• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat Tangkap yang ramah dan tidak ramah lingkungan

1. Penangkapan ikan hias

• Ikan hias merupakan salah satu sumberdaya ekosistem terumbu karang yang berperan penting dalam kegiatan ekonomi di wilayah pesisir dan laut. Penangkapan ikan hias ini sering kali menggunakan racun sianida karena kemudahannya mendapatkan racun sianida serta kepastian mendapatkan hasil yang tinggi. Seperti telah dijelaskan di muka, menggunakan racun sianida untuk menangkap ikan karang dapat berakibat buruk bukan saja pada ikan itu sendiri, tetapi juga pada terumbu karang yang terkena racun, serta pada manusia yang menyemprotkan racun tersebut dan yang memakannya (untuk ikan karang yang dimakan).

• Masalah yang sering terjadi dalam kegiatan penangkapan ikan hias laut yang berasal dari terumbu karang adalah tingginya tingkat kematian ikan. Mengapa ikan hias hasil tangkapan tersebut mudah mati? Ada beberapa sebab yang sering menjadi sumber kematian ikan hias tersebut, dan kesemua ini berkaitan dengan prinsip penangkapan ikan hias ramah lingkungan.

• Penyebab matinya ikan hias hasil tangkapan:

- Penggunaan racun sianida/potassium yang berlebihan - Teknik dekompresi yang kurang tepat

- Kurangnya oksigen saat penyimpanan

- Ikan teracuni oleh amoniak buangan ikan yang tercampur dalam air - Terlalu banyak ikan dalam satu wadah penyimpanan

- Ikan terjemur sinar matahari

- Prosedur penangan dan pengangkutan yang kurang baik Dalam kegiatan penangkapan ikan hias di terumbu karang yang ramah lingkungan, ada serangkaian kriteria yang harus dilaksanakan. Penangkapan ikan hias ramah lingkungan mencakup:

- Tata cara penangkapan

- Penanganan dan penyimpanan

- Persyaratan lain yang berkaitan dengan perawatan dan prinsip-prinsip praktis yang perlu diketahui sehingga kegiatan penangkapan ikan hias dari terumbu karang ini dapat berkelanjutan.

Selain itu, ada serangkaian alat tangkap yang diperlukan bagi ikan hias yang ramah lingkungan ini. Alat dan bahan tersebut antara lain:

- Jaring penghalang - Serok

- Ember dekompresi

Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam pengumpulan ikan dari laut adalah sebagai berikut:

- Dilarang menggunakan bahan-bahan kimia dalam menangkap ikan - Dilarang menghancurkan koloni karang secara sengaja

- Menghindari perusakan karang yang tidak sengaja

- Jika terjadi kerusakan kecil pada percabangan karang, maka karang yang patah tersebut harus diselipkan dengan rapat ke koloni semula atau dengan substratnya. Dengan cara ini peluang hidup karang yang patah ini meningkat

Persyaratan umum penanganan, penyimpanan, dan penangkaran:

• Ikan dari lokasi yang berlainan tidak boleh dicampur dalam suatu wadah yang sama

• Perjalanan pengumpulan dan penangkapan yang singkat (tidak terlalu lama)

• Penangkapan harus selalu menggunakan ember yang mengapung • Setelah pengumpulan dan penangkapan, ikan harus ditandai dengan

informasi mengenai: - Penangkap - Pengumpul

- Lokasi penangkapan - Lokasi pengumpulan

- Tanggal dan jam penangkapan

• Kualitas dan suhu air dalam wadah yang harus dijaga, antara lain dengan cara:

- Menempatkan wadah di tempat yang teduh dan mengganti air dengan air laut yang bersih/segar

- Menghindari penggantian air yang terlalu sering dan ceroboh serta keteduhan yang berubah-ubah

- Memastikan periode penyimpanan antara penangkapan dan pemngiriman yang singkat kepada pembeli yang mampu melakukan penyesuaian suhu yang tepat

Penanganan dan Penyimpanan

• Jangan memegang ikan saat menangani ikan

• Gunakan serok (lihat bagian berikutnya untuk cara pembuatan) dengan hati-hati

• Serok harus terbuat dari bahan yang lembut dan bermata jaring kecil • Kantong plastik dan toples penyimpanan sebaiknya tidak dibiarkan

terkena panas matahari langsung

• Lindungi tempat penyimpanan dengan kotak atau terpal hitam • Ember bisa digunakan sebagai alat penyimpanan sementara dan

dekompresi

• Bila menggunakan ember dan botol sebagai tempat penyimpanan, maka hal berikut harus menjadi perhatian:

- Ember dan/atau botol harus disimpan dalam laut dengan kedalaman 3 meter dengan sirkulasi air yang baik

- Direndam dalam air laut yang baru/segar setelah pengapalan

- Ikan harus segera direndam dalam air laut yang baru/segar bila dalam ember/botol penyimpanan ada organisme yang mati.

• Bila menggunakan kantong plastik sebagai tempat penyimpanan atau untuk pengiriman, maka harus diperhatikan hal berikut:

- Kantong plastik harus memiliki ukuran yang cukup bagi ikan sehingga ikan tersebut dapat bergerak bebas

- Gunakan kantong plastik yang bersih/baru

- Gunakan satu kantong plastik untuk satu ekor ikan saja - Usahakan penggantian air untuk menjaga kesegaran ikan

- Kantong plastik berisi ikan harus disimpan di tempat teduh dan sejuk - Kantong plastik tidak boleh digunakan untuk menyimpan ikan lebih

dari 24 jam

• Jangan menuangkan ikan langsung dari atas ke wadah penyimpanan (ember/toples). Masukkan serok ke dalam air, kemudian baru ikan dilepaskan

• Jangan biarkan ikan berada terlalu lama di luar air, upayakan ikan selalu berada di dalam air dan kemudian pindahkan ke wadah yang tersedia

• Jangan menaruh ikan dalam kantong plastik dan/atau toples yang tertutup tanpa lubang

• Usahakan agar ikan-ikan yang ditangkap dari dalam laut disimpan dalam toples yang tutupnya berlubang dan diletakkan dalam air laut yang dangkal

• Usahakan agar mengganti air secara teratur dan dengan hati-hati. Ikan dapat mengalami stress dengan penggantian air yang tergesa-gesa dan ceroboh

• Sebelum diangkut dengan kapal, jaga agar ikan dalam toples yang

berlubang tersebut dapat disimpan di dasar laut dekat pantai selama tiga hingga 5 hari sehingga saat pengangkutan usus ikan-ikan tersebut kosong

• Kecuali untuk jenis-jenis yang biasa hidup berdua atau lebih, usahakan hanya menempatkan satu ikan dalam satu toples

• Usahakan agar ikan tidak kelaparan

• Jangan menusuk gelembung ikan saat ikan ditangkap

• Angkut ikan-ikan dengan kapal seminggu setelah penangkapan dengan menggunakan toples yang tutupnya berlubang

• Periksa kondisi ikan setiap hari dan buang ikan/organisme lain yang mati • Dekompresi ikan selama 24 jam dalam toples yang tutupnya berlubang

di kedalaman tiga hingga lima meter. Pencatatan

• Para pengumpul dan penangkap ikan harus selalu mencatat dengan benar dan tepat hal yang berkaitan dengan kematian pada setiap tahap proses dari penangkapan, penyimpanan, hingga pengangkutan/

pengiriman. Catatan ini dapat disimpan sebagai jurnal atau buku log. • Dokumentasi, seperti telah disampaikan di muka harus mencakup:

- Jenis/spesies - Lokasi pengambilan - Lokasi pengangkutan - Lokasi tujuan pengiriman

- Tanggal pengambilan/penangkapan - Tanggal pengangkutan

- Tanggal tiba di tempat pengiriman - Nama penangkap

- Catatan kematian saat kedatangan atau setelah kedatangan

Dengan melaksanakan prinsip penangkapan ikan hias ramah lingkungan, kita bisa memastikan bahwa hasil tangkapan kita bermutu tinggi, kuat, dan bernilai ekonomi tinggi.

2. Pukat Udang

• Pukat udang dioperasikan di Indonesia setelah adanya pelarangan penggunaan trawl melalui Keppress No. 39 tahun 1980 (Baskoro, 2006). Seperti terlihat dengan jelas dari namanya, alat ini terutama digunakan untuk menangkap udang, selain juga ikan yang ada di perairan dasar (demersal).

• Alat ini dioperasikan dengan cara ditarik pada dasar perairan oleh satu atau dua kapal (di samping atau di belakang kapal) dalam jangka waktu tertentu. Jaring ditarik secara horizontal

(mendatar) di dalam air. Alat ini dilengkapi

dengan papan pembuka mulut jaring (otter board) yang membuat mulut jaring terbuka selama kegiatan penangkapan dilakukan.

• Pukat memiliki jaring yang berbentuk kerucut dan terdiri atas tiga bagian. Bagian-bagian tersebut adalah:

- Dua lembar sayap (wing)

- Tali penarik sebagai penghubung ke dua sayap di atas (warp) - Badan (body)

- Kantong (codenc)

- By-catch Excluder Device/BED (alat penangkal hasil samping)

BED adalah bingkai berjeruji yang dipasang antara bagian badan dan kantong. BED berfungsi sebagai penyaring dan/atau alat yang meloloskan ikan yang bukan menjadi sasaran utama penangkapan (ikan target). BED merupakan komponen kunci yang menjadikan Pukat Udang termasuk ke dalam alat tangkap ramah lingkungan) karena memberikan nilai selektivitas yang tinggi.

3. Pukat Cincin • Alat ini ditujukan

sebagai penangkap ikan pelagis yang bergerombol di permukaan

• Pada umumnya, alat ini berbentuk empat persegi panjang dilengkapi yang dilwatkan melalui cincin yang diikatkan

pada bagian bawah jaring (tali ris bawah. Dengan menarik tali kerucut bagian bawah ini, jaring dapat dikuncupkan (lihat gambar) dan jaring akan membentuk semacam ‘mangkuk’.

• Perlu diperhatikan, penggunaan alat tangkap ini hanya untuk ikan pelagis yang bergerombol di laut lepas.

• Bila alat ini digunakan untuk ikan demersal (di dasar perairan), maka pukat cincin akan merusak terumbu karang.

4. Pukat Kantong • Pukat kantong dioperasikan dengan melingkari daerah perairan untuk menangkap ikan yang berada di permukaan (pelagik) dan ikan di dasar perairan (demersal) maupun udang. • Pukat seperti ini ada

yang digunakan di atas perahu (ditarik oleh perahu) dan hasilnya langsung dinaikkan ke geladak perahu, dan ada yang ditarik ke arah pantai dan hasil tangkapan langsung dikumpulkan di pantai.

• Alat ini terdiri dari kantong, badan pukat, dua lembar sayap yang dipasang pada kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik

5. Jaring Insang • Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menghadang ruaya gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring umumnya karena terjerat di

bagian belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring. Biasanya ikan yang tertangkap dalam jaring ini adalah jenis ikan yang migrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu aktif

Pukat Kantong

• Ada berbagai jenis jaring insang, yang terdiri dari satu lapis jaring, dualapis, maupun tiga lapis jaring. Jaring insang memiliki mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh badan jaring. Jaring ini kemudian

dibentangkan untuk membentuk semacam dinding yang dapat menjerat. Jaring insang dilengkapi dengan pelampung di bagian atas jaring dan pemberat pada bagian bawahnya.

• Notes: apakah ada persyaratan besar mata jaring sehingga memiliki selektivitas tinggi? 6. Jaring Angkat • Jaring angkat dioperasikan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Jaring ini biasanya dibuat dengan bahan jaring nion yang menyerupai kelambu, karena ukuran mata

jaringnya yang kecil (sekitar 0,5 cm). Jaring kelambu kemudian diikatkan pada bingkai bambu atau kayu yang berbentuk bujur sangkar.

• Dalam penggunaannya, jaring angkat sering menggunakan lampu atau umpan untuk mengundang ikan. Biasanya dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap, atau langsung.

• Dari bentuk dan cara penggunaannya, jaring angkat dapat mencakup bagan perahu, bagan tancap (termasuk kelong), dan serok

7. Pancing

• Pada dasarnya alat ini menangkap ikan dengan mengundang dengan umpan akanu atau buatan, yang dikaitkan pada mata pancing.

• Terdiri dari dua bagian utama, yaitu tali dan pancing.

Bahan, ukuran tali, dan besarnya mata pancing beragam sesuai dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Jumlah mata pancing yang ada pada tiap alat juga tergantung dari jenis pancingnya.

• Alat pancing ada pula yang dilengkapi dengan perangkat lain seperti tangkai, pemberat, pelampung, dan kili-kili

• Ada berbagai jenis alat pancing untuk tujuan penangkapan ikan yang berbeda, mulai dari alat yang paling sederhana untuk penangkapan ikan yang sifatnya rekreasi, hingga ukuran dan bentuk khusus bagi

penangkapan ikan skala besar (industri).

• Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk jenis pancing yang digunakan untuk penangkapan ikan skala besar (seperti misalnya rawai tuna), sebaiknya digunakan di wilayah laut lepas, karena dapat

menyangkut pada terumbu karang dan merusaknya. 8. Perangkap

• Perangkap merupakan alat yang sifatnya tidak bergerak yang berbentuk “kurungan” yang menjebak ikan untuk masuk. Keberhasilan alat ini dalam menangkap ikan sangat tergantung pada jenis ikan dan pola pergerakan (migrasi) ikan tersebut.

• Ada beberapa jenis bahan yang sering digunakan untuk membuat perangkap yang tergantung dari jenis ikan yang akan ditangkap dan lokasi

penangkapan. Bahan-bahan seperti bambu, kawat, rotan, jaring, tanah liat, dan plastik sering digunakan.

• Perangkap biasanya dan dapat digunakan di hampir setiap lokasi. Dasar perairan, permukaan, sungai arus deras, atau di daerah pasang surut. Sero, jermal, dan bubu merupakan jenis perangkap yang sering digunakan.

Hal yang harus diperhatikan dalam

memanfaatan perangkap terutama bubu di sekitar terumbu karang adalah cara

pemasangan dan pengangkatannya. Memasang

dan mengangkat bubu harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidak mengganggu dan/atau merusak terumbu yang sangat diperlukan oleh komunitas ikan. Sedapat mungkin hindari pemasangan di atas terumbu karang.

9. Alat pengumpul

• Alat ini sangat penting diketahui karena memiliki selektivitas tinggi, sederhana dalam bentuk dan rancangannya, serta biasanya digunakan dalam skala yang kecil.

• Alat pengumpul ini terdiri dari berbagai jenis, bentuk, dan cara

penggunaannya. Salah satu contohnya adalah alat pengumpul kerang di perairan dangkal yang berupa penggaruk (rake) atau alat pengumpul rumput laut yang berbentuk galah dengan cabang di ujungnya. 10. Alat penangkap lainnya

• Ada jenis alat yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam jenis alat tangkap yang telah dijelaskan di atas. Alat tangkap tersebut antara lain adalah jala, tombak, senapan/panah, maupun harpun tangan.

• Alat-alat tangkap jenis ini, karena selektivitasnya tinggi (setiap alat digunakan untuk satu jenis tertentu saja), skala pengoperasiannya yang terbatas dan kecil, temasuk dalam alat tangkap yang ramah lingkungan. • Jala memiliki prinsip

penangkapan seperti jaring. Yang harus diperhatikan adalah penentuan besar

mata jaring pada jala, sehingga sesedikit mungkin jala tersebut menangkap ikan yang bukan menjadi sasaran penangkapan.

• Tombak, alat yang terdiri dari batang yang ujung berkait balik (mata tombak) dan tali penarik yang diikatkan pada mata tombak.

• Senapan adalah penangkap yang terdiri dari tangkai/badan senapan dan anak panah. Alat ini digunakan dengan cara menyelam di perairan karang. Dengan panah biasa, penangkapan umumnya dilakukan di dekat pantai atau perairan yang dangkal

4

B A B Partisipasi Masyarakat

Seperti telah berulang kali dikemukakan, sumberdaya ikan merupakan modal dasar pembangunan perikanan. Hasil perikanan merupakan bagian yang sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kenyataannya bahwa sumberdaya perikanan, meskipun dapat pulih, tidak tak terbatas. Artinya, tanpa pengetahuan akan sifat, jenis, tempat dan daur hidup sumberdaya ikan serta pengelolaan

(termasuk keterlibatan masyarakat dalam penangkapannya) yang baik, sumberdaya ikan yang sangat kita perlukan diyakini tidak akan mencukupi ketersediaannya. Dengan demikian dalam pemanfaatannya, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak sehingga ketersediaan sumberdaya ikan tersebut dapat lestari.

Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, terutama yang bekerja sebagai nelayan, memiliki peran yang sangat penting bagi pengelolaan perikanan. Hal ini karena masyarakat pesisir secara langsung dipengaruhi dan mempengaruhi ketersediaan sumberdaya perikanan. Tidak saja sangat tergantung mata pencahariannya pada ketersediaan sumberdaya perikanan, masyarakat nelayan juga memiliki wewenang dan akses langsung dengan sumberdaya perikanan tersebut. Dari kondisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat, meskipun sering tidak disadari terutama oleh masyarakat nelayan itu sendiri, memegang kendali yang sangat penting bagi keberlanjutan pemanfaatan perikanan.

Meskipun diakui bahwa perilaku masyarakat nelayan sangat tergantung pada kebiasaan, adat istiadat, serta kondisi ekonomi serta sosialnya, sedikit saja keterlibatannya pada

pengelolaan perikanan, pengaruhnya akan sangat besar terhadap

ketersediaan sumberdaya perikanan yang tidak tak terbatas ini. Seperti telah dibuktikan di beberapa lokasi di Indonesia (lihat Seri Buku Panduan: Panduan Pembuatan Peraturan Desa dan Buku Panduan Pembelajaran dari Pengelolaan Berbasis Masyarakat, COREMAP II) pemberdayaan masyarakat nelayan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan akan meningkatkan rasa memiliki, percaya diri, serta akan memiliki komitmen yang tinggi dalam mendukung penegakkan hukum. Hal ini karena mereka memiliki kemampuan untuk mengatur akses dan menegakkan hukum untuk memastikan ketersediaan sumberdaya perikanan yang sangat dibutuhkannya.

Ada beberapa usulan yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat yang diajukan dalam buku panduan ini, dan dapat dikelompokkan menjadi tiga hal, yaitu:

• Keterlibatan dalam tata cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan • Keterlibatan dalam pengelolaan bersama

• Keterlibatan dalam aspek kelembagaan

a. Keterlibatan dalam tatacara penangkapan ikan yang ramah lingkungan.

• Tata cara penangkapan ikan ramah lingkungan penting dilakukan karena hal ini terkait langsung dengan kondisi sumberdaya perikanan. Secara fisik, perusakan habitat dan turunnya hasil tangkapan terutama disebabkan oleh cara dan alat tangkap ikan yang tidak baik.

• Secara konsisten mengacu kepada kriteria penangkapan ikan yang bertanggung jawab seperti telah diuraikan dalam Bab III, dapat membantu terjaminnya ketersediaan ikan.

• Mengembangkan kesepakatan tertulis mengenai alat tangkap yang boleh dan yang dilarang di wilayahnya harus dibangun sebagai acuan

b. Keterlibatan dalam pengelolaan sumberdaya ikan.

• Pengelolaan sumberdaya ikan di wilayah pesisir terutama di wilayah yang memiliki terumbu karang, sangat beragam, demikian pula partisipasi masyarakatnya. Pengelolaan sumberdaya perikanan dan/atau terumbu karang tidak akan dibahas secara rinci dalam buku ini, karena telah banyak dibahas dalam Seri Buku Panduan yang lain. Yang akan disampaikan di sini adalah contoh-contoh kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan yang dapat menjadi gambaran bagaimana masyarakat dapat ikut terlibat.

- Menetapkan kawasan konservasi yang merupakan wilayah “tabungan” bagi ketersediaan ikan

- Membuat kesepakatan wilayah dan jalur penangkapan di kawasan konservasi yang telah ditetapkan dan disepakati bersama

- Membangun dan mengelola rumpon sebagai alat tangkap ramah lingkungan yang dapat meningkatkan penghasilan

- Menetapkan kesepakatan untuk kegiatan pemantauan, pengawasan, dan patroli (monitoring, control, and surveillance) terhadap kawasan konservasi dan/atau rumpon yang telah dibangun bersama - Menetapkan dan berkomitmen dalam penegakkan hukum c. Keterlibatan dalam pengembangan kelembagaan

• Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan kelembagaan akan berdampak positif bagi masyarakat itu sendiri yang berujung pada perbaikan kondisi sumberdaya alam dan lingkungannya. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan kelembagaan ini dapat menjamin tersalurkannya aspirasi masyarakat dengan baik.

• Seperti halnya butir di atas tentang pengelolaan sumberdaya ikan, hal pengembangan kelembagaan tidak akan secara khusus dibahas di sini. Yang tersaji berikut ini adalah contoh-contoh bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan perikanan. Contoh-contoh tersebut antara lain:

- Masyarakat disarankan untuk aktif dalam organisasi yang ada di wilayah tersebut, baik organisasi nelayan, pemuda, dan sebagainya. - Ikut terlibat dan memprakarsai pembuatan peraturan (misalnya

peraturan desa) tentang kesepakatan yang telah dibangun bersama - Mencari dukungan hukum dan kebijakan yang berkaitan dengan

pemanfaatan sumberdaya ikan yang berkelanjutan

- Terus menerus mencari pengetahuan yang berkaitan dengan

pengetahuan dasar tentang hal-hal yang berkaitan dengan sumberdaya alam pesisir dan laut.

Ringkasan Jenis Alat Tangkap

Dokumen terkait