BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
3) Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian
2. Instrumen
Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa dalam penelitian
kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat
berupa tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
pada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2013). Kuesioner cocok
digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah
yang luas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 instrumen
berupa 3 kuesioner dan 1 soal tes dengan berbagai model seperti pada
penjelasan di bawah ini.
a. Kuesioner validasi efektivitas model (responden mitra kolaboratif)
Validasi efektivitas model dengan responden mitra
kolaboratif berbentuk pernyataan checklist with rating scale. Sugiyono (2013) menerangkan bahwa dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka serta dapat ditafsirkan secara
kualitatif. Artinya, jawaban dari responden merupakan data
kualitatif. Kuesioner validasi efektivitas model dipersiapkan guna
memfasilitasi responden (mitra kolaboratif) untuk memberikan
penilaian mengenai efektivitas model pendidikan karakter berbasis
experiential learning. Kuesioner (disusun oleh Tim Penelitian Stranas) terlampir pada Lampiran 8 (Halaman 109).
b. Kuesioner validasi efektivitas model (responden siswa)
Validasi efektivitas model dengan responden siswa berbentuk
pernyataan checklist with Guttman scale. Sugiyono (2013) menerangkan bahwa skala pengukuran tipe ini, akan menghasilkan
jawaban tegas, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “positif-negatif”,
dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau
rasio dikotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert
terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”, maka dalam skala Guttman hanya terdapat dua interval, yakni setuju dan tidak setuju. Dalam penelitian ini,
“ya dan tidak”. Biasanya, skala Guttman digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan
yang ditanyakan atau ingin diketahui oleh peneliti. Validasi
efektivitas model dengan responden siswa digunakan untuk
melihat efektivitas dari program yang dilaksanakan berdasarkan
penilaian siswa. Kuesioner (disusun oleh Tim Penelitian Stranas)
terlampir pada Lampiran 9 (Halaman 112).
c. Kuesioner tilik diri (self assessment)
Kuesioner tilik diri dalam penelitian ini berbentuk pernyataan
checklist (√) dengan menggunakan model skala Likert. Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Jawaban setiap item dalam kuesioner tilik diri memiliki
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata sangat selalu (s), sering (sr), kadang-kadang (kd),
dan tidak pernah (tp). Kuesioner tilik diri dibagikan kepada siswa
setiap akhir sesi atau topik bahasan. Kuesioner ini digunakan
untuk mengukur peningkatan karakter kerja keras yang menjadi
fokus penelitian untuk setiap topik. Kuesioner tilik diri/self
assessment scale (disusun oleh Tim Penelitian Stranas) terlampir pada Lampiran 10 (Halaman 113).
d. Tes tingkat karakter kerja keras
Winkel dan Hastuti (2004) mengatakan bahwa terdapat
beberapa tipe penilaian, antara lain skala numerik, skala penilaian
grafis, dan daftar cek. Daftar cek menyerupai item dalam tes hasil
belajar, bentuk obyektif dengan tipe pilihan berganda (multiple
choice). Artinya, data penelitian dapat dianalisis setelah scoring. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa tes tingkat
kerja keras yang disusun dalam bentuk pilihan ganda dengan
alternatif jawaban bergradasi mulai dari 1 hingga 4 dan
masing-masing alternatif jawaban memiliki level kebenaran. Skor 4
diberikan untuk alternatif jawaban yang sungguh sangat mewakili
mewakili alternatif jawaban yang kurang mewakili nilai karakter
kerja keras. Instrumen disusun oleh peneliti sendiri dengan arahan
tim dosen Strategi Nasional, dalam hal ini berperan Dr. Gendon
Barus, M.Si.
Dalam penelitian ini tes memuat
pernyataan-pernyataan/soal-soal yang mengungkapkan nilai-nilai karakter kerja keras siswa.
Tes yang telah disusun oleh peneliti ini bersifat tertutup karena
alternatif jawaban sudah disediakan, sehingga peserta didik tinggal
memilih alternatif jawaban yang dirasa paling sesuai dengan
dirinya. Soal tes dengan ragam pilihan ganda ini diberikan pada
awal dan akhir layanan. Pretest dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum tingkat pemahaman dan penerapan karakter kerja
keras siswa sebelum perlakuan. Sedangkan soal tes yang diberikan
pada akhir setelah perlakuan atau posttest bertujuan untuk mengukur peningkatan karakter sebagai indikasi efektivitas
layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning dalam usaha meningkatkan karakter kerja keras bagi siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung. Alat
Tes terlampir pada Lampiran 11 (Halaman 117). Penyusunan soal
tes diawali dengan membuat kisi-kisi yang memuat konstruk aspek
karakter kerja keras dan indikatornya berdasarkan konsep
Tabel 3.4
Rekapitulasi Kisi-kisi Aspek dan Nomor Item Tes Tingkat Karakter Kerja Keras
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Validitas
Azwar (1987:173) mengatakan validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu
tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur
yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes
tersebut.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Menurut Sugiyono (2010), instrumen yang digunakan untuk mengukur
No Aspek Indikator Item
1 Berani mencoba a.Memiliki kesadaran berani 1, 2 b.Menghormati orang lain 3, 4, 5 c.Melakukan kegiatan positif 6, 7 2 Semangat dan
tekad
a.Memiliki semangat serta dalam
melaksanakan tugas 8, 9
b.Semangat saat berpikir dan bertindak 10, 11 c.Penghargaan terhadap diri 12, 13 3 Pantang menyerah a.Terus menerus berusaha 14, 15 b.Berpikir positif pada diri 16, 17 c.Tidak mudah putus asa 18, 19, 20
efektivitas pelaksanaan program, pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau
rancangan tujuan program yang telah ditetapkan. Validitas isi
menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan
kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut. Pengertian
mencakup keseluruhan kawasan isi tidak saja berarti tes itu harus
komprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan tidak
keluar dari batasan tujuan pengukuran. Tabulasi uji validitas dapat
dilihat pada Lampiran 2 (Halaman 99).
Pengujian validitas isi instrumen tes dalam penelitian ini
menggunakan analisis rasional. Untuk validitas isi peneliti
menggunakan uji pakar yaitu tim dosen penelitian Stranas dan dosen
pembimbing yakni Dr. Gendon Barus, M.Si melalui expert judgement.
Setelah dilakukan itu, uji validitas tes karakter kerja keras dengan
mengkorelasikan skor buruk dengan skala tolak. Teknik korelasi yang
dipilih adalah Product Moment Pearson dengan rumus sebagai berikut.
= �∑ – ∑ ∑ √�∑ 2– ∑ 2. √�∑ – ∑ 2 Keterangan: : koefisien korelasi X : skor item Y : skor total N : banyaknya subjek
2. Reliabilitas
Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Perhitungan indeks reliabilitas instrumen tes dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan Alpha Cronbach (�). Adapun rumus uji reliabilitas Alpha Cronbach (�) adalah sebagai berikut:
� = [ − 2+2 2] Keterangan rumus:
� 1² dan � 2² = varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 � ² = varians skor skala
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan dan dihitung
dengan menggunakan bantuan program komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Window, diperoleh perhitungan reliabilitas tes karakter kerja keras dan hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Reliabilitas Item Cronbach's Alpha Keputusan
.557 Cukup Tinggi
Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (Masidjo, 2006). Kriteria Guilford dapat dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Kriteria Guilford
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91−1,00 Sangat Tinggi
0,71−0,90 Tinggi
0,41−0,70 Cukup Tinggi
0,21−0,40 Rendah
Negatif−0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan kriteria Guilford dapat diketahui bahwa koefisien
reliabilitas kuesioner Karakter Kerja Keras sebesar α= 0,557 termasuk Cukup Tinggi.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber lain terkumpul (Sugiyono, 2013). Kegiatan dalam
menganalisis data meliputi: mengelompokkan data berdasarkan variabel
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data dati tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan statistik nonparametris.
Alasannya karena responden penelitian ini kurang dari 30 orang dan dari
karena data yang digunakan untuk penelitian ini termasuk dalam kategori
nonparametris. Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu:
1. Deskriptif Kategorisasi Hasil Pendidikan Karakter dan Persentase a. Guna menganalisis rumusan masalah pertama, kedua, dan ketiga
peneliti menggunakan teknik deskriptif kategorisasi, dimana
responden akan menjawab data kuantitatif yang telah disediakan.
Untuk menganalisis data yang tersebut di rumusan masalah 1 (satu)
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan gradasi rentetan score dengan kategori pada Tabel 3.7 sebagai berikut.
Tabel 3.7
Nilai Validasi Mitra Kolaboratif
Pilihan Nilai Keterangan
+ + + 2,0−3,0 Sangat Lebih Baik + + 1,1−1,9 Lebih Baik
+ 0,09−0,99 Sedikit Lebih Baik _ 0−(-1) Sedikit Kurang _ _ (-1)− (-2) Sangat Kurang _ _ _ (-2)− (-3) Sangat Buruk
b. Kemudian untuk menjawab rumusan masalah kedua, peneliti
menggunakan deskriptif dengan persentase. Hal ini dilakukan
karena sejalan dengan tiga alternatif jawaban tegas yang disajikan
dalam kuesioner validasi implementasi pendidikan karakter kerja
keras yakni, ya, tidak, dan tidak tahu sesuai dengan penilaian siswa
Pem=
∑��
. %
Keterangan:
Pem : Persentase efektivitas model implementasi pendidikan karakter
∑f : Jumlah jawaban tiap item N : Jumlah responden
c. Guna melihat efektivitas hasil implementasi pendidikan karakter
kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning, maka dilakukan perbandingan dengan menghitung hasil pretest dan posttest. Perbandingan ini dilakukan untuk melihat selisih hasil antara keduanya. Kategorisasi
bertujuan untuk mengelompokkan subjek penelitian pada kategori
yang sudah ditetapkan (Azwar, 2014). Kategorisasi digunakan
menjadi patokan dalam menentukan tinggi rendahnya efektivitas
pendidikan nilai karakter kerja keras pada subjek penelitian.
Kategorisasi ini dapat ditentukan dengan formula yang ada pada
Tabel 3.8
Tabel Norma Kategorisasi
Penghitungan Skor Item Keterangan Xitem< x ̅+ 1,5 sb Sangat Tinggi
x̅ + 0,5 sb < Xitem ≤ x̅ + 1,5 sb Tinggi
x̅ - 0,5 sb < Xitem ≤ x̅ + 0,5 sb Sedang
x̅ - 1,5 sb < Xitem ≤ x̅ - 0,5 sb Rendah
̅
- 1,5 sb ≤ Xitem Sangat rendah Keterangan:
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek
penelitian berdasarkan perhitungan skala
Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek
penelitian berdasarkan perhitungan skala
x̅ (mean teoritik) : rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum
sb (simpangan baku) : luas jarak rentang yang dibagi dalam 6
satuan deviasi standar
Kategori di atas kemudian diterapkan sebagai patokan dalam
mengelompokkan tinggi rendahnya tingkat karakter kerja keras
berdasarkan skala tilik diri yang sudah disediakan berjumlah 20
item, sehingga diperoleh unsur penghitungan capaian skor subjek,
x maksimum teoritik: 20x 4 = 80
x minimum teoritik: 20x 1 = 20
sb (simpangan baku): (80-20):6= 10
x̅ (mean teoritik): (80+20):2= 50
Hasil penghitungan analisis skor dari kuesioner tilik diri
disajikan dalam norma kategorisasi tingkat karakter kerja keras
siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran
2014/2015 dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3.9
Tabel Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Kerja Keras Kriteria Skor Rentang Skor Kategorisasi
Xitem< x ̅+ 1,5 sb > 65 Sangat Tinggi
x̅ + ,5 sb < Xitem ≤ x̅ + ,5 sb 56−65 Tinggi
x̅ - ,5 sb < Xitem ≤ x̅ + ,5 sb 46−55 Sedang
x̅ - 1,5 sb < Xitem ≤ x̅ - 0,5 sb 36−45 Rendah
̅
- ,5 sb ≤ Xitem < 35 Sangat rendah
2. Wilcoxon Signed Ranks Test
Uji tanda dimaksudkan untuk melihat perbedaan tanpa melihat
besarnya perbedaan (Suhardi & Purwanto, 2016). Frank Wilcoxon
merupakan statistisi yang pertama kali memperkenalkan uji bertanda
ini pada tahun 1940an. Oleh karena itu, sering disebut juga dengan
sebutan Wilcoxon signed ranks test. Selain itu, ada juga yang menuliskan Wilcoxon Matched Pairs Test merupakan alat uji statistik
yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif (uji beda) bila
datanya berskala ordinal (ranking) pada dua sampel berhubungan
(related). Uji ini menggunakan simbol “T” (Martono, 2010). Uji Wilcoxon ini pun merupakan t-test untuk kelompok nonparametris. Uji hipotesis penelitian ini menggunakan teknik Wilcoxon dengan
rumus sebagai berikut:
Z= �−
� �+4√
� �+ 4 �+ Keterangan:T : Jumlah ranking bertanda terkecil
62 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil dan pembahasan hasil penelitian. Hasil penelitian
dipaparkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini.
A. Hasil Penelitian
1. Efektivitas Pendidikan Karakter Kerja Keras Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning di SMP Xaverius Gisting, Lampung Berdasarkan Penilaian Kepala Sekolah dan Guru
Model pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan
klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning dilihat keefektivitasannya menurut pendapat atau penilaian dari guru (mitra
kolaboratif). Guru yang mendampingi diminta untuk mengisi validasi
efektivitas model khusus untuk guru (mitra kolaboratif). Dalam
penelitian ini yang mengisi penilaian (validasi), yakni kepala sekolah
dan 2 orang guru mata pelajaran tertentu. Hal ini berguna untuk
melihat keefektivan pendidikan karakter ini secara lebih luas. Hasil
penilaian dari guru terhadap keefektivitasan model pendidikan karakter
Tabel 4.1
Penilaian Guru terhadap Efektivitas Model
No Nilai efektivitas Model PEKA BILA BISA KODE EXL Kepsek Mapel 1 Mapel 2 Total
1 Desain/rancangan lebih operasional 2 1 1 1,33** 2 Komprehensif/kelengkapan komponen 3 1 2 2,0*** 3 Kemudahan dalam implementasi/penerapan 2 2 2 2,0***
4 Kepraktisan dalam pelaksanaan 2 2 -1 1,0*
5 Sistematis/keruntutan langkah 1 1 1 1,0*
6 Efektivitas pencapaian tujuan 1 2 2 1,67**
7 Kesesuaian dengan kebutuhan siswa 1 2 1 1,33** 8 Kesesuaian dengan karakteristik siswa 1 2 2 1,67** 9 Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa 2 2 2 2,0*** 10 Kesesuaian dengan nilai karakter yang ditanamkan 3 3 3 3,0***
11 Kemenarikannya bagi siswa 1 3 3 2,33***
12 Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan 1 2 3 2,0*** 13 Kebermanfaatan bagi peningkatan karakter siswa 1 2 3 2,0*** 14 Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi 1 2 2 1,67** 15 Kekuatannya dalam memperbaiki karakter siswa 1 2 2 1,67** 16 Ketetapan strategi/metode penanaman karakter 1 2 2 1,67** 17 Keberpihakan pada kearifan lokal -1 1 2 0,67* 18 Kemudahan dalam mengevaluasi proses -1 1 2 0,67* 19 Kemudahan dalam penilaian capaian hasil 1 2 3 2,0*** 20 Menumbuhkan antusias/keberkesanan bagi siswa 1 3 3 2,33*** 21 Memotivasi siswa untuk terlibat aktif 2 2 2 2,0*** 22 Menumbuhkan kreativitas/inisiatif siswa 3 2 2 2,33*** 23 Memunculkan keberanian siswa untuk tampil 2 2 3 2,33*** 24 Menanamkan rasa hormat siswa terhadap guru/teman 1 2 1 1,33** 25 Peningkatan keberanian siswa bertanggung jawab 2 2 2 2,0*** 26 Penghargaan siswa terhadap teman/orang lain 1 2 2 1,67** 27 Peningkatan kerja sama/kekompakan tim 2 2 3 2,33*** 28 Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan 1 2 2 1,67** 29 Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk 2 1 2 1,67** 30 Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang 2 2 2 2,0*** 31 Membangun kepedulian/kesetiakawanan 1 2 2 1,67** 32 Kegembiraan siswa dalam mengikuti kegiatan 2 2 3 2,33*** 33 Peningkatan keingintahuan siswa 1 2 2 1,67** 34 Memdorong siswa untuk berpendapat/merespon 1 1 1 1,0* 35 Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri 1 2 1 1,33**
36 Mendorong siswa berrefleksi 1 3 1 1,67**
37 Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat 1 2 -1 0,67* 38 Mengatasi perilaku negatif/trouble pada siswa 1 1 1 1,0* 39 Membangkitkan keikhlasan siswa untuk menolong 1 2 1 1,33**
Mencermati Tabel 4.1 nampak bahwa mitra kolaboratif yang
terlibat di SMP Xaverius Gisting, Lampung menilai semua elemen
efektivitas implementasi model pendidikan karakter kerja keras
berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning antara 0,67 sampai 3,0. Dinilai dari aspek, ≤1,0* Sedikit lebih baik
1,1**-1,9** Lebih baik 2,0***-3,0*** Sangat lebih baik
terdapat 11 aspek dengan skor 1,67. Selanjutnya terdapat 9 aspek
dengan skor 2,0 dan ada 6 aspek dengan skor 2,33. Selain itu, terdapat
5 aspek yang memiliki skor 1,33 serta terdapat 4 aspek yang memiliki
skor 1,0. Skor 0,67 dan 3,0 masing-masing terdapat 3 aspek dan 1
aspek. Artinya, sebagian besar dari 39 aspek efektivitas model ini
masuk dalam kategori sangat lebih baik dan lebih baik. Fakta ini
menunjukkan bahwa mitra kolaboratif mengakui bahwa implementasi
model ini sangat lebih baik/lebih efektif untuk meningkatkan karakter
kerja keras dibandingkan dengan model pendidikan karakter
terintegrasi.
2. Efektivitas Pendidikan Karakter Kerja Keras Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning di SMP Xaverius Gisting, Lampung Menurut Penilaian Siswa
Siswa yang mengikuti semua rangkaian kegiatan diberikan
kesempatan untuk memberikan penilaian terkait dengan efektivitas
model pendidikan karakter kerja keras yang diimplementasikan pada
akhir pertemuan. Terdapat 30 butir pernyataan yang tersedia dan siswa
diminta untuk mencentang kolom ya (artinya setuju terhadap isi
pernyataan) atau mencentang kolom tidak (artinya menolak isi
pernyataan) atau kolom tidak tahu (artinya tidak dapat memberi
Penilaian dari siswa disajikan dalam bentuk persentasi (%) di tiap
itemnya dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Penilaian Siswa terhadap Efektivitas Model (N= 28)
No Dalam kegiatan bimbingn karakter ini, saya
mengalami/ memperoleh/ merasa: Ya %
1 Semangat untuk mengikuti kegiatan 28 100
2 Keberanian untuk tampil/melakukan sesuatu 28 100 3 Gembira/senang dalam melaksanakan kegiatan 28 100
4 Berani berpendapat 28 100
5 Lebih kreatif 24 85.71
6 Berani mencoba melakukan sesuatu 28 100
7 Takut salah dalam melakukan permainan 6 21.43
8 Malu dalam permainan kelompok 2 7.14
9 Dihargai oleh teman-teman 26 92.86
10 Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan 26 92.87
11 Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan 26 92.88
12 Manfaat bagi perbaikan perilaku 27 98.43
13 Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi 25 89.29
14 Keinginan untuk menolong orang lain 28 100
15 Puas terhadap bimbingan yang diberikan 27 98.43
16 Tertantang untuk mencoba 26 92.87
17 Capek/lelah/bosan dalam mengikuti semua kegiatan 1 3.57
18 Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti 28 100
19 Terdorong untuk terlibat aktif 28 100
20 Berani bertanggung jawab 28 100
21 Menghargai teman 28 100
22 Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim 28 100
23 Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan 28 100
24 Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk 28 100
25 Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang 28 100
26 Membangun kepedulian/kesetiakawanan 28 100
27 Peningkatan keingintahuan siswa 28 100
28 Peningkatan keingintahuan kesadaran siswa memperbaiki diri 28 100
29 Mendorong siswa lebih disiplin 28 100
30 Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat 27 98.43
Keterangan: Item no 7, 8, dan 17 merupakan pernyataan negatif
Mencermati Tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar siswa yang
turut serta dalam implementasi model pendidikan karakter kerja keras
experiential learning menilai model ini sangat efektif. Pada delapan belas (18) aspek penilaian, seluruh siswa (100%) menilai bahwa
implementasi model ini sangat efektif antara lain untuk berani
berpendapat, berani mencoba, keinginan untuk menolong orang lain,
kesediaan bekerja sama, dan mendorong siswa lebih disiplin. Artinya,
model implementasi pendidikan karakter ini sangat efektif digunakan
untuk meningkatkan karakter siswa.
3. Peningkatan Hasil Pendidikan Karakter Kerja Keras Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 untuk Keempat Sub Karakter yang Ditanamkan
Berdasarkan perolehan data penelitian yang bersumber dari
kuesioner tilik diri (self assessment scale) yang dihimpun di tiap akhir sesi atau setiap pergantian topik bimbingan dalam implementasi
pendidikan karakter kerja keras berbasis layanan bimbingan klasikal
kolaboratif, diketahui gambaran peningkatan karakter kerja keras siswa
kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran 2014/2015
unuk setiap sesinya. Peneliti melakukan pengkategorisasian untuk
menganalisis data. Kategorisasi yang digunakan adalah
pengkategorisasian menurut Azwar. Gambaran tingkat karakter kerja
keras siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran
Tabel 4.3
Kategorisasi Hasil Self Assessment Scale Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung dalam Implementasi Model Pendidikan Karakter Kerja Keras Berbasis Layanan Bimbingan
Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Rentang Skor Kategorisasi SESI I II III IV F % F % F % F % 65 Sangat Tinggi 3 10,7 2 7,1 6 21,4 20 71,4 56−65 Tinggi 18 64,3 15 53,6 18 64,3 8 28,6 46−55 Sedang 7 25 10 35,7 4 14,3 0 0 36−45 Rendah 0 0 1 3,6 0 0 0 0 36 Sangat Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0
Data pengkategorisasian di atas bila disajikan dalam bentuk grafik
maka akan terlihat seperti di bawah ini.
Grafik 4.1
Gambaran Peningkatan Karakter pada Siswa tiap Sesi Penelitian ini juga menggunakan tes mengenai pendidikan karakter
kerja keras yang dilakukan di awal (pretest) dan akhir (posttest)
melalui tes peningkatan karakter kerja keras, dapat diketahui gambaran
karakter kerja keras siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung
tahun ajaran 2014/2015. Hasil data menunjukkan gambaran mengenai
tingkat karakter kerja keras siswa sebelum dan sesudah mendapatkan
perlakuan, yakni layanan bimbingan klasikal kolaboratif. Berikut
visualisasi gambaran hasil pendidikan karakter kerja keras siswa kelas
VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung tahun ajaran 2014/2015 dalam
tabel 4.4 dan grafik 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.4
Kategorisasi Karakter Kerja Keras Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum dan
Sesudah Mendapatkan Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning
Rentang
Skor Kategori
Pretest Posttest Selisih
F % F % ∑ % >65 Sangat tinggi 6 21 15 53 9 32 56-65 Tinggi 19 68 10 36 -9 32 46-55 Sedang 3 11 3 11 0 0 36-45 Rendah 0 0 0 0 0 0 <36 Sangat rendah 0 0 0 0 0 0
Data pengkategorisasian di atas, bila disajikan dalam bentuk grafik
Grafik 4.2
Grafik Tingkat Karakter Kerja Keras Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum dan
Sesudah Mendapatkan Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning
Tingkat karakter kerja keras siswa kelas VIII SMP Xaverius
Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014-2015 sebelum (pretest)
mendapatkan pendidikan karakter berbasis layanan klasikal kolaboratif
dengan pendekatan experiential learning pada tabel 4.4 dan grafik 4.2
menunjukkan bahwa:
a. Ada 6 (21%) siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung
yang memiliki karakter kerja keras pada kategorisasi sangat
tinggi.
b. Ada 19 (68%) siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung
c. Ada 3 (11%) siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung
yang memiliki karakter kerja keras pada kategorisasi sedang.
d. Tidak ada (0%) siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting,
Lampung yang memiliki karakter kerja keras pada kategorisasi
rendah maupun sangat rendah.
Tingkat karakter kerja keras siswa kelas VIII SMP Xaverius
Gisting, Lampung Tahun Ajaran 2014-2015 sesudah (posttest)
mendapatkan pendidikan karakter berbasis layanan klasikal kolaboratif
dengan pendekatan experiential learning pada tabel 4.4 dan grafik 4.2
menunjukkan bahwa:
a. Ada 15 (53%) siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung
yang memiliki karakter kerja keras pada kategorisasi sangat
tinggi.
b. Ada 10 (36%) siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung
yang memiliki karakter kerja keras pada kategorisasi tinggi.
c. Ada 3 (11%) siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting, Lampung
yang memiliki karakter kerja keras pada kategorisasi sedang.
d. Tidak ada (0%) siswa kelas VIII SMP Xaverius Gisting,