan karakter perlu melibatkan orang tua, keluarga, dan masyarakat
untuk bersama-sama mengembangkan karakter peserta didik.
4. Nilai-nilai Karakter
Pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan yang
mengembangkan karakter dan budaya peserta didik. Dimana hasil akhir dari
pendidikan karakter mengharapkan peserta didik memiliki karakter dirinya
sendiri dan mampu menerapkan nilai-nilai yang sudah diajarkan dalam
kehidupan masyarakat. Nilai-nilai karakter yang ada dikonstruksikan
18
Kemendiknas (Yaumi 2014: 83) mendeskripsikan nilai-nilai karakter dan
budaya bangsa sebagai berikut:
a. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
c. Toleran
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain, yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
19 g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas.
h. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
j. Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k. Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap Bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui, serta
20 m. Bersahabat/komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain mersa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan
21
5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter Menurut Zubaedi (2011: 178-182) faktor-faktor yang memengaruhi
keberhasilan pendidikan karakter sebagai berikut:
a. Faktor naluri/insting
Insting/naluri mendorong seseorang untuk mengambil sikap, tindakan,
dan perbuatan yang dimotivasi oleh potensi kehendak. Insting befungsi
sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.
b. Adat/kebiasaan
Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan,
seperti makan, tidur, dan olahraga, berpakaian, dan lain-lain. Suatu
perbuatan yang sudah dilakukan berulang-ulang dan telah menjadi
kebiasaan, maka seseorang akan dengan mudah melakukan suatu
kegiatan dengan cepat dan tepat dan penuh perhatian.
c. Keturunan
Secara langsung atau tidak langsung keturunan memengaruhi
pembentukan karakter seseorang karena sifat-sifat asasi anak
merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tua, bukan sifat yang tumbuh
dengan matang karena pengaruh lingkungan, adat, dan pendidikan
melainkan sifat-sifat bawaan sejak lahir.
d. Lingkungan
Lingkungan memiliki nama lain, yaitu milieu. Milieu adalah suatu yang
22
lingkungan manusia adalah apa yang mengelilinginya, seperti negeri,
tanah, udara, lautan, masyarakat. Artinya milleu adalah segala sesuatu
yang melingkupi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan
terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan alam dan lingkungan pergaulan.
B. Hakikat Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan
Ahmadi, dkk (1991: 123) membagi arti kepemimpinan menjadi
dua. Pertama, kepemimpinan sebagai kedudukan artinya menuntut
hak-hak dan kewajiban-kewajiban secara menyeluruh yang harus dilakukan
orang seseorang. Kedua, kepemimpinan dikatakan sebagai proses sosial,
maka arti kepemimpinan menuntut segala tindakan seseorang untuk
dapat menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh
bukan paksaan (concoersive) untuk memotivasi orang lain melalui
komunikasi guna mencapai tujuan tertentu. Pendapat lain menjelaskan
kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok
kearah pencapaian tujuan (Suwarto 1999: 179).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain melalui
komunikasi yang menuntut hak dan kewajiban seseorang untuk
mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan bukan hanya sekedar
menuntut orang lain untuk melakukan sesuatu, tetapi dengan
23
seseorang untuk melakukan suatu tugas dengan penuh tanggung jawab.
Peserta didik perlu memahami bahwa kepemimpinan di sekolah sangat
penting untuk melatih tanggung jawab, kemandirian, kedisiplinan,
berpikir logis, dan berkomunikasi yang baik.
2. Aspek-Aspek Kepemimpinan
Menurut Kartono (2008) kepemimpinan dibentuk berdasarkan
aspek-aspek berikut ini :
a. Kemampuan mengambil keputusan
Suatu keputusan diambil berdasarkan pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
b. Kemampuan memotivasi
Daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota atau lebih
dalam organisasi mau dan rela untuk menggerakkan
kemampuannya, tenaga, dan waktunya untuk melakukan suatu
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dalam rangka
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah
ditentukan sebelumnya.
c. Kemampuan berkomunikasi
Kecakapan atau kesanggupan penyampaian pesan, gagasan, atau
pikiran kepada orang lain dengan tujuan orang lain mampu
memahami dengan baik pesan lisan secara langsung atau tidak
24
d. Kemampuan mengendalikan anggota (orang lain)
Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membuat orang lain
mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi
atau kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi
kepentingan jangka panjang. Tujuannya adalah agar tugas-tugas
dapat terselesaikan dengan baik.
e. Kemampuan mengendalikan emosional
Pemimpin harus terampil dalam mengendalikan ketegangan
emosinya dan mengatasi tekanan-tekanan emosi dalam hal ini
penyesuaian diri. Pengendalian emosi tidak hanya dilakukan bagi
pemimpin itu sendiri, namun pengendalian emosi juga harus
dilakukan dalam kelompok ketika kelompok mengalami perdebatan
argumen dan persaingan keras.
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Kepemimpinan Ahmadi, dkk (1991 : 127) mengatakan bahwa perlu adanya beberapa
kecapakan umum yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar
interaksi kelompok dapat berjalan dengan lancar dan produktif :
a. Persepsi sosial (Sosial perception)
Kecakapan seseorang untuk dapat melihat dan memahami akan
perasaan-perasaan, sikap-sikap dan kebutuhuhan-kebutuhan
25
b. Kemampuan dalam berpikir abstrak (Ability in abstract thinking)
Pemimpin kelompok harus mempunyai kecakapan untuk berfikis
secara abstrak yang lebih tinggi daripada anggota kelompok yang
dipimpin.
c. Stabilitas emosional (Emotional stability)
Pemimpin dalam kelompok mampu mengatur keseimbangan
perasaan, diantaranya warth of feeling, spontanity of expression,
obyectivity of social thinking, and cooperativeness of social
thinking. Dimana memiliki makna bahwa seorang pemimpin
memiliki sikap perasaan yang lebih positif dibandingkan yang bukan
pemimpin.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karakter Kepemimpinan
Menurut Gibson (2000: 273-282) kepemimpinan dapat dipengaruhi
oleh tiga variabel, diantaranya:
a. Sifat pemimpin (Leader’s traits)
Variabel ini terdiri dari kemampuan dan ketrampilan, seperti
keahlian interpersonal dan IQ. Kepribadian pemimpin, seperti
ketahanan terhadap stress dan kepercayaan diri dalam memimpin,
26
b. Perilaku pemimpin (Leader’s behavior)
1) Berorientasi pada tugas (Task-oriented)
Pemimpin yang berfokus pada penyelesaian tugas dan
menggunakan pengawasan ketat sehingga bawahan melakukan
tugas mereka sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
2) Berpusat pada orang (Person-centered)
Pemimpin yang berfokus pada orang yang melakukan
pekerjaan dan membantu pengikut dalam memenuhi kebutuhan
mereka dengan menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung.
3) Pertimbangan (Consideration)
Pemimpin yang melibatkan perilaku persahabatan, saling
percaya, menghormati, adanya kehangatan dalam hubungan
antara pemimpin dan pengikut.
4) Struktur untuk memulai (Initiating structure)
Pemimpin yang mampu mengatur hubungan dalam kelompok,
membuat pola komunikasi dan merincikan bagaimana
pekerjaan itu diselesaikan.
c. Variabel situasional (Situational variable)
1) Hubungan antara pemimpin dan bawahan
Dapat dilihat dari tingkat kepercayaan diantara pemimpin dan
bawahan, serta rasa hormat yang dimili oleh kedua belah
27 2) Struktur tugas
Struktur tugas ini menunjukkan karakteristik tugas yang
hendak diselesaikan, siapa yang akan mengerjakan, dan
bagaimana cara menyelesaikannya.
3) Posisi kekuasaan
Posisi kekuasaan dilihat dari kemampuan pemimpin untuk
memberikan penghargaan dan hukuman, serta kemampuan
untuk memberikan semacam promosi.
C. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Makhrifah & Nuryono (2014: 1) mengemukakan bimbingan klasikal
merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan
kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor
kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang dilaksanakan di
dalam kelas. Ditegaskan lebih lanjut oleh Winkel dan Hastuti (2004)
tentang bimbingan klasikal adalah istilah yang khusus digunakan di
institusi pendidikan sekolah yang menunjuk pada sejumlah siswa yang
dikumpulkan bersama untuk mengikuti kegiatan bimbingan.
Berdasarkan pengertian di atas, bimbingan klasikal diartikan sebagai
layanan kelompok dalam bentuk klasikal bukan layanan pribadi yang
diikuti 30-40 orang siswa. Bimbingan klasikal memiliki tujuan untuk
memberikan informasi secara langsung di kelas demi menunjang
28
klasikal, peserta didik dapat mengambil manfaat atau belajar dari
pengalaman langsung yang membawanya pada perkembangan diri yang
positif. Selain itu juga, konselor dalam melaksanakan bimbingan
klasikal dituntut untuk dapat melakukan kontak langsung dengan
peserta didik di dalam kelas.
2. Tujuan Bimbingan Klasikal
Menurut Makhrifah & Nuryono (2014: 2) strategi layanan dalam
bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk meluncurkan
aktivitas-aktivitas pelayanan yang mengembangkan potensi siswa atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya, sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan dalam Suciati (2005) mendeskripsikan tujuan
bimbingan klasikal ke dalam beberapa bagian diantaranya sebagai
berikut:
a. Tujuan bimbingan klasikal berdasarkan aspek kognitif
Berorientasi pada kemampuan berpikir, dimana mencakup
kemampuan intlektual yang sederhana, yaitu mengingat sampai
pada pemecahan masalah. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal
pada aspek kognitif dari tingkatan paling rendah meliputi
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
b. Tujuan bimbingan klasikal berdasarkan aspek afektif
Berorientasi pada perasaan emosi, sistem, nilai dan sikap yang
29
hirarki tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif dari tingkatan
paling rendah meliputi penerimaan, partisipasi, penentuan, sikap,
pembentukan organisasi sitem nilai, dan pembentukan pola hidup.
c. Tujuan bimbingan klasikal berdasarkan aspek psikomotorik
Berorientasi pada ketrampilan motorik individu mengenai anggota
tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot.
Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotorik
dari tingkatan paling rendah meliputi persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola
gerakan dan kreativitas.
3. Manfaat Bimbingan Klasikal
Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas (Departemen
Pendidikan Nasional) tentang Bimbingan dan Konseling (2004)
diantaranya sebagai berikut:
a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, sifat,
sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku dan lain
sebagainya.
b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses
bersosialisasi terhadap orang lain atau lingkungannya.
c. Siswa semakin tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar,
30
d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan mengambil
keputusan sendiri dalam hidupnya, serta mampu merencanakan
kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pengembangan hidupnya.
e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara
menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.
f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku
manusia.
g. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi masa depannya.
4. Strategi/Teknik Pelayanan Bimbingan Klasikal
Menurut Tatiek Romlah (2001: 86) teknik bimbingan
klasikal/kelompok memfokuskan pada tujuan yang ingin dicapai dengan
membuat suasana yang membangun selama layanan bimbingan, supaya
siswa tidak cepat jenuh dalam mengikuti layanan bimbingan. Beberapa
teknik yang dapat digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
klasikal/kelompok sebagai berikut:
a. Teknik pemberian informasi (expository)
Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah,
yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok
pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal,
yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian. Keuntungan teknik
pemberian informasi antara lain:
31
2) Tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien,
3) Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas,
4) Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan teknik lain.
Sedangkan kelemahannya adalah antara lain:
1) Sering dilaksanakan secara monolog,
2) Individu yang mendengarkan kurang aktif,
3) Memerlukan keterampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi
menarik.
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan
antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah
atau untuk memperjelas suatu persoalan. Dinkmeyer & Munro (dalam
Romlah, 2001:89) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok
yaitu: (1) untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, (2) untuk
mengembangkan kesadaran tentang diri, (3) untuk mengembangkan
pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.
c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana
pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan
masalah secara sistematis adalah :
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah
32 4) Menguji masing-masing alternatif
5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan
6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
d. Permainan peranan (role playing)
Bennett dalam Romlah (2001:99) mengemukakan: “bahwa permainan peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan
keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai
hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang
paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya”. Di
dalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam permainan peranan,
yaitu sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk
memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar
manusia. Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara
langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari permainan peranan itu
kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.
Sedangkan kedua adalah psikodrama adalah permainan yang
dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh
pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep
dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi
terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya. Dengan memerankan suatu
peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat
33
e. Permainan simulasi (simulation games)
Adams dalam Romlah (2001:109) menyatakan bahwa permainam
simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan
situasi- situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Permainan
simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peranan dan teknik
diskusi.
f. Home room
Home room yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga
dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas
dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam
pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang
bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan
perasaannya seperti di rumah. Dalam kesempatan ini diadakan tanya
jawab, menampung pendapat, merencanakan suatu kegiatan, dan
sebagainya.
g. Karyawisata/field trip
Kegiatan karyawisata yang dikemas dengan metode mengajar untuk
bimbingan klasikal/kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh
penyesuaian dalam kelompok untuk dapat kerjasama dan penuh
tanggungjawab. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk
34
segala masalahnya. Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor,
percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung
nilai sejarah/kebudayaan tertentu. Kegiatan karyawisata berkaitan
dengan kegiatan mendapatkan informasi. Karena pada kegiatan
karyawisata berlangsung, siswa dapat langsung meninjau objek-objek
menarik dan mereka mendapatkan informasi yang lebih baik dari objek
itu. Selain itu siswa juga mendapat kesempatan untuk memperoleh
penyesuaian dalam kehidupan kelompok, serta dapat mengembangkan
bakat dan cita-citanya.
h. Pengajaran Remedial
Merupakan suatu usaha pembimbing untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran tertentu, terutama yang
tidak dapat diatasi secara klasikal.
i. Organisasi Siswa atau Kegiatan Kelompok
Organisasi siswa atau kegiatan kelompok baik dalam lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah, merupakan salah satu cara dalam
bimbingan kelompok, karena melalui organisasi banyak masalah yang
bersifat individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam
organisasi, siswa mendapatkan kesempatan untuk mengenal berbagai
aspek kehidupan sosial, siswa juga dapat mengembangkan bakat
35 D. Hakikat Experiential Learning
1. Pengertian Experiential Learning
Experiential learning merupakan proses pembelajaran yang
holistik di mana manusia belajar, tumbuh, dan berkembang. Penyebutan
istilah experiential learning menekankan aspek experience
(pengalaman) yang berperan penting dalam proses pembelajaran.
Experiential learning memiliki kekhasan teori, dimana kekhasan
tersebut membedakannya dengan teori lainnya, seperti teori
pembelajaran kognitif maupun teori belajar behaviorisme. (Kolb, 1984).
Sedangkan menurut Supratiknya (2011) experiential learning
merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Artinya
pembelajaran model ini mengutamakan keaktifan para siswa dengan
mengalami aktivitas, mengolah, memaknai, dan menafsirkan
pengalaman.
Experiential learning adalah sebuah pendekatan dalam
penyelenggaraan bimbingan kelompok dengan menggunakan dinamika
kelompok yang efektif. Suatu dinamika kelompok dikatakan efektif
ketika dapat menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat diantara
peserta kegiatan, yaitu meningkatan spontanitas, munculnya perasaan
positif (seperti senang, rileks, gembira, menikmati, dan bangga),
meningkatkan minat atau gairah untuk lebih terlibat dalam proses
kegiatan, memungkinkan terjadinya katarsis, serta meningkatnya
36
Berdasarkan pengertian di atas, experiential learning adalah suatu
pendekatan yang mendasarkan pada pengalaman diri peserta didik
dalam proses belajar. Pengalaman yang telah dialami dan didapat
tersebut berperan penting dalam perkembangan peserta didik untuk
menemukan ketrampilan, sikap, atau bahkan cara berpikir yang baru
dalam penyelesaian masalah. Experiential learning mengutamakan
kegiatan dinamika kelompok bagi peserta didik untuk belajar langsung
mengambil makna dan nilai-nilai karakter yang sesuai bagi dirinya, dan
melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning
Pembelajaran dengan model experiential learning bertujuan untuk
mempengaruhi peserta didik dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur
kognitif, mengubah sikap dan memperluas ketrampilan yang telah
dimiliki peserta didik. Ketiga hal tersebut menjadi fokus pada
pendekatan experiential learning (Baharuddin dan Wahyuni, 2010).
Kolb (Barus 2015: 25) mendeskripsikan tujuan experiential
learning adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara,