EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER PENERIMAAN DIRI
DAN SOSIAL
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kalimantan Barat Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Mersy Cahyati
131114071
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER PENERIMAAN DIRI
DAN SOSIAL
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kalimantan Barat Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Mersy Cahyati
131114071
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
SKRIPSI
EFEKTIVITAS IMPLE
iii
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
iv
HALAMAN MOTTO
“Jika kamu mempunyai 1000 masalah, ingatlah bahwa Tuhan mempunyai 1001
cara untuk menyelesaikannya” - unknow
“Belajar itu Menyakitkan”
(Drs. R. H. Dj. Sinurat, M.A.)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Hasil tulisan ini Mersy persembahkan bagi ….
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa menopang, menuntun dan
memberikan kekuatan dalam perjalanan hidup menuju masa depan yang lebih
baik.
Orangtua tercinta,
Papa Yohanes Sujianto, yang tanpa lelah memberikan dukungan, nasiha t, kasih
sayang dan tak pernah lupa mengingatkan arti dari sebuah kesabaran, arti dari
sebuah penantian.
Mama Maria Yuspita (alm.) secara khusus Mersy tepati janji untuk mewujudkan
impian Mama sebagai seorang Sarjana.
Koko tercinta, Puro Juan Handry yang selalu bersedia dijadikan sebagai saingan
dalam dunia sekolah.
Keluarga besar Phang Khet Kong dan Ho Jan Fun yang selalu memberikan
motivasi dan kasih sayang hingga detik ini.
Hendra Huang yang senantiasa mendengarkan cerita, keluh kesah dan tanpa
lelah memberikan semangat.
Serta seluruh teman-teman dan sahabat yang menemani Mersy hingga tak lekang
vi
PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTIN
viii
ABSTRAK
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER PENERIMAAN DIRI DAN SOSIAL
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kalimantan Barat Tahun Ajaran 2015/2016)
Mersy Cahyati Universitas Sanata Dharma
2017
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) peningkatan karakter penerimaan diri dan sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar antara sebelum dan sesudah implementasi, 2) peningkatan signifikansi hasil pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar, 3) hasil peningkatan pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning di SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar antar sesi layanan, 4)
efektivitas implementasi pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning berdasarkan penilaian siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar tahun ajaran 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode pra eksperimen
one group pre-test post-test design. Subjek penelitian berjumlah 21 orang siswa
kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner validasi efektivitas model menurut penilaian siswa, skala penilaian diri siswa, dan tes karakter penerimaan diri dan sosial. Tes karakter penerimaan diri dan sosial berbentuk pilihan ganda bergradasi yang diberikan sebelum dan sesudah implementasi dilakukan. Koefisien reliabilitas tes karakter penerimaan diri dan sosial diukur dengan menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach, diperoleh hasil hitung (r11=0,348) yang termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan koefisien reliabilitas skala penilaian diri (self assessment scale) yang diukir dengan teknik analisis Alpha Cronbach diperoleh hasil hitung (r11=0,685) yang termasuk dalam kategori sedang.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) terdapat peningkatan hasil pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial antara sebelum dan sesudah implementasi, 2) terdapat peningkatan yang signifikan hasil pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning, 3) terdapat peningkatan antar sesi layanan yang diberikan, 4) menurut
penilaian siswa, implementasi model pendidikan karakter ini sangat efektif untuk meningkatkan karakter penerimaan diri dan sosial siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop Tahun Ajaran 2015/2016.
ix
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATION BASED ON CLASS COUNSELING SERVICES USING THE EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH TO IMPROVE SELF AND SOCIAL
ACCEPTANCE
(Pre Experiments in Class VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, West Kalimantan Academic Year 2015/2016)
Mersy Cahyati Sanata Dharma University
2017
The purpose of this study was to determine: 1) the increase of student self and social acceptance based on the class guidance services using the experiential learning approach in St.Aloysius Gonzaga Junior High School Nyarumkop, West Kalimantan before and after the implementation, 2) a significance increase in the results of character education to increase self and social acceptance based on class guidance services using the experiential learning approach St.Aloysius Gonzaga JHS Nyarumkop, West Kalimantan, 3) the increase of self and social acceptance based on class guidance services using the experiential learning approach in St.Aloysius Gonzaga JHS Nyarumkop, West Kalimantan in between sessions, 4) the effectiveness of the implementation of character education to improve self and social acceptance based on class guidance services using the experiential learning
approach according to student‟s assessment.
This research is a quantitative research with pre-experimental methods of one group pre-test post-test design. Subjects of the research were 21 students of class VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop Academic Year 2015/2016. Data were collected using a questionnaire validation of the effectiveness of the model according to student assessment, student self-assessment scale, and the test of character self and social acceptance. The test of character self and social acceptance was a graded multiple choice given before and after the implementation. The coefficient of reliability tests of character self and social
acceptance was measured using Cronbach‟s Alpha analysis techniques, the result
of (r11 = 0.348) was included in the low category. While the self-assessment scale reliability coefficient (self assessment scale) analyzed with Cronbach‟s Alpha analysis techniques resulting in (r11 = 0.685) was included in the medium category.
The results showed: 1) there was an increase in student self and social acceptance before and after the implementation of the character education based on class guidance service using the experiential learning approach, 2) there is a significant increase in student self and social acceptance before and after the implementation of the character education based on class guidance service using the experiential learning approach, 3) there is an increase in between the sessions of the services, 4) according to student assessment, the implementation of character education model is very effective to improve the character of selfand social acceptance among the students of class VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop Academic Year 2015/2016.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat dan
perlindungan-Nya, penulisan tugas akhir dengan judul “EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER PENERIMAAN DIRI DAN SOSIAL (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kalimantan Barat Tahun Ajaran 2015/2016)”
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Selama proses menulis tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa begitu
banyak pihak yang berperan dalam membimbing, mendampingi, mengingatkan
dan mendukung setiap proses yang penulis jalani. Oleh sebab itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling, sekaligus dosen pembimbing skripsi.
3. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.
4. Mas Stefanus Priyatmoko selaku petugas sekretariat Program Studi
Bimbingan dan Konseling yang senantiasa ramah dan penuh kesabaran
xi
5. Orang tua tercinta, Papa Yohanes Sujianto dan Mama Maria Yuspita (alm.)
atas seluruh doa, dukungan, pendampingan, nasihat serta penguatan yang
diberikan kepada penulis selama ini.
6. Koko tesayang, Puro Juan Handry atas segala keceriaan dan dukungan yang
diberikan kepada penulis selama ini.
7. Keluarga besar Phang Khet Kong dan Ho Jan Fun atas bantuan finansial,
nasihat, kasih sayang, kebahagiaan, keceriaan, kebersamaan yang selalu
dirindukan penulis selama ini dan saat penulis sedang menempuh kuliah di
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
8. Sahabat terbaik, teman terkasih, dan pacar yang luar biasa Hendra Huang atas
doa, bantuan, dukungan, kebersamaan, keceriaan yang selalu diberikan kepada
penulis selama ini.
9. Keluarga keduaku, sahabat sekaligus saudara tergilaku, „Alayers‟: Galuh
Kotsasi, Giffari Enggar, Desi Indah, Vera Handika, dan Futri Auliya, serta
„Quiners‟: Erna Nosita, Cindy Glaudia, Adeartha, Yohana Maria Deta, atas
kegilaan, keceriaan, kebahagiaan, kebersamaan, keluh kesah, dan semangat
yang selalu diberikan kepada penulis selama duduk di bangku SMP-SMA
hingga proses penulisan tugas akhir.
10.Sejawatku, Sahabatku, Keluarga ketigaku Angkatan 2013A dan 2013B
Program Studi Bimbingan dan Konseling atas doa, dukungan, pengalaman dan
kebersamaan selama studi, organisasi, kepanitiaan, PPL, KKN, hingga
xii
11.Teman-teman terdekat selama studi di Prodi BK USD yang selalu ringan
tangan, mendengarkan keluh kesah, memberi nasihat dan dukungan, Stela
Hilapok, Yuni Tarigan, Katerina M, Mba Monica Susi, Dwi Retno, Prety
Tarigan, Bruder Dinus, Ivantoro, Heny Listyp, Florentina, Zena Vania,
Okdarina, Fransiscade, Kadek Sri, Offy Pugel, Rani Pri, Soesanto, Wibi,
Aning, Gagas, Sifradita, Yosepyoga, Yoga L, Melani, dan masih banyak lagi
teman-teman yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu.
12.Kakak-kakak Angkatan 2012 dan Adik-adik Angkatan 2014 dan 2015 yang
senantiasa saling memberi motivasi, saling mendukung dan saling membantu,
terkhusus Gabriela T. Paramitha yang telah membantu penulis dalam banyak
hal terkait penyelesaian tugas akhir ini.
13.Keluarga Besar SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kalimantan Barat
yang telah mengijinkan penulis untuk berproses bersama dalam rangka
penyusunan tugas akhir.
14.Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan
hingga penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dipergunakan sebagai tambahan pengetahuan. Akhir kata, atas perhatian dan
kesempatan yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 23 Januari 2017
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR TABEL ... i
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah Penelitian... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Definisi Istilah ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Hakikat Pendidikan Karakter... 12
xiv
1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 12
2. Tujuan Pendidikan Karakter ... 13
3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 14
4. Faktor-faktor Pengaruh Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 17
5. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 17
6. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 18
B. Hakikat Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 19
1. Pengertian Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 19
2. Manfaat Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 21
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 21
4. Aspek Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 22
5. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Seseorang Diterima dan Ditolak... 22
C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal ... 23
1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 23
2. Tujuan Bimbingan Klasikal ... 24
3. Manfaat Bimbingan Klasikal ... 25
4. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Bimbingan Klasikal ... 26
5. Teknik/strategi dalam Pelayanan Bimbingan Klasikal ... 27
6. Langkah-langkah Layanan Bimbingan Klasikal ... 32
D. Hakikat Pendekatan Experiential Learning ... 35
1. Pengertian Pendekatan Experiential Learning ... 35
2. Kelebihan Pendekatan Experiential Learning ... 36
xv
4. Aktivitas Inti dalam Pembelajaran Experiential Learning ... 38
5. Prosedur Penerapan Experiential Learning ... 39
E. Hakikat Remaja Sebagai Peserta Didik SMP ... 41
1. Pengertian Peserta Didik SMP ... 41
2. Karakteristik Peserta Didik SMP ... 42
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Sebagai Peserta Didik ... 43
4. Karakteristik Remaja Suku Dayak ... 44
F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 46
G. Kerangka Berpikir ... 47
H. Hipotesis Penelitian ... 48
BAB III METODE PENELITIAN ... 50
A. Jenis Penelitian ... 50
B. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian... 52
C. Setting Penelitian (lokasi dan waktu penelitian) ... 52
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 53
1. Teknik Pengumpulan Data ... 53
2. Tahap Pengumpulan Data ... 53
3. Instrumen ... 54
E. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ... 60
1. Validitas Instrumen ... 60
2. Reliabilitas Instrumen ... 61
I. Teknik Analisis Data ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
xvi
1. Peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter berbasis
layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning dalam meningkatkan karakter penerimaan diri dan sosial
siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar
tahun ajaran 2015/2016 jika dilihat dari hasil pretest dan posttest. ... 70
2. Signifikansi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter
penerimaan diri dan sosial berbasis layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIIB
SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar tahun ajaran
2015/2016 antara sebelum dan sesudah implementasi. ... 75
3. Peningkatan hasil pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning pada siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius
Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar tahun ajaran 2015/2016 antar sesi
layanan. ... 78
4. Efektivitas implementasi pendidikan karakter penerimaan diri dan
sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning pada siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius
Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar tahun ajaran 2015/2016 menurut
penilaian responden siswa. ... 80
B. Pembahasan ... 82
1. Peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter dilihat dari
hasil pretest dan posttest. ... 82
2. Signifikansi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter
penerimaan diri dan sosial antara sebelum dan sesudah
implementasi. ... 84
3. Peningkatan hasil pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial
xvii
4. Efektivitas implementasi pendidikan karakter penerimaan diri dan
sosial menurut penilaian responden siswa. ... 87
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Keterbatasan Penelitian ... 91
C. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 95
LAMPIRAN ... 98
LAMPIRAN 1 Tes Tingkat Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 99
LAMPIRAN 2 Kuesioner Penilaian Diri (self assesment scale) ... 103
LAMPIRAN 3 Lembar Penilaian Siswa ... 105
LAMPIRAN 4 Tabulasi Data Pretest ... 107
LAMPIRAN 5 Tabulasi Data Posttest ... 108
LAMPIRAN 6 Tabulasi Selisih Skor Pendidikan Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 109
LAMPIRAN 7 Tabulasi Data Skala Penilaian Diri Siswa Sesi I ... 110
LAMPIRAN 8 Tabulasi Data Skala Penilaian Diri Siswa Sesi II ... 111
LAMPIRAN 9 Hasil Uji Z Wilcoxon ... 112
LAMPIRAN 10 Hasil Uji Validitas Butir Item Tes Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 113
LAMPIRAN 11 Hasil Uji Validitas Item Skala Penilaian Diri Siswa ... 115
LAMPIRAN 12 Hasil Uji Reliabilitas Tes Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 116
LAMPIRAN 13 Hasil Uji Reliabilitas Skala Penilaian Diri Siswa ... 117
LAMPIRAN 14 Surat Izin Penelitian ... 118
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tahapan Pelayanan Bimbingan Klasikal ... 35
Gambar 2. 2 Kolb’s Experiential Learning Style Model ... 37
Gambar 2. 3 Prosedur Penerapan Experiential Learning ... 41
Gambar 2. 4 Bagan Kerangka Berpikir... 48
Grafik 4. 1 Peningkatan Rerata Skor Karakter Penerimaan Diri dan Sosial Antara Pre Test Dan Post Test ... 71
Grafik 4. 2 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Tes Karakter Penerimaan Diri dan Sosial Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter... 72
Grafik 4. 3 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Pendidikan Karakter Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter ... 73
Grafik 4. 4 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Pendidikan Karakter pada Tiap Sesi ... 79
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Tahapan Langkah Model Pembelajaran Experiential Learning ... 38
Tabel 3. 1 Tabel Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design ... 51
Tabel 3. 2 Data Subjek Penelitianz ... 52
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Tes dan Hasil Uji Validitas Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 57
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Skala Penilaian Dri (self assessment scale) ... 59
Tabel 3. 5 Rekapitulasi Hasil Uj Validitas Tes Karakter Penerimaan Diri dan Sosial ... 63
Tabel 3. 6 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Skala Penilaian Diri (Self Assesment Scale) ... 63
Tabel 3. 7 Norma Kategori Reliability Statistic Guilford ... 63
Tabel 3. 8 Reliabilitas Item Tes ... 65
Tabel 3. 9 Reliabilitas Skala Penilaian Diri (self assesment scale)... 66
Tabel 3. 10 Tabel Norma Kategorisasi Skala Penilaian Diri (self Assesment Scala) Tingkat Karakter Penerimaan Diri dan Sosial/i Kelas VIIB SMP St. Aloysius Gonzage Nyarumkop, Kal-Bar Tahun Ajaran 2015/2016 ... 68
Tabel 4. 1 Distribusi Hasil Peningkatan Karakter Penerimaan Diri dan Sosial Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Siswa Kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar Tahun Ajaran 2015/2016 Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter ... 72
Tabel 4. 2 Uji T Berpasangan Pretest-Posttest Karakter Penerimaan Diri dan Sosial Siswa Kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar tahun ajaran 2015/2016 ... 75
Tabel 4. 3 Distribusi Hasil Peningkatan Karakter Penerimaan Diri dan
Sosial Berdasarkan SkalaPenilaian Diri (Self Assesment Scale)
xx
Siswa Kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop,
Kal-Bar Tahun Ajaran 2015/2016 ... 79
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Rencana Strategis (renstra) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2010-2014 telah mencanangkan penerapan pendidikan karakter pada semua
jenjang pendidikan di Indonesia mulai tingkat Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) sampai perguruan tinggi (PT) dalam sistem pendidikan Indonesia.
Berkaitan dengan pelaksanaan renstra pendidikan karakter di semua jenjang
tersebut maka sangat diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap
program-program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa
harus benar-benar dioptimalkan (Listyarti, 2012).
Masalah-masalah seputar karakter atau moral yang terjadi sekarang ini,
jauh lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan dengan masalah-masalah
karakter atau moral yang terjadi pada masa-masa sebelumnya. Persoalan
karakter menjadi bahan pemikiran sekaligus keprihatinan bersama
dikarenakan negara ini sedang mengalami krisis karakter (Zubaedi, 2012).
Krisis ini antara lain ditandai dengan meningkatnya masalah-masalah sosial
yang muncul di dunia remaja. Dari 350 orang siswa SMP dan SMA dari
beberapa sekolah di Jakarta, ditemukan angka peningkatan dalam masalah
remaja 84%, kejahatan terhadap teman 36,66%, pencurian remaja 6,73%,
kebiasaan menyontek 49.3%, penyalahgunaan obat-obatan terlarang 22%,
pornografi 52,9%, perkosaan 22,53%, perampasan dan perusakan milik orang
lain 19,85%, serta kasus bunuh diri di kalangan remaja 50%, menjadi masalah
sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas
(www.vivanews.co.id).
Selama ini para guru sudah mengajarkan pendidikan karakter, namun
kebanyakan masih seputar teori dan konsep, belum sampai ke ranah
metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Tanpa pijakan dan pemahaman
konsep, teori, serta metode yang jelas dan komprehensif tentang pendidikan
karakter, maka misi pendidikan karakter pada sekolah-sekolah akan menjadi
sia-sia. Tidak hanya para guru yang berperan aktif dalam pendidikan karakter
di sekolah, tetapi para staf atau pegawai di lingkungan sekolah juga dituntut
berperan dalam pendidikan karakter dengan cara menjaga sikap, sopan santun,
dan perilaku agar dapat menjadi sumber keteladanan bagi para peserta didik
(Koesoema, 2010).
Pendidikan karakter sangat penting dilaksanakan pada anak usia remaja, di
mana masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip
mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan
emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang
dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun
yang sering dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas perkembangannya,
yaitu: (1) Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan
situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi,
penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai. (2) Masalah khas remaja, yaitu
masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti
masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan
stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit
kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Ketika seorang anak beranjak remaja, anak sungguh membutuhkan
perhatian khusus dari orang tua maupun dari guru di sekolah terutama pada
perubahan-perubahan yang dialaminya baik secara fisik (bentuk tubuh)
maupun hormonal. Bertambahnya tugas-tugas perkembangan juga membuat
anak harus kembali beradaptasi, apalagi perubahan dalam interaksi sosial yang
membuat anak harus menyesuaikan diri dengan situasi barunya sebagai
seorang remaja. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menjadi hambatan dalam
perkembangan remaja. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda
dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui dalam setiap fase
perkembangan termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil
diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagiaan dan
penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas
tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya (Hurlock, 1991). Terutama pada
karakter penerimaan diri dan sosial.
Beberapa sekolah di wilayah Kalimantan Barat, khususnya di SMP
St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar hal serupa terjadi. Sebagian besar
remaja Suku Dayak yang bersekolah di SMP St.Aloysius Gonzaga
Nyarumkop, Kal-Bar masih belum menyadari pentingnya pendidikan karakter
penerimaan diri dan sosial di sekolah karena remaja di daerah tersebut masih
sering berkelahi, menyontek, mengikuti acara-acara adat yang mengharuskan
mereka minum minuman keras tradisional, serta merokok. Hal ini
menyebabkan keprihatinan terkait karakter penerimaan diri dan sosial yang
kurang baik dalam pergaulan mereka sehari-hari. Kurangnya pemahaman
remaja terkait karakter penerimaan diri dan sosial, serta belum adanya
penelitian yang secara langsung menunjuk pada efektivitas pendidikan
karakter penerimaan diri dan sosial, membuat peneliti tertarik dan ingin
menelusuri lebih jauh bagaimana karakter tersebut diajarkan oleh guru BK
atau konselor di SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar. Penelitian
ini berfokus untuk menumbuhkan beberapa nilai karakter yakni, jujur, disiplin,
mandiri, dan peduli sosial.
Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan di atas adalah melalui
implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning, di mana guru BK atau konselor sekolah
dapat mempersiapkan rancangan yang optimal untuk menggabungkan
dapat mengalami langsung proses pembelajaran yang juga mengajarkan
mereka tentang nilai-nilai karakter yang masih harus dikembangkan dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan karakter sangat
diperlukan, agar siswa-siswi yang baru berusia remaja ini dapat menangani
masalah yang dihadapi terutama karakter penerimaan diri dan sosial. Karena
pada saat seorang anak sudah bisa menerima dirinya apa adanya, maka secara
otomatis anak harus bisa juga menerima dunia sosialnya, dengan begitu
pendidikan karakter ini dapat membantu siswa menjadi pribadi yang lebih
optimal.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan ingin
mengukur seberapa efektif pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial
berbasis layanan bimbingan klasikal. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk
mengangkat judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Penerimaan Diri dan Sosial
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga
Nyarumkop, Kalimantan Barat Tahun Ajaran 2015/2016)”.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan berbagai
masalah sebagai berikut :
1. Pendidikan karakter khususnya di SMP selama ini baru menyentuh ranah
kognitif dan belum sampai tataran ranah afeksi maupun pengamalan
2. Persoalan karakter menjadi bahan pemikiran sekaligus keprihatinan
bersama dikarenakan negara ini sedang mengalami krisis karakter.
3. Vivanews.co.id melangsir hasil penelitian kenakalan remaja yang
menunjukkan meningkatnya pergaulan seks bebas 62,7%, maraknya angka
kekerasan anak-anak dan remaja 84%, kejahatan terhadap teman 36,66%,
pencurian remaja 6,73%, kebiasaan menyontek 49.3%, penyalahgunaan
obat-obatan terlarang 22%, pornografi 52,9%, perkosaan 22,53%,
perampasan dan perusakan milik orang lain 19,85%, bunuh diri di
kalangan remaja 50%, sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini
belum dapat diatasi secara tuntas.
4. Siswa belum menyadari dan belum mempunyai gambaran pentingnya
pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial bagi dirinya sendiri.
5. Belum pernah diterapkan layanan bimbingan klasikal berbasis experiential
learning di SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar.
6. Adanya indikasi karakter penerimaan diri dan sosial yang kurang baik
pada siswa di SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar.
7. Belum adanya penelitian yang secara langsung menunjukkan efektivitas
pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial di SMP St.Aloysius
Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar.
C. Pembatasan Masalah Penelitian
Bertolak dari pengidentifikasian masalah di atas, peneliti mencoba untuk
memberi pembatasan pada poin 4, 5, 6, 7. Dalam penelitian ini, fokus kajian
klasikal dengan pendekatan experiential learning guna meningkatkan karakter
penerimaan diri dan sosial pada siswa SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop,
Kal-Bar.
D. Rumusan Masalah
1. Seberapa tinggi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning dalam meningkatkan karakter penerimaan diri dan sosial siswa
kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar tahun ajaran
2015/2016 jika dilihat dari hasil pre-test dan post-test?
2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi
pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial berbasis layanan
bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa
kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar tahun ajaran
2015/2016 antara sebelum dan sesudah implementasi?
3. Seberapa tinggi peningkatan hasil pendidikan karakter penerimaan diri dan
sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning pada siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop,
Kal-Bar tahun ajaran 2015/2016 antar sesi layanan?
4. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter penerimaan diri dan
sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning menurut penilaian siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga
E. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis seberapa tinggi peningkatan hasil implementasi pendidikan
karakter penerimaan diri dan sosial berbasis layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIIB SMP
St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar berdasarkan hasil pre-test dan
post-test.
2. Menganalisis signifikansi implementasi hasil pendidikan karakter
penerimaan diri dan sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius
Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar tahun ajaran 2015/2016.
3. Mendeskripsikan seberapa tinggi hasil implementasi pendidikan karakter
penerimaan diri dan sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius
Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar tahun ajaran 2015/2016 antar sesi layanan.
4. Menganalisis efektivitas implementasi pendidikan karakter penerimaan
diri dan sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning berdasarkan penilaian siswa kelas VIIB SMP
St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar tahun ajaran 2015/2016.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap
karakter. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan
dan pengembangan penelitian dalam bidang kajian yang sama, khususnya
mengenai pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial berbasis layanan
bimbingan klasikal di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para guru Bimbingan dan Konseling SMP St.Aloysius Gonzaga
Nyarumkop, Kal-Bar
Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan
oleh sekolah untuk melihat seberapa baik dan seberapa positif
efektivitas pendidikan karakter penerimaan diri dan sosial berbasis
layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
pada siswa kelas VIIB. Selain itu, sekolah juga dapat menentukan
langkah-langkah yang dapat diberikan kepada siswa untuk dapat
meningkatkan karakter penerimaan diri dan sosial dalam diri mereka.
b. Bagi siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop,
Kal-Bar
Siswa kelas VIIB SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop, Kal-Bar
dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat seberapa baik
dan seberapa positif karakter penerimaan diri dan sosial mereka setelah
mengikuti layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning. Apabila terdapat pada diri mereka masing-masing
kekurangan dalam menerima diri dan sosial, maka mereka juga perlu
c. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui dan memahami seberapa baik dan
seberapa positif efektivitas pendidikan karakter penerimaan diri dan
sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning dan dapat mengusulkan topik-topik bimbingan
yang sesuai kepada guru BK SMP St.Aloysius Gonzaga Nyarumkop,
Kal-Bar untuk membantu siswa dalam membangun karakter
penerimaan diri dan sosial.
G. Definisi Istilah
Beberapa hal terkait dengan istilah dalam judul penelitian ini dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja guna membantu
seseorang sehingga memiliki cara berpikir dan berperilaku sesuai dengan
ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara. Pendidikan karakter
bertujuan pula mengenalkan kepada peserta didik nilai-nilai luhur yang
harus dikembangkan oleh peserta didik terutama di Indonesia.
2. Karakter penerimaan diri dan sosial merupakan kemampuan manusia
dalam melakukan pemahaman dan refleksi terhadap dirinya sendiri serta
lingkungannya. Menerima diri dan lingkungan sosial berarti seseorang
memiliki kemampuan dalam memahami orang lain baik dari aspek fisik,
psikologis, sosial atau spiritualnya, mampu melihat dan menyelami dirinya
menyadari apa saja yang dilakukan, berpikir dan mengevaluasi kelebihan
serta kekurangan dirinya.
3. Bimbingan klasikal merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan oleh guru bimbingan dan konseling (guru BK) atau konselor
sekolah kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang
dilaksanakan di dalam kelas.
4. Experiential Learning merupakan sebuah pendekatan pembelajaran
berbasis pengalaman, di mana para pembelajar membangun pengetahuan,
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter
penerimaan diri dan sosial, hakikat pendekatan experiential learning, hakikat
layanan bimbingan klasikal, hakikat remaja sebagai pelajar SMP, hasil penelitian
yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter
Lickona (dalam Samani & Hariyanto, 2012:44) mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk
membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan
nilai-nilai etis. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik sehingga mereka
memiliki nilai karakter dalam diri, yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis,
dan kreatif (Zubaedi, 2012: 17-18).
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu upaya terencana
untuk menjadikan seseorang dapat memahami, peduli, dan bertindak
dengan berlandaskan nilai-nilai karakter dalam diri dan norma yang
berlaku dalam lingkungan sekitar sehingga akhirnya membentuk manusia
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai Standar Kompetensi Lulusan. Secara khusus tujuan
pendidikan karakter adalah untuk:
a. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi karakter bangsa yang
religius.
b. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter dan
karakter bangsa.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan serta rasa
3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Menurut Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas (dalam Suyadi, 2013)
terdapat 18 nilai karakter yang harus dikembangan untuk peserta didik di
Indonesia. Kedelapan belas nilai dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Nilai religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
gender, jenis kelamin, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
f. Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
j. Semangat kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k. Cinta tanah air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
l. Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu
berguna bagi masyarakat, serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/komunikatif
Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebaBKan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat pengkotakan sosial,
baik agama, budaya, gender, jenis kelamin, dan status sosial.
r. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
4. Faktor-faktor Pengaruh Keberhasilan Pendidikan Karakter
Menurut Zubaedi (2012) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan karakter, yaitu:
a. Insting (naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia
dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang.
b. Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti
berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya.
c. Keturunan
Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi
pembentukan karakter seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah variabel yang selalu melekat pada diri setiap
individu, mulai dari lingkungan fisik hingga pada lingkungan sosial.
5. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi
Barus (2015) dalam penelitiannya pada 5 SMP di berbagai kota di
Indonesia menemukan hambatan-hambatan umum dalam pelaksanaan
pendidikan karakter terintegrasi, yakni.
a. Pedoman Pendidikan Karakter dari Direktorat Pembinaan SMP (2010)
b. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat sekedar
tempelan, para guru sulit menerapkannya.
c. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian
karakter.
d. Penanaman nilai karakter masih cenderung pada tataran
kognitif/diceramahkan.
e. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter
tidak selalu sama, cenderung rapuh dan belum tercipta kolaborasi yang
baikantara para guru dan konselor/guru BK dalam implementasi
pendidikan karakter.
f. Sebanyak 36,4% dari 653 siswa di 5 kota yang diteliti masih berada
pada kategori kurang baik dan beberapa di antaranya buruk dalam
capaian skor karakternya.
6. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Kementrian Pendidikan Nasional (2010), menyatakan bahwa pendidikan
karakter hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk
membangun karakter.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik.
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka,
dan membantu mereka untuk sukses.
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggng jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama.
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter.
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta
didik.
B. Hakikat Karakter Penerimaan Diri dan Sosial
1. Pengertian Karakter Penerimaan Diri dan Sosial
Elias & Handayani (2014) menjelaskan bahwa menerima diri dapat
diartikan sebagai suatu sikap memandang diri sendiri sebagaimana adanya
dan memperlakukan secara baik disertai rasa senang serta bangga serta
dirinya berarti orang tersebut mengenali dimana dan bagaimana dirinya
saat ini dan mempunyai keinginan untuk terus mengembangkan diri.
Jersild (dalam Hurlock, 1991) mendefinisikan penerimaan diri sebagai
tingkat sejauh mana seseorang menerima karakteristik personalnya dan
menggunakannya untuk menjalani keberlangsungan hidupnya. Tingkat
penerimaan diri seseorang menentukan penyesuaian kehidupannya.
Hurlock (1991) menambahkan bahwa penerimaan diri ditentukan sejauh
mana keberhasilan individu dalam membentuk tingkah laku yang sesuai
dengan nilai-nilai yang melingkupi kehidupannya. Lebih-lebih hal ini akan
mengarah pada aktualisasi diri sebagai motif utama individu yang
mengarahkannya pada pengembangan potensi sebagai individu yang unik.
Orang yang tertarik pada dirinya akan mengagumi dirinya dan memberi
penghargaan pada dirinya.
Dalam situasi sosial, setiap individu yang bertingkah laku sosial,
diharapkan mempunyai kegunaan bagi individu lain dalam interaksi sosial
tersebut. Dengan kata lain, tingkah laku sosial inilah yang harus dipelajari
oleh setiap individu dalam hubungannya dengan situasi sosial yang
dihadapi oleh individu yang bersangkutan dalam kehidupannya sehari-hari
(Abdul Rahman, 2013).
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di
atas, disimpulkan bahwa penerimaan diri dan sosial merupakan kesadaran
menentukan penyesuaian hidup dan kehidupan sosialnya bersama dengan
individu lain dalam situasi sosial yang dihadapi.
2. Manfaat Karakter Penerimaan Diri dan Sosial
Karakter penerimaan diri dan sosial memiliki peranan yang penting
dalam interaksi sosial. Jika individu mampu menerima diriya sendiri,
maka individu tersebut akan mampu menerima orang lain (Elias &
Handayani, 2014). Penerimaan diri dapat membantu individu dalam
berinteraksi dengan individu lain, meningkatkan kepercayaan diri serta
membuat hubungan lebih akrab karena individu tersebut menyadari bahwa
setiap individu diciptakan sama, yaitu memiliki kelebihan dan kekurangan.
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Penerimaan Diri dan Sosial
Sheerer (dalam Sutadipura, 1984) menyebutkan karakterisitik dari individu
yang memiliki karakter penerimaan diri dan sosial, yaitu :
a. Kepercayaan atas kemampuannya untuk dapat menghadapi hidupnya.
b. Menganggap dirinya sederajat dengan orang lain.
c. Tidak menganggap dirinya sebagai orang hebat atau abnormal dan
tidak mengharapkan bahwa orang lain mengucilkannya.
d. Tidak malu-malu kucing atau serba takut dicela orang lain.
e. Mempertanggungjawabkan perbuatannya.
f. Mengikuti standar pola hidupnya dan tidak ikut-ikutan.
h. Tidak menganiaya diri sendiri dengan kekangan-kekangan yang
berlebih-lebihan atau tidak memanfaatkan sifat-sifat yang luar biasa.
i. Menyatakan perasaannya secara wajar.
4. Aspek Karakter Penerimaan Diri dan Sosial
Beberapa aspek karakter penerimaan diri dan sosial menurut Jersild (2011)
dijelaskan sebagai berikut :
a. Memiliki penilaian realistis terhadap potensi-potensi yang dimilikinya.
b. Mereka juga menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri.
c. Memiliki spontanitas dan tanggung jawab terhadap perilakunya.
d. Mereka menerima kualitas-kualitas kemanusiaan mereka tanpa
menyalahkan diri mereka terhadap keadaan-keadaan di luar kendali
mereka.
5. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Seseorang Diterima dan Ditolak
Mappiare (1982) menyebutkan hal-hal pribadi yang membuat seorang
individu diterima dalam kelompok menyangkut :
a. Penampilan (performance) dan perbuatan yang meliputi tampang yang
baik, atau paling tidak rapih.
b. Kemampuan berpikir meliputi mempunyai inisiatif, banyak
memikirkan kepentingan orang lain dan mengemukakan buah
pikirannya.
c. Sikap, sifat, perasaan meliputi sikap sopan, memperhatikan orang lain,
tidak menyenangkan dirinya, dan suka menyumbangkan
pengetahuannya pada orang lain.
d. Pribadi meliputi jujur dan dapat dipercaya, bertanggungjawab dan suka
menjalankan atau melakukan pekerjaannya, menaati
peraturan-peraturan kerja, mampu menyesuaikan diri secara tepat dalam berbagai
situasi dan pergaulan sosial.
e. Aspek lain meliputi pemurah atau tidak pelit atau tidak kikir, suka
bekerja sama, dan membantu orang lain.
Seorang individu akan mengalami penolakan dalam kelompok jika
keadaan berbanding terbalik dari beberapa hal yang dipaparkan di atas.
Ketiadaan hal-hal tersebut dapat menyebabkan seseorang diabaikan atau
kurang diterima dalam kelompok.
C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Bimbingan kasikal merupakan bentuk dan sarana pelayanan bimbingan
yang diberikan konselor di dalam kelas dengan menyajikan materi yang
telah disiapkan sebelumnya untuk menunjang perkembangan optimal
masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari
pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri (Winkel & Hastuti, 2004).
Kebutuhan dan masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh
atau sebagian besar peserta didik, dan tidak terlalu bersifat pribadi, dapat
dibantu dengan layanan bantuan secara klasikal atau kelompok besar.
sehingga dapat segera diberikan oleh konselor atau guru BK
(Sukmadinata, 2007:116 &118).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan
klasikal merupakan bentuk dan sarana pelayanan bimbingan yang
diberikan oleh konselor di dalam setting kelas (terjadwal) dengan
menyajikan materi sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
oleh peserta didik dan tidak terlalu bersifat pribadi.
2. Tujuan Bimbingan Klasikal
Suciati (2005) mengungkapkan bahwa bimbingan klasikal diklasifikasikan
dalam beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif berorientasi pada
kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual
sederhana yakni mengingat sampai kemampuan memecahkan. Secara
hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif dari tingkatan
paling rendah meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
b. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif berorientasi dengan
dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap yang menunjukkan
penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Secara hirarkis tujuan
bimbingan klasikal pada aspek afektif dari tingkatan paling rendah
meliputi: penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, pembentukan
c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor berorientasi kepada
keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Secara hirarkis
tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor dari tingkatan paling
rendah meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerak dan kreativitas.
Menurut Winkel (2004:31) tujuan layanan bimbingan ialah supaya
sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin perkembangan
dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya
atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia
secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua
potensi yang baik padanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi
dalam kehidupan ini secara memuaskan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari bimbingan klasikal ialah supaya peserta
didik nantinya dapat mengatur kehidupannya dengan seimbang dan
menggunakan segala kemampuan serta mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya secara optimal untuk pemenuhan setiap
kebutuhan hidupnya.
3. Manfaat Bimbingan Klasikal
Depdiknas, Bimbingan dan Konseling (2004) memaparkan manfaat
a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, sifat,
sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku, dan lain
sebagainya.
b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses bersosialisasi
terhadap orang lain atau lingkungannya.
c. Siswa semakin tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar lebih
giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik.
d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan mengambil
keputusan sendiri dalam hidupnya, serta mampu merencanakan
kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pengembangan hidupnya.
e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara
menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.
f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku
manusia.
g. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam menghadap
masa depannya.
4. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Bimbingan Klasikal
Model ASCA (American School Counselor Association) (Makhrifah &
Wiryo Nuryono, 2014:1-2) menyatakan bimbingan klasikal merupakan
bentuk kegiatan yang termasuk ke dalam komponen layanan dasar
(guidance curriculum). Komponen layanan dasar bersifat developmental,
sistematik, terstruktur, dan disusun untuk meningkatkan kompetensi
belajar, pribadi, sosial dan karier. Layanan dasar merupakan layanan
perbedaan gender, ras, atau agama mulai taman kanak-kanak sampai
tingkat SMA disajikan melalui kegiatan kelas untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan dalam bidang belajar, pribadi, sosial, dan karir.
5. Teknik/strategi dalam Pelayanan Bimbingan Klasikal
Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan klasikal/kelompok
mempunyai banyak fungsi. Selain dapat lebih memfokuskan kegiatan
bimbingan klasikal/kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai, dapat
juga membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan agar
lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya,
seperti yang dikemukakan oleh Tatiek Romlah (2001:86) “Bahwa teknik
bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan”.
Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
klasikal/kelompok yaitu, antara lain :
a. Teknik pemberian informasi (expository)
Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah,
yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada
sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi
mencakup tiga hal, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian.
Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain adalah :
1) Dapat melayani banyak orang,
2) Tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien,
3) Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas,
Sedangkan kelemahannya adalah antara lain :
1) Sering dilaksanakan secara monolog,
2) Individu yang mendengarkan kurang aktif,
3) Memerlukan keterampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi
menarik.
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara
tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau
untuk memperjelas suatu persoalan. Dinkmeyer & Munro (dalam
Romlah, 2001:89) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok
yaitu: (1) untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, (2) untuk
mengembangkan kesadaran tentang diri, (3) untuk mengembangkan
pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.
c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana
pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan
masalah secara sistematis adalah :
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah
3) Mencari alternatif pemecahan masalah
4) Menguji masing-masing alternatif
5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan
d. Permainan peranan (role playing)
Bennett dalam Romlah (2001:99) mengemukakan: “bahwa
permainan peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan
keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai
hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang
paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya”. Di
dalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam permainan peranan,
yaitu sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk
memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar
manusia. Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara
langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari permainan peranan
itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan
masalahnya.
Sedangkan kedua adalah psikodrama adalah permainan yang
dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh
pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep
dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi
terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya. Dengan memerankan suatu
peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya
e. Permainan simulasi (simulation games)
Adams dalam Romlah (2001:109) menyatakan bahwa permainam
simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan
situasi- situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Permainan
simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peranan dan teknik
diskusi.
f. Home room
Home room yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga
dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas
dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam
pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi
yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat
mengutarakan perasaannya seperti di rumah. Dalam kesempatan ini
diadakan tanya jawab, menampung pendapat, merencanakan suatu
kegiatan, dan sebagainya.
g. Karyawisata/field trip
Kegiatan rekreasi yang dikemas dengan metode mengajar untuk
bimbingan klasikal/kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh
penyesuaian dalam kelompok untuk dapat kerjasama dan penuh
tanggungjawab. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk
segala masalahnya. Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor,
percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung
nilai sejarah/kebudayaan tertentu. Kegiatan karya wisata berkaitan
dengan kegiatan mendapatkan informasi, karena pada kegiatan karya
wisata berlangsung maka secara langsung siswa dapat meninjau
objek-objek menarik dan mereka mendapatkan informasi yang lebih baik dari
objek itu. Selain itu siswa-siswa juga mendapat kesempatan untuk
memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, serta dapat
mengembangkan bakat dan cita-citanya.
h. Pengajaran Remedial
Merupakan suatu usaha pembimbing untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran tertentu, terutama yang
tidak dapat diatasi secara klasikal.
i. Organisasi Siswa atau Kegiatan Kelompok
Organisasi siswa atau kegiatan kelompok baik dalam lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah, merupakan salah satu cara dalam
bimbingan kelompok, karena melalui organisasi banyak masalah yang
bersifat individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam
organisasi, siswa mendapatkan kesempatan untuk mengenal berbagai
aspek kehidupan sosial, siswa juga dapat mengembangkan bakat
kepemimpinanya, memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.
Berdasarkan beberapa teknik yang telah dipaparkan di atas, dapat
problem solving, permainan simulasi, home room, serta kegiatan
kelompok/organisasi berkaitan erat dengan pembelajaran eksperiensial.
Hal ini dikarenakan siswa/peserta didik mengalami langsung
kegiatan/peristiwa yang dapat membantu mereka memperoleh
pengetahuan baru, dan membantu mereka menjadi pribadi yang dapat
melihat suatu kondisi dari berbagai sisi. Dengan demikian tercapailah
tujuan dari layanan bimbingan klasikal dan pendekatan experiential
learning bahwa peserta didik harus mampu memikul tanggung jawab
sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, dan menyelesaikan semua tugas
yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan, serta mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dengan dewasa
6. Langkah-langkah Layanan Bimbingan Klasikal
Depdiknas, Bimbingan dan Konseling (2004) memaparkan terdapat
beberapa langkah dalam pelayanan bimbingan klasikal yang harus
diperhatikan sebagai berikut:
a. Melakukan pemahaman peserta didik (menentukan kelas layanan,
menyiapkan instrumen pemahaman peserta didik, pengumpulan data,
analisis data, dan merumuskan pemahaman).
b. Menentukan kecenderungan kebutuhan layanan bimbingan klasikal
bagi peserta didik/konseli atas dasar hasil pemahaman peserta didik.
c. Memilih metode dan teknik yang sesuai untuk memberikan layanan
bimbingan klasikal (ceramah-diskusi; atau ceramah-simulasi-diskusi;
d. Persiapan pemberian layanan bimbingan klasikal, dapat disiapkan
secara tertulis yaitu suatu bukti administrasi kegiatan, dengan
demikian materi layanan yang disajikan secara terencana dapat
mencapai hasil yang optimal.
e. Memilh sistematika persiapan yang disusun oleh guru BK/konselor
dengan catatan telah persiapan telah diketahui dan disetujui oleh
koordinator BK maupun Kepala Sekolah.
f. Mempersiapkan alat bantu untuk melaksanakan pemberian layanan
bimbingan klasikal sesuai dengan kebutuhan layanan.
g. Evaluasi pemberian layanan bimbingan klasikal perlu dilakukan untuk
mengetahui bagaimana proses, tepat-tidaknya layanan yang diberikan,
atau perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian
tugas-tugas perkembangan.
Secara umum, aspek yang perlu dievaluasi meliputi : kesesuaian
program dalam pelaksanaan, keterlaksanaan program,
hambatan-hambatan yang dijumpai, dampat terhadap kegiatan belajar-mengajar,
dan respon peserta didik personal sekolah dan orangtua, serta
perubahan perkembangan peserta didik (tugas-tugas perkembangan),
atau perkembangan pribadi-sosial, belajar, dan karirnya.
h. Tindak lanjut, perlu dilakukan sebagai upaya peningkatan pemberian
layanan bimbingan klasikal. Kegiatan tindak lanjut senantiasa
Tahapan pelayanan bimbingan klasikal ini secara singkat dapat
dijabarkan sebagai berikut ataupun pada Gambar 2.1 :
a. Pembukaan
1) Salam
2) Menanyakan kabar
3) Kontrak layanan (kesepakatan layanan) : guru BK dan peserta
didik membuat kesepakatan bersama yang akan ditaati selama
kegiatan berlangsung
4) Ice breaker (berbagai variasi)
b. Kegiatan inti
1) Peserta didik mengamati tayangan materi melalui presentasi power
point dan penjelasan oleh guru BK (materi, video bimbingan, dsb)
2) Guru BK membagi peserta didik menjadi 4 kelompok, dalam
1kelompok kurang lebih terdiri dari 5-8 orang peserta didik
3) Peserta didik mendiskusikan materi yang telah ditayangkan dalam
kelompok
4) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, dan
kelompok lain memberikan tanggapan
c. Penutup
1) Guru BK memberikan kesimpulan
2) Peserta didik diminta untuk menuliskan hasil refleksi pribadi
tentang pengetahuan baru yang telah didapat setelah mengikuti