• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alokasi Dana Desa

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH ANDRE OLIVER S (Halaman 23-39)

Pemerintah kabupaten/kota harus mengalokasikan dana dari APBDnya kepada desa.

Alokasi dana desa berasal dari dari APBD kabupaten/kota yang berumber dari bagian dana perimbangan dana keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10%.

Tujuan alokasi dana desa adalah:

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyrakat;

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan;

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya, dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial;

e. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyrakat;

h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Rumus yang dipergunakan dalam alokasi dana desa adalah

a. Asas Merata, yaitu besarnya bagian alokasi dana desa yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM).

b. Asas Adil, yaitu besarnya bagian alokasi dana desa berdasarkan Nilai Bobot Desa (BDx) yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu (misalnya kemiskinan, keterejangkauan, pendidikan dasar, kesehatan, dll), selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP).Besarnya persentase perbandingan antara asas merata dan adil adalah besarnya ADDM adalah 60% dari jumlah ADD dan besarnya ADDP adalah 40% dari jumlah ADD.

Alokasi dana desa dalam APBD kabupaten/kota dianggarkan pada bagian pemerintahan desa. Pemerintah desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan keputusan kepala desa. Kepala desa mengajukan permohonan penyaluran alokasi dana desa kepada bupati, kepala bagian pemerintahan desa,sekretariat daerah kabupaten/kota melalui camat setelah dilakukan verifikasi oleh tim pendamping kecamatan. Bagian pemerintahan desa pada sekda kabupaten/kota akan meneruskan berkas permohonan berikut lampirannya kepada kepala bagian keuangan sekda kabupaten/kota atau kepala badan pengelola keuangan daerah (BPKD).Kepala bagian keuangan sekda atau kepala BPKD akan menyalurkan alokasi dana desa langsung dari kas daerah kerekening desa.

Mekanisme pencairan alokasi dana desa dalam APBDesa dilakukan secar bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten/kota.

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari Alokasi dana desa dalam APBDesa sepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana desa dengan mengacu pada peraturan bupati/walikota. Penggunaaan anggran alokasi dana desa adalah sebsesar 30% untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah desa dan sebesar 70% untuk biaya pemberdayaan masyarakat. Belanja pemberdayaan masyarakat digunakan untuk:

a. Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil

b. Penyertaan modal usaha masyarakat melalui badan usaha milik desa (BUMDesa)

c. Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan d. Perbaikan lingkungan dan Pemukiman e. Teknologi tepat guna

f. Perbaikan kesehatan dan pendidikan g. Pengembangan sosial budaya

h. Kegiatan lain yang dianggap penting (Hanif Nurcholis 2011:88-90) 2.4 Pemerintahan Desa

Status desa adalah satuan pemerintahan di bawah kabupaten/kota.Desa tidak sama dengan kelurahan yang statusnya dibawah camat. Kelurahan hanyalah wilayah kerja lurah yang tidak mempunyai hak mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Sedangkan desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No.32/2014).

Dalam menjalankan pemerintahan suatu desa, dibutuhkan pemerintah desa yang menjadi motor pelaksana dari tugas-tugas yang harus dijalankan dalam pemerintahan desa tersebut. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Kepala desa selaku kepala pemerintahan desa berwenang untuk memimpin pemerintahan desa selama enam 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Kepala desa akan dibantu oleh perangkat desa yang terdiri dari: sekretaris desa; pelaksana kewilayahan; dan pelaksana teknis. Perangkat desa tersebut diangkat langsung oleh kepala desa dari warga desa setelah dikonsultasikan kepada Camat atas nama Bupati/Walikota. Perangkat desa tersebut akan bertugas untuk membantu kepala desa dalam melasanakan tugas dan wewenangnya selama masa jabatan kepala desa dan akan bertanggungjawab langsung kepada kepala desa.

Dalam pelaksanaan Pemerintahan Desa, Kepala Desa selaku Pemerintah Desa memiliki wewenang sebagai berikut:

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

2. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

3. Menetapkan peraturan Desa;

4. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

5. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

6. Membina kehidupan masyarakat Desa;

7. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa;

8. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa;

9. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;

10. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

11. Mengoordinasikan pembangunan Desa secara partisipatif;

12. Memanfaatkan teknologi tepat guna;

13. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;

14. Mewakili desa di dalam dan diluar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

15. Melaksanakan wewenang lainyang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Adapun tugas ataupun tanggung jawab dari seorang kepala desa dalam menjalankan roda pemerintahan desa yaitu:

1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.

3. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa.

4. Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan.

5. Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender.

6. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, perofesional, efektif dan efisien,bersih, serta dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.

7. Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Desa.

8. Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik.

9. Mengelola Keuangan dan Aset Desa.

10. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa.

11. Menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa.

12. Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa.

13. Membina dan melestarikan nilai sosial dan budaya mayarakat Desa.

14. Memperdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa.

15. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

16. Memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

Dalam melaksanakan tugas - tugas pemerintahan desa diatas, Kepala desa berhak:

1. Mengusulkan struktur Organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;

2. Mengajukan rancangan dan menetapkan peraturan Desa;

3. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, serta menjamin kesehatan;

4. Mendapatkan pertlindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan;

5. Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat Desa;

2.4.1 Komitmen

Menurut Robbins (2002:15), komitmen organisasi adalah sebagai keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tersebut dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk memelihara keanggotanya dalam organisasi tersebut. Sedangkan Steers dan Porter dalam Supriyono (2006:24) berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasi. Selanjutnya, Greenberg dan Baron (1997:190), komitmen organisasi menggambarkan seberapa jauh seseorang mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya pada organisasinya dan keinginan untuk tetap tinggal di organisasi itu. Porter et.al dalam Miner, (1992:124) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Sikap ini dapat ditandai dengan empat hal, yaitu indikatornya diantaranya:

a. Kepercayaan karyawan terhadap organisasi

b. Partisipasi karyawan dalam aktivitas kerja c. Loyalitas terhadap organisasi

d. Adanya Perasaan menjadi bagian dari organisasi

Sedangkan menurut Robbins dalam Sjabadhyni dkk (2001:456) memandang komitmen organisasi merupakan salah satu sikap kerja, karena ia merefleksikan perasaan seseorang (suka atau tidak suka) terhadap organisasi tempat ia bekerja. Hal ini didefinisikan sebagai suatu orientasi individu terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi, dan keterlibatan.

Jadi komitmen organisasi merupakan orientasi hubungan aktif antara individu dan organisasi. Orientasi hubungan tersebut mengakibatkan individu atas kehendak sendiri bersedia memberikan sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu menggambarkan dukungannya bagi tercapainya tujuan organisasi.

Komitmen organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer dalam Sjabadhyni dkk, (2001:457). Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer dibedakan atas tiga komponen, yaitu:

1) Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan di dalam suatu organisasi.

2) Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.

3) Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi.

b. Komitmen organisasi menurut Porter et.al. dalam Miner (1992:128).

Komitmen organisasi dari Porter lebih dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen organisasi ini memiliki dua komponen, yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku.

1) Komponen sikap mencakup beberapa hal diantaranya:

a) Identifikasi dengan organisasi, yaitu penerimaan tujuan organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi. Identifikasi karyawan tampak melalui sikap dengan menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.

b) Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di organisasi tersebut. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.

c) Kehangatan, afeksi, dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan karyawan. Karyawan dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.

2) Komponen kehendak untuk bertingkah laku, diantaranya:

a) Kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal itu tampak melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang diharapkan agar organisasi dapat berkembang dan maju. Karyawan dengan komitmen tinggi, ikut memperhatikan nasib organisasi.

b) Keinginan tetap berada dalam organisasi. Pada karyawan yang memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang dipilihnya dalam waktu lama.

2.4.2 Sumber Daya Manusia

Pengertian sumber daya manusia dan penerapannya sering kali masih belum sejalan dengan keinginan organisasi. Sementara keselarasan dalam mengelola SDM menjadi faktor utama kesuksesan jalannya sebuah organisasi. Sumber daya manusi menurut beberapa pendapat para ahli sebagai berikut:

1. Sonny Sumarsono (2003, h 4), Sumber Daya Manusia atau human recources mengandung dua pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat.

2. Mary Parker Follett Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan

Definisi ini, yang dikemukakan oleh Mary Parker Follett, mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlakukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Manajemen memang dapat mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi definisi di atas memberikan kepada kita kenyataan bahwa kita terutama mengelola sumber daya manusia bukan material atau finansial.

Di lain pihak manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perencanaan dan penugasan kelompok kerja), penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi, dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integrasi, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan.

3. M.T.E. Hariandja (2002, h 2) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi.

4. Mathis dan Jackson (2006, h.3) SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

Demikian pula menurut The Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) dalam Mullins (2005). Sumber daya manusia dinyatakan sebagai strategi perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang optimal termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi.

5. Hasibuan (2003, h 244) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu.

Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

SDM terdiri dari daya fikir dan daya fisik setiap manusia. Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya.

SDM atau manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Peralatan yang handal atau canggih tanpa peran aktif SDM, tidak berarti apa-apa. Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa sejak lahir (modal dasar) sedangkan kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan pelatihan). Kecerdasan tolok ukurnya Intelegence Quotient (IQ) dan Emotion Quality (EQ).

2.4.3 Pengelolaan Dana Desa

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka

didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa berasal dari pendapatan asli desa, APBD, dan APBN. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari APBDesa, bantuan pemerintah dan bantuam pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemeritah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintah pusat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBN.

Sumber pendapatan desa berasal dari:

a. Pendapatan asli desa yang berasal dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan pasrtisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

b. Bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi kabupaten/kota yang sebagian diperuntukkan bagi desa.

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang dibagi kesetiap desa secara proposional yang merupakan alokasi dana desa.

d. Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten,kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan.

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

Sistem pengelolaan keuangan desa mengikuti sistem anggaran nasional dan daerah yaitu mulai dari 1 januari sampai dengan 31 desember. Kepala desa sebagai kepala pemerintah desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan. Oleh karena itu, kepala desa mempunyai kewenangan desa yang dipisahkan. Oleh karena itu, kepala desa mempunyai kewenangan:

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa c. Menetapkan bendahara desa

d. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa dan e. Menetapkan petugas yang melakuan pengelolaan barang milik desa.

Kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dibantu oleh pelaksana desa teknis pengelolaan keuangan desa (PTPKD), yaitu sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.Sekretaris desa bertindak selaku koordinator pelaksaan pengelolaan keungan desa dan bertanggung jawab kepada kepala desa.Pemegang kas desa adalah bendahara desa. Kepala desa mentapkan bendahara desa dengan keputusan kepala desa.

Sekretaris desa mempunyai tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan barang desa

c. Menyusun Raperdes APBDesa, perubahan APBDesa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa

d. Menyusun rancangan keputusan kepala desa tentang pelaksanaan peraturan desa tentang APBDesa dan perubahan APBDesa.

Dalam ketentuan umum, Peraturan Menteri Dalam Negeri NO 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa, dinyatakan bahwa Perencanaan pembangunan jangka menengah desa (RPJMDesa) disusun dalam periode 5 (lima) tahun, yang memuat arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum, dan program dan satuan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan rencana kerja. RPJM Desa ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah kepala Desa dilantik. Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil musyawarah rencana pembangunan desa. Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya.

RPJM-Desa ditetapkan dengan peraturan desa, sedangkan RKPDesa ditetapkan dengan peraturan kepala desa. Pelaksana otonomi desa menyebabkan perlunya reformasi dalam manajemen keuangan desa. Salah satu reformasi yang penting adalah dalam bidang penganggaran (budgeting reform). Reformasi anggaran meliputi proses penyusunan, penetapan dan pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Aspek utama reformasi anggaran adalah perubahan anggaran dengan pendekatan tradisional (tradisional budget) ke anggaran dengan pendekatan kinerja (performance budget). Anggaran tradisional didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line item dan incrementalism, yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun

sebelumnya, konsekuensinya tidak ada perubahan yang mendasar atas anggaran baru. Hal ini sering bertentangan dengan kebutuhan riil dan kepentingan masyarakat. Dengan basis seperti ini, APBDesa masih terlalu berat menahan, arahan, batasan, serta orientasi subordinasi kepentingan pemerintah atasan.

Sedangkan anggaran kinerja pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran desa yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja.

Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti harus berorientasi pada kepentingan publik (Mardiasmo, 2002).

Proses penyusunan dan pelaksanaan APBDesa harus difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang menjadi perioritas desa yang bersangkutan dan dengan memperhatikan asas umum APBDesa.

Dalam bagian ketiga pasal 35 dan 36 Permendagri NO. 113 Tahun 2014, dinyatakan bahwa:

1) Penatausahaan dilakukan oleh bendahara Desa

2) Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

3) Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

4) Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

5) Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran menggunakan: Buku kas umum;

buku kas pembantu pajak; buku Bank.

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH ANDRE OLIVER S (Halaman 23-39)

Dokumen terkait