• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dana Alokasi

Umum Dana Bagi Hasil

(X2) #&$# # *# 4 7 Pendapatan Asli Daerah (X3)

pengaruh dana transfer tersebut maka akan berdampak pada besar kecilnya belanja di setiap daerah otonom.

Dengan adanya peningkatan DAU, DBH dan PAD suatu daerah, maka akan semakin besar pula alokasi belanja yang dikeluarkan suatu daerah. hal tersebut menunjukkan fakta bahwa pemerintah daerah masih bergantung dan mengharapkan dana bantuan dalam bentuk dana transfer dari pemerintah pusat. Ketika keadaan ini terus menerus terjadi maka, kemungkinan terjadin nya di suatu daerah sangatlah besar. Karena ketika itu terjadi dalam suatu daerah, makan hal ini lah yang membuktikan ketidakmandirian suatu daerah dalam membiayai kebutuhan pemerintahan daerahnya. Ketika kondisi ini terjadi maka akan menimbulkan pada suatu daerah yang akan merespon dengan meningkatkan belanja daerah baik belanja langsung maupun tidak tidak langsung dengan mengalokasikannya dalam jumlah yang lebih besar dengan menggunakan dana perimbangan yang tersedia sebagai dana yang bisa memenuhi kekurangan belanja daerah tersebut.

Pendapatan asli daerah baik yang berasal dari pajak, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan sumber sumber pendapatan yang sah akan mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah yang disebut dengan

. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau perubahan pendapatan yang terjadi sebelum perubahan anggaran.

Pengalokasian belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan pemerintahan maupun untuk kualitas pelayanan publik yang baik akan membuat pemerintah daerah mencari dan menggali sumber sumber potensi yang baru,

akan tetapi besarnya jumlah belanja daerah yang dialokasikan pemerintah daerah dalam APBD tentu akan di pengaruhi oleh kondisi keuangan pada daerah tersebut. Posisi keuangan suatu daerah bisa dilihat dari besarnya DAU, DBH dan PAD pada daerah tersebut.

=6 6 ",-! .". & "!"#&

Kuncoro (2003), hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan. Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan yang memerlukan pengujian secara empiris (Sugiono,2007).

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

6 6 &". & "!"#&

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian Kausal Eksperimental/sebab akibat (* / ). Penelitian ini menekankan pada bagaimana , dana alokasi umum, dana Bagi Hasil, Pendapatan Asli daerah dan belanja daerah saling mempengaruhi pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, sumber data yang utama yang dipergunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data, dan telah dibukukan atau diarsipkan dalam dokumen yang dipublikasikan pada Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum (X1),

Dana Bagi Hasil (X2), dan Pendapatan Asli Daerah (X3) adalah variabel independen,

sedangkan Belanja Daerah (Y) adalah variabel dependen.

6 6 - #." & "!"#&

Lokasi penelitian dilakukan pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Waktu untuk melakukan penelitian adalah dimulai dari bulan Juli 2013 sampai dengan Maret 2014.

6=6 -,% #." /#& #+, & "!"#&

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek maupun subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, dengan menggunakan data Realisasi DAU, Realisasi DBH, Realisasi PAD sebagai variabel independen (variabel X), dan Realisasi Belanja Daerah sebagai variabel dependen (variabel Y), dengan data sekunder berbentuk dari tahun 2007 2011 sebanyak 33 kabupaten/kota meliputi 25 kabupaten dan 8 kota. Jumlah populasi dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel 4.1 daftar populasi dan kriteria pengambilan sampel.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007:73). Metode penentuan sampel penelitian ini menggunakan teknik

pengambilan $ $ dengan cara yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang telah menyerahkan dan mempublikasikan laporan anggaran dan realisasi APBD secara konsisten dari tahun 2007 2011.

2. Kabupaten/kota yang tidak dimekarkan dan bukan pemekaran pada periode 2007 2011.

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

#' 6 #' -,% #." /#& *"! *"# &(#+'" #& #+,

#'%,#! & -!# *"! *"# #+,

1 2

1 Kabupaten Asahan Sampel 1

2 Kabupaten Batubata Tidak

3 Kabupaten Dairi Sampel 2

4 Kabupaten Deli Serdang Sampel 3 5 Kabupaten Humbang Hasundutan Sampel 4

6 Kabupaten Karo Sampel 5

7 Kabupaten Labuhanbatu Sampel 6 8 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tidak 9 Kabupaten Labuhanbatu Utara Tidak

10 Kabupaten Langkat Sampel 7 11 Kabupaten Mandaililng Natal Sampel 8

12 Kabupaten Nias Sampel 9

13 Kabupaten Nias Barat Tidak

14 Kabupaten Nias Selatan Sampel 10

15 Kabupaten Nias Utara Tidak

16 Kabupaten Padang Lawas Tidak

17 Kabupaten Padang Lawas Utara Tidak 18 Kabupaten Phakpak Barat Sampel 11

19 Kabupaten Samosir Sampel 12

20 Kabupaten Serdang Bedagai Sampel 13 21 Kabupaten Simalungun Sampel 14 22 Kabupaten Tapanuli Selatan Sampel 15 23 Kabupaten Tapanuli Tengah Sampel 16 24 Kabupaten Tapanuli Utara Sampel 17 25 Kabupaten Toba Samosir Sampel 18

26 Kota Binjai Sampel 19

27 Kota Gunung Sitoli Tidak

28 Kota Medan Sampel 20

29 Kota Padangsidempuan Sampel 21 30 Kota Pematangsiantar Sampel 22

31 Kota Sibolga Sampel 23

32 Kota Tanjungbalai Sampel 24

33 Kota Tebing Tinggi Sampel 25

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Data yang diperoleh adalah kombinasi antara dan data . Data adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu dan data yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik tertentu (Kuncoro,2003). Pengambilan data sampel dengan kriteria diatas dimaksudkan agar sampel yang diambil dapat mewakili populasi dan mendekati dengan waktu penelitian serta keterkaitanmya dengan konsistensi pelaporan realisasi APBN transfer ke setiap daerah otonom.

Berdasarkan kriteria dan pertimbangan tersebut di atas, maka jumlah dari 33 pemerintah kabupaten/kota yang dijadikan sebagai populasi, pemerintah kabupaten/kota yang memenuhi kriteria sampel penelitian adalah sebanyak 25 kabupaten/kota, terdiri dari atas 18 kabupaten dan 7 kota, sehingga jumlah observasi atau jumlah data amatan

dalam penelitian ini adalah 5 tahun x 25 sampel (kabupaten /kota) adalah sebanyak 125 sampel observasi.

6 6 !-/ &(%+,% #& #!#

Sumber data merupakan faktor penting untuk mempertimbangkan penentuan metode pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang data berupa data Realisasi APBD, yang meliputi Realisasi dana alokasi umum, Realisasi dana bagi hasil , Realisasi pendapatan asli daerah dan Realisasi belanja daerah dari masing masing kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang diperoleh dari Badan Pusat Statitik Provinsi Sumatera Utara.

6A6 5"&"." , *#."-&#

Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada setiap daerah otonom (provinsi/kabupaten/kota) dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah otonom untuk membiayai belanja atau pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan desentraliasasi.

b. Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil merupakan salah satu transfer dari dana perimbangan yang termasuk komponen tansfer yang bersumber dari APBN yang dialokasikan ke daerah otonom, berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dengan memperhatikan potensi daerah penghasil.

c. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang diperoleh dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan untuk kebutuhan daerah otonom sebagai perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi.

d. Belanja Daerah

Belanja daerah merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai dana perimbangan dan belanja daerah otonomi selama satu tahun periode akuntansi yang mengakibatkan berkurangnya nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian diatas maka definisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.

#' 6 5"&"." , *#."-&# #*"#' &". #*"#' 5"&"." , *#."-&# #*#+ ! * # # Dana Alokasi Umum (X1)

Total transfer dana dari pemerintah pusat yang diberikan kepada pemerintah daerah. Realisasi DAU TA 2007 2011 Rasio Dana Bagi Hasil (X2)

Transfer dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah berupa dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan bukan pajak.

Realisasi DBH TA 2007 2011 Rasio Pendapatan Asli Daerah (X3)

Jumlah realisasi penerimaan daerah yang bersumber dai hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain lain pendapatan asli daerah yang sah. Realisasi PAD TA 2007 2011 Rasio Belanja Daerah (Y)

Jumlah anggaran pengeluaran daerah baik yang langsung maupun tidak

langsung terkait dan berhubungan

dengan program atau kegiatan.

Realisasi BD TA 2007 2011

6C6 !-/ &# ".". #!#

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan SPSS.

6C6 6 &(%$"#& .%+." #."

Sebelum dilakukan pengujian regresi, maka akan dilakukan uji asumsi klasik berupa uji Normalitas, Multikolineritas, Autokorelasi, dengan tujuan untuk mengetahui apakah dapat dilakukan penelitian melalui pengujian model regresi.

a. Uji Normalitas

Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal.Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik 2 . Konsep dasar dari uji normalitas 2 adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku yang telah ditransformasikan kedalam bentuk Z Score dan diasumsikan normal. Uji 2 adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Jika signifikan dibawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan dengan data normal baku atau dengan kata lain data tersebut tidak normal dan sebaliknya jika nilai signifikanya lebih besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menegtahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Disamping itu uji multikolineeritas juga bertujuan untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh uji parsial masing masing variabel independen terhadap

variabel dependen. Multikolinearitas dapat timbul jika variabel bebas saling berkorelasi satu sama lain, sehingga multikolinearitas hanya dapat terjadi pada regresi berganda. Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilakukan dengan *

0 serta ! Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai 8 ) 7 (VIF). Indikator yang digunakan untuk menentukan adanya multikolinearitas adalah nilai < 0,10 atau dengan nilai VIF >10 maka dapat dikatakan dalam model tersebut terdapat multikolinearitas (Ghozali, 2009).

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan ada periode t 1 atau sebelumnya. Autokorelasi adalah suatu kondisi dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Hal ini berarti bahwa variabel gangguan tidak random. Keadaan autokorelasi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam menentukan model, penggunaan pada model, tidak memasukkan variabel yang penting. Untuk pengujian ada tidaknya autokorelasi ini, peneliti menggunakan uji Durbin Watson. Menurut Santoso (2006) menentukan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

a) Angka D W di bawah 2 berarti ada autokorelasi positif.

b) Angka D W diantara 2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. c) Angka D W diatas + berarti ada autokorelasi negatif.

6C6 6 &(%$"#& ",-! .".

Pengujian hipotesis yang dilakukan meliputi uji koefisien Determinasi, Uji F (uji signifikansi simultan) dan uji t (uji signifikansi parameter individual/ parsial). Uji

koefisien determinasi (R2), untuk melihat berapa proporsi variasi dari variabel bebas secara bersama sama dalam mempengaruhi variabel tidak bebas dengan melihat nilai 1 / % . Pada penelitian ini pendekatan analisis yang dilakukan dengan metode analisis regresi berganda.

Metode analisis regresi berganda bertujuan untuk melihat secara langsung pengaruh variabel terikat tersebut.

Adapun model regresi yang digunakan adalah: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε

Dimana:

Y = Delanja Daerah X1 = Dana Alokasi Umum

X2 = Dana Bagi Hasil

X3 = Pendapatan Asli Daerah

β0 = Konstanta

β1,β2,β3,= Koefisien Regresi

ε = Error

a. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji ini merupakan pengujian terhadap signifikansi model secara simultan atau bersama sama, yaitu melihat pengaruh dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menentukan nilai F hitung tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (df) = (k 1) dan (n k) kriteria sebagai berikut:

Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima.

Perhitungan nilai F tidak akan dilakukan secara manual, namun dengan menghitung dengan bantuan SPSS dengan memperhatikan tabel Anova pada kolom nilai F serta tingkat signifikansi dari model tersebut. Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H1 diterima.

b. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat.Untuk menentukan t tabel, taraf signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (df) = (n k 1), dimana n merupakan jumlah observasi dan k merupakan jumlah variabel bebas.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan : Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima.

Perhitungan nilai thitung tidak akan dilakukan secara manual, namun dengan menghitung dengan bantuan SPSS dengan memperhatikan tabel pada kolom nilai t serta tingkat signifikansi dari variabel tersebut. Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H1 diterima.

A6 6 #." , & "!"#& A6 6 6 !#!".!" . *",!"5

Tabel 5.1 di bawah ini menunjukkan hasil statistik deskriptif yang terdiri dari deskripsi nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean dan standar deviasi dari masing masing variabel. #' A6 6 !#!".!" . *",!"5 ! " # " $ % & '& ( ) ( *

Sumber : Hasil olah Data SPSS (Lampiran 7)

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa dari jumlah n (sampel) sebanyak 125. Rata rata belanja daerah sebesar Rp 602.000.000 ribu rupiah dengan jumlah belanja daerah terendah Rp. 206.421.459 ribu rupiah oleh pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2007 dan belanja daerah tertinggi sebesar Rp.3.041.037.853 ribu rupiah pada pemerintah Kota Medan pada tahun 2011, dengan standar deviasi 41.230.000.000 dari rata rata.

Dana alokasi umum menurut Undang Undang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Nomor 33 Tahun 2004 merupakan dana yang berasal dari pemerintah pusat yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksaan

Rp. 145.900.000 ribu rupiah pada pemerintah kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2007 dan DAU tertinggi sebanyak Rp. 1.066.353.555 ribu rupiah pada pemerintah Kota Medan pada tahun 2011 dengan standar deviasi 183.500.000 dari rata rata.

Dana bagi hasil menurut Undang Undang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Nomor 33 Tahun 2004 merupakan dana yang berasal dari pemerintah pusat yang bersumber dari pendapatan APBN yang berasal dari dana bagi hasil pajak dan non pajak yang berasal dari daerah yang dialokasikan kepada daerah. Berdasarkan data di atas rata rata jumlah DBH kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 49.008.668,81 ribu rupiah dengan jumlah DBH terendah sebesar Rp. 541.628 ribu rupiah pada kota Binjai pada tahun 2009 dan DBH tertinggi sebanyak Rp. 374.026.590 ribu rupiah pada kota Medan pada tahun 2010 dengan standard deviasi 57.990.000 dari rata rata.

Berdasarkan data diatas rata rata jumlah pendapatan asli daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 44.240.109,86 ribu rupiah dengan jumlah pendapatan asli daerah terendah sebesar Rp. 3.970.484 ribu rupiah pada kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2007 dan jumlah pendapatan asli daerah tertinggi Rp. 995.072.572 ribu rupiah pada kota Medan pada tahun 2011 dengan standar deviasi 113.500.000 dari rata rata. Pendapatan asli daerah menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dan pemerintah kota dalam menggali potensi yang ada untuk meningkatkan kemampuan daerahnya dalam merealisasikan PAD yang direncanakan untuk membiayai darah pemerintahannya berdasarkan potensi riil daerah. Secara keseluruhan PAD Provinsi Sumatera Utara mengalami kenaikan. Peningkatan PAD ini merupakan perkembangan pesat dari sektor pajak.

A6 6 $" .%+." #." 5.1.2.1.Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggguakan uji 2 karena pengujian secara statistik akan memberikan hasil yang lebih valid dibandingkan dengan pengujian secara grafik ( ).

Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji 2 pada tabel 5.2. #' A6 6 $" -*+# "!#. + & # + +("", ( - + .. + / ( ,( & # ( 0 1 2 & 0 + 1 + 3 (4 5 0 ' 1 & * 6 ( ( + , ( + & , 7 &/ & .+

Sumber : Hasil Olah Data SPSS (Lampiran 8)

Hasil pengujian pada tabel 5.2 menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,117 yang lebih besar dari α = 0,05 maka dapat diartikan bahwa data terdistribusi secara normal.

5.1.2.2. Uji Multikolinieritas

Ada tidak nya terjadi multikolinearitas dapat ditunjukkan oleh hasil pengujian multikolinearitas pada Tabel.5.3.

#' 6 A6= $" % !" - "&" *"!#. !"# '7 ( * ! # 5 % + ,& 8 $

Sumber: Hasil olah Data SPSS (Lampiran 9)

Dari tabel 5.3 di atas, terlihat bahwa variabel independen yaitu DAU_X1, DBH_X2 dan PAD_X3 mempunyai angka 8 ) (VIF) di bawah angka10, dimana nilai lebih dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih besar dari 95 %. Hal ini berarti bahwa regresi yang dipakai untuk ke 3 (tiga) variabel independen diatas tidak terdapat gejala multikolinearitas.

5.1.2.3. Uji Autokorelasi

Hasil pengujian autokorelasi ditunjukkan oleh besarnya nilai D W. Nilai D W dapat dilihat dari hasil pengujian autokorelasi pada tabel. 5.4.

#' A6 6 $" %!- -* #." $

& 9 9 : + +, 1; (

#+ / +(8 '7 ( *" # " " ! b. Dependent Variable: BD_Y

Sumber: Hasil olah Data SPSS (Lampiran10)

Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin watson sebesar 1.855, dimana angka ini berada diantara 2 dan 2 yang berarti variabel variabel ini bebas dari autokorelasi.

A6 6=6 &(%$"#& ",-! .".

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS. Tingkat signifikan 0,05 digunakan untuk membandingkan masing masing koefisien regresi variabel independen, artinya bahwa resiko tingkat kesalahan dalam adalah 5% dan tingkat keyakinan adalah sebesar 95%.

Untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, maka dilakukan uji kesesuaian kelayakan model yang dapat diketahui dari nilai . 1 / % . Nilai . 1 /

% yang diperoleh dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tebel 5.5. dibawah ini:

#' A6A6 &(%$"#& #)# #& -/ $

& 9 9 : + < ( 9 : + -++ + . = -(

a. Predictors: (Constant), PAD_X3, DAU_X1, DBH_X2 b. Dependent Variable: BD_Y

Sumber: Hasil Olah Data SPSS (Lampiran 11)

Nilai . 1 / % pada tabel 5.5. di atas sebesar 0.982. Hal ini menunjukkan bahwa 98,2% variabel belanja daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah, Sisanya sebesar 1,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

Uji signifikan dibedakan atas uji signifikan simultan (uji F) dan uji signifikan parsial (uji t) dengan tingkat signifikan α = 5%.

5.1.3.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Berdasarkan pengujian hipotesis ditemukan bahwa secara simultan Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Pendatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara (H1 diterima). Kriteria pengujian yang

digunakan adalah apabila Fhitung> Ftabel maka Ho ditolak, dan apabila Fhitung< Ftabel maka

Ho diterima dengan nilai signifikansi tingkat keyakinan ( ) sebesar 95%. Hal tersebut ditunjukkan dalam tabel 5.6.

#' A6C6 $" %& !%$ & . : + ( . : + > 0 9 0+ (( - -9 ( & - -' ()* + ', #+ / +(8 '7 ( *" # " " ! , 5 % + ,& 8 $

Sumber: Hasil Olah Data SPSS (Lampiran 12)

Dari tabel 5.6 diperoleh nilai Fhitung sebesar 2.269.048 sedangkan F tabel pada

tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan derajat kebebasan (df1=3;df2=121) adalah sebesar 2,733. Hal ini berarti nilai Fhitung> Ftabel (2.269.048 > 2,733). Hal ini memberikan makna

bahwa variabel Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

5.1.3.2. Uji Signifikan Parsial (uji t)

Berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial ditemukan bahwa Dana Alokasi Umum, Dana Bahi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, ditunjukkan pada tabel 5.7.

#' A6 6 $" ! & ( + ? 7 .. / ( + ? 7 .. / ( 6 0 -++ + '7 ( * ! # 5 % + ,& 8 $

Sumber: Hasil Olah Data SPSS (Lampiran 13)

Dari tabel 5.7 di atas dapat disusun persamaan regresi berganda berikut : E F <6 C 6 G 3ACB E> G 3 B E> G 3 =B E>= G Dari persaman regresi berganda tersebut bermakna:

1. Nilai Konstanta sebesar 19.160.000, artinya apabila nilai Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah bernilai nol, maka Belanja Daerah sebesar 19.160.000 satuan.

2. Variabel Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah dengan nilai koefisien sebesar 0,568 artinya setiap pertambahan 1 satuan Dana Alokasi Umum, maka akan menaikkan belanja daerah sebesar 0,568 satuan.

3. Variabel Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap belanja dearah dengan nilai koefisien sebesar 0.082 artinya setiap pertambahan 1 satuan variabel DBH akan menaikkann belanja daerah sebesar 0.082 satuan.

4. Variabel Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap belanja daerah dengan nilai koefisien sebesar 0,438 artinya setiap pertambahan 1satuan variabel PAD akan menaikkan anggaran belanja daerah sebeasar 0,438 satuan.

Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa nilai thitung variabel DAU (X1) adalah

sebesar 26.690 sedangkan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (alfa=0,05) dan

signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara (thitung>ttabel), sehingga dengan demikian disimpulkan menerima Ha (hipotesis diterima).

Variabel DBH (X2) berpengaruh signifikan terhadap anggaran Belanja Daerah di Provinsi

Sumatera Utara, dimana nilai thitung>t tabel (2.996>1,600), sehingga dengan demikian

menerima Ha (hipotesis diterima). Variabel PAD (X3) berpengaruh signifikan terhadap

anggaran Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, dimana nilai thitung>ttabel (21.264>1,600), sehingga dengan demikian menerima Ha (hipotesis diterima)..

Untuk mengetahui adanya maka dibandingkan koefisien regresi untuk masing masing variabel. Syarat terjadinya adalah (1) bila nilai koefisien DAU dan DBH terhadap Belanja Daerah lebih besar dari nilai koefisien PAD dan keduanya signifikan, atau (2) PAD tidak signifikan6Hasil yang didapat dari tabel 5.7 adalah nilai koefisien DAU adalah sebesar 0,568, nilai koefisien DBH adalah sebesar 0,082 sedangkan PAD sebesar 0,438 dan keduanya signifikan, dengan demikian berarti telah terjadi karena sesuai dengan syarat 1 yaitu nilai koefisien DAU dan DBH terhadap Belanja Darah lebih besar dari nilai koefisien PAD dan keduanya sigifikan.

Terkait dengan , dari persamaan dapat diartikan bahwa nilai kostanta sebesar 19.160.000 berarti bahwa dengan tanpa adanya DAU, DBH dan PAD

Dokumen terkait