• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGR"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Oleh:

Atika Nur Solikhah A1L014029

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

ii PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum mata kuliah Sistem Informasi Geografis dapat di selesaikan. Laporan Sistem Informasi Geografis dibuat guna memenuhi persyaratan dalam mengikuti praktikum mata kuliah Sistem Informasi Geografis di Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Seluruh staf dosen mata kuliah Sistem Informasi Geografis Fakultas Pertanian, Program studi Agroteknologi Universitas Jenderal Soedirman.

2. Seluruh asisten praktikum Sistem Informasi Geografis.

3. Teman-teman yang mengambil mata kuliah Sistem Informasi Geografis angkatan 2014 khususnya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk pengembangan penulisan selanjutnya dan demi penyempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Purwokerto,13 Juni 2017

(3)

iii

PENGENALAN SISTEM INFORMASI ... 1

(4)

iv

INSTALASI DAN PENGENALAN QGIS ... 17

(5)
(6)

vi

PEMBENTUKAN PETA LERENG ... 68

(7)

vii

PEMBENTUKAN PETA CURAH HUJAN ... 80

(8)

viii

PEMBENTUKAN SATUAN LAHAN HOMOGEN ... 91

(9)

ix

LAYOUT PETA ... 103

I. PENDAHULUAN ... 104

A. Latar Belakang ... 104

B. Tujuan ... 105

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 106

III. METODE PRAKTIKUM ... 108

A. Waktu dan Tempat ... 108

B. Bahan dan Alat ... 108

C. Prosedur Kerja ... 108

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 110

A. Hasil ... 110

B. Pembahasan ... 110

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 115

A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tampilan Software QGIS yang telah diinstal. ... 24

2. Hasil Klasifikasi Terbimbing dari Band 6 5 dan 2 (Agriculture) ... 39

3. Hasil Georeferenching Peta Kawasan Banyumas. ... 50

4. Hasil Digitasi kawasan Cilongok ... 63

5. Klasifikasi Kemiringan Lereng ( ... 72

6. Hasil pembentukan peta lereng kawasan Cilongok ... 75

7. Hasil pembuatan Peta Curah hujan kawasan Cilongok... 87

8. Hasil pembuatan satuan lahan homogen kawasan Cilongok ... 98

(11)

1

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ACARA I

PENGENALAN SISTEM INFORMASI

Oleh:

Atika Nur Solikhah A1L014029

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(12)

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan matoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki tanah yang cukup subur sehingga sangat cocok digunakan untuk membudidayakan tanaman. Sampai saat ini dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, menuntut penerapan teknologi dalam berbagai bidang, tidak terkecuali dalam dalam bidang pertanian sendiri yang merupakan salah sektor perekonomian utama di Indonesia mengingat sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dalam dunia pertanian. Salah satu contoh penerapan teknologi yang dapat dilakukan dalam bidang pertanian adalah penggunaan SIG (Sistem Informasi Geografis) atau GIS (Geographical Information System).

Sistem Informasi Geografis adalah kumpulan proses yang dieksekusi pada data mentah untuk menghasilkan informasi baru yang berguna dan berkaitan dengan objek atau fenomena dipermukaan bumi, atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi keja. SIG (Sistem Informasi Geografis) dibagi menjadi beberapa komponen utama. Komponen tersebut diantaranya adalah data, petunjuk operasional, operator, perangkat keras dan perangkat lunak.

(13)

3

untuk memahami onjek yang diambil serta sebagai petunjuk operasional program-program yang akan dijalankan. Perangkat keras merupakan peralatan yang digunakan seperti computer, scanner dan digitizer sedangkan perangkat lunak adalah semua software yang digunakan untuk mengolah data seperti QGIS. Praktikum yang akan dilakukan yaitu pengenalan Sistem Informasi Geografis.

B. Tujuan

(14)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografis (SIG) pertama pada tahun 1960 yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografis. 40 tahun kemudian perkembangan GIS berkembang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografi saja tetapi sudah merambah ke berbagai bidang seperti:

1. Analisis penyakit epidemik (demam berdarah). 2. Analisis kejahatan (kerusuhan).

3. Navigasi dan vehicle routing (lintasan terpendek). 4. Analisis bisnis (sistem stock dan distribusi).

5. Urban (tata kota) dan regional planning (tata ruang wilayah). 6. Peneliti: spatial data exploration.

7. Utility (listrik, PAM, telpon) inventory and management. 8. Pertahanan (military simulation) (Husein, 2006).

(15)

5

Sistem informasi geografis (SIG) adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan dan mengupdate, memenipulasi, menganalisa dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis. Banyaknya pemahaman tenteng informasi geografis yang ada tergantung dari segi mana sistem informasi geografis itu dilihat. Di pengertian lain, sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang terinferensi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus dalam menangani data yang terinferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi-operasi yang dikenakan terhadap data tersebut (Widyawati, 2014).

(16)

6

misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya (Poerbaningtyas, 2011).

(17)

7

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Sistem informasi geografis acara I yaitu pengenalan Sistem informasi geografis ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2017, bertempat di Laboratorium Pedologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan kertas untuk menulis. Alat yang digunakan dalam pengenalan Sistem Informasi Geografis ini adalah alat tulis.

C. Prosedur Kerja

(18)

8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Data dalam SIG dibagi menjadi dua maca yaitu data vector dan data raster. Format

data dalam data raster biasanya adalah JPG, PNG dan TIF sedangkan pada data vector

contohnya adalah shp. Aplikasi selain QGIS yang dapat digunakan untuk SIG adalah

ArcGIS, ERMapper dan ArcView. SIG memiliki dua system coordinate yang digunakan

yaitu UTM dan WGS. Sistem coordinate UTM berdasarkan jarak seperti meter, kilometer.

System coordinate WGS berdasarkan derajat, menit dan detik) atau derajat menit.

B. Pembahasan

(19)

9

yang diperkecil menggunakan skala tertentu. Sebuah peta yang baik seharusnya mempunyai komponen-komponen peta yang lengkap.

Suatu peta pada umumnya berisi banyak informasi. Namun sebelumnya suatu peta perlu diolah terlebih dahulu yang berasal dari data spasial dan data atribut. Dalam pengolahannya baisanya menggunakan suatu system yaitu system informasi geografis. Menurut Harahap (2012), Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia dan data yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbarui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. Widyawati (2014) menambahkan Sistem informasi geografis (SIG) adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan dan mengupdate, memenipulasi, menganalisa dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis. Banyaknya pemahaman tenteng informasi geografis yang ada tergantung dari segi mana sistem informasi geografis itu dilihat. Di pengertian lain, sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang terinferensi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus dalam menangani data yang terinferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi-operasi yang dikenakan terhadap data tersebut.

(20)

10

berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribut) yang dijelaskan berikut ini.

1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk di antaranya informasi datum dan proyeksi.

2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi memiliki

beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya: jenis vegetasi,

populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

Poerbaningtyas (2011) menambahkan data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x, y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya.

(21)

11 1. Peta analog

Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam

bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi,

kemungkinan besar memiliki referensi spasia seperti koordinat, skala, arah mata

angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta

analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi

format vektor melalui proses dijitasi sehingga dapat menunjukkan koordinat

sebenarnya di permukaan bumi.

2. Data system penginderaan jauh

Data penginderaan jauh (antara lain citra satelit, foto udara dan sebagainya),

merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediannya secara

berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di

ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh

berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya

direpresentasikan dalam format raster.

3. Data hasil pengukuran lapang

Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan

tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut, contohnya :

batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan

hutan dan lain-lain.

4. Data GPS (Global Positioning System)

Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG.

Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi.

(22)

12

(23)

13

Sistem Informasi Geografis adalah kumpulan proses yang dieksekusi pada data mentah untuk menghasilkan informasi baru yang berguna dan berkaitan dengan objek atau fenomena dipermukaan bumi. SIG memiliki beberapa komponen utama. Menurut Wijaya dan Ayundha (2014), System Informasi Geografis terdiri dari 4 komponen utama. Keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut. 1. Perangkat keras

Pada saat ini SIG sudah tersedia bagi berbagai platform perangkat keras; mulai dari kelas PC desktop, workstation, hingga multi-usershost yang bahkan dapat digunakan oleh orang secara bersamaan (simultan) dalam jaringan komputer yang luas, tersebar, berkemampuan tinggi, memiliki ruangan penyimpanan (harddisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk aplikasi SIG adalah komputer (PC), mouse, monitor (plus VGA-card grafik) yang beresolusi tinggi, digitizer, printer, plotter, receiver GPS, dan scanner.

2. Perangkat lunak

(24)

14 3. Data dan Informasi Geografis

SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data atau informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung ataupun secara langsung dengan cara melakukan dijitasi data spasialnya dari peta analog dan kemudian memasukkan data atributnya dari table-tabel atau laporan dengan menggunakan keyboard. 4. Managemen

Suatu proyek SIG akan berhasil jika dikelola dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

(25)

15

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah:

1. Sistem informasi geografis (SIG) adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan dan mengupdate, memenipulasi, menganalisa dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis.

2. Komponen utama dari System Informasi Geografis adalah perangkat keras, perangkat lunak, data dan informasi geografi serta managemen.

B. Saran

(26)

16

DAFTAR PUSTAKA

Bafdal, N., Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2012. Petunjuk Praktikum Sistem Informasi Geografis. Jurusan TMIP FTIP Unpad. Bandung.

Budiharjo. 1995. Aplikasi SIG untuk Sumberdaya Alam. Informatika. Bandung. Harahap, S. A. dan Y. Iksal. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)

Untuk Zonasi Jalur Penangkapan Ikan di Perairan Kalimantan Barat. J. Aknatika. Vol 3(1).

Hartono. 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Citra Praya. Bandung. Husein, R. 2006. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Ilmu Komputer.

Yogyakarta.

Manongga, Danny. 2009. Sistem Informasi Geografis Untuk Perjalanan Wisata Di Kota Semarang. J. Informatika. Vol. 10(1).

OSEGEO. 2011. Berkenalan Dengan Quantum GIS.

Http://Osgeo.Ft.Ugm.Ac.Id/Quantum-Gis/ Diakses tanggal 10 Juni 2017.

Ruhimat, Mamat dan Supriatna, Nana. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi). Grafindo Media Pratama. Bandung.

Saputra, Ragil. 2011. Sistem Informasi Geografis Pencarian Rute Optimum Obyek Wisata Kota Yogyakarta dengan Algoritma Floyd-Warshall. J. Matematika. Vol 14(1).

Widyawati, Sri. 2014. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Komoditas Hortikultura Berbasis Web pada Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo. J. Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik. Vol 4(2).

(27)

17

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ACARA II

INSTALASI DAN PENGENALAN QGIS

Oleh:

Atika Nur Solikhah A1L014029

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(28)

18

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini teknologi merupakan salah satu unsur penting didalam kehidupan manusia. Teknologi telah menjadi bagian perkembangan hidup manusia. Teknologi mencerminkan modernisasi yang memicu pada persaingan untuk menjadi yang paling unggul. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terasa sangat pesat sehingga menawarkan banyak sekali kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai aktifitas. Kehadiran teknologi ini dimaksudkan untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan efesien efektifitas.

Salah satu bentuk teknologi yang saat ini tengah berkembang adalah teknologi komputer. Teknologi dalam komputer yang secara luas dikembangkan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkan, menganalisa, dan memetakan hasil. Data yang akan diolah dalam pada SIG merupakan data spasial.

(29)

19 B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk: 1. Mengenal software QGIS 2.18.

(30)

20

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. SIG dapat diasosiasikan sebagai peta yang berorde tinggi yang juga mengoperasikan dan menyimpan data non spasial. Disebutkan juga SIG telah terbukti kehandalannya untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, menganalisa dan menampilkan data spasial baik biofisik maupun sosial ekonomi. Secara umum SIG menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mengambil, mengelola, memanipulasi dan manganalisa data serta menyediakan hasil baik dalam bentuk grafik maupun dalam bentuk tabel, namun demikian fungsi utamanya adalah untuk mengelola data spasial (Rahmi, 2009).

SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi (ESRI, 1990 dalam Prahasta, 2004).

System Informasi Geografis terdiri dari 4 komponen utama. Keempat komponen tersebu adalah sebagai berikut.

1. Perangkat keras

(31)

21

yang luas, tersebar, berkemampuan tinggi, memiliki ruangan penyimpanan (harddisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk aplikasi SIG adalah komputer (PC), mouse, monitor (plus VGA-card grafik) yang beresolusi tinggi, digitizer, printer, plotter, receiver GPS, dan scanner.

2. Peraangkat lunak

SIG bisa juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular di mana sistem basis datanya memegang peranan kunci. Pada kasus perangkat SIG tertentu, setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul hingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program yang masing-masing dapat dieksekusi tersendiri.

3. Data dan Informasi Geografis

SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data atau informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung ataupun secara langsung dengan cara melakukan dijitasi data spasialnya dari peta analog dan kemudian memasukkan data atributnya dari table-tabel atau laporan dengan menggunakan keyboard. 4. Managemen

Suatu proyek SIG akan berhasil jika dikelola dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan (Wijaya dan Ayundha, 2014).

Quantum GIS (QGIS) merupakan sebuah perangkat lunak Sistem Informasi

(32)

22

(33)

23

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Sistem informasi geografis acara II yaitu instalasi dan pengenalan QGIS ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2017, bertempat di Laboratorium Pedologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah software QGIS 2.18. Alat yang digunakan dalam pengenalan software QGIS 2.18 adalah alat tulis, seperangkat komputer/ laptop, optical mouse.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada acara Instalasi dan pengenalan QGIS adalah sebagai berikut:

1. Aplikasi QGIS diberikan oleh asisten melalui flashdisk. 2. Aplikasi QGIS yang telag diberikan diinstal.

(34)

24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Tampilan Software QGIS yang telah diinstal.

B. Pembahasan

(35)

25

Harahap (2012), menambahkan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia dan data yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbarui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis.

Sistem Informasi Geografis memiliki peranan yang cukup luas terutama dibidang pertanian. Menurut Indrawati (2002), aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebutterdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi. Berikut merupakan beberapa contoh pemanfaatan SIG.

1. Aplikasi SIG di bidang sumber daya alam (inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan tataguna lahan, analisis daerah rawan bencana alam, dan sebagainya).

(36)

26

3. Aplikasi SIG di bidang perencanaan (perencanaan pemukiman transmigrasi, perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kota, perencanaan lokasi dan relokasi industri, pasar pemukiman, dan sebagainya).

4. Aplikasi SIG di bidang lingkungan berikut pemantaunnya (pencemaran sungai, danau, laut; evaluasi pengendapan lumpur/sedimen baik di sekitar danau, sungai, atau pantai; pemodelan pencemaran udara, limbah berbahaya, dan sebagainya).

5. Aplikasi SIG di bidang pertanahan (manajemen pertanahan, sistem informasi pertanahan, dan sejenisnya).

6. Utility (inventarisasi dan manajemen informasi jaringan pipa air minum, sistem informasi pelanggan perusahaan air minum, perencanaan pemeliharaan dan perluasan jaringan pipa air minum, dan sebagainya).

Suatu proses dalam GIS untuk menghasilkan suatu informasi yang baru dibutuhkan software yang mendukung dalam proses yang akan dilakukan. Software GIS merupakan sekumpulan program aplikasi yang dapat memudahkan dalam melakukan berbagai macam pengolahan data, penyimpanan, editing, hingga layout. Menurut Supriharyono (2000), software GIS adalah software GIS itu sendiri yang mampu menyediakan fungsi-fungsi untuk penyimpanan, pengaturan, link, query dan analisa data geografis.

Terdapat beberapa contoh software GIS diantaranya adalah Quantum GIS (QGIS) dan ArcGIS. Quantum GIS (QGIS) adalah sebuah aplikasi Geographical Information System (GIS) sumber terbuka dan lintas platform yang dapat dijalankan

(37)

27

bekerjasama dengan paket aplikasi komersil terkait. QGIS menyediakan semua fungsionalitas dan fitur-fitur yang dibutuhkan oleh pengguna GISs pada umumnya. Menggunakan plugins dan fitur inti (core features) dimungkinkan untuk menvisualisasi (meragakan) pemetaan (maps) untuk kemudian diedit dan dicetak sebagai sebuah peta yang lengkap. Penguna dapat menggabungkan data yang dimiliki untuk dianalisa, diedit dan dikelola sesuai dengan apa yang diinginkan. Menurut GIS Indonesia (2013) dalam Saraswati (2013), Quantum GIS (QGIS) merupakan sebuah perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) yang didukung dengan fitur-fitur pengolahan data spasial berupa vektor, raster, format basis data dan fungsi analisis dalam SIG lainnya.

ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research Institue) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS berbasis web. Software ini mulai dirilis oleh ESRI Pada tahun 2000. Produk Utama Dari ARCGIS adalah ARCGIS desktop, dimana arcgis desktop merupakan software GIS professional yang komprehensif dan dikelompokkan atas tiga komponen yaitu: ArcView (komponen yang focus ke penggunaan data yang komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (lebih fokus ke arah editing data spasial) dan ArcInfo lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-fungsi GIS termasuk untukkeperluan analisi geoprosesing (Siregar, 2010).

(38)

28

dipisahkan satu sama lain. Keberhasilan dari implementasi teknologi SIG sehingga sesuai seperti yang diharapkan akan memberikan dampak yang positif dalam sistem pengelolaan informasi yang menyangkut antara lain masalah efisiensi dan efektifitas, komunikasi yang tepat dan terarah, serta data sebagai aset yang berharga. Efisiensi dan Efektifitas sistem kerja sebagai dampak dari keberhasilan implementasi teknologi SIG akan semakin terasa. Pada era globalisasi, setiap institusi pada sektor swasta (private sector) dapat bergerak dengan efektif dan efisien setelah mereka menerapkan teknologi SIG untuk membantu pekerjaan mereka di berbagai sektor, bidang atau industri jasa yang mereka tekuni. Kunci kesuksesan bisnis pada sektor ini di masa depan, terutama dalam menghadapi persaingan bebas, adalah adanya sistem pengelolaan yang efisien dan sistem pelayanan yang baik untuk para pelanggan (Pardede dan Warnars, 2006).

(39)

29

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah:

1. Quantum GIS (QGIS) adalah sebuah aplikasi Geographical Information System (GIS) sumber terbuka dan lintas platform yang dapat dijalankan di sejumlah sistem operasi termasuk Linux.

2. Aplikasi QGIS diberikan oleh asisten melalui flashdisk, Aplikasi QGIS yang telagh diberikan diinstal, Prosedur dalam instalasi diikuti, QGIS ditampilkan.

B. Saran

(40)

30

DAFTAR PUSTAKA

Bafdal, N., Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2012. Petunjuk Praktikum Sistem Informasi Geografis. Jurusan TMIP FTIP Unpad. Bandung.

Harahap, S. A. dan Y. Iksal. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Zonasi Jalur Penangkapan Ikan di Perairan Kalimantan Barat. J. Aknatika. Vol 3(1).

Indrawati, 2002, Sistem Informasi Geografi (SIG)/Geographic Information System (GIS), http://rsandgis.com/. Diakses tanggal 13 Juni 2017.

OSEGEO. 2011. Berkenalan Dengan Quantum GIS.

Http://Osgeo.Ft.Ugm.Ac.Id/Quantum-Gis/ Diakses tanggal 11 Juni 2017.

Pardede, F. A., dan Warnars, S. 2006. Pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi Geografis Untuk Menunjang Pembangunan Daerah. Universitas Budi Luhur, Jakarta.

Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Penerbit Informatika. Bandung.

Rahmi, Julia. 2009. Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangka Han, Cinta Raja, Sei Lepan Dan Kawasan Ekosistem Leuser). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara Hal. 23.

Saraswati, Ratna. 2013. Peta Interaktif Untuk Peraga Pembelajaran Geografi SMA. Peta Interaktif untuk Peraga Pembelajaran Geografi. J. Ilmiah Geomatika Volume 19(2). Desember 2013: 159 – 165.

Siregar, Sabrina. 2010. Pengenalan Sofware ArcGIS. Jurusan TMIP FTIP Unpad. Bandung.

(41)

31

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ACARA III

SUPERVISED CLASSIFICATION

Oleh:

Atika Nur Solikhah A1L014029

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(42)

32

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Citra atau Image adalah gambaran obyek permukaan bumi atau dekat permukaan dalam suatu bidang datar. Gambaran obyek fisik permukaan bumi atau dekat permukaan bumi yang terkait dengan teknologi Inderaja berupa fisiografi daerah, bentuk lahan, vegetasi, tubuh air (sungai, danau, waduk, rawa, laut), tanah, batuan, awan, bangunan, jalan, pola jalan, pola aliran air dan sebagainya. Citra diperoleh melalui suatu teknologi penginderaan jauh yang dapat divisualisasikan pada layar monitor sebagai data raster maupun data vektor, atau dapat ditampilkan dalam suatu hasil cetak (hardcopy).

Informasi yang terdapat pada permukaan bumi dapat diliput dalam suatu citra yang dilakukan melalui interpretasi secara visual dan atau digital. Secara digital, interpretasi dilakukan menggunakan komputer yang dilengkapi software pengolah citra menggunakan metode klasifikasi spektral. Citra digital yang telah terekam oleh sensor dan disimpan dalam format yang dapat dibaca oleh program pengolah citra akan dapat ditampilkan pada layar monitor. Melalui layar monitor tersebut, akan dapat dilihat dengan jelas kualitas citranya apakah baik atau buruk.

(43)

33 B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk: 1. Mengenal tentang citra.

(44)

34

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem informasi geografis (SIG) adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan dan mengupdate, memenipulasi, menganalisa dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis. Banyaknya pemahaman tenteng informasi geografis yang ada tergantung dari segi mana sistem informasi geografis itu dilihat. Di pengertian lain, sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang terinferensi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus dalam menangani data yang terinferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi-operasi yang dikenakan terhadap data tersebut (Widyawati, 2014).

(45)

35

Quantum GIS (QGIS) merupakan sebuah perangkat lunak Sistem Informasi

Geografis (SIG) yang didukung dengan fitur-fitur pengolahan data spasial berupa vektor, raster, format basis data dan fungsi analisis dalam SIG lainnya (GIS Indonesia, 2013 dalam Saraswati dkk, 2013). Data lain yang diperlukan adalah data SRTM (Shuttle Radar Topographic Mission) yang dapat diunduh gratis, selain itu diperlukan juga peta rupabumi (Geokov 2013 dalam Saraswati dkk, 2013).

Citra adalah gambaran suatu obyek dari pantulan atau pancaran radiasi elektromagnetik obyek yang direkam dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik atau elektrik. Data non citra dapat berupa grafik, diagram, dan numerik. Citra pengindraan jauh merupakan gambaran yang mirip dengan wujud aslinya. Sehingga citra merupakan keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optic, analog, dan digital (Purwadhi, 2001). Interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut (Susanto, 1979).

(46)

36

(47)

37

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Sistem informasi geografis acara III yaitu Supervised Classification ini dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2017, bertempat di Laboratorium Pedologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah software QGIS 2.18, band 1 sampai band 7, citra Landsat. Alat yang digunakan dalam Supervised Classification adalah alat tulis, seperangkat komputer/ laptop dilengkapi software QGIS 2.18, dan optical mouse.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada acara ini adalah sebagai berikut: 1. Pada bagian sebelah menu bar diklik kanan.

2. Scp dock diklik.

3. Citra yang telah dipotong dimasukkan dalam aplikasi QGIS. 4. Scp input diklik kemudian input image dan di refresh. 5. Training input diklik kemudian dipilih folder klasifikasi. 6. Buat polygon ada beberapa area.

7. Open macroclass diklik kemudian diklik tanda +.

(48)

38

9. Open classification algoritm diklik kemudian C ID diklik kemudian diklik spectral angel.

(49)

39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 2. Hasil Klasifikasi Terbimbing dari Band 6 5 dan 2 (Agriculture)

B. Pembahasan

(50)

40

komputer. Harahap (2012), menambahkan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia dan data yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbarui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis.

Salah satu bahan yang digunakan dalam SIG adalah citra. Citra merupakan gambaran objek yang terekam. Menurut Purwadhi (2001), citra adalah gambaran suatu obyek dari pantulan atau pancaran radiasi elektromagnetik obyek yang direkam dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik atau elektrik. Data non citra dapat berupa grafik, diagram, dan numerik. Citra pengindraan jauh merupakan gambaran yang mirip dengan wujud aslinya. Sehingga citra merupakan keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optic, analog, dan digital.

Menurut Puspita (2014), bahwa tujuan dari proses klasifikasi citra digital adalah untuk mendapatkan gambar atau peta tematik. Gambar tematik adalah suatu gambar yang terdiri dari bagian-bagian yang menyatakan suatu obyek atau tema tertentu. Proses klasifikasi citra ada dua jenis, yaitu supervised (klasifikasi multispektral citra terawasi) dan unsupervised (klasifikasi multispektral citra tak terawasi).

(51)

41

bantuan komputer untuk suatu objek pada citra didasari nilai atau atribut pikselnya. Kekeliruan pada proses tersebut disebabkan pembauran objek dalam suatu piksel sehingga mempengaruhi keakuratan peta yang terbentuk. Kekeliruan yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi (Lestari, 2012):

1. Omisi

Omisi merupakan kejadian ketika suatu objek tidak terdeliniasi kedalam kelompok yang seharusnya. Contoh dari omisi yaitu suatu lahan sawah yang ada di wilayah kajian tidak terdeliniasi sebagai sawah melainkan tegalan. 2. Komisi

Komisi merupakan kejadian ketika suatu objek terdeliniasi kedalam yang tidak semestinya. Contoh dari komisi yaitu ditempat yang sama informasi pada peta menyatakan bahwa lahan tersebut tergolong kedalam tegalan tapi kenyataannya lahan tersebut adalah kebun campur.

(52)

42

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah:

1. Citra adalah gambaran suatu obyek dari pantulan atau pancaran radiasi elektromagnetik obyek yang direkam dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik atau elektrik. Data non citra dapat berupa grafik, diagram, dan numerik. Citra pengindraan jauh merupakan gambaran yang mirip dengan wujud aslinya. Sehingga citra merupakan keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optic, analog, dan digital.

2. Kawasan yang diklasifikasikan secara terbimbing dengan menggunakan kode area 6, band 5 dan band 2. Komposisi tersebut menunjukkan kode area tersebut adalah sebagai kode kawasan pertanian (Agriculture).

B. Saran

(53)

43

DAFTAR PUSTAKA

Bafdal, N., Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2012. Petunjuk Praktikum Sistem Informasi Geografis. Jurusan TMIP FTIP Unpad. Bandung.

Harahap, S. A. dan Y. Iksal. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Zonasi Jalur Penangkapan Ikan di Perairan Kalimantan Barat. J. Aknatika. Vol 3(1).

Purwadhi, F. S. H. 2011. Interpretasi Citra Digital. Gramedia Widiarsana Indonesia. Jakarta

Purwanto. 2012. Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Normalized Difference Vegetation Index (Ndvi) Di Kecamatan Silat Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. J. Edukasi. Vol 13(1)

Puspita. 2014. Pemanfaatan Citra ASTER VNIR dan Klasifikasi Multispektral Citra Terawasi (Supervised) untuk Pemetaan Penggunaan Lahan Menggunakan Perangkat Lunak SAGA GIS Di Kecamatan Sleman-Kabupaten Sleman. Tugas Akhir. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rahmi, Julia. 2009. Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangka Han, Cinta Raja, Sei Lepan Dan Kawasan Ekosistem Leuser). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara Hal. 23.

Saraswati, Ratna. 2013. Peta Interaktif untuk Peraga Pembelajaran Geografi. J. Ilmiah Geomatika Vol. 19 No. 2.

Sugiantoro, Dedy. 2015. Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Mengidentifikasi Lahan Pangan Berkelanjutan pada Areal Persawahan di Kabupaten Sigi bagian Selatan. J. Agrotekbis Vol. 3 No. 6.

Sutanto, 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(54)

44

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ACARA IV GEOREFERENCHING

Oleh:

Atika Nur Solikhah A1L014029

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(55)

45

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi telah menjadi bagian perkembangan hidup manusia. Teknologi mencerminkan modernisasi yang memicu pada persaingan untuk menjadi yang paling unggul. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terasa sangat pesat sehingga menawarkan banyak sekali kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai aktifitas. Salah satu kemajuan teknologi pada dewasa ini yaitu berkembangnya komputer secara pesat. Era komputerisasi telah memberi wawasan dan paradigma baru dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi.

SIG (Sistem Informasi Geografis) adalah adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi keja. Data yang digunakan berupa data digital yang terdiri dari data semantiknya (data atribut) dan data posisi (data spasial). Data atribut merupakan data-data yang berkenaan dengan objek yaitu penjelasan dari data spasial, sedangkan data spasial merupakan data yang memiliki system koordinat tertentu atau berorientasi geografis sebagai dasar referensinya, dalam data spasial memiliki dua tipe format/model data geografis yaitu format data raster dan data vector.

(56)

46

seperti ini kita harus melakukan proses georeferencing ke dalam suatu system koordinat tertentu yang disebut koreksi spasial/geometri. Georeferenching merupakan kegiatan untuk memberi titik ikat koordinat pada peta yang belum memiliki system koordinat. Praktikum ini akan dilakukan georeferencing. Georeferenching dilakukan pada peta jawa tepatnya pada kawasan Banyumas.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian georeferenching.

(57)

47

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sitem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000).

Data spasial merupakan dasar operasional pada sistem informasi geografis. Data spasial memberikan hasil pengamatan terhadap berbagai fenomena yang ada pada suatu obyek spasial. Secara sederhana data spasial dinyatakan sebagai informasi alamat. Data spasial ini dinyatakan dalam bentuk grid koordinat seperti dalam sajian peta ataupun dalam bentuk piksel seperti dalam bentuk citra satelit. Data spasial diperlukan untuk merepresentasikan atau menganalisis berbagai informasi yang berkaitan dengan dunia nyata. Pengambilan data dari dunia nyata tersebut sebanyak mungkin dapat menjelaskan tentang variasi fenomena serta lokasi fenomena tersebut berada. Data spasial merupakan sebuah gambaran sederhana dari dunia nyata yang sebenarnya. Dalam sistem informasi geografis data spasial tersebut dapat menggambarkan sebaran dan lokasi fenomena (Fortheringham, 2005).

Georeferensi merupakan Langkah awal yang harus dilakukan pada data-data

mentah, sebelum diproses lebih lanjut dengan GIS. Setiap data GIS harus dalam status

(58)

48

dengan sistem koordinat yang digunakan. Salah satu contoh data yang perlu

digeoreferensi adalah peta dasar untuk digitasi yang biasanya masih dalam format

raster (Nurfadilla, 2012).

(59)

49

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Sistem informasi geografis acara IV yaitu Georeferenching ini dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2017, bertempat di Laboratorium Pedologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah software QGIS 2.18 dan peta kawasan Banyumas. Alat yang digunakan dalam Georeferenching adalah alat tulis, seperangkat komputer/ laptop, optical mouse.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada acara georeferenching ini adalah: 1. Menu raster diklik.

2. Georeferencer diklik.

3. Raster diklik, lalu peta yang akan di georeferenching di pilih. 4. Menu point diklik lalu diberi titik minimal 4 buah secara berurutan.

(60)

50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3. Hasil Georeferenching Peta Kawasan Banyumas.

B. Pembahasan

(61)

51

Di pengertian lain, sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang terinferensi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus dalam menangani data yang terinferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi-operasi yang dikenakan terhadap data tersebut.

Sebelum dilakukan pengolahan data, tidak semua data sudah bereferensi geografis, sehingga perlu dilakukan Georeferencing. Menurut Subroto (2011), Georeferencing yaitu proses scaling, berputar, menerjemahkan dan deskewing gambar

agar sesuai dengan ukuran tertentu dan posisi. Para georeferensi jangka panjang akan

menjadi asing bagi pengguna GIS, tetapi umum CAD pengguna mungkin belum pernah

melihat kata sebelumnya, meskipun fungsi ini sangat berguna untuk pekerjaan mereka.

Kata awalnya digunakan untuk menggambarkan proses dari referensi gambar peta ke

lokasi geografis grafis. Untuk sesuatu georeferensi berarti untuk mendefinisikan

keberadaannya di ruang fisik, Artinya, mendirikan perusahaan lokasi dalam hal

proyeksi peta atau sistem koordinat. Istilah ini digunakan baik ketika menetapkan

hubungan antara raster atau vektor gambar dan koordinat tetapi juga ketika menentukan

lokasi spasial fitur geografis lainnya. Contohnya termasuk menetapkan posisi yang

benar dari sebuah foto udara dalam peta atau menemukan koordinat geografi suatu

nama tempat atau jalan alamat. Bafdal et al., (2011) menambahkan Georeferencing

merupakan proses pemberian sistem koordinat pada suatu objek gambar dengan cara

menempatkan suatu titik control terhadap suatu persimpangan antara garis lintang dan

bujur pada gambar berupa objek tersebut, atau dengan menempatkan titik ikat pada

(62)

52

Sistem koordinat adalah suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di bumi dan di peta. Di dalam sebuah bangunan suatu proyeksi peta, Bumi biasanya digambarkan sebagai bola (jari-jarinya R = 6.370,283 km), volume elipsoida sama dengan volume bola. Menurut Robbinson (1963), esensi proyeksi peta adalah penyajian bidanglengkung ke bidang datar atau bidang konvensional. Pada kenyataannya, penggambaran bidang lengkung (globe atau bolabumi) tidak dapat dibentangkanbegitu saja menjadi bidang datar tanpa mengalami perubahan dan penyimpangan (distorsi), untuk mengurangi tingkat distorsi itulah, diperlukan proyeksi peta.

Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau tiga-dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri dapat didefinisikan dengan menspesfikasi tiga parameter berikut, yaitu: 1. Lokasi Titik Nol dari Sistem Koordinat

Posisi suatu titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam/terhadap suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari sistem koordinat terestris ini dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik). 2. Orientasi dari Sumbu-sumbu Koordinat

(63)

53

(64)

54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah:

1. Georeferencing merupakan proses pemberian sistem koordinat pada suatu objek gambar dengan cara menempatkan suatu titik control terhadap suatu persimpangan

antara garis lintang dan bujur pada gambar berupa objek tersebut, atau dengan

menempatkan titik ikat pada lokasi yang sudah diketahui koordinatnya.

2. Proses Georeferenching yang dilakukan adalah Menu raster diklik, Georeferencer diklik, Raster diklik, lalu peta Jawa yang akan di georeferenching di pilih. Menu point diklik lalu diberi titik minimal 4 buah secara berurutan. Transformation setting diklik llu diatur thin plate spline dan nearest neighbor. Folder penyimpanan dipilih kemudian diklik oke dan diklik play dan peta Jawa berhasil di Georeferenching.

B. Saran

(65)

55

DAFTAR PUSTAKA

Bafdal, N., Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2012. Petunjuk Praktikum Sistem Informasi Geografis. Jurusan TMIP FTIP Unpad. Bandung.

Barus B., dan U.S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi Geografi. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Hartati, Soenarno. 1994. “Penginderaan Jauh Untuk Geofisika, Meteorologi, dan Oseonografi. Diktat Kuiah, GM – FMIPA- ITB.

Nurfadilla, 2012. Buku Penuntun Sistem Informasi Geografis Dengan ArcGIS. Jakarta. Academica.

Subroto, Galuh. 2011. Optimalisasi Georefrencing Untuk pengapliasian Sistem Proyeksi Peta koordinat WGS. J. Automatic Topografi Geografi. Vol 3(2):57-73. Fakultas Geografi Universitas Suamtera Utara

(66)

56

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ACARA V DIGITASI

Oleh:

Atika Nur Solikhah A1L014029

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(67)

57

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai saat ini dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, menuntut penerapan teknologi dalam berbagai bidang, tidak terkecuali dalam dalam bidang pertanian sendiri yang merupakan salah sektor perekonomian utama di Indonesia mengingat sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dalam dunia pertanian. Salah satu bentuk teknologi yang saat ini tengah berkembang adalah teknologi komputer. Teknologi dalam komputer yang secara luas dikembangkan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG).

Sistem Informasi Geografis adalah kumpulan proses yang dieksekusi pada data mentah untuk menghasilkan informasi baru yang berguna dan berkaitan dengan objek atau fenomena dipermukaan bumi. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkan, menganalisa, dan memetakan hasil. Salah satu data yang dapat digunakan dalam SIG adalah data yang berformat data vektor.

(68)

58 B. Tujuan

Praktikum acara ini bertujuan untuk:

(69)

59

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem informasi geografis (SIG) adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan dan mengupdate, memenipulasi, menganalisa dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis. Banyaknya pemahaman tenteng informasi geografis yang ada tergantung dari segi mana sistem informasi geografis itu dilihat. Di pengertian lain, sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang terinferensi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus dalam menangani data yang terinferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi-operasi yang dikenakan terhadap data tersebut (Widyawati, 2014).

Digitasi adalah proses konversi informasi ke dalam format digital atau transformasi dari data analog menjadi data digital. Proses digitasi ini dilakukan dengan digitasi on screen yaitu kita mendigititasi peta langsung melalui layar monitor dengan bantuan mouse. Hasil digitasi ini dikoreksi untuk mengetahui apakah garis koordinat polygon hasil digitasisama dengan peta atau citra sebenarnya (Sudarsono, 2011).

(70)

layer-60

layer. Digitasi dapat disebut sebagai pengubahan data hardcopy menjadi softcopy yang sering digunakan oleh untuk mendapatkan data yang dibutuhkan (Setiawan, 2012).

(71)

61

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Sistem informasi geografis acara V yaitu Digitasi ini dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2017, bertempat di Laboratorium Pedologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah software QGIS 2.18 dan peta kawasan Banyumas yang telah di Georeferenching. Alat yang digunakan dalam Digitasi adalah alat tulis, seperangkat komputer/ laptop, dan optical mouse.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada acara ini adalah:

1. Menu layer di klik kemudian pilih create layer dan new shape file layer. 2. Akan tampil halaman kertas kemudian pilih polygon kemudian pilih WGS 84

EPSG: 4326.

3. Oke diklik lalu di pilih folder penyimpanan pada data base yaitu bagian polygon.

4. Toogle editing diklik.

(72)

62

6. Apabila terdapat garis yang kurang rapi dapat dirapikan menggunakan node tool.

(73)

63

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 4. Hasil Digitasi kawasan Cilongok

B. Pembahasan

(74)

64

grafis meliputi tiga data dari data vektor. Digitasi dilakukan sebelum pengecekan lapangan dan dikoreksi setelah pengamatan lapangan.

Syafriani (2012) menambahkan digitasi adalah pengambilan data dengan cara menelusuri peta yang telah ada dengan menggunakan meja gambar yang disebut Digitizer Tablet atau mengikuti gambar hasil scanner/penyiaman di layar monitor. Dengan digitasi maka obyek-obyek di peta digambarkan ulang dalam bentuk digital menggunakan peralatan meja digitasi atau bantuan mouse dan monitor.

Proses digitasi dilakukan dengan melakukan klik pada jalur garis atau batas tepi dari objek yang ada. Proses ini biasanya di lakukan sesuai dengan kebutuhan data yang akan di hasilkan. Apabila kita hanya ingin membuat peta jaringan jalan maka kita cukup menlakukan pendigitan pada objek jalan. Sedangakan objek lain dapat diabaikan. Sehingga hasilnya berupa peta garis berupa jalan. Menurut Priyanto (2013), proses digitasi secara umum dibagi dalam dua macam yaitu digitasi menggunakan digitizer adalah dalam proses digitasi ini memerlukan sebuah meja digitasi atau digitizer, sedangkan digitasi onscreen di layar monitor adalah digitasi yang paling sering dilakukan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan peralatan lainnya, dan lebih mudah untuk dikoreksi apabila terjadi kesalahan.

(75)

65

tersebut ditampilkan di layar monitor sebagai layer raster. Data raster dijadikan latar belakang (backdrop) dalam proses digitasi. Digitasi dilakukan dengan cara membentuk serangkaian titik atau garis menggunakan pointer yang dikendalikan melalui mouse, pada layar komputer di sepanjang obyek digitasi. Setiap obyek spasial dapat direkam sebagai layer-layer yang berbeda. Misal, dari sebuah data raster peta administrasi terdapat fenomena jalan, sungai, dan batas administrasi. Ketiga fenomena tersebut dalam proses digitasi sebaiknya dipisahkan menjadi layer-layer jalan, sungai, dan administrasi, sehingga masing-masing fenomena dapat dipisahkan sebagai file yang berdiri sendiri.

Kawasan Cilongok yang telah melalui proses digitasi dengan tiga bentuk digitasi

yaitu polygon, polyline dan point. Proses digitasi bentuk polygon diantaranya adalah

hutan, kebun, pemukiman, sawah, dan tegalan. Proses digitasi bentuk polyline terdapat

dua jenis penggunaan lahan diantaranya sungai dan jalan raya. Sedangkan proses

(76)

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah:

1. Digitasi merupakan salah satu proses pemasukan data grafis dalam SIG dengan cara mendigitasi peta atau citra, sehingga seluruh data yang diperoleh menjadi data format digital dan dapat diolah dalam satu sistem data base yang terpadu. Proses digitasi dilakukan dengan melakukan klik pada jalur garis atau batas tepi dari objek yang ada. Proses ini biasanya di lakukan sesuai dengan kebutuhan data yang akan di hasilkan. Apabila kita hanya ingin membuat peta jaringan jalan maka kita cukup menlakukan pendigitan pada objek jalan. Sedangakan objek lain dapat diabaikan.

2. Kawasan Cilongok yang telah melalui proses digitasi dengan tiga bentuk digitasi yaitu polygon, polyline dan point. Proses digitasi bentuk polygon diantaranya adalah hutan, kebun, pemukiman, sawah, dan tegalan. Proses digitasi bentuk polyline terdapat dua jenis penggunaan lahan diantaranya sungai dan jalan raya. Sedangkan proses digitasi bentuk point diantaranya sekolah, masjid, TPA dan rumah makan.

B. Saran

(77)

67

DAFTAR PUSTAKA

Ellyanti. 2012. Analisis Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo ditinjau dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. J. Agrista. Vol 16(2).

Priyanto, Eko. 2013. Perancangan Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web untuk Penyediaan Informasi Fasilitas dan Personalia di Universitas Lampung. J. Prosiding. Vol 1(1).

Setiawan, Yohanes. 2012. Rancang Bangun Aplikasi Pemetaan Layanan Rumah Sakit Darmo Surabaya dengan menggunakan Teknologi Layar Sentuh. J. JSIKA Vol. 1(2).

Sudarsono, Bambang. 2011. Inventarisasi Perubahan Wilayah Pantai dengan Metode Penginderaan Jauh (Studi Kasus Kota Semarang). J. Teknik Vol. 32(2).

Syafriani, Desi. 2012. Pembuatan Sistem Informasi Geografi Pelayanan Umum di Kecamatan Nanggalo. J. Momentum Vol 13(2).

Trisasongko, Bambang. 2012. Manajemen dan Analisis Data Spasial dengan ArcView GIS. Institut Pertanian Bogor. Bogor

(78)

68

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ACARA VI

PEMBENTUKAN PETA LERENG

Oleh:

Atika Nur Solikhah A1L014029

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(79)

69

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan daratan yang cukup luas. Sehingga potensinya dalam bidang pertanian cukup nesar untuk dikembangkan. Namun luasan daratan tersebut memiliki kemiringan yang berbeda-beda. Hal tersebut biasanya disebut dengan kelerengan lahan.

Kelerengan lahan merupakan perbandingan Antara perbedaan tinggi suatu kawasan. Jenis kemiringan yang berbeda tersebut dapat menyebabkan jenis tanaman yang dapat ditaman pada setiap daerah pun juga akan berbeda. Selain itu juga dapat menilai kawasan yang memungkinkan akan terjadi bencana alam sepert longsor.

Praktikum acara VI ini akan dilakukan pembuatan peta kelerengan. Kawasan yang akan dibuat peta kelerengan yaitu kawasan Cilongok. Informasi yang akan diberikan pada peta kelerengan nantinya adalah tingkat kelerengan pada kawasan Cilongok Kabupaten Banyumas.

B. Tujuan

Praktikum acara ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui maksud dari kelerengan lahan.

(80)

70

II. TINJAUAN PUSTAKA

SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta dapat mendaya-gunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan. SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis komputer dengan tiga karakteristik dasar, yaitu mempunyai fenomena aktual (variabel data nonlokasi) yang berhubungan dengan topik permasalahan di lokasi bersangkutan (Darmawan, 2005).

Menurut Permanasari (2007) mengemukakan bahwa ada 3 tahapan proses pemetaan yang harus dilakukan yaitu :

1. Tahap pengumpulan data

(81)

71

tersebut akan mudah dibaca dan dimengerti. Setelah data dikelompokkan dalam tabel–tabel, sebelum diolah ditentukan dulu jenis simbol yang akan digunakan. Untuk data kuantitatif dapat menggunakan simbol batang, lingkaran, arsir bertingkat dan sebagainya, melakukan perhitungan-perhitungan untuk memperoleh bentuk simbol yang sesuai.

2. Tahap penyajian data

Langkah pemetaan kedua berupa panyajian data. Tahap ini merupakan upaya melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk simbol, supaya data tersebut menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh pengguna (users). Penyajian data pada sebuah peta harus dirancang secara baik dan benar supaya tujuan pemetaan dapat tercapai.

3. Tahap penggunaan peta

Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena menentukan keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan dapat digunakan/dibaca dengan mudah. Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi, sehingga pada peta harus terjalin interaksi antar pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta (map users). Pembuat peta harus dapat merancang peta sedemikian rupa sehingga peta mudah dibaca, diinterpretasi dan dianalisis oleh pengguna peta. Pengguna harus dapat membaca peta dan memperoleh gambaran informasi sebenarnya dilapangan (real world).

(82)

72

terganggu atau rusak, lebih-lebih bila derajat kemiringannya besar. Tanah yang mempunyai kemiringan >15% dengan curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan longsor tanah (Kartasapoetra, 1990 dalam Andrian 2014).

Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada umumnya dihitung dalam persen (%). Klasifikasi kemiringan lereng menurut SK Mentan No.837/KPTS/Um/11/1980 seperti pada gambar berikut:

(83)

73

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Sistem informasi geografis acara VI yaitu Pembuatan peta lereng ini dilaksanakan pada tanggal 11 April 2017, bertempat di Laboratorium Pedologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah software QGIS 2.18 dan kelerengan dan batas administrasi daerah Cilongok. Alat yang digunakan dalam pembuatan peta curah hujan adalah alat tulis, seperangkat komputer/ laptop, optical mouse.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada acara VI ini adalah sebagai berikut: 1. Batas administrasi kawasan cilongok dan DEM_BMS di Tarik.

2. Menur raster diklik kemudian extraction dan clipper setelah itu akan keluar lembar kerja dan diisi kemudian di ok.

3. Menu raster diklik kemudian analisis dan DEM setelah itu akan keluar lembar kerja dan diisi kemudian di ok.

4. Kemudia data yang telah jadi diklasifikasikan berdasarkan kemiringannya.

(84)

74

6. Setelah transparan kemudian kelerengan tersebut didigit sesuai dengan warna yang muncul.

(85)

75

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 6. Hasil pembentukan peta lereng kawasan Cilongok

B. Pembahasan

(86)

76

mengakibatkan longsor tanah. Kartasapoetra e al., (1987) menambahkan lereng yang semakin curam dan semakin panjang akan meningkatkan kecepatan aliran permukaan dan volume air permukaan semakin besar, sehingga benda yang bisa diangkut akan lebih banyak (Martono, 2004). Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat bahaya erosi pada kemiringan lahan dengan cara pembuatan teras.

Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada umumnya dihitung dalam persen (%). Suatu kemiringan lereng terdapat bermacam-macam kelas berdasarkan persentase kemirigan lahan tersebut. Menurut Departemen Kimpraswil (2007), kemiringan lereng dibagi menjadi beberapa kelas yaitu datar (0-8 %), landai (8-15 %), agak curam (15-25 %), curam (25-45 %), dan sangat curam (≥ 45 %). Lahan yang diperbolehkan untuk berdirinya kawasan permukiman adalah lahan yang memiliki topografi datar sampai bergelombang yakni lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-25 %.

(87)

77

mengenai permukiman yang melanggar kaidah yang berlaku. Dan untuk menginterpretasikan hasil dapat dilakukan melalui visualisasi 3D.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu membuat peta kelerengan pada kawasan Cilongok Kabupaten Banyumas didapatkan bahwasanya pada kawasan Cilongok terdapat lima kelas kelerengan. Berdasarkan hasil pada gambar 6 dapat dilihat klasifikasi kemiringan pada daerah Cilongok adalah agak curam, curam, datar, landai dan sangat curam.

(88)

78

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah:

1. Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada umumnya dihitung dalam persen (%).

2. Klasifikasi kemiringan pada daerah Cilongok adalah agak curam, curam, datar, landai dan sangat curam.

B. Saran

(89)

79

DAFTAR PUSTAKA

Andrian. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat Dan Kemiringan Lereng Terhadap Produksi Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Di Kebun Hapesong Ptpn Iii Tapanuli Selatan. J. Online Agroekologi. Vol 2(3).

Darmawan, Edy. 2005. Analisa Ruang Publik Arsitektur kota. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hariyanto, Teguh. 2013. Kalsifikasi Kemiringan Lereng dengan Menggunakan Pengembangan Sistem Informasi Geografis sebagai Evaluasi Kesesuaian Landasan Pemukiman Berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang dan Metode FUZZY. J. Teknik Pomits. Vol 10(10).

Kartasapoetra, G., A. G. Kartasapoetra dan M.M. Sutedjo. 1987. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara, Jakarta.

Martono. 2004. Pengaruh Intensitas Hujan dan Kemiringan Lereng Terhadap Laju Kehilangan Tanah Pada Tanah Regosol Kelabu. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

(90)

80

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ACARA VII

PEMBENTUKAN PETA CURAH HUJAN

Oleh:

Atika Nur Solikhah A1L014029

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

Gambar

Gambar 1. Tampilan Software QGIS yang telah diinstal.
Gambar 2. Hasil Klasifikasi Terbimbing dari Band 6 5 dan 2 (Agriculture)
Gambar 3. Hasil Georeferenching Peta Kawasan Banyumas.
Gambar 4. Hasil Digitasi kawasan Cilongok
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat1. lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja

Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk

Perangkat lunak adalah komponen komputer yang merupakan kumpulan program dan prosedur yang memungkinkan komputer perangkat keras komputer dapat menjalankan fungsinya

Hasil analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) Destinasi Wisata di Kabupaten Batang meliputi perangkat lunak, sistem operasi, jaringan internet dan perangkat keras

Sistem informasi manajemen merupakan kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur, dokumentasi, formulir dan orang yang bertanggungjawab

Basis data merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak

Basis Data (Database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan oleh perangkat

Sebuah sistem informasi merupakan kumpulan dari peramgkat keras dan perangkat lunak komputer serta perangkat manusia yang akan mengolah data menggunakan perangkat keras dan