"#$% #& '#(#" # # #!% )#*#! %&!% +, *- #* #(".! * #"&. /# #+ *-(*#+ !%/" +% %&!#&." ,#/#
# % !#. -&-+" &"0 *."!#. %+#! *# !#*#
%/% .". 1
#+# # #.".2# 1 "!*" #&" #&((#' #&
-+-* - - 1
*-(*#+ !%/" 1 %&!#&."
&) !%$%" -+"." +'"+'"&(3
4 *-56 * " 3 6 "3 6 3 7 4 *.68#"&% # *" -*-&(3 6 "3 7
!%# &((-!#
!%# *-(*#+ !%/"3 #& # % !#. -&-+"3
4 *-56 *6 / #!+# %'".3 3 39 7 4 *-56 *6 : #* # .%+3 6 ;3 ;3 39 7
# /"%$" ,#/#
#&((# 1 < #* !
1
!%# 1 *-56 * " 3 6 "3 6 3
&((-!# 1 6 *.6 8#"&% # *" -*-&(3 6 "3
6 *-56 *6 / #!+# %'".3 6 39
=6 *#6 *" % )#&"3 3
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan pengutipan yang penulis lakukan pada bagian bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Maret 2014
Yang membuat pernyataan,
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dana alokasi umum, dana bagi hasil, dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial serta menganalisis apakah terjadi
pada dana alokasi umum, dana bagi hasil, dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian sebab akibat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sehingga terdapat 25 kabupaten/kota yang menjadi sampel penelitian. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder,berupa data Realisasi dana alokasi umum, Realisasi dana bagi hasil, Realisasi pendapatan asli daerah dan Realisasi belanja daerah tahun nggaran 2007 2011 yang bersumber dari dokumentasi laporan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dan terjadi pada Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Daerah.
9 9 9
9 9 >
9
!
"# $
% !
"&&' "&()
$ * +
!
, !
- . / ,
Puji dan syukur kehadirat Allah azza wa jalla rabb semesta alam, serta shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah ke haribaan Rasulullah SAW, Berkat rahmat,
karunia, dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa segala yang dilakukan dalam penyusunan
tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dan bimbingan serta
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H.,MSc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara beserta seluruh stafnya.
2. Prof. Dr. Azhar Maksum,.M.Ec,Ac,CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara beserta seluruh stafnya.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai
dosen pembanding.
4. Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku dosen pembimbing utama, yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan saran dalam proses
penelitian dan penulisan dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan
6. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak
memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Akuntansi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembanding yang
telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis
ini.
8. Drs. Rasdianto, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan
saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini
9. Seluruh dosen dan staf administrasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara.
10. Suami tercinta Muhammad Bukhori Dalimunthe, S.Pd, SE, M.Si yang selalu
memberikan saran saran, dukungan, kasih sayang serta doa yang menjadi motivasi
besar bagi penulis.
11. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda Agus Salim Panggabean, S.Pd.I
dan Ibunda Helmina Gultom, S.Pd.I serta yang tersayang semua saudara/saudariku,
Abang Ali Fathanah Panggabean, Adik Satria Diraja Panggabean, Adik Hijrah Tun
Toybah Panggabean, Adik Omar Puli Panggabean, Adik Hajarul Aswad Panggabean
dan Adik Fajariah Safiah Tuvatuttu Panggabean, yang telah memberikan dukungan,
doa, cinta dan kasih sayang kepada penulis.
12. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, yang telah menyediakan dan
memberikan data, serta informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan tesis ini.
13. Rekan rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran saran yang
yang telah banyak membantu dan memberikan saran maupun perhatiannya sehingga
penulisan tesis ini terselesaikan.
Jasa mereka semua tidak dapat dinilai, peneliti tidak dapat membalasnya, dan
dengan ketulusan serta keikhlasan do’a yang penulis panjatkan semoga Allah Subhanahu
Wa Ta’ala memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas segala perhatian dan
bantuan yang telah diberikan. Akhirnya penulis menyadari dengan kemampuan dan
pengetahuan yang sangat terbatas, penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan tesis ini, dan
semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta berbagai pihak yang memerlukannya.
Medan, Maret 2014
Penulis,
?
#!# *"'#/"
Nama : Fitri Yani Panggabean
Tempat/Tgl lahir : Porsea / 31 Januari 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 2 (dua) dari 7 (tujuh) bersaudara
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Jl. Benteng Hulu Gang Ibrahim No.8 b
Kel.Tembung Kec. Medan Tembung 20225
No.HP : 082367073454
E mail : leboy_ori@yahoo.com
Orang Tua
a. Ayah : Agus Salim Panggabean, S.Pd.I
b. Ibu : Helmina Gultom, S.Pd.I
&/"/" #&
SD : SDN PARDAMEAN No.175750 Tamat Tahun 2001
SMP : MTsN PEANORNOR Tamat Tahun 2003
SMA : MAN PEANORNOR Tamat Tahun 2005
S1 : Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
# #+#&
6666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 "
666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 ""
666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 """
? 6666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 0"
6666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 0""
66666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 "@
66666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 @
666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 @"
66666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
1.5. Originalitas ... 9
666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 2.1. Landasan Teori ... 11
2.1.1. Pendapatan Daerah ... 11
2.1.2. Belanja Daerah ... 16
2.1.3. ... 20
2.1.4. Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Belanja Daerah ... 20
2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 21
666666666666666666666666666666 A 3.1. Kerangka Konseptual ... 25
6666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 B
4.1. Jenis Penelitian ... 28
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 31
4.5. Definisi Operasional ... 31
4.6. Metode Analisis Data ... 33
4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 33
4.6.2. Pengujian Hipotesis... 35
6666666666666666666666666 =B 5.1. Hasil Penelitian ... 38
5.1.1. Statistik Deskriptif ... 38
5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 40
5.1.2.1. Uji Normalitas ... 40
5.1.2.2. Uji Multikolinearitas ... 41
5.1.2.3. Uji Autokorelasi ... 41
5.1.3. Pengujian Hipotesis... 42
5.1.3.1. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 43
5.1.3.2. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 44
5.2. Pembahasan ... 47
66666666666666666666666666666666666666666666666666 A 6.1. Kesimpulan ... 54
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 54
6.3. Saran ... 55
-+-* %/% # #+#&
1.1. Realisasi APBN Transfer Pusat Ke Daerah Kab/Kota Provinsi
Sumatera Utara TA 2007 – 2011 ... 6
1.2. Originalitas Penelitian ... 10
2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 24
4.1. Populasi dan Kriteria Pengambilan Sampel ... 30
4.2. Definisi Operasional Variabel ... 33
5.1. Statistik Deskriptif ... 38
5.2. Uji Normalitas !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 40 5.3. Uji Multikolinieritas ... 41
5.4. Uji Autokorelasi ... 41
5.5. Pengujian Kelayakan Model ... 42
5.6. Uji F ... 43
-+-* %/% # #+#&
-+-* %/% # #+#&
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dana alokasi umum, dana bagi hasil, dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial serta menganalisis apakah terjadi
pada dana alokasi umum, dana bagi hasil, dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian sebab akibat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sehingga terdapat 25 kabupaten/kota yang menjadi sampel penelitian. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder,berupa data Realisasi dana alokasi umum, Realisasi dana bagi hasil, Realisasi pendapatan asli daerah dan Realisasi belanja daerah tahun nggaran 2007 2011 yang bersumber dari dokumentasi laporan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dan terjadi pada Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Daerah.
9 9 9
9 9 >
9
!
"# $
% !
"&&' "&()
$ * +
!
, !
- . / ,
6 #!#* # #&( & "!"#&
Kebijakan pemerintah pusat yang memberikan kewenangan dalam kebebasan
untuk mengelola dan mengembangkan sendiri urusan rumah tangga suatu daerah dengan
harapan pemerintah daerah dapat lebih mandiri dalam mengurus segala kebutuhan dan
pengeluaran daerah.Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah oleh pemeritah
pusat untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan perundang undangan yang berlaku disebut otonomi daerah. Kewenangan
yang diberikan kepada pemerintah daerah untuk mengatur sendiri pemerintahannya
secara bebas selaras dengan diberlakukannya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Otonomi
daerah bertujuan untuk meningkatkan daya guna dari kinerja pemerintah daerah, terutama
dalam pelayanan terhadap masyarakat, sehingga hasil yang dicapai dapat dimaksimalkan,
karena setiap daerah mempunyai karakteristik yang tidak sama.
Demi tercapainya tujuan peningkatan kemandirian daerah, pemerintah daerah
dituntut untuk lebih mengoptimalkan dan menggali semua sumber potensi pendapatan
asli daerah yang dimiliki dan termasuk salah satu sumber utama daerah yang memberikan
proporsi belanja yang lebih besar untuk pembangunan pada sektor sektor yang produktif
didaerah. Kemandirian suatu daerah bisa terwujud dari berbagai aspek kehidupan yang
diukur melalui elemen pendapatan asli daerah yang diharapkan mampu melaksanakan
semua urusan pemerintahan dan pembangunan dengan mengandalkan pendapatan asli
daerah sesuai dengan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk
melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer dana
yang terdiri dari dana perimbangan yang bersumber dari anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, dengan demikian penyerahan wewenang
kepada pemerintah daerah dalam otonomi harus disertai dengan pelimpahan wewenang
dibidang keuangan atau yang sering disebut dengan desentralisasi fiskal (Dirjen
Perimbangan dan Keuangan Pusat dan Daerah (2004). Tanpa adanya transfer dana ini
maka otonomi tidak akan berjalan dengan baik.
Transfer mempunyai tujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar
pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum diseluruh
daerah, serta pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan dan
pemeliharaan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah (Sidik dkk,2002),
namun yang terjadi adalah ketergantungan fiskal dan subsidi serta bantuan pemerintah
pusat sebagai wujud ketidakmampuan daerah otomom dengan mengandalkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dalam membiayai belanja daerah. Dana perimbangan yang ditransfer
dari pusat kepada daerah otonom terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) yang bersumber dari pajak dan sumber daya
alam. Secara umum Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Umum digolongkan ke dalam
bentuk atau biasa disebut dengan transfer tak bersyarat, sedangkan
Dana Alokasi Khusus digolongkan kedalam bentuk atau biasa disebut
dengan transfer bersyarat (Brojonegoro dan Vazquez,2002). Dana bagi hasil merupakan
jenis transfer yang bersumber dari pajak dan bukan pajak yang ditransfer pemerintah
membiayai daerah dan untuk menghindari adanya kesenjangan fiskal keuangan antar
daerah.
Transfer dana dari pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan yang sangat
dominan bagi pemerintah daerah di banyak negara berkembang termasuk di Indonesia.
Sumber transfer ini membiayai sekitar 72% pengeluaran provinsi dan 86%
kabupaten/kota pada dekade 1990 an di Indonesia (Simanjuntak. 2002). Kuncoro (2007)
juga menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah hanya mampu membiayai belanja
pemerintah daerah paling tinggi sebesar 20%, dengan kata lain bahwa ternyata
pemerintah daerah belum mencapai kemandirian yang sesungguhnya, hal ini bisa dilihat
pada ketergantungan fiskal dan subsidi serta bantuan pemerintah pusat kepada daerah
otomom yang belum mampu mengelola dan mengoptimalkan sektor sektor potensi
pendapatan asli daerah, dimana pendapatan asli daerah yang seharusnya merupakan
sumber dana utama yang digunakan untuk membiayai belanja daerah tidak bisa dicapai
dan justru sebaliknya dana transfer dari pemerintah pusat yang seharusnya sebagai
suplemen atau dana pendukung untuk pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di
daerah digunakan sebagai dana utama untuk membiayai pengeluaran daerah, khususnya
dari dana alokasi umum.
Tercapainya kemandirian daerah otonom merupakan harapan yang besar dari
pemerintah daerah untuk dapat membangun daerah berdasarkan kemampuan dan
kehendak daerah sendiri ternyata dari tahun ke tahun dirasakan semakin jauh dari
kenyataan (Mardiasno, 2002), sehingga pada era globalisasi dan otonomi daerah sebagai
konsekuensi dari pelaksanaan asas desentralisasi dalam sistem pemerintahan sekarang ini
secara bebas dan tanpa ada intervensi dari pemerintah pusat untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat disetiap daerah.
Fakta yang sering terjadi saat ini, dimana daerah terlalu bergantung pada dana
alokasi umum untuk membiayai belanja daerahnya, tanpa berusaha mengoptimalkan,
mengembangkan serta menggali sumber sumber potensi pendapatan di daerahnya,
kemudian oleh pemerintah daerah dana transfer ( ) dari pemerintah pusat dijadikan
sebagai dana utama oleh pemerintah daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari
hari, yang oleh pemerintah daerah dilaporkan dan dimasukkan di perhitungan APBD.
Ketika penerimaan daerah berasal dari transfer, maka stimulasi atas belanja yang
ditimbulkannya berbeda dengan stimulasi yang muncul dari pendapatan daerah (terutama
pajak daerah), dan ketika respon belanja daerah lebih besar terhadap transfer dari pada
pendapatannya sendiri, maka disebut (Oates,1999).
Respon pada kondisi ini merupakan suatu tanggapan langsung dari pemerintah
daerah dalam menyikapi transfer dan dalam bentuk dana perimbangan khususnya Dana
Alokasi Umum yang diwujudkan pada anggaran belanja daerah, ketika respon (belanja)
daerah lebih besar terhadap transfer, maka disebut dengan (Oates,1999),
dimana itu sendiri merupakan respon yang tidak asimetri atau asimetris
terhadap peningkatan dana penurunan penggunaan dana transfer dari pemerintah pusat,
Tresch (2002) menyatakan bahwa dana transfer tersebut diberikan untuk jangka waktu
tertentu dengan indikasi adanya pihak yang memperoleh keuntungan dari penerimaan
transfer ( ) yang cenderung meningkat. Penemuan adanya pada
alokasi pengeluaran daerah, maka diharapkan pemerintah dapat seminimum mungkin
Penelitian yang dilakukan oleh Maimunah (2006) yang meneliti di kabupaten/kota
di Pulau Sumatera memperoleh hasil yaitu, PAD tidak signifikan berpengaruh tehadap
Belanja Daerah. Hal tersebut berarti terjadi . Hal ini sesuai dengan
hipotesisnya yang menyatakan pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja lebih besar
daripada pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah yang diterima.
Listiorini (2011) yang meneliti tentang Fenomena pada Dana Perimbangan
Kabupaten/Kota Di Sumatera menunjukkan bahwa terjadi fenomena pada
Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Pendapatan Asli Daerah, terhadap Belanja
Daerah baik secara simultan dan parsial. Diah (2007) pada Dana Alokasi
Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada Kab/Kota di
Indonesia, menyatakan bahwa dari hasil regresi berganda tersebut, diketahui bahwa
variabel DAU pada masing masing kondisi daerah memiliki pengaruh lebih kuat terhadap
belanja daerah daripada pengaruh PAD terhadap belanja daerah, ini mengindikasikan
bahwa tidak hanya terjadi pada daerah dengan PAD rendah namun juga
pada daerah dengan PAD tinggi.
Kenyataan yang terjadi dilapangan, dengan melihat pencapaian PAD di hampir
semua daerah di Indonesia, bukan kemandirian yang terwujud, justru yang terlihat adalah
adanya tingkat ketergantungan terhadap pusat yang semakin lama semakin besar dengan
mengandalkan dana transfer, fakta ini semakin diperkuat dengan data yang menunjukkan
bahwa tingginya dana transfer dari tahun ke tahun dari pemerintah pusat ke daerah yang
merupakan ketergantungan yang tinggi akan dana transfer tersebut, dibandingkan dengan
usaha untuk melakukan pengembangan dan penggalian sumber sumber pendapatan atau
penerimaan yang dapat membantu daerah dalam hal memenuhi kebutuhan
tinggi dan besarnya dana transfer dari tahun ke tahun yang ditransfer ke daerah dari
APBN dapat diperjelas dengan tabel realisasi APBN transfer ke daerah mulai dari tahun
2007 2011 pada tabel 1.1 di bawah ini.
#' 6 6
# ".#." *#&.5 * %.#! # *# #' -!# *-0"&." %+#! *# !#*#
D 4 *%,"# 7
&". #&# # ".#." B < a. DAU 8.861.383.215 9.516.673.316 9.136.529.226 9.278.474.874 10.604.513.741 b. DBH 1.196.871.074 1.184.631.604 1.184.088.268 1.382.743.915 1.177.748.740 Total Transfer 10.058.254.289 10.701.304.920 10.320.617.494 10.661.218.789 11.782.262.481 PAD 756.602.873 830.082.811 903.098.789 1.191.382.464 1.848.846.796 BD 12.831.855.669 14.494.055.763 14.798.712.077 15.070.456.516 18.093.167.316 Sumber data : BPS Provinsi Sumut, untuk Periode TA 2007 2011
Salah satu tuntutan reformasi setelah era orde baru adalah permasalahan yang
berhubungan dengan kebijakan otonomi daerah yang desentralisasi fiskal, dimana sistem
sentralisasi yang diterapkan di Indonesia menyebabkan intervensi pemerintah pusat
terhadap pemerintah daerah yang terlalu besar, sehingga dengan besarnya intervensi ini
menyebabkan masalah rendahnya kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah dalam
mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di daerah dalam mendanai
setiap kebutuhan pengeluaran daerah maupun dalam pelayanan publik. Hubungan
keuangan antara pusat dan daerah perlu mendapatkan pengaturan sedemikian rupa agar
kebutuhan yang akan menjadi tanggung jawab daerah dapat dibiayai dari sumber sumber
penerimaan yang ada. Melalui desentralisasi fiskal, diharapkan terjadi peningkatan
efisiensi administrasi keuangan daerah serta pengaturan yang jelas atas sumber sumber
pendapatan negara dan daerah serta pembagian pendapatan dari sumber penerimaan
Berdasarkan pada hasil hasil penelitian terdahulu dan temuan temuan fakta baru
di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengembangan dengan judul
“ - . 0
+ 1 0 2 $ 2 0 3!
6 6 %+%.#& #.# #
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Pendapatan Asli Daerah secara
simultan dan parsial berpengaruh terhadap Belanja Daerah pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara?
2. Apakah terjadi pada Dana Alokasi Umum, dana Bagi Hasil,
Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara?
6=6 %$%#& & "!"#&
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Pendapatan
Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
secara simultan dan parsial.
2. Untuk menganalisis apakah terjadi pada Dana Alokasi Umum, Dana
Bagi Hasil, Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pemerintah
6 6 #&5##! & "!"#&
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan, penelitian ini
akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah kabupaten/kota, sebagai obyek penelitian dapat menjadi bahan
pertimbangan atau evaluasi dalam penentuan kebijakan yang menyangkut tentang
penggunaan anggaran penerimaan dari pemerintah daerah tersebut untuk
mengeluarkan respon belanja dengan efektif dan efisien sehingga pemerintah daerah
mampu mengambil langkah langkah untuk memaksimalkan semua potensi yang ada.
2. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan secara praktis
dan efisiensi dihubungkan dengan teori yang diperoleh.
3. Bagi calon peneliti berikutnya, dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau sumber
referensi dalam penelitian yang lebih mendalam.
4. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan akan melengkapi temuan temuan empiris
yang telah ada dibidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan karya ilmiah
dimasa yang akan datang.
6A6 *"("&# "!#. & "!"#&
Penelitian ini merupakan pengembangan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maimunah (2006) dengan judul pada Dana Alokasi Umum (DAU),
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada kabupaten/kota di Pulau
Sumatera. Alasan peneliti menambahkan variabel Dana Bagi Hasil (DBH) sebagai
variabel independen karena peneliti bertujuan untuk meneliti khusus tentang tansfer yang
atau transfer yang tidak bersyarat, yaitu Dana Alokasi Umum dan
Perbedaan penelitian ini dari peneliti Maimunah (2006) terletak pada lokasi
penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Utara dengan sampel Realisasi Dana Alokasi Umum, Realisasi Dana Bagi hasil, Realisasi
Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi Belanja Daerah sedangkan lokasi pada penelitian
Maimunah (2006) dilakukan pada Kab/kota di Pulau Sumatera. Beda penelitian ini
dengan penelitian Maimunah (2006) adalah pada variabel independennya. Maimunah
(2006) variabel independennya adalah Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah
sedangkan pada penelitian ini dengan menggunakan Dana Alokasi Umum, Dana Bagi
Hasil, Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel independen.
Periode penelitian Maimunah (2006) memiliki batasan pengambilan data dengan
4 dalam kurun waktu 2 tahun yaitu tahun 2003 2004, sedangkan periode
penelitian ini menggunakan dalam kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2007
2011. Objek dalam penelitian terdahulu adalah kabupaten/kota di Pulau Sumatera
sedangkan objek pada penelitian ini pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
Perbedaan originalitas antara peneliti terhadulu dengan peneliti sekarang dapat dilihat
pada tabel 1.2 originalitas penelitian dibawah ini.
#' 6 6 *"("&# "!#. & "!"#&
No Perbedaan Peneliti Terdahulu Peneliti Sekarang
1 Variabel Penelitian DAU,PAD dan BD DAU,DBH, PAD dan BD 2 Objek Penelitian Kab/Kota di Pulau
Sumatera
Kab/Kota di Provinsi Sumatera Utara
3 Jenis Data Data * Data
4 Periode Waktu Penelitian
6 6 #&/#.#& -*"
2.1.1 Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah merupakan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (Undang Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah). Pendapatan daerah berasal dari dana
perimbangan pusat (transfer), pemerintah daerah, serta sumber yang berasal dari daerah
itu sendiri yang merupakan pendapatan asli daerah, serta lain lain pendapatan yang sah.
Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian
keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan dan bertanggung jawab dalam
rangka pendanaan penyelenggaran desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas
perbantuan (Undang Undang No. 32 Tahun 2004).
Sumber sumber pendapatan daerah menurut Undang Undang RI No.32 Tahun
2004 yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundan undangan. Adapun
kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi tiga jenis pendapatan yaitu :
1) Pajak Daerah, merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Pajak daerah
yang dikelola oleh pemerintah provinsi antara lain : Pajak kendaraan bermotor dan
Atas Air, Pajak Bahan Bakar Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak yang dipungut oleh Kabupaten/Kota
meliputi: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengelolahan Bahan Galian Golongan C,
Pajak Parkir.
2) Retribusi Daerah, merupakan pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Retribusi ini dirinci menjadi :
a) Retribusi Jasa Umum, meliputi: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi
Pelayanan Persembahan/Kesehatan, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu
Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan Pemakaman dan
Pengabuan Maya, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi
Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi
Pemeriksanaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Penggantian Biaya Cetak
Peta, Retribusi Pengujian Kapal Perikanan.
b) Retribusi Jasa Khusus, meliputi : Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah,
Retribusi Pasar Grosir danatau Pertokoan, Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi
Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir,Retribusi Tempat
Penginapan/Pesangrahan/villa, Retribusi Penyedotan Kakus,Retribusi Rumah
potong hewan,Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal, Retribusi Tempat Rekreasi
dan Olah Raga, Retribusi Penyeberangan diatas Air, Retribusi Pengolahan air
c) Retribusi Perijinan Tertentu, meliputi : Retribusi Ijin Mendirikan Bagunan,
Retribusi jin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, Retribusi Ijin Gangguan,
Retribusi Ijin Trayek.
3) Hasil Pengelolan Kekayaan yang dipisahkan, terdiri dari : Bagian laba atas penyertaan
modal pada perusahaan milik pemerintah daerah/negara dan bagian laba atas
penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
4) Lain lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah3 merupakan penerimaan daerah yang
berasal dari hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro,
penerimaan bunga, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, komisi denda
keterlambatan pekerjaan, dan lain lain.
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam ranngka
pelaksanaan desentralisasi bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dana perimbangan yang bersumber dari
APBN dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu dana transfer (tansfer
bersyarat) yaitu Dana Alokasi Khusus, dan dana transfer (transfer
tidak bersyarat) adalah Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil.
1) Dana alokasi umum, adalah transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah yang dimaksud untuk menutup kesenjangan fiskal ( ) dan
pemerataan kemampuan fiskal antar daerah dalam rangka membantu kemandirian
Menurut Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dikatakan bahwa Dana Alokasi
Umum merupakan dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaanya
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Proporsi DAU antar Provinsi dan Kabupaten/Kota dihitung dari perbandingan antar
bobot urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Provinsi Kabupaten/Kota.
Dalam hal penentuan proporsi belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi DAU
antar Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan dengan imbangan 10% (sepuluh
persen) untuk Provinsi dan 90% (sembilan puluh persen) untuk Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2009 tentang Dana Alokasi
Umum, Kabupaten dan Kota Tahun 2010, DAU untuk satu daerah dihitung dengan
menggunakan formula (Darise,2008)
DAU = CF (celah Fiskal) + AD (Alokasi Dasar)
Celah fiskal merupakan selisih antar kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal.
Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk
melaksanakan fungsi layanan dasar umum, antara lain adalah penyediaan layanan
kesehatan dan pendidikan, penyediaan infrastruktur dan pengentasan masyarakat dari
kemiskinan. Kapasitas fiskal diukur berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Bagi Hasil, sehingga rumus yang digunakan :
Kapasitas Fiskal = Pendapatan Asli Daerah + Dana Bagi Hasil
Kebutuhan fiskal diukur secara berturut turut dengan jumlah penduduk, luas
wilayah, indeks kemahalan konstruksi, Produk Regional Bruto per Kapita dan Indeks
Pembangunan Manusia.
2) Dana bagi hasil, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada
daerah dengan memperhatikan potensi daerah penggali berdasarkan angka persentase
tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Tujuan utama dana bagi hasil adalah untuk mengurangi ketimpangan fiskal vertikal
antara pemerintah pusat dan daerah yang bersumber dari pajak dan sumber daya
alam (bukan pajak).
Dasar hukum dana bagi hasil adalah undang undang dan peraturan pemerintah.
Dasar hukum dana bagi hasil dalam undang undang antara lain Undang Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan dan PP No.
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Alokasi DBH pajak yang
telah didistribusikan adalah Realisasi DBH pajak dalam bentuk lampiran PMK. Dana
bagi hasil pajak yang terdiri dari : Pajak Bumi dan Bagunan (PBB), Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) penetapan alokasinya diatur dalam
lampiran PMK No. 05 Tahun 2007, sedangkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan
Pasal 29 Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) penetapan alokasinya
diatur dalam lampiran PMK No. 127 Tahun 2006. Bagi hasil yang bersumber daya
alam (bukan pajak), terdiri dari: sumber daya Kehutanan, Pertambangan umum,
Perikanan, Pertambangan minyak bumi, Pertambangan gas bumi, dan Pertambangan
c. Lain lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain lain pendapatan daerah yang sah merupakan penerimaan daerah yang berasal
dari lain lain milik pemerintah daerah, jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut : Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran,
Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang dipisahkan, Jasa giro,
Pendapatan bunga, Penerimaan atas tuntutan ganti rugi, Penerimaan komisi, potongan
ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau
jasa oleh daerah, Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing, Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, Pendapatan
denda pajak dan retribusi, Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, Pendapatan dari
pengembalian, Fasilitas sosial dan fasilitas umum, Pendapatan dari penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan, Pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
2.1.2 Belanja Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keungan Daerah, meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayaranya kembali oleh Daerah. Belanja daerah
merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode anggaran.
Untuk memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan
belanja diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu : (Darise,2008) :
1) Belanja Tidak Langsung, merupakan belanja yang penganggaranya tidak dipengaruhi
secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan. Belanja tidak langsung
konsekuensi dari kewajiban pemerintah daerah secara periodik kepada pegawai yang
bersifat tetap (pembayaran gaji dan tunjangan) dan atau kewajiban untuk
pengeluaran belanja lainnya yang diperlukan secara periodik. Kelompok belanja
tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari :
a) Belanja Pegawai, merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan, lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang undangan.
b) Belanja Bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang
dihitung atas kewajiban pokok utang ( 5 ) berdasarkan
perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
c) Belanja Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi
kepada perusahaan/lembaga tertentu yang menghasilkan produk dan jasa
pelayanan umum masyarakat agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat
terjangkau oleh masyarakat banyak
d) Belanja Hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk
uang, barang danatau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,
perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
e) Belanja Bantuan Sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan
yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan atau barang kepada
kelompok/anggota masyarakat, dan partai politik, dan pemberiannya secara
selektif, tidak terus menerus dan tidak mengikat serta memiliki kejelasan
peruntukan penggunaanya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan
f) Belanja Bagi Hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan
kabupaten/kota pemerintah desa atau pendapatan pemerintah tertentu kepada
pemerintah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang undangan.
g) Belanja Bantuan Keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan
yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,
pemerintah desa, dan kepada pemerintah desa lainnya dalam rangka pemerataan
dan atau peningkatan kemampuan keuangan.
h) Belanja Tidak Terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun tahun yang telah ditutup.
2) Belanja Langsung, merupakan belanja yang penganggaranya dipengaruhi secara
langsung oleh adanya program atau kegiatan. Belanja langsung dibagi menurut
jenis belanja yang terdiri dari :
a) Belanja Pegawai, digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
b) Belanja Barang dan Jasa, digunakan untuk mengangarkarn pengadaan barang
dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dalam
melaksanakan program kegiatan pemerintahan daerah berupa belanja habis
pakai, bahan/material, Jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan
bermotor, cetak/pengadaan, sewa rumah/gedung/parker, sewa sarana mobilitas,
Sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan
hari hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah, jasa konsultasi dan
lai lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis.
c) Belanja Modal
Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka aset
tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
"!(!6
Masalah utama dalam penelitian ini adalah , yang merupakan suatu
kondisi yang terjadi saat pemerintah daerah merespon (belanja) lebih banyak/boros
dengan menggunakan dana transfer ( ) yang diproksikan dengan Dana Alokasi
Umum daripada menggunakan kemampuan sendiri. Diproksikan dengan Pendapatan Asli
Daerah, (Maimunah,2006). membawa implikasi lebih luas bahwa transfer
akan meningkatkan belanja pemerintah daerah yang lebih besar daripada penerimaan
transfer itu sendiri (Kuncoro,2007).
dapat terkendali dalam dua versi (Kuncoro,2007), yaitu : Pertama
merujuk pada peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja pemerintahan yang
berlebihan, dan Kedua mengarah pada elastisitas pegeluaran terhadap transfer yang lebih
tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah. Menurut
Maimunah (2006) untuk dapat dikatakan telah terjadi maka hasilyang
diperoleh haruslah menunjukkan : Nilai koefisien DAU lebih besar dari nilai koefisien
1.1.4 Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan
Belanja Daerah
Dalam literatur ekonomi dan keuangan daerah, hubungan pendapatan dan belanja
daerah didiskusikan secara luas sejak akhir dekade 1950 an dan berbagai hipotesis
tentang hubungan diuji secara empiris (Maimunah,2006). Sebagian studi menyatakan
bahwa pendapatan mempengaruhi belanja, sedangkan sebagian lagi menyatakan bahwa
belanjalah yang mempengaruhi pendapatan. (Maimunah,2006). Sementara study tentang
pengaruh dari pemerintah pusat terhadap keputusan pengeluaran atau belanja
pemerintah daerah sudah berjalan lebih dari 30 tahun (Maimunah,2006). Sementara
teoritis respon tersebut akan mempunyai efek distribusi alokatif pendapatan pajak daerah
(Maimunah,2006), namum dalam studi empiris hal tersebut tidak selalu terjadi. Artinya
stimulus terhadap pengeluaran daerah yang ditimbulkan oleh transfer ( ) tersebut
sering lebih besar dibandingkan dengan stimulus dari pendapatan (pajak) daerah sendiri
( ). Maimunah (2006) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat
antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah, dalam hal ini
pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan
pemerintah daerah atau perubahan pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran.
6 6 0" 2 & "!"#& */# % %
Belanja daerah sangat dipengaruhi oleh pendapatan yang diperoleh oleh suatu
daerah baik dari PAD maupun dari dana transfer yang diberikan pemerintah pusat dalam
bentuk dana alokasi umum dan dana bagi hasil untuk mengurangi kesenjangan fiskal
antar daerah. Penelitian ini melakukan beberapa review dari penelitian terdahulu untuk
dengan judul Fenomena pada Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli
Daerah Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Meneliti pengaruh
dana perimbangan dari pemerintah pusat yang diberikan kepada pemerintah daerah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan terjadi fenomena pada
DAU, DAK, DBH dan PAD berpengaruh terhadap Belanja Daerah kabupaten/kota di
Sumatera Utara dan secara parsial, terjadi fenomena dimana nilai koefisien
DAU terhadap Belanja Daerah lebih besar dari nilai koefisien PAD dan Keduanya
berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah di kabupaten/kota Sumatera Utara,
sedangkan variabel DAK dan DBH tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja
Daerah, dan riset ini menunjukkan bahwa variabel DAK dan DBH tidak berpengaruh
signifikan terhadap kenaikan Belanja Daerah.
Maimunah (2006) dengan judul pada Dana Alokasi Umum, dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau
Sumatera. Hasil penelitian ini pertama, hasil pengujian dari hipotesis alternatif pertama
dan kedua adalah diterima, artinya nilai DAU dan PAD mempengaruhi besarnya nilai
Belanja Daerah (pengaruh positif). Kedua, hasil pengujian hipotesis alternatif ketiga
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pada Belanja Daerah pada
Kabupaten/Kota di Sumatera. Ketiga, hasil pengujian hipotesis alternatif ke empat
tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh dalam memprediksi Belanja
Daerah periode ke depan juga diterima. Keempat, hasil pengujian hipotesis alternatif
keempat yang merupakan hasil hipotesis uji beda adalah tidak dapat diterima. Artinya
tidak terdapat perbedaan terjadinya $ 7 pada daerah yang PAD nya
Diah (2007) dengan judul pada Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada Kab/Kota di Indonesia. Melalui
Hasil regresi berganda, diketahui bahwa PAD dan DAU secara bersama sama memiliki
Pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah. ini diketahui melalui uji F, dimana
signifikan F hitung yang diperoleh adalah 0, lebih kecil daripada tingkat kepercayaanya,
yaitu 0,05, sehingga belanja tahun berjalan dipengaruhi oleh jumlah PADdan DAU yang
diperoleh pada tahun yang sama. Melalui uji t, diketahui bahwa P value t hitung yang
diperolehn masing masing variabel independen yaitu PAD dan DAU, signifikan terhadap
Belanja Daerah. Variabel DAU pada daerah memiliki pengaruh lebih kuat terhadap
Belanja Daerah daripada pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah. Ini mengidentifikasi
bahwa bukan hanya terjadi pada daerah dengan PAD rendah namun juga
pada daerah yang PAD tinggi.
Bambang (2004) dengan judul Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap Perediksi Belanja Deraha (Studi Empirik di Wilayah
Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian ini
menunjukkan secara empiris membuktikan bahwa besarnya Belanja Daerah dipengaruhi
oleh jumlah DAU yang diterima dari Pemerintah Pusat. Dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.
dalam model prediksi BJD, Daya prediksi DAU terhadap BJD tetap lebih tinggi
dibanding daya prediksi PAD. Hal ini menunjukkan telah terjadi !
Ringkasan penelitian penelitian terdahulu yang sudah diuraikan diatas dapat
#' 6 0" 2 & "!"#& */# % %
#+# & "!"
%/% & "!"#& #*"#' #&( "(%&# #&
#." )#&( /,
*-Listiorini 2011
Fenomena
Pada Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap BelanjaDerah Kab/Kota di Sumatera Utara
Independen Variabel: DAU, DAK, DBH dan PAD
Dependen variabel : Belanja Daerah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial terjadi fenomena pada DAU, DAK, DBH dan PAD terhadap Belanja Daerah kab/kota di Sumatera Utara
Mutiara Maimunah
2006
pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada KabupatenKota di Pulau Sumatera
Independen Variabel: Dana Alokasi Umum (DAU)
Dependen Variabel : Belanja Daerah
1.Besarnya nilai DAU dan PAD mempengaruhi besarnya nilai BD (pengaruh+). Ke 2,hasil pengujian hipotesis altematif ketiga yang tujuannya adalah untuk mengetahui terjadi tidaknya t, juga diterima. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi
pada BD pada Kab/Kota di Sumatera. Ke 3, hasil pengujian hipotesis altematif Ke 4,hasil pengujian hipotesis alternatif ke 4 yang merupakan hipotesis uji t adalah tidak dapat diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan terjadinya
baik pada daerah yang PAD nya rendah maupun daerah yang PAD nya tinggi di Kab/Kota pulau Sumatera. Diah Ayu
Kusuma dewi 2007
pada Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Pada Kab/Kota Di Indonesia
Independen variabel : DAU, PAD
Dependen Variabel: Belanja Daerah
Dari hasil regresi berganda tersebut, diketahui bahwa variabel DAU pada daerah memiliki pengaruh lebih kuat terhadap Belanja Daerah daripada pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah. Ini mengindikasikan bahwa tidakhanya terjadi pada daerah dengan PAD rendah namun juga pada daerah dengan PAD tinggi. Kesit
Bambang Prakosa
2004
Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum & PAD Terhadap Predikasi BD (Studi Empirik di Wilayah Propinsi Jawa Tengah & DIY)
Independen Variabel: Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dependen Variabel : Belanja Daerah
=6 6 *#&( # -&. ,
Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian, maka dapat dikembangkan
[image:41.612.147.468.262.460.2]kerangka penelitian yang diuji secara simultan dan parsial sebagaimana terlihat pada
gambar 3.1 di bawah ini.
#+'#* =6 *#&( # -&. ,
Peneliti mengidentifikasi 4 variabel penelitian yaitu dana alokasi umum (X1),
dana bagi hasil (X2), pendapatan asli daerah (X3), dan delanja daerah (Y). Dari gambar
kerangka konseptual 3.1 dapat diuraikan bahwa dana alokasi umum, dana bagi hasil,
pendapatan asli daerah mempengaruhi belanja daerah. Berkaitan dengan hal tersebut
dapat diprediksi bahwa tinggi rendahnya dana alokasi umum, dana bagi hasil, dan
pendapatan asli daerah akan mempengaruhi belanja daerah. Dimana dana alokasi umum
dan dana bagi hasil mempunyai pengaruh secara langsung terhadap pendapatan asli
daerah yang merupakan sumber dana utama dalam pembiayaan belanja daerah. Dengan
!
Dana Alokasi Umum
Dana Bagi Hasil
(X2)
#&$# # *# 4 7
Pendapatan Asli Daerah
pengaruh dana transfer tersebut maka akan berdampak pada besar kecilnya belanja di
setiap daerah otonom.
Dengan adanya peningkatan DAU, DBH dan PAD suatu daerah, maka akan
semakin besar pula alokasi belanja yang dikeluarkan suatu daerah. hal tersebut
menunjukkan fakta bahwa pemerintah daerah masih bergantung dan mengharapkan dana
bantuan dalam bentuk dana transfer dari pemerintah pusat. Ketika keadaan ini terus
menerus terjadi maka, kemungkinan terjadin nya di suatu daerah sangatlah
besar. Karena ketika itu terjadi dalam suatu daerah, makan hal ini lah yang membuktikan
ketidakmandirian suatu daerah dalam membiayai kebutuhan pemerintahan daerahnya.
Ketika kondisi ini terjadi maka akan menimbulkan pada suatu daerah
yang akan merespon dengan meningkatkan belanja daerah baik belanja langsung maupun
tidak tidak langsung dengan mengalokasikannya dalam jumlah yang lebih besar dengan
menggunakan dana perimbangan yang tersedia sebagai dana yang bisa memenuhi
kekurangan belanja daerah tersebut.
Pendapatan asli daerah baik yang berasal dari pajak, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan sumber sumber pendapatan yang sah akan
mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah yang disebut dengan
. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan
perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau perubahan pendapatan yang terjadi
sebelum perubahan anggaran.
Pengalokasian belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang
didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran
pelaksanaan pemerintahan maupun untuk kualitas pelayanan publik yang baik akan
akan tetapi besarnya jumlah belanja daerah yang dialokasikan pemerintah daerah dalam
APBD tentu akan di pengaruhi oleh kondisi keuangan pada daerah tersebut. Posisi
keuangan suatu daerah bisa dilihat dari besarnya DAU, DBH dan PAD pada daerah
tersebut.
=6 6 ",-! .". & "!"#&
Kuncoro (2003), hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh
peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan.
Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau
pertanyaan yang memerlukan pengujian secara empiris (Sugiono,2007).
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum,
Dana Bagi Hasil, dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara simultan dan parsial
6 6 &". & "!"#&
Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian Kausal
Eksperimental/sebab akibat (* / ). Penelitian ini menekankan pada
bagaimana , dana alokasi umum, dana Bagi Hasil, Pendapatan Asli daerah
dan belanja daerah saling mempengaruhi pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara, sumber data yang utama yang dipergunakan adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data, dan telah dibukukan atau diarsipkan
dalam dokumen yang dipublikasikan pada Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum (X1),
Dana Bagi Hasil (X2), dan Pendapatan Asli Daerah (X3) adalah variabel independen,
sedangkan Belanja Daerah (Y) adalah variabel dependen.
6 6 - #." & "!"#&
Lokasi penelitian dilakukan pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi
Sumatera Utara. Waktu untuk melakukan penelitian adalah dimulai dari bulan Juli 2013
sampai dengan Maret 2014.
6=6 -,% #." /#& #+, & "!"#&
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek maupun subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah semua kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, dengan
menggunakan data Realisasi DAU, Realisasi DBH, Realisasi PAD sebagai variabel
independen (variabel X), dan Realisasi Belanja Daerah sebagai variabel dependen
(variabel Y), dengan data sekunder berbentuk dari tahun 2007 2011
sebanyak 33 kabupaten/kota meliputi 25 kabupaten dan 8 kota. Jumlah populasi dalam
penelitian ini bisa dilihat pada tabel 4.1 daftar populasi dan kriteria pengambilan sampel.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2007:73). Metode penentuan sampel penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan $ $ dengan cara yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan
untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang telah menyerahkan dan
mempublikasikan laporan anggaran dan realisasi APBD secara konsisten dari tahun
2007 2011.
2. Kabupaten/kota yang tidak dimekarkan dan bukan pemekaran pada periode 2007
2011.
Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria untuk
menjadi sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
#' 6 #' -,% #." /#& *"! *"# &(#+'" #& #+,
#'%,#! & -!# *"! *"# #+,
1 2
1 Kabupaten Asahan √ √ Sampel 1
2 Kabupaten Batubata √ Tidak
3 Kabupaten Dairi √ √ Sampel 2
4 Kabupaten Deli Serdang √ √ Sampel 3 5 Kabupaten Humbang Hasundutan √ √ Sampel 4
6 Kabupaten Karo √ √ Sampel 5
10 Kabupaten Langkat √ √ Sampel 7 11 Kabupaten Mandaililng Natal √ √ Sampel 8
12 Kabupaten Nias √ √ Sampel 9
13 Kabupaten Nias Barat Tidak
14 Kabupaten Nias Selatan √ √ Sampel 10
15 Kabupaten Nias Utara Tidak
16 Kabupaten Padang Lawas √ Tidak
17 Kabupaten Padang Lawas Utara √ Tidak 18 Kabupaten Phakpak Barat √ √ Sampel 11
19 Kabupaten Samosir √ √ Sampel 12
20 Kabupaten Serdang Bedagai √ √ Sampel 13 21 Kabupaten Simalungun √ √ Sampel 14 22 Kabupaten Tapanuli Selatan √ √ Sampel 15 23 Kabupaten Tapanuli Tengah √ √ Sampel 16 24 Kabupaten Tapanuli Utara √ √ Sampel 17 25 Kabupaten Toba Samosir √ √ Sampel 18
26 Kota Binjai √ √ Sampel 19
27 Kota Gunung Sitoli Tidak
28 Kota Medan √ √ Sampel 20
29 Kota Padangsidempuan √ √ Sampel 21 30 Kota Pematangsiantar √ √ Sampel 22
31 Kota Sibolga √ √ Sampel 23
32 Kota Tanjungbalai √ √ Sampel 24
33 Kota Tebing Tinggi √ √ Sampel 25
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Data yang diperoleh adalah kombinasi antara dan data .
Data adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu
variabel tertentu dan data yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik
tertentu (Kuncoro,2003). Pengambilan data sampel dengan kriteria diatas dimaksudkan
agar sampel yang diambil dapat mewakili populasi dan mendekati dengan waktu
penelitian serta keterkaitanmya dengan konsistensi pelaporan realisasi APBN transfer ke
setiap daerah otonom.
Berdasarkan kriteria dan pertimbangan tersebut di atas, maka jumlah dari 33
pemerintah kabupaten/kota yang dijadikan sebagai populasi, pemerintah kabupaten/kota
yang memenuhi kriteria sampel penelitian adalah sebanyak 25 kabupaten/kota, terdiri
dalam penelitian ini adalah 5 tahun x 25 sampel (kabupaten /kota) adalah sebanyak 125
sampel observasi.
6 6 !-/ &(%+,% #& #!#
Sumber data merupakan faktor penting untuk mempertimbangkan penentuan
metode pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
data berupa data Realisasi APBD, yang meliputi Realisasi dana alokasi umum,
Realisasi dana bagi hasil , Realisasi pendapatan asli daerah dan Realisasi belanja daerah
dari masing masing kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang diperoleh
dari Badan Pusat Statitik Provinsi Sumatera Utara.
6A6 5"&"." , *#."-&#
Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum merupakan dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada setiap daerah otonom (provinsi/kabupaten/kota) dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah otonom untuk membiayai
belanja atau pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan desentraliasasi.
b. Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil merupakan salah satu transfer dari dana perimbangan yang
termasuk komponen tansfer yang bersumber dari APBN yang dialokasikan ke
daerah otonom, berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah
otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dengan memperhatikan potensi
c. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang diperoleh dari hasil
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain lain pendapatan asli daerah yang sah
dalam menggali pendanaan untuk kebutuhan daerah otonom sebagai perwujudan
pelaksanaan asas desentralisasi.
d. Belanja Daerah
Belanja daerah merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang digunakan
untuk membiayai dana perimbangan dan belanja daerah otonomi selama satu
tahun periode akuntansi yang mengakibatkan berkurangnya nilai kekayaan bersih
dalam periode anggaran yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian diatas maka definisi operasional variabel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.
#' 6 5"&"." , *#."-&# #*"#'
&".
#*"#' 5"&"." , *#."-&# #*#+ ! * # #
Dana Alokasi Umum
(X1)
Total transfer dana dari pemerintah pusat yang diberikan kepada pemerintah daerah.
Realisasi DAU TA 2007 2011
Rasio
Dana Bagi Hasil
(X2)
Transfer dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah berupa dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan bukan pajak.
Realisasi DBH TA 2007 2011
Rasio
Pendapatan Asli Daerah
(X3)
Jumlah realisasi penerimaan daerah yang bersumber dai hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain lain pendapatan asli daerah yang sah.
Realisasi PAD TA 2007 2011
Rasio
Belanja Daerah
(Y)
Jumlah anggaran pengeluaran daerah baik yang langsung maupun tidak
langsung terkait dan berhubungan
dengan program atau kegiatan.
Realisasi BD TA 2007 2011
6C6 !-/ &# ".". #!#
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan regresi linier
berganda dengan bantuan SPSS.
6C6 6 &(%$"#& .%+." #."
Sebelum dilakukan pengujian regresi, maka akan dilakukan uji asumsi klasik
berupa uji Normalitas, Multikolineritas, Autokorelasi, dengan tujuan untuk mengetahui
apakah dapat dilakukan penelitian melalui pengujian model regresi.
a. Uji Normalitas
Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki
distribusi normal.Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
2 . Konsep dasar dari uji normalitas 2 adalah
dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi
normal baku yang telah ditransformasikan kedalam bentuk Z Score dan diasumsikan
normal. Uji 2 adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya
dengan data normal baku. Jika signifikan dibawah 0,05 berarti data yang akan diuji
mempunyai perbedaan dengan data normal baku atau dengan kata lain data tersebut tidak
normal dan sebaliknya jika nilai signifikanya lebih besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk menegtahui apakah ada tidaknya variabel independen
yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Disamping
itu uji multikolineeritas juga bertujuan untuk menghindari bias dalam proses pengambilan
variabel dependen. Multikolinearitas dapat timbul jika variabel bebas saling berkorelasi
satu sama lain, sehingga multikolinearitas hanya dapat terjadi pada regresi berganda.
Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilakukan dengan *
0 serta ! Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai
8 ) 7 (VIF). Indikator yang digunakan untuk menentukan adanya
multikolinearitas adalah nilai < 0,10 atau dengan nilai VIF >10 maka dapat
dikatakan dalam model tersebut terdapat multikolinearitas (Ghozali, 2009).
c. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan ada periode t 1
atau sebelumnya. Autokorelasi adalah suatu kondisi dimana variabel gangguan pada
periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Hal ini berarti
bahwa variabel gangguan tidak random. Keadaan autokorelasi ini dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti kesalahan dalam menentukan model, penggunaan pada model,
tidak memasukkan variabel yang penting. Untuk pengujian ada tidaknya autokorelasi ini,
peneliti menggunakan uji Durbin Watson. Menurut Santoso (2006) menentukan ada
tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
a) Angka D W di bawah 2 berarti ada autokorelasi positif.
b) Angka D W diantara 2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
c) Angka D W diatas + berarti ada autokorelasi negatif.
6C6 6 &(%$"#& ",-! .".
Pengujian hipotesis yang dilakukan meliputi uji koefisien Determinasi, Uji F (uji
koefisien determinasi (R2), untuk melihat berapa proporsi variasi dari variabel bebas
secara bersama sama dalam mempengaruhi variabel tidak bebas dengan melihat nilai
1 / % . Pada penelitian ini pendekatan analisis yang dilakukan dengan
metode analisis regresi berganda.
Metode analisis regresi berganda bertujuan untuk melihat secara langsung
pengaruh variabel terikat tersebut.
Adapun model regresi yang digunakan adalah:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Dimana:
Y = Delanja Daerah
X1 = Dana Alokasi Umum
X2 = Dana Bagi Hasil
X3 = Pendapatan Asli Daerah
β0 = Konstanta
β1,β2,β3,= Koefisien Regresi
ε = Error
a. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji ini merupakan pengujian terhadap signifikansi model secara simultan atau <