• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Hakekat Pendidikan Karakter

4. Komponen Karakter

Dalam pandangan Lickona (Koesoema, 2012:61) pendidikan nilai/moral yang menghasilkan karakter yang baik (component of good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tetang mental, dan moral action atau perbuatan moral. Ketiga komponen ini menunjuk pada tahapan pemahaman sampai

30

pelaksanaan nilai dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga komponen ini bersifat prosesual, artinya tahap ketiga hanya mungkin terjadi setelah tahapan kedua tercapai, dan tahapan kedua haya tercapai apabila tahapan pertama telah tercapai.

Gambar 2.3 Komponen karakter

Ada beragam pengetahuan moral yang dapat kita manfaatkan ketika berhadapan dengn tantangan-tantangan moral dalam hidup. Berikut adalah penjelasan dari enam hal yang menjadi bagian dari pengetahuan moral:

a. Kesadaran Moral (Moral Awareness)

Ketidaksadaran moral yang sering terjadi pada diri manusia dalam sebuah tingkatan usia adalah kebutuhan moral, kondisi di mana

31

orang tak mampu melihat situasi yang sedang ia hadapi melibatkan masalah moral dan membutuhkan pertimbangan lebih jauh. Remaja khususnya sangat rentan terhadap kegagalan seperti ini, bertindak tanpa mempertanyakan “Apakah ini benar?”.

Aspek pertama yang perlu dimiliki remaja dalam kesadaran moral adalah remaja harus mengetahui tanggung jawab moral pertama mereka yakni menggunakan akal sehat untuk melihat kapan sebuah situasi membutuhkan penilaian moral. Kemudian memikirkan benar tidakna tindakan tersebut. Aspek kedua adalah kendala untuk biasa mndapatkan informasi. Remaja perlu mencari informasi dan memastikan fakta terlebih dahulu sebelum membuat pertimbangan moral.

b. Mengetahui Nilai-nilai (Knowing Moral Value)

Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam berbagai situasi. Menghormati kehidupan, bertanggung jawab, berani meminta maaf, berani mengakui kesalahan adalah beberapa nilai-nilai moral yang perlu diketahui siswa yang menjadi faktor penentu dalam membentuk pribadi yang baik.

c. Pengambilan Perspektif (Perspective-Taking)

Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi dari sudut

32

pandang orang lain, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi, dan merasa.

d. Penalaran Moral (Moral Reasoning)

Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral dan mengapa harus bermoral. Pada tingkat tertinggi, penalaran moral juga melibatkan pemahaman terhadap prinsip klasik, “Hormatilah martabat setiap individu”, “Perbanyak berbuat baik”, dan “Bersikaplah pada orang lain sebagaimana engkau mengharapkan orang lain bersikap kepada mu”. Prinsip-prinsip semacam ini dapat menuntun perubahan perbuatan moral remaja dalam berbagai situasi.

e. Pengambilan Keputusan (Desicions- Making)

Dalam membuat keputusan seseorang dapat melakukan dengan mempertimbangkan melalui pertanyaan kepada dirinya, seperti “apa saja pilihan ku?”; “Apa konsekuensi yang kira-kira harus dihadapi orang lain karena keputuasan yang ku buat?”. Mampu memikirkan langkah yang mungkin akan diambil seseorang yang sedang menghadapi persoalan moral tersebut sebagai keterampilan pengabilan keputusan reflektif.

f. Pengetahuan Diri (Self-Knowledge)

Membangun pemahaman diri berarti sadar terhadap kekuatan dan kelemahan karakter diri dan mengetahui cara memperbaikinya. Dilihat dari sisi perasaan moral atau isi

33

emosional terdapat beberapa faktor yang membentuk karakter seseorang, yakni :

a. Hati Nurani (Consience)

Hati nurani memiliki dua sisi; sisi kognitif dan sisi emosional. Sisi Kognitif menuntun seseorang dalam menentukan hal yang benar, sedangkan sisi emosional menjadikan seseorang merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang benar.

b. Penghargaan Diri (Self-esteem)

Seseorang yang memiliki penghargaan diri yang sehat, maka akan mampu menghargai dirinya sendiri dan menghormati dirinya sendiri. Sengan demikian, kecil kemungkinan bagi seseorang untuk merusak tubuh atau pikirannya sendiri atau membiarkan orang lain merusaknya.

Remaja yang memiliki penghargaan diri yang sehat akan mampu memandang diri sendiri secara positif, cenderung memperlakukan orang lain secara positif juga, tidak tergantung pada pendapat orang lain, mampu mengikuti pertimbangan pribadi, dan lebih bertanggung jawab terhadap diri, sesama, lingkungan dan kepada Tuhan.

c. Empati (Emphaty)

Empati merupakan kemampuan mengenali atau merasakan keadaan yang tengah dialami orang lain. empati merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif.

34

d. Mencintai Kebaikan (Loving the God)

Jika seseorang mencintai kebikan, mereka akan senang melakukan kebaikan. Cinta akan melahirkan hasrat, bukan hanya kewajiban. Potensi ini merupakan potensi moral manusia yang sudah ada sejak usia kanak-kanak dan dapat terus dikembangkan dalam tiap tahap perkembangan.

e. Kontrol Diri ( Self-Control)

Kontrol diri merupakan pekerti yang penting untuk mengendalikan emosional maupun perilaku diri seseorang. Kontrol diri membantu seseorang untuk bersikap etis disaat seseorang sedang tidak menginginkannya. Kontrol diri juga penting untuk mengekang keterlenaan kita.

f. Kerendahan Hati (Humility)

Kerendahan hati merupakan bagian dari pemahaman diri. Suatu bentuk keterbukaan murni terhadap kebenaran sekaligus kehendak untuk berbuatsesuatu demi memperbaiki kegagalan. Kerendahan hati juga membantu seseorang mengatasi kesombongan diri. Kerendahan hati adalah pelindung terbaik dari perbuatan jahat.

Tindakan moral adalah produk dari dua bagian karakter di atas. Jika seseorang memiliki kualitas moral intelektual dan emosional maka mereka memiliki kemungkinan tindakan yang menurut pengetahuan dan

35

perasaan mereka adalah tindakan benar. Tiaga aspek yang menggerakkan seseorang sehingga mampu melakukan tindakan moral yaitu;

a. Kompetensi (Competence)

Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke dalam tindakan moral efektif. b. Kehendak (Will)

Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi gar tetapterkendali oleh akal. Kehendak juga dibutuhkan untuk dapat melihat dan memikirkan suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral. Kehendak dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban, bukan kesenangan. Kehendak dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan teman sebaya. Dan melawan gelombang. Kehendak merupakan inti dari keberanian moral.

c. Kebiasaan (Habbit)

Seseorang yang memiliki karakter baik akan bertindak dengan sungguh-sungguh, loyal, berani, berbudi, dan adil. Mereka melakukan yang benar karena kebiasaan.

Komponen-komponen karakter yang dipaparkan di atas secara bersama-sama saling mendukung untuk membentuk karakter yang baik pada seseorang. Orang yang sangat baik sekalipun, seringkali gagal menunjukkan moral terbaik mereka. Hal ini nampak bahwa pembentukan karakter adalah proses seumur hidup. Kehidupan bermoral yang dijalani

36

setiap orang termasuk remaja, secaara bertahap dapat memadukan pertimbangan, perasaan, dan pola-pola tingkah laku yang benar.

Dokumen terkait