• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Alat Pelindung Diri (APD)

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri

Menurut Suma’mur P.K (1992), alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja (Suma’mur P.K,1992). Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan, dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat

melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi.

Peralatan pelindung tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya. Banyak faktor yang dapat mengurangi efektivitas dari peralatan pelindung. Efektivitas sistem ini juga sangat bergantung pada perilaku tenaga kerja. Tanpa peralatan yang tepat, pelatihan yang memadai, penyimpanan dan perawatan yang baik, aplikasi peralatan pelindung tenaga kerja tidak akan efektif dalam mengendalikan bahaya (Anonim, 2000)

2.2.2 Syarat-syarat APD

Pemilihan APD yang handal secara cermat adalah merupakan persyaratan mutlak yang sangat mendasar. Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya karena mereka tidak terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat mereka terpapar. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya potensi yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan, serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang akan digunakan di tempat kerja dimana bahaya potensial tersebut ada (Budiono,2003) ketentuan yang harus dipenuhi adalah :

1. Harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya–bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Harus dapat dipakai secara fleksibel. 4. Bentuknya harus cukup menarik. 5. Tahan untuk pemakaian yang lama.

6. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang

dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya.

7. Harus memenuhi standard yang telah ada.

8. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya. Menurut Suma’mur (1992) menyatakan persyaratan yang harus dipenuhi alat pelindung diri :

1. Enak dipakai.

2. Tidak mengganggu kerja.

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Menurut Boediono (2003) yang mengutip anjuran ILO (1989), beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis peralatan pelindung, ada dua hal yang terpenting yaitu :

1. Apapun sifat bahayanya, peralatan pelindung harus memberikan perlindungan terhadap bahaya tersebut.

2. Peralatan pelindung tersebut harus ringan dipakainya dan awet, dan membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, penglihatan, dan sebagainya yang maksimum .

2.2.3 Perundang-undangan

Kewajiban pengurus dan tenaga kerja dalam kaitannya dengan alat pelindung diri diatur dalam pasal 9 dan pasal 12 UU No.1 tahun 1970 sebagai berikut :

a. Pasal 9 ayat 1 sub c menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan kepada tenaga kerja baru tentang alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

b. Pasal 9 ayat 1 menyebutkan bahwa pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang baru setelah ia yakin bahwa tenaga kerja telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.

c. Pasal 12 sub c menyebutkan bahwa dengan peraturan perundang-undangan tersebut diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

d. Pasal 12 sub e menyebutkan bahwa tenaga kerja berhak menyatakan

keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan oleh pegawai pengawas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.

Pasal 4 ayat 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.1/MEN/1991 tentang “kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja”, menyebutkan bahwa pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya untuk mencegah penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.

2.2.4 Jenis-jenis APD

Alat-alat proteksi diri beraneka ragam bentuknya. Menurut Suma’mur P.K (1992) ada 8 jenis APD, dimana penggolongannya berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dilindunginya :

1. Alat Pelindung Kepala

Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan. Penggunaan alat ini bertujuan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan luka tergores, terpotong, tertusuk, terpukul oleh benda-benda jatuh, melayang dan meluncur, juga melindungi kepala dari panas radiasi, api, percikan bahan-bahan kimia korosif dan mencegah rambut rontok dengan bagian mesin yang berputar. Tenaga kerja wanita dengan rambut yang panjang sering mengalami kecelakaan akibat rambutnya terjerat dalam mesin yang berputar.

2. Alat Pelindung Mata.

Kacamata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahaya karena kepercikan atau kemasukan debu-debu, gas-gas, uap, cairan korosif, partikel-partikel melayang, atau terkena radiasi gelombang elektromagnetis. Ada lima tipe alat pelindung mata (Hasman, 1992) :

1. Spectacles., 2. Eye shields (kacamata tanpa pelindung samping); 3. Gogles (cup type dan box type) ; 4. Face screen; 5. Visors.

Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari bahaya cedera dari percikan api atau bahan berbahaya lainnya pada saat bekerja seperti pada pengelasan.

4. Alat Pelindung Tangan dan Jari

Menurut bentuknya sarung tangan dapat dibedakan menjadi : 1. Sarung tangan biasa (gloves). 2. Grantles : sarung tangan yang dilapisi plat logam. 3. Mitts : sarung tangan yang keempat jarinya terbungkus menjadi satu.

5. Alat Pelindung Kaki

Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda-benda berat, percikan larutan asam dan basa yang korosif atau cairan yang panas, terinjak benda-benda tajam.

6. Alat Pelindung Pernapasan/ Masker

Alat pelindung pernapasan/ masker diperlukan di tempat kerja dimana udara di dalamnya tercemar. Pencemaran udara berkisar dari pencemaran yang tidak berbahaya sampai kepada pencemaran yang sangat berbahaya. Bahan pencemar udara biasanya dalam bentuk debu, uap, gas, asap, atau kabut. Untuk menentukan alat pelindung diri pernapasan, maka lebih dahulu harus ditentukan jenis dan kadar bahan pencemar yang ada serta dievaluasi tingkat bahayanya.

7. Alat Pelindung Telinga.

Alat ini bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga dalam. Ada dua macam alat pelindung telinga yaitu :

2. Tutup telinga (ear muff) : mempunyai daya atenuasi suara sebesar 10-15 dB lebih besar dari ear plug.

8. Alat Pelindung Tubuh.

Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh yaitu mulai dari dada sampai lutut dan overalls yang menutupi seluruh badan. Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi pemakainya dari percikan cairan, api, larutan bahan-bahan kimia korosif dan oli, cuaca kerja (panas, dingin, kelembaban).

Dalam melakukan asuhan persalinan normal alat pelindung diri yang digunakan adalah:

1. Alat Pelindung Kepala 2. Alat Pelindung Mata

3. Alat Pelindung Tangan dan Jari 4. Alat Pelindung Kaki

5. Alat Pelindung Pernapasan /masker 6. Alat Pelindung Tubuh

2.2.5 Tujuan dan Manfaat Pemakaian APD.

Pemakaian APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan (Suma’mur, 1992).

Keuntungan penggunaan APD dapat dirasakan oleh tiga pihak yaitu perusahaan, tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah (Suma’mur, 1992) :

1. Perusahaan.

a. Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi dapat terjamin baik jumlah maupun mutunya.

b. Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehatan para tenaga kerja. c. Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme tenaga kerja sehingga

dapat tercapai produktivitas yang tinggi dengan efisiensi yang optimal. 2. Tenaga kerja.

a. Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

b. Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja sebagai akibat adanya keuntungan perusahaan.

3. Masyarakat dan pemerintah.

a. Meningkatkan hasil produksi dan menguntungkan perekonomian negara dan jaminan yang memuaskan bagi masyarakat.

b. Menjamin kesejahteraan masyarakat tenaga kerja, berarti melindungi sebagian penduduk Indonesia dan membantu usaha-usaha kesehatan pemerintah.

c. Kesejahteraan tenaga kerja, berarti dapat menjamin kesejahteraan keluarga secara langsung.

d. Merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang akan membantu kearah pembentukan masyarakat sejahtera.

e. Kebiasaan hidup sehat diperusahaan akan membantu penerapannya dalam pembinaan kesehatan keluarga yang akan membawa hasil bagi usaha kesehatan masyarakat.

2.3 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Pemakaian APD

Dokumen terkait