ABSTRAK
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KERJA KERAS BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Studi Evaluatif Deskriptif dan Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP
Xaverius Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015)
Elisabet Rubiningsih Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) efektivitas pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning di SMP Xaverius Gisting, Lampung berdasarkan penilaian kepala sekolah dan guru, 2) efektivitas pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning di SMP Xaverius Gisting, Lampung menurut penilaian siswa, 3) seberapa baik peningkatan hasil pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran 2014/2015 untuk keempat sub karakter yang ditanamkan, 4) peningkatan yang signifikan hasil pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah implementasi model.
Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluatif deskriptif dan pra eksperimen. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 orang. Instrumen penelitian ini berupa tes dan 3 kuesioner yaitu kuesioner uji validitas guru, validitas efektivitas model menurut siswa, dan selfassessment scale. Tes yang dipakai adalah tes karakter kerja keras dengan bentuk pilihan ganda bergradasi berjumlah 20 item. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan pengkategorisasian dan uji T (Wilcoxon).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) berdasarkan penilaian dari mitra kolaboratif mengenai pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung efektif, 2) menurut siswa model ini efektif meningkatkan karakter kerja keras, 3) ada peningkatan pada tiap sesi, 4) pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning secara signifikan efektif meningkatkan karakter kerja keras siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung.
ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF IMPLEMENTATION OF HARD WORK-BASED CHARACTER EDUCATION GUIDANCE SERVICES WITH THE CLASSICAL COLLABORATIVE EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH
(Descriptive Evaluative Studies and Pre-Experiments in VIII Grades SMP Xaverius Gisting, Lampung Academic Year 2014/2015)
Elisabet Rubiningsih Sanata Dharma University
This study aimed to describe: 1) The effectiveness of hard work character-based guidance classical collaborative approach to experiential learning in Junior High School Xaverius Gisting, Lampung based on principals' and teachers, 2) The effectiveness of hard work character-based guidance classical collaborative approach to experiential learning in Junior High School Xaverius Gisting, Lampung according to students assessment, 3) How well the educational outcomes of hard work character-based guidance classical collaborative approach to experiential learning in VIII grades Junior High School Xaverius Gisting, Lampung academic year 2014/2015 for the fourth sub characters embedded , 4) a significant increase results of hard work based character education counseling services classical collaborative approach to experiential learning in VIII grades Junior High School Xaverius Gisting, Lampung academic year 2014/2015 before and after implementation of the model. The type of this research is descriptive and evaluative research pre-experiment. The subjects were students of VIII grades Junior High School Xaverius Gisting, Lampung Academic Year 2014/2015 totaling 28 people. This research instruments such as test and third questionnaire that teacher questionnaire validity test, the validity of the effectiveness of the model according to the students, and self assessment scale. This test was hard work character test with multiple choice graded totaling 20 items. The analysis technique used is the categorization and T test (Wilcoxon).
The results showed that: 1) Based on an assessment of collaborative partners regarding of hard work character-based guidance classical collaborative approach to experiential learning in VIII grades Junior High School Xaverius Gisting, Lampung effective, 2) According to the students of this model effectively improve the hard work character, 3) There is increased at each session, 4) educational guidance service based character classical collaborative experiential learning approach significantly effectively improve the of hard work character-of students of VIII grades Junior High School Xaverius Gisting, Lampung.
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
KERJA KERAS BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN
KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN
EXPERIENTIAL LEARNING
(Studi Evaluatif Deskriptif dan Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Elisabet Rubiningsih
NIM: 121114018
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
KERJA KERAS BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN
KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN
EXPERIENTIAL LEARNING
(Studi Evaluatif Deskriptif dan Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Elisabet Rubiningsih
NIM: 121114018
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
Follow your heart but take your brain with you.
(Alfred Adler)
Tidak ada yang namanya kebetulan. Semua telah, sedang,
dan akan berjalan sempurna.
(Gede Prama)
B w y y w y w ’
w ’ .
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan bagi....
Pemberi napas kehidupan dan Andalanku
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menjadi penopang hidupku dan selalu memberi kekuatan, ketenangan, dan
kegembiraan
Bagi semua orang terdekat yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian, serta semangat dari awal hingga akhir
proses perjalanan studi
Orangtua tercinta,
Rubertus Dalwiji dan Yuliana Duriyati
Keluarga tersayang,
Agnes Murniati sekeluarga, Fransiska Harmiyati sekeluarga, Yusup Pantiyo, Veronika Samtini, Karolus Pantoro, Maria
Indarti, Visensius Pambudi
Sandy Adityo yang senantiasa setia mendampingi, mendukung, dan membantu
Semua orang terkasih atas pengalaman serta cerita kebersamaan kita semua dan dukungan, doa, cinta yang
mampu memotivasi saya
viii
ABSTRAK
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KERJA KERAS BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
(Studi Evaluatif Deskriptif dan Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015)
Elisabet Rubiningsih Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) efektivitas pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning di SMP Xaverius Gisting, Lampung berdasarkan penilaian kepala sekolah dan guru, 2) efektivitas pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning di SMP Xaverius Gisting, Lampung menurut penilaian siswa, 3) seberapa baik peningkatan hasil pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran 2014/2015 untuk keempat sub karakter yang ditanamkan, 4) peningkatan yang signifikan hasil pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah implementasi model.
Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluatif deskriptif dan pra eksperimen. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 orang. Instrumen penelitian ini berupa tes dan 3 kuesioner yaitu kuesioner uji validitas guru, validitas efektivitas model menurut siswa, dan selfassessment scale. Tes yang dipakai adalah tes karakter kerja keras dengan bentuk pilihan ganda bergradasi berjumlah 20 item. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan pengkategorisasian dan uji T (Wilcoxon).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) berdasarkan penilaian dari mitra kolaboratif mengenai pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung efektif, 2) menurut siswa model ini efektif meningkatkan karakter kerja keras, 3) ada peningkatan pada tiap sesi,4) pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning secara signifikan efektif meningkatkan karakter kerja keras siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung.
ix
ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF IMPLEMENTATION OF HARD WORK-BASED CHARACTER EDUCATION GUIDANCE SERVICES WITH THE CLASSICAL
COLLABORATIVE EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH (Descriptive Evaluative Studies and Pre-Experiments in VIII Grades SMP
Xaverius Gisting, Lampung Academic Year 2014/2015) Elisabet Rubiningsih
Sanata Dharma University
This study aimed to describe: 1) The effectiveness of hard work character-based guidance classical collaborative approach to experiential learning in Junior High School Xaverius Gisting, Lampung based on principals' and teachers, 2) The effectiveness of hard work character-based guidance classical collaborative approach to experiential learning in Junior High School Xaverius Gisting, Lampung according to students assessment, 3) How well the educational outcomes of hard work character-based guidance classical collaborative approach to experiential learning in VIII grades Junior High School Xaverius Gisting, Lampung academic year 2014/2015 for the fourth sub characters embedded , 4) a significant increase results of hard work based character education counseling services classical collaborative approach to experiential learning in VIII grades Junior High School Xaverius Gisting, Lampung academic year 2014/2015 before and after implementation of the model.
The type of this research is descriptive and evaluative research pre-experiment. The subjects were students of VIII grades Junior High School Xaverius Gisting, Lampung Academic Year 2014/2015 totaling 28 people. This research instruments such as test and third questionnaire that teacher questionnaire validity test, the validity of the effectiveness of the model according to the students, and self assessment scale. This test was hard work character test with multiple choice graded totaling 20 items. The analysis technique used is the categorization and T test (Wilcoxon).
The results showed that: 1) Based on an assessment of collaborative partners regarding of hard work character-based guidance classical collaborative approach to experiential learning in VIII grades Junior High School Xaverius Gisting, Lampung effective, 2) According to the students of this model effectively improve the hard work character, 3) There is increased at each session, 4) educational guidance service based character classical collaborative experiential learning approach significantly effectively improve the of hard work character-of students of VIII grades Junior High School Xaverius Gisting, Lampung.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat dan
perlindungan-Nya, Penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Kerja Keras Berbasis
Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning (Studi Evaluatif Deskriptif dan Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius
Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015)” dengan baik.
Selama proses penulisan tugas akhir ini, Penulis menyadari bahwa ada banyak
pihak yang berperan dalam membimbing, mendampingi, mengingatkan, dan
mendukung setiap proses yang Penulis jalani. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
3. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
bimbingan serta pendampingan selama Penulis menempuh studi.
4. Mas Stefanus Priyatmoko selaku petugas sekretariat yang memberikan
pelayanan dengan ramah dan penuh kesabaran pada Penulis selama
menempuh studi.
5. Bapak Robertus Dalwiji dan Ibu Yuliana Duriyati selaku orangtua yang telah
xi
6. Kakak dan adik serta saudara-saudara yang telah memberi dukungan pada
Penulis.
7. Teman-teman BK 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 atas doa,
dukungan, pengalaman, serta kebersamaan yang diberikan pada Penulis
selama ini, terkhusus Sahabat BK 2012 atas keceriaan, kekompakan,
dukungan, dan kebersamaan yang sudah dibagikan pada Penulis.
8. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses pembuatan
tugas akhir ini, terutama SMP Xaverius Gisting, Lampung atas kesempatan
yang telah diberikan pada Penulis sehingga dapat melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
Penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu, Penulis
mohon maaf kepada semua pihak yang merasa telah dirugikan atas kesalahan dan
kekurangan tersebut. Penulis juga menyadari kalau penelitian ini kurang sempurna
maka Penulis berharap mendapatkan kritik serta saran yang membangun dari
berbagai pihak guna untuk pembenahan serta penajaman penelitian ini agar semakin
lebih baik. Penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca dan
dapat dipergunakan sebagaimana mesti.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR GRAFIK ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Definisi Istilah ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Hakikat Pendidikan Karakter ... 12
1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 12
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter ... 13
3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 14
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter ... 15
5. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP ... 18
6. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 21
B. Karakter Kerja Keras... 24
1. Pengertian Kerja Keras ... 24
2. Karakteristik Kerja Keras ... 25
3. Aspek Pembentuk Perilaku Kerja Keras ... 26
4. Manfaat Kerja Keras ... 27
5. Upaya-upaya untuk Mengembangkan Kerja Keras ... 27
C. Hakikat Remaja ... 28
xiii
2. Ciri-ciri Remaja ... 29
3. Tugas Perkembangan Remaja ... 31
4. Urgensitas dan Manfaat Pendidikan Karakter Kerja Keras bagi Remaja ... 32
D. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif... 34
1. Pengertian Bimbingan Klasikal... 34
2. Bimbingan Klasikal Kolaboratif ... 35
E. Hakikat Experiential Learning ... 37
1. Pengertian Experiential Learning ... 37
2. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Experiential Learning .. 37
3. Aktivitas Inti dalam Experiential Learning ... 39
4. Kelebihan Pendekatan Experiential Learning ... 41
F. Kerangka Berpikir ... 42
G. Hipotesis Penelitian ... 43
BAB III METODE PENELITIAN... 44
A. Jenis Penelitian ... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45
C. Subjek Penelitian ... 46
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 47
1. Teknik Pengumpulan Data ... 47
2. Instrumen ... 49
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 53
1. Validitas ... 53
2. Reliabilitas ... 55
F. Teknik Analisis Data ... 56
1. Deskriptif Kategorisasi Hasil Pendidikan Karakter dan Persentase ... 56
2. Wilcoxon Signed Ranks Test ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Hasil Penelitian ... 62
B. Pembahasan ... 74
BAB V Simpulan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran... 84
A. Simpulan ... 84
B. Keterbatasan Penelitian ... 85
C. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 89
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian ... 45
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Bimbingan Klasikal ... 46
Tabel 3.3 Subjek Penelitian... 46
Tabel 3.4 Rekapitulasi Kisi-kisi ... 53
Tabel 3.5 Reliabilitas ... 55
Tabel 3.6 Kriteria Guilford ... 56
Tabel 3.7 Nilai Validasi Mitra Kolaboratif ... 57
Tabel 3.8 Tabel Norma Kategorisasi ... 59
Tabel 3.9 Tabel Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Kerja Keras ... 60
Tabel 4.1 Penilaian Guru terhadap Efektivitas Model ... 63
Tabel 4.2 Penilaian Siswa terhadap Efektivitas Model ... 65
Tabel 4.3 Kategorisasi Self Assessment Scale ... 67
Tabel 4.4 Kategorisasi Karakter Kerja Keras ... 68
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR GRAFIK
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Layanan ... 95
Lampiran 2 Tabulasi Uji Validitas ... 99
Lampiran 3 Tabulasi Data Efektivitas Model Menurut Guru ... 101
Lampiran 4 Tabulasi Data Efektivitas Model Menurut Siswa ... 102
Lampiran 5 Tabulasi Data Hasil Self Assessment Scale ... 103
Lampiran 6 Tabulasi Data Penelitian Pretest ... 107
Lampiran 7 Tabulasi Data Penelitian Posttest ... 108
Lampiran 8 Validasi Guru ... 109
Lampiran 9 Validasi Siswa ... 112
Lampiran 10 Self Assessment Scale ... 113
Lampiran 11 Kuesioner Karakter Kerja Keras... 117
Lampiran 12 Modul... 122
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Mulai tahun ajaran 2014/2015 Kementerian Pendidikan Republik
Indonesia resmi menggunakan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013.
Esensi Kurikulum 2013 adalah keseimbangan antara sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Sikap harus menjadi dasar utama, dalam hal ini yang
menyelimuti keterampilan dan pengetahuan, dalam arti sikap harus dapat
memandu keterampilan dan pengetahuan.
Mulyasa (2014) mengemukakan bahwa pendidikan karakter dalam
Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Pembelajaran
berdasarkan Kurikulum 2013 lebih mengaktifkan peserta didik, sebaliknya
guru berperan sebagai fasilitator yang menggunakan pendekatan
experiential learning. Pendekatan ini bertujuan agar peserta didik mampu memperoleh pengalaman belajar langsung, baik di kelas maupun di luar
kelas sehingga pengalaman tersebut mampu menyatu hingga membentuk
Perubahan kurikulum hendaknya dibarengi dengan adanya evaluasi
serta revisi dari kurikulum itu sendiri. Dengan adanya revisi kurikulum
diharapkan mampu menciptakan suasana atau iklim belajar yang lebih baik
bagi peserta didik, begitu pula dengan implementasi Kurikulum 2013 yang
saat ini digunakan. Akan tetapi dalam praktik di lapangan banyak guru
yang mengalami kesulitan, baik dari buku-buku yang belum
terdistribusikan, penyusunan RPP yang nilai-nilai karakter sebatas tertulis
tanpa adanya proses penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar,
penekanan pada aspek kognitif saja, dan muatan pembelajaran yang begitu
banyak. Hal ini pun dialami oleh para guru yang ada di SMP Xaverius
Gisting, Lampung. Mereka mengalami kesulitan mengimplementasikan
Kurikulum 2013.
SMP Xaverius Gisting, Lampung sebenarnya sudah menerapkan
pendidikan karakter terintegrasi dalam mata pelajaran. Tidak adanya guru
BK atau staf BK yang lulusan BK membuat siswa salah kaprah akan
fungsi BK di sekolah ini. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para guru
membuat peserta didik kurang diperhatikan terutama tentang pendidikan
karakternya, secara spesifik karakter kerja keras. Padahal pendidikan
karakter kerja keras sudah dipelajari namun kurang mendalam.
Kemungkinan sekolah kurang memahami maksud dan tujuan pendidikan
karakter terintegrasi tersebut sehingga karena pengabaian ini membuat
peserta didik mudah menyerah bila mulai merasakan kesulitan dalam hal
Karakter kerja keras yang hendak ditekankan pada penelitian ini lebih
pada usaha dalam mengatasi hambatan belajar maupun tugasnya serta
menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya sebagai peserta didik dengan
memperhatikan norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Perilaku yang nampak pada siswa yang kurang mengembangkan karakter
kerja keras ini seperti mencontek pekerjaan teman (copy-paste) tanpa
mempedulikan prosesnya, dan akhirnya mereka tidak mau bersusah payah
mengerjakan tugas mereka masing-masing dan malah mengandalkan
temannya saja. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi yang makin
pesat. Perkembangan teknologi memang mempermudah penyelesaian
tugas-tugas, namun terkadang malah disalahgunakan, misalnya saja
mereka menggunakannya untuk bermain game online tanpa memperhatikan batas waktu.
Keprihatinan inilah yang mendorong peneliti mengamati problematika
tentang pendidikan karakter kerja keras. Setiap orang pasti memiliki
karakter masing-masing, tetapi karakter yang sudah ada belum
dikembangkan secara optimal. Maka, peneliti tertarik untuk mengetahui
pendidikan karakter kerja keras yang dicapai oleh siswa kelas VIII SMP
Xaverius Gisting, Lampung. Oleh karena itu, peneliti mencoba
menawarkan sebuah program tentang pelaksanaan pendidikan karakter
kerja keras melalui layanan bimbingan klasikal secara kolaborasi dengan
beberapa guru SMP Xaverius Gisting, Lampung dengan pendekatan
mengenai kerja keras yang terdiri dari 4 topik bimbingan dan topik-topik
ini yang akan diberikan untuk para siswa. Keempat topik tersebut adalah
Aku Senang menghargai Orang Lain, Hasil Karyaku, Santai Nan Produktif, dan Aku Bisa.
Pendidikan karakter kerja keras berdasarkan layanan bimbingan
klasikal kolaboratif diharapkan dapat membantu guru dalam penyampaian
materi karakter melalui pelajaran di kelas. Selain itu, siswa menjadi lebih
bersemangat mengikuti pelajaran. Program bimbingan klasikal ini berbasis
pada pengalaman (experiential learning). Alasan peneliti menggunakan
menggunakan pendekatan ini adalah karena dengan belajar dari
pengalaman yang telah dialami sendiri maupun orang lain, siswa semakin
sadar dan memahami perilakunya saat itu dan berusaha untuk belajar dari
pengalaman itu supaya jadi lebih baik lagi. Penelitian ini bersifat evaluatif
deskriptif dan pra eksperimen. Program ini diberikan pada siswa untuk
melihat apakah implementasi pendidikan karakter berbasis layanan
bimbingan klasikal kolaboratif dengan experiential learning benar-benar efektif dalam peningkatan karakter kerja keras siswa.
Beranjak dari masalah-masalah di atas dan mengingat belum ada
penelitian yang secara langsung melihat capaian pendidikan karakter kerja
keras di SMP Xaverius Gisting, Lampung maka peneliti mengangkat judul
Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015” dalam skripsi ini. Kajian ini juga dimaksudkan agar grand design pendidikan karakter kerja keras mampu mengembangkan potensi siswa sebagai generasi penerus.
B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah yang terkait dengan pendidikan
karakter pada siswa SMP, diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Guru mengalami kesulitan dalam implementasi Kurikulum 2013
karena keterbatasan sarana prasarana.
2. Sekolah-sekolah SMP lebih menekankan pengajaran dari segi kognitif
sedangkan segi yang lain diabaikan.
3. Tidak adanya tenaga guru BK di SMP Xaverius Gisting, Lampung.
4. Pendidikan karakter kerja keras kurang ditanamkan pada siswa.
5. Siswa kurang mampu mengembangkan karakter kerja keras yang ada
dalam diri mereka.
6. Belum adanya penelitian yang secara langsung melihat capaian
pendidikan karakter kerja keras di SMP Xaverius Gisting, Lampung.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang telah teridentifikasi masalah memang cukup
banyak dan sangat kompleks. Oleh karena itu, peneliti mencoba
membatasi masalah yang akan dikaji yang difokuskan pada beberapa poin
efektivitas implementasi pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan
bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut.
1. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter kerja keras berbasis
layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning di SMP Xaverius Gisting, Lampung menurut penilaian kepala sekolah dan guru?
2. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter kerja keras berbasis
layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning di SMP Xaverius Gisting, Lampung menurut penilaian siswa?
3. Seberapa baik peningkatan hasil pendidikan karakter kerja keras
berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran 2014/2015 untuk keempat sub karakter yang
ditanamkan?
4. Apakah terdapat peningkatan secara signifikan hasil implementasi
pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal
VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran 2014/2015 antara
sebelum dan sesudah implementasi model?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Mendeskripsikan efektivitas pendidikan karakter kerja keras berbasis
layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning di SMP Xaverius Gisting, Lampung berdasarkan penilaian kepala sekolah dan guru.
2. Mendeskripsikan efektivitas pendidikan karakter kerja keras berbasis
layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning di SMP Xaverius Gisting, Lampung menurut penilaian siswa.
3. Mendeskripsikan seberapa baik peningkatan hasil pendidikan karakter
kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Xaverius
Gisting, Lampung tahun ajaran 2014/2015 untuk keempat sub karakter
yang ditanamkan.
4. Menguji signifikansi peningkatan hasil pendidikan karakter kerja keras
berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning pada siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah implementasi
F. Manfaat Penelitian
Harapannya penelitian ini dapat berguna bagi orang yang
membutuhkan. Manfaat penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan
pengalaman, khususnya dalam bidang penerapan Bimbingan dan
Konseling terkait peran guru BK dalam pelaksanaan pendidikan
karakter khususnya nilai kerja keras, sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang
sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.
2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan bahan
evaluatif untuk membenahi atau menata ulang kebijakan
pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif, terpadu,
dan tepat sasaran.
b. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu
menumbuhkan kerja sama kemitraan profesional kolaborasi
semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program pendidikan karakter yang terintegrasi
c. Bagi guru pendidik karakter (Guru BK dan guru mata
pelajaran) di SMP
Hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi
mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat
mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya
guna mencerdaskan peserta didik.
d. Bagi siswa
Penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan mereka
terkait dengan nilai kerja keras sehingga di kemudian hari
mereka semakin dapat mengambil dan menerapkan nilai kerja
keras dalam kehidupan sehari-hari.
e. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui dan memahami efektivitas
pendidikan karakter kerja keras di SMP Xaverius Gisting,
Lampung tahun ajaran 2014/2015. Selain itu, peneliti juga
mengusulkan penyusunan modul pendidikan karakter yang
sesuai dengan nilai-nilai karakter yang hendak ditingkatkan
dalam diri siswa.
f. Bagi peneliti lain
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat
digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang
hendak mengembangkan pendidikan karakter ini secara lebih
G. Definisi Istilah
Beberapa istilah terkait judul penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:
1. Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
2. Pendidikan karakter adalah upaya penanaman, penghayatan, dan
pengamalan nilai-nilai luhur seseorang yang diwujudkan dalam
interaksi dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan lingkungannya
untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi
hati, pikir, raga, rasa, dan karsa.
3. Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
4. Bimbingan klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan
konseling yang diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan
dan konseling (Guru BK) atau konselor kepada sejumlah peserta didik
dalam satuan kelas.
5. Bimbingan klasikal kolaboratif adalah salah satu dari layanan dasar
BK yang dirancang bersama dengan pihak lain, seperti guru mata
pelajaran atau tenaga ahli untuk melakukan kontak langsung dengan
para peserta didik di kelas secara terjadwal yang hasilnya dapat
diamati dan dinilai bersama- sama. Selain itu, dapat memperoleh
informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan
mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh
guru BK bersama dengan guru mata pelajaran.
6. Experiential learning adalah pendidikan berbasis pengalaman yang merupakan sebuah proses di mana para pembelajar membangun
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas hakikat pendidikan karakter, hakikat remaja, hakikat kerja
keras, hakikat bimbingan klasikal kolaboratif, hakikat experiential learning, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter
Lickona (Wibowo, 2010) mengungkapkan bahwa karakter
merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara
bermoral. Lickona (2013) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai
upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter
siswa. Pendidikan karakter menekankan pentingnya 3 unsur yakni
pengertian moral, perasaan moral, dan tindakan moral. Ramli
(Fathurrohman, dkk, 2013), berpendapat bahwa pendidikan karakter
memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak.
Carr dan Steutel (Nucci, L.P & Darcia N, 2014) berpendapat
bahwa pendidikan karakter seharusnya didasarkan pada komitmen
yang jelas pada etika kebajikan. Menurut Sunaryo (Wibowo, 2012)
pendidikan karakter merupakan pendidikan sepanjang hayat, sebagai
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan karakter merupakan upaya terencana untuk
menjadikan seseorang (peserta didik) mengenal, peduli, dan
menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam diri, sehingga dapat
berperilaku sebagai manusia seutuhnya. Pendidikan karakter dilakukan
dengan keyakinan bahwa karakter seseorang dapat dikembangkan dan
dapat diubah.
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan karakter
Fathurrohman, dkk (2013) mengungkapkan bahwa pendidikan
karakter memiliki fungsi sebagai pengembangan, perbaikan, dan
penyaringan.
a. Pengembangan
Mengembangkan potensi peserta didik untuk dapat berperilaku
baik sebagai peserta didik yang sudah mempunyai sikap dan
perilaku yang mencerminkan karakter diri maupun karakter
bangsa.
b. Perbaikan
Memperkokoh pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
c. Penyaringan
Memilah-milah atau menyaring karakter bangsa sendiri maupun
karakter bangsa lain yang kurang sesuai dengan nilai-nilai karakter
Fathurrohman, dkk (2013) mengatakan bahwa tujuan pendidikan
karakter secara khusus adalah untuk:
a. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sesuai dengan nilai-nilai secara universal dan tradisi karakter
bangsa yang religius.
b. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan
warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi muda penerus bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, dan berwawasan luas.
e. Mengembangkan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta
memiliki rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan
(dignity).
3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional (2010) menyatakan bahwa
pendidikan karakter hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk
membangun karakter.
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik.
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada
nilai dasar yang sama.
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter.
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan
peserta didik.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter
Menurut Suparno (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Keluarga
Keluarga merupakan komunitas awal seorang anak mengenal
karakter. Peranan orangtua dalam hal ini sangat penting. Sejak lahir
anak sudah belajar karakter tertentu dari orangtua. Ketika anak
dalam kandungan pun anak sudah belajar bersikap dari
orangtuanya, terutama dari ibu yang mengandung. Selain itu,
suasana keluarga menjadi sangat penting bagi perkembangan
karakter anak. Orangtua perlu dilibatkan agar pendidikan karakter
di sekolah dapat berjalan lancar dan lebih efektif.
b. Guru
Selain orangtua, guru mempunyai andil besar dalam pendidikan
karakter anak. Pendidikan karakter bisa dilakukan melalui
pengajaran dan juga sikap guru terhadap anak, karena melalui
pembelajaran guru bisa mengajarkan mengenai hal yang baik.
c. Teman
Karakter remaja sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Secara
psikologis, remaja sedang dalam proses pencarian jati diri sehingga
remaja ingin bergabung dengan teman sebayanya dalam pencarian
jati dirinya. Orangtua perlu mengetahui siapa saja teman dari anak
dan orangtua perlu memantau pergaulan anak.
d. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah serta suasana sekolah mempunyai pengaruh
sekolah perlu diatur dan ditata sesuai dengan nilai karakter yang
akan ditanamkan pada diri anak. Oleh karena itu, perlu adanya
kerjasama dari seluruh pihak yang ada di lingkungan sekolah agar
penanaman karakter sungguh nyata dan efektif dalam
pengembangan karakter anak maupun semua pihak yang ada di
sekolah.
e. Lingkungan masyarakat
Keadaan, situasi, dan karakter lingkungan sekitar/masyarakat
berpengaruh pada pembentukan karakter remaja. Remaja akan
melihat serta meniru apa yang dilakukan oleh lingkungan
sekitarnya. Lingkungan yang mendukung pengembangan karakter
positif remaja tentunya situasi lingkungan memiliki karakter yang
positif juga. Bila lingkungan sekitar kurang mendukung
pengembangan karakter positif remaja maka karakter baik yang
sudah ditanamkan di sekolah maupun di keluarga akan luntur
karena pengaruh lingkungan tersebut.
f. Buku bacaan
Buku-buku bacaan berpengaruh pada karakter anak. Banyak anak
yang karakternya berkembang karena isi buku yang dibacanya
memberikan inspirasi bagi dirinya. Ada juga yang memiliki
karakter kurang baik karena buku yang dibaca merupakan buku
yang tidak sesuai dengan usianya sehingga anak bersikap kurang
agar dapat memilih buku bacaan yang baik. Oleh karena itu, di
perpustakaan sekolah perlu disediakan banyak buku yang dapat
memberikan inspirasi pada anak serta dapat mendukung
pengembangan karakter anak.
g. Media
Perkembangan teknologi yang makin pesat sangat mempengaruhi
karakter remaja. Banyak remaja meniru apa yang dilihatnya di
media tanpa menyaring informasi yang didapat. Bila yang dilihat
adalah hal yang kurang baik maka mereka akan dengan mudah
terpengaruh. Perkembangan teknologi sebenarnya dapat membantu
kita belajar dan berkomunikasi dengan siapa pun di dunia ini
dengan lebih cepat serta dapat mempermudah pekerjaan kita. Di
sisi lain teknologi informasi dapat memberikan informasi dan
pengaruh yang kurang baik dan dapat merusak karakter anak. Oleh
karena itu, anak perlu dibantu lebih kritis dalam menggunakan
teknologi informasi ini seperti internet, HP, serta media sosial.
Mereka juga perlu dibantu dalam memilah-milah informasi yang
didapatnya.
5. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP
Berdasarkan pedoman Pendidikan Karakter di SMP (Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Ditjen Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, 2010),
pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan
kesiswaan.
a. Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran
Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran adalah
pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan
pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam
tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran,
baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua
mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk
menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik
mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai,
serta menjadikannya sebagai perilaku.
Pada struktur kurikulum SMP, dasar setiap mata pelajaran
memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara
subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait
langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia,
yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).
Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang
secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai
taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan
menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada
di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari
tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
b. Pendidikan karakter terintegrasi melalui manajemen sekolah
Pada konteks dunia pendidikan, yang dimaksud dengan
manajemen pendidikan sekolah adalah suatu proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk
menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan karakter
memerlukan pengelolaan yang memadai. Pengelolaan yang
dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan karakter dalam
pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan secara
memadai. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan
direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain
meliputi: (1) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (2) muatan
kurikulum nilai-nilai karakter, (3) nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran, (4) nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga
kependidikan, dan (5) nilai-nilai karakter pembinaan
kepesertadidikan.
c. Pendidikan karakter terintegrasi melalui kegiatan pembinaan
kesiswaan
Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di
luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu
bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berwenang di sekolah.
6. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pendidikaan Karakter Terintegrasi
Pendidikan karakter terintegrasi di sekolah memang mengalami
banyak kendala/kelemahan dan peranan sekolah yang kurang
maksimal dalam mendukung pendidikan karakter. Arifin (Wibowo,
2012) menyatakan bahwa ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaan
layanan pendidikan di sekolah. Kelemahan-kelemahan tersebut antara
lain sebagai berikut.
a. Kelemahan pada aspek proses belajar mengajar saat di kelas
Hal ini ditandai dengan adanya aktivitas belajar siswa di sekolah
kurang optimal dalam mengembangkan potensi diri, proses belajar
mengajar di kelas belum maksimal dalam memenuhi kebutuhan,
minat, dan bakat yang dimiliki siswa secara beragam, serta masih
banyak terjadi proses pembelajaran yang sifatnya guru
sentris/terpusat pada guru mestinya berpusat pada siswa (student centered).
b. Kelemahan pada aspek pengorganisasian pengalaman belajar
peserta didik
Pembelajaran di Indonesia selama ini menggunakan model klasikal
pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan
siswa secara optimal.
c. Kelemahan pada aspek pengembangan kurikulum
Esensi dari Kurikulum 2013 sebenarnya memiliki keseimbangan
antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Akan tetapi banyak
sekolah yang mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Hal ini
bisa disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan pengetahuan guru
sehingga kesulitan melaksanakannya.
d. Kelemahan pada aspek sarana dan prasarana
Keterbatasan sarana prasarana sekolah ini dapat mempengaruhi
proses penginternalisasian pendidikan karakter kurang optimal.
Menurut Suparno (2015) ada beberapa kendala dalam pelaksanaan
pendidikan karakter. Kendala pendidikan karakter itu adalah sebagai
berikut.
a. Ketidakmampuan dan ketidaksiapan pendidik
Hal ini terjadi karena guru kurang berminat mengintegrasikan
pendidikan karakter dalam mata pelajaran, guru tidak tahu
bagaimana cara menjelaskan pendidikan karakter, guru tidak mau
b. Program kurang baik
Program yang tidak baik dapat disebabkan oleh perencanaan yang
kurang matang, kurangnya pertimbangan, maupun petugas yang
kurang kompeten di bidangnya.
c. Kekurangan dana
Kekurangan dana dapat disebabkan karena perencanaan dana yang
kurang cermat, mungkin memang tidak ada dana yang disediakan,
perbedaan perhitungan dengan kenyataan, dan mungkin adanya
tindak kecurangan dalam pengelolaan uang.
d. Waktu tidak tepat
Waktu yang tidak tepat biasanya karena waktunya mendekati
ulangan atau ujian, waktu liburan besar, dan waktu bulan puasa
atau acara agama tertentu.
e. Tidak ada teladan dari pejabat yang baik
Kurangnya teladan baik dari pejabat akan membuat pendidikan
karakter tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan
guru/pendidik yang kritis terhadap tingkah laku pejabat yang
kurang baik agar siswa dapat diajak untuk mengkritisi tindakan
pejabat itu baik atau tidak.
f. Lingkungan yang tidak kondusif
Lingkungan yang baik akan membantu orang lebih berkembang,
namun lingkungan tidak baik akan menghambat orang dan kurang
g. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan faktor penting bertindak baik. Anak sudah
dibiasakan dan dilatih dalam keluarga. Kebiasaan-kebiasaan dari
kecil ini pun dapat mempengaruhi pendidikan karakter orang di
kemudian hari.
B. Hakikat Kerja Keras 1. Pengertian Kerja Keras
Yaumi (2011) menuliskan bahwa kerja keras merupakan perilaku
yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya. Menurut Gardner, Csikzentmihalyi, dan Damon (2001) kerja
keras tidak sekadar mampu menyelesaikan tugas-tugas yang belum
terselesaikan dan bukan pula menyibukkan diri dalam berbagai
aktivitas yang dapat menarik perhatian tetapi lebih dari itu. Kerja keras
perlu disertai dengan bekerja yang baik dan istimewa. Dikatakan baik
dan istimewa karena pekerjaan yang dihasilkan melebihi kualitas
pekerjaan pada umumnya. Hal ini terjadi karena pekerjaan itu
diselesaikan dengan sungguh-sungguh sehingga hasilnya lebih
memuaskan.
Kerja keras berarti semangat pantang menyerah dan diikuti
keyakinan kuat serta mantap dalam mencapai impian dan cita-cita.
tidak putus asa dalam menggapai cita. Keberhasilan individu didukung
pula dengan kerja keras yang sudah dilakukan. Jika individu kurang
kerja keras dalam mewujudkan impian dan harapannya hanya akan
sia-sia belaka serta impiannya sebatas angan-angan semata.
Berdasarkan hal di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kerja
keras merupakan upaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugasnya dengan sebaik-baiknya. Dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya itu perlu disertai dengan bekerja yang baik dan istimewa. Bila
menyelesaikan tugas disertai dengan baik dan istimewa maka akan
mendapatkan hasil yang lebih optimal lagi.
2. Karakteristik Kerja Keras
Yaumi (2014) menyatakan bahwa karakteristik orang yang
memiliki karakter kerja keras, yaitu:
a. Selalu mencari jenis pekerjaan yang disenangi, kemudian
melakukannya tanpa disuruh atau dikontrol oleh orang lain,
b. Menghargai hadiah yang diperoleh dari hasil kerja kerasnya,
c. Tidak terlalu memaksakan diri untuk terus belajar jika sudah lelah
tetapi perlu menghargai waktu yang dimiliki untuk mengerjakan
hal bermanfaat lain dalam hidup.
d. Senang melakukan hal-hal yang bermanfaat demi tercapainya
belajar yang optimal.
e. Menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat bagi diri sendiri
3. Aspek Pembentuk Perilaku Kerja Keras
Ada beberapa hal yang dapat membentuk perilaku kerja keras
siswa. Menurut Kurniawan (2013), aspek-aspek dari kerja keras adalah
sebagai berikut.
a. Berani mencoba
Berani mencoba berarti melakukan suatu tindakan nyata. Tindakan
ini tentunya dapat dipraktikkan sehingga bisa dilihat. Berani
mencoba dapat dikatakan bahwa ada usaha untuk belajar. Belajar
dari kesalahan untuk menemukan hal yang benar. Dengan berani
mencoba individu secara terus menerus dapat mengoptimalkan
kemampuan yang ada pada dirinya.
b. Memiliki semangat dan tekad yang kuat
Semangat dan tekad dalam melakukan sesuatu memang
dibutuhkan. Selalu melakukan tugas dengan giat dan
bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugasnya. Individu yang memiliki
semangat akan memiliki gairah hidup yang tinggi pula. Dengan
memiliki semangat dan tekad yang kuat maka individu akan
menghindarkan diri dari sikap tergesa-gesa apalagi sikap hidup
tanpa motivasi.
c. Pantang menyerah
Pantang menyerah artinya tidak mudah menyerah dan putus asa
menghadapi suatu pekerjaan, seberat apa pun pekerjaan yang
kegagalan. Jika segala daya upaya telah dikerahkan dan belum
diperoleh keberhasilan, maka kegagalan menjadi “sukses yang
tertunda”, namun menyerah sebelum berusaha lebih keras lagi
berarti menyiapkan diri menuju kegagalan yang sesungguhnya.
4. Manfaat Kerja Keras
Individu dapat memperoleh manfaat dari kerja keras yang sudah
dilakukannya. Menurut Kurniawan (2013) manfaat yang dapat
diperoleh individu seperti:
a. Mengembangkan potensi diri untuk meraih prestasi yang
diinginkan.
b. Membentuk pribadi yang memiliki tanggung jawab.
c. Mengangkat harkat dan martabat diri.
d. Hasil yang dicapai akan lebih baik dan optimal.
e. Tidak menjadi orang yang manja.
f. Menjadi pribadi yang tahan banting dalam menyelesaikan tugas
atau pekerjaan.
g. Menjadi lebih rajin.
5. Upaya-upaya untuk Mengembangkan Kerja Keras
Upaya-upaya atau cara yang dapat dilakukan oleh pendidik (guru)
dalam menanamkan serta mengembangkan karakter kerja keras siswa
(Kurniawan, 2013), yaitu:
a. Membantu siswa untuk membuat target pencapaian yang realistis
b. Membesarkan hati atau memotivasi siswa agar mau terus berusaha
dan mencoba.
c. Menerima siswa apa adanya serta perlu menghargai tiap rangkaian
proses yang sudah dilalui siswa.
d. Memberikan pemahaman akan artinya nilai kerja keras pada siswa.
e. Membantu siswa menyelesaikan problem yang sedang dialami agar
dapat mencegah siswa untuk melakukan kesalahan yang sama.
f. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menghadapi tantangan
dan mencoba hal yang baru.
C. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja
Istilah remaja berasal dari bahasa Latin, yaitu adolescence yang memiliki arti to grow dan to grow maturity. Para teoritikus awal memandang masa remaja sebagai periode kekacauan dan ketertekanan
biologis. Penelitian terkini menunjuk bahwa masa remaja merupakan
hasil dari kekuatan biologis, psikologis, dan sosial. Masa remaja
(adolescence) merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa (Berk, 2012). Anna Freud (Hurlock, 1990), berpendapat
bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan yang mencakup
perkembangan psikoseksual dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orangtua serta cita mereka. Pembentukan
Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi 2, yaitu remaja
awal dan remaja akhir. Remaja awal memiliki rentang usia antara 13
tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun, sedangkan remaja akhir memiliki
rentang usia antara 16 tahun atau 17 tahun sampai 18 tahun. Perbedaan
antara remaja awal dan akhir adalah bahwa pada masa remaja awal
individu masih menonjolkan karakteristik perkembangan kanak-kanak
akhir, sedangkan pada masa remaja akhir individu sudah mencapai
masa transisi dan mendekati masa dewasa. Menurut Konopka (Yusuf,
2010) masa remaja terbagi menjadi 3, yakni: remaja awal (12-15
tahun), remaja madya (15-18 tahun), dan remaja akhir (19-22 tahun).
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
remaja adalah masa transisi serta pencarian jati dirinya. Oleh karena
itu, pada masa remaja ini juga disebut dengan masa dimana dalam diri
individu mengalami kekacauan dan ketertekanan biologis. Dalam
proses perkembangan remaja terdapat perubahan hubungan dengan
orangtuanya serta cita-citanya.
2. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja
terjadi perubahan yang sangat cepat, baik secara fisik maupun
psikologis. Menurut Hall (Santrock, 2003) ada beberapa perubahan
yang terjadi selama masa remaja, yakni:
remaja yang ditandai dengan munculnya frustrasi juga penderitaan,
konflik maupun krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang
cinta, serta perubahan suasana hati. Perubahan suasana hati ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama perubahan yang
terjadi pada masa remaja. Pada masa ini banyak tuntutan dan
tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan
untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih
mandiri, dan bertanggung jawab.
b. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat dan diikuti dengan
kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja
merasa kurang percaya diri serta kurang yakin dengan kemampuan
yang dimilikinya. Perubahan fisik yang terjadi terjadi adalah
perubahan internal seperti sistem pencernaan, maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh
yang sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
c. Selama masa remaja, banyak hal yang menarik bagi dirinya yang
dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal-hal yang
baru dan lebih matang. Karena ada tanggung jawab yang lebih
besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan dapat
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal yang lebih penting.
Perubahan juga terjadi dalam hal hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan sesama jenis
d. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada
masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati
masa dewasa.
e. Kebanyakan remaja bersifat ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan
kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab
yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan
mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab ini.
Menurut Salzman dan Pikunas (Yusuf, 2011) masa remaja ditandai
dengan adanya; 1) peralihannya sikap tergantung (dependence) dengan
orangtua menjadi lebih mandiri (independence), 2) berkembangnya
minat seksualitas, 3) kecenderungan untuk merenung atau
memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Kay (Jahja, 2011) mengemukakan tugas-tugas perkembangan
remaja sebagai berikut:
a. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur
yang mempunyai otoritas.
b. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan
belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara
individual maupun kelompok.
c. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
d. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup
(Weltanschauung).
e. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.
Sementara itu, Havighurst (1961) mengemukakan tugas-tugas
perkembangan remaja antara lain:
a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
b. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.
c. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau orang dewasa
lainnya.
d. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
e. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk
dalam bertingkah laku.
4. Urgensitas dan Manfaat Pendidikan Karakter Kerja Keras bagi Remaja
Pendidikan karakter tidak akan optimal/berhasil kalau tidak
didukung oleh berbagai pihak-pihak terkait, terutama karakter kerja
keras pada remaja. Remaja merupakan masa transisi (Berk, 2012).
Pada masa inilah remaja mulai mencari-cari jati dirinya. Namun karena
salah bergaul dan kurang mampu mengendalikan diri, maka remaja
dimana remaja tinggal dapat mempengaruhi pembentukan karakter
kerja keras pada remaja tersebut.
Perkembangan teknologi yang makin pesat membuat remaja
berlomba-lomba untuk mencari tahu dan apalagi kecanggihan
komunikasi pada zaman ini sangat mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan karakter kerja keras remaja. Sebagai contoh saat ini
remaja dengan mudah mendapatkan informasi tentang berbagai hal
melalui internet namun, terkadang karena kurang arif dalam
penggunaan media ini remaja memilih jalan yang singkat untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya dengan meng-copy paste
artikel ataupun bahan ajar yang tersaji diinternet tanpa membaca atau
mengoreksi hasilnya. Kadang mereka yang gemar game online sampai
lupa waktu. Mereka melupakan tugas mereka sebagai pelajar dan bila
terdesak, mereka akan mengandalkan temannya dan kemudian
menyalin pekerjaan dari teman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Salzman dan Pikunas (Yusuf, 2011) tentang masa remaja yang ditandai
dengan adanya kecenderungan untuk memperhatikan diri sendiri.
Berdasarkan pendapat Kurniawan (2013) terkait manfaat kerja
keras dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat kerja keras bagi
remaja, seperti:
a. Dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
b. Terbentuknya pribadi yang memiliki rasa tanggung jawab.
d. Tidak menjadi orang yang manja karena remaja merasakan
prosesnya.
e. Menjadi pribadi yang tidak pantang menyerah ketika
menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.
f. Tentunya remaja akan menjadi pribadi yang lebih rajin dan
sabar.
D. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif 1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Makrifah & Wiryo Nuryono (2014) mengemukakan bimbingan
klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling
(Guru BK) atau konselor kepada sejumlah peserta didik dalam satuan
kelas yang dilaksanakan di dalam kelas. Menurut Dirjen Pendidikan
Dasar (2014), bimbingan klasikal merupakan format kegiatan
bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam
rombongan belajar satu kelas. Bimbingan klasikal merupakan proses
yang direncanakan untuk membantu populasi sekolah memperoleh
informasi, keterampilan atau pengalaman yang berguna dan
dibutuhkan.
Kebutuhan dan masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh
atau sebagian besar peserta didik, dan tidak terlalu bersifat pribadi,
besar. Layanan klasikal atau kelompok besar biasanya bersifat
informatif, sehingga dapat segera diberikan oleh konselor atau guru
BK (Sukmadinata, 2007).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian layanan bimbingan klasikal adalah kegiatan bimbingan
yang diberikan untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan serta
masalah yang bersifat umum. Kegiatan ini diberikan pada seluruh atau
sebagian besar siswa dalam satuan kelas.
2. Bimbingan Klasikal Kolaboratif
Menurut Makrifah & Wiryo Nuryono (2014) strategi layanan
bimbingan klasikal sebagai salah satu strategi dalam pelayanan
bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk meluncurkan
aktivitas-aktivitas pelayanan yang mengembangkan potensi siswa atau
mencapai tugas-tugas perkembangannya sehingga dapat mencapai
tujuan pendidikan.
Depdiknas (2008) mengemukakan program bimbingan akan
berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam
hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor
atau guru BK berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka
memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar,
kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa,
dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan
a. Menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang
kondusif bagi belajar siswa.
b. Memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam.
c. Menandai siswa yang diduga bermasalah.
d. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui
program remedial teaching.
e. Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.
f. Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan
bidang kerja yang diminati siswa.
g. Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan,
sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa
tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja,
persyaratan kerja, dan prospek kerja).
h. Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional,
sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru
merupakan “figur central” bagi siswa).
i. Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata
E. Hakikat Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning
Experiential learning merupakan suatu proses belajar yang lebih mengaktifkan pembelajaran dengan membangun pengetahuan serta
keterampilan juga nilai dan sikap melalui pengalaman secara langsung
(Nasution, 2005). Experiential learning akan lebih berarti jika pembelajar ikut ambil bagian dalam melakukan kegiatan.
Experiential learning menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Pengalaman memiliki
peranan yang sangat penting dalam proses belajarnya atau dengan kata
lain pengetahuan tercipta karena adanya transformasi dari pengalaman
(experience). Pengetahuan merupakan hasil perpaduan antara
memahami dan mentransformasi pengalaman (Kolb, 1984).
Jadi, experiential learning juga dapat didefinisikan sebagai proses
belajar yang melalui pengalaman langsung secara terus menerus akan
mengalami perubahan guna meningkatkan keefektivan dari hasil
belajar itu sendiri. Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru terbaik
bagi kehidupan. Melalui pengalaman, individu dapat belajar untuk
menjadi lebih baik lagi dan pengalaman tidak akan berhenti begitu
saja.
2. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Experiential Learning David Kolb (1984) mengatakan bahwa model experiential learning
Concrete Experience (1)
Reflective Observation (2)
Abstract Conceptualization
(3) Active
experimentation (4)
fase. Pertama, fase Concrete Experience menggunakan pengalaman yang sudah dilalui peserta atau pengalaman yang disediakan untuk
pembelajaran yang lebih lanjut.