• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH ANDRE OLIVER S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI OLEH ANDRE OLIVER S"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DESA DALAM IMPLEMENTASI PP NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

NEGARA

(STUDI KASUS: KABUPATEN ASAHAN)

SKRIPSI

OLEH

ANDRE OLIVER S 110501121

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DESA DALAM PELAKSANAAN PP NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN DANA DESA YANG

BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

(studi kasus : Kabupaten Asahan)

Tujuan Penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis kesiapan Pemerintah Desa di Kabupaten Asahan dalam pelaksanaan PP nomor 22 Tahun 2015 tentang anggaran dana Desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, menggunakan pengujian regulatory gap analysis terhadap kuisioner untuk meyakinkan bahwa kuesioner yang kita susun akan benar-benar baik. Selanjutnya, data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Jumlah Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah Sebanyak 15 Desa yang tersebar di wilayah administratif Kabupaten Asahan yang diambil dengan menggunakan random sampling.

Hasil Pengujian kuisioner yang dilakukan menunjukkan bahwa kuisioner yang digunakan baik an berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pemerintah Desa di Kabupaten Asahan siap dalam pelaksanaan PP nomor 22 tahun 2015 tentang anggaran dana Desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara. Hal ini dilihat dari kesiapan Pemerintah Desa dalam pelaksanaan indikator-indikator yang dituangkan dalam parameter pengukuran kesiapan yaitu:

Komitmen; Sumber Daya Manusia; Pengelolaan Laporan Keuangan dan Anggaran pendapatan dan belanja Desa.

Kata Kunci : Kesiapan Pemerintah Desa, Komitmen, Sumber Daya Manusia, Pengelolaan Laporan Keuangan, Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa.

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF READINESS OF VILLAGE GOVERNMENT IN THE IMPLEMENTATION OF PP NO 22 OF 2015THE VILLAGE OF BUDGET FUNDS SOURCED FROM THE BUDGET REVENUE AND EXPENDITURE

(Case Study:Asahan )

The purpose of this research is to know and analyze the readiness of the village government in Asahan in the implementation of Government Regulation No. 22 of 2015 The village of budget funds sourced from the budget revenue and expenditure.

The analytical method used in this research is qualitative method, using a test regulatory gap analysis of the questionnaire to ensure that the questionnaires that we arrange to be really good. And then, the data collected will be analyzed using descriptive methods. The number of samples taken for this study is 15 villages scattered in the administrative region Asahan taken by using random sampling.

The assay results of questionnaires conducted showed that the questionnaire used both and based on the results of the study, showed that the village government in Asahan ready in the implementation of PP No. 22 of 2015 on the village of budget funds sourced from the budget revenue and expenditure. It is seen from the readiness of the village government in the implementation of the indicators outlined in the readiness measurement parameters are: Commitment;

Human Resources; Management of Financial Statement and Budget revenue and expenditure Village

Keywords: Readiness village government, Commitment, Human Resources, Management of Financial Reports,Budget Village.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Kesiapan Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan PP Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Anggaran Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan penulis terutama tentang masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, kerja sama semua pihak yang telah turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak.

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Wahyu Aryo Pratomo, SE., M.Ec Selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Eknomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku

(5)

Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, M.Soc,Ph.D Selaku Ketua Program Studi ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Paidi Hidayat, SE,M.Si selaku Sekretaris program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Wahyu Aryo Pratomo SE, M.Ec selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Demikian juga Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si dan Bapak Wahyu Sugeng Imam Soeparno, SE, M.Si yang telah memberikan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Eknomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

6 Seluruh Staf Pegawai Administrasi Ekonomi Pembangunan dan Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orangtua peneliti, Binsar Simatupang, S.pd, MM dan Elperia Simangunsong, S.pd yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moril dan materiil dalam penyelesaian

(6)

skripsi ini. Demikian juga dengan adik saya yang juga memberikan dukungan moril bagi peneliti selama pengerjaan skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman penulis khususnya jurusan Ekonomi pembangunan stambuk 2011 yang telah banyak memberikan motivasi, doa dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan peneliti dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata peneliti berharap skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2016 Penulis

Andre Oliver Simatupang

NIM : 110501121

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... I ABSTRACT ... Ii KATA PENGANTAR ... Iii DAFTAR ISI ... Vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... Ix BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Desa ... 9

2.2 Karakteristik Desa... 10

2.3 Alokasi Dana Desa... 13

2.4 Pemerintahan Desa... 15

2.5 Pembangunan Desa... 29

2.6 Penelitian Terdahulu ... 34

2.7 Kerangka Konseptual ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.3 Batasan Operasional ... 37

3.4 Defenisi Operasional ... 37

3.4.1 Variabel Dependen ... 38

3.4.2 Variabel Independen ... 38

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 41

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.8 Skala Pengukuran ... 42

3.9 Metode Analisis Data ... 43

3.9.1Regulatory Gap Analysis... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Desa di Kabupaten Asahan... 47

4.2 Hasil Penelitian ... 48

4.2.1 Deskripsi Proses Pengumpulan Kuisioner ... 48

4.2.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 48

4.2.3 Hasil Uji Instrumen Data ... 50

4.2.4 Regulatory Gap Analysis... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(8)

LAMPIRAN 2 ... 76

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 33 3.1 Daftar Sampel Penelitian 41 4.1 Deskripsi Proses Pengumpulan Data Kuisioner 48

4.2 Distribusi Responden Menurut Umur 49

4.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin 49 4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan 50

4.5 Hasil Penilaian Parameter Komitmen 51

4.6 Hasil Penilaian Parameter Sumber Daya Manusia 54 4.7 Hasil Penilaian Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan 57 4.8 Hasil Penilaian Parameter Perencanaan Pembangunan Desa 59 4.9 Hasil Regulatory Gap Analysis Implementasi Dana Desa 62

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual 35

4.1 Memiliki/ sedang mendirikan Badan Usaha Milik Desa 52

4.2 Dana Desa untuk pengembangan potensi ekonomi lokal 52

4.3 Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan 53

4.4 Realisasi Penggunaan dana Desa secara tepat waktu 53

4.5 Realisasi dana sesuai dengan waktu yang ditetapkan 55

4.6 Menyusun RPJM Desa dan RKP Desa 55

4.7 Menyiapkan informasi bagi masyarakat melalui media didesa 56

4.8 Perlu mendapatkan pendampingan dana Desa 56

4.9 Keuangan desa dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku 57

4.10 Laporan keuangan desa dilakukan secara tepat waktu 58

4.11 Penyusunan laporan keuangan desa telah mencukupi 58

4.12 APBDesa dapat disusun secara mandiri tanpa tenaga pendamping 59 4.13 Dilasanakan dengan memperhatikan dengan memperhatikan 60

4.14 Disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa 60 4.15 RPJM Desa disusun telah mengacu pada RPJM Kabupaten 61

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Desa sebagai komunitas kecil yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal dan juga dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup, masyarakat desa bergantung pada pertanian. Pengertian masyarakat itu sendiri merupakan sekumpulan manusia yang saling berhubungan atau dengan istilah ilmiah yaitu berinteraksi, sehingga dalam masyarakat tersebut akan terdapat kesepakatan-kesepakatan yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh setiap anggota masyakat tersebut.

Kesepakatan-kesepakatan yang sudah ada dalam masyarakat kemudian mendarah daging kepada setiap warganya, sehingga membedakan antara masyrakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Masyarakat itu sendiri mempunyai dua sifat yaitu ada masyarakat yang bersifat terbuka yang bisa menerima perubahan-perubahan yang terjadi dan mengabungkan dengan kebudayaan yang sudah ada dan masyarakat yang bersifat tertutup yang mana dalam masyarakat ini cenderung sulit untuk menerima perubahan- perubahan yang terjadi karena mereka tidak terbiasa melakukan sesuatu yang mereka tidak pahami dan tidak biasa mereka jalankan selama ini . Masyarakat ini biasanya pada masyarakat yang masih tradisional dan biasanya tinggal didaerah pedesaan dan pegunungan.

Menurut Undang – undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pemerintah telah mengakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan

(12)

kepala desa untuk dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah maupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan desa mencakup urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada desa, tugas pembantuan dari pemerintah desa, pemerintah daerah dan urusan pemerintah lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa. Banyak urusan pemerintah pusat yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah termasuk dalam hal pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah yang diharapkan akan membawa perubahan yang mendasar dalam penyelengaraan pemerintahan di desa. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, yang secara khusus mengatur tentang pelaksanaan pelaksanaan dan mekanisme desa yang didalamnya menyebutkan bahwa desa mempunyai peranan penting dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang mengarah kepada pelaksanaan penguatan otonomi daerah.

Sebagai penyempurnaan dari Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 diatas, telah diterbitkan undang – undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa yang mengatur secara khusus tentang desa yang termasuk didalamnya perangkat dan sumber keuangan desa. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tersebut disebutkan bahwa desa mempunyai sumber pendapatan berupa pendapatan asli desa, alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara, bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi

(13)

daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten/kota, alokasi anggaran dari APBN, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga. Sumber pendapatan desa tersebut secara keseluruhan digunakan untuk mendanai seluruh kewenangan yang menjadi tanggung jawab desa. Dana tersebut digunakan untuk mendanai penyelenggaraan kewenangan desa yang mencakup penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Dengan demikian, pendapatan desa yang bersumber dari APBN juga digunakan untuk mendanai kewenangan tersebut.Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas desa. Hal itu berarti dana desa akan digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan desa sesuai dengan kebutuhan dan prioritas dana desa tersebut. Namun, mengingat dana desa bersumber dari Belanja Pusat, untuk mengoptimalkan penggunaan dana desa, pemerintah diberikan kewenangan untuk menetapkan prioritas penggunaan dana desa untuk mendukung program pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Pembangunan pada hakekatnya bertujuan membangun kemandirian,termasuk pembangunan pedesaan. Salah satu misi pemerintah adalah membangun daerah pedesaan yang dapat dicapai melalui pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan keanekaragaman usaha pedesaan, ketersediaan sarana dan fasilitas untuk mendukung ekonomi pedesaan, membangun dan memperkuat institusi yang mendukung rantai produksi dan

(14)

pemasaran, serta mengoptimalkan sumber daya sebagai dasar pertumbuhan ekonomi pedesaan. Tujuannya,adalah untuk memberi peluang bagi kemampuan daerah dan pedesaan sebagai tulang punggung ekonomi regional dan nasional.

Kemajuan ekonomi nasional hanya akan tercapai jika terdapatiklim perekonomian yang baik di tingkat provinsi. Kemajuan ekonomi ditingkat provinsi akan tercapai jika kabupaten memiliki kegiatan ekonomi yang baik. Kemajuan ekonomi sebuah kabupaten dapat tercapai karena adanya sumbang sih dari ekonomi pedesaan yang kuat yang berimbas pada kesejahteraan masyarakat luas. Hal ini akan menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang baik untuk diterapkan di semuatingkat pembangunan dan keputusan berdasarkan kebutuhan nyata dari masyarakat.

Pembangunan pedesaan merupakan salah satu cara dalamupaya mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah semenjak lama dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai program. Namun upaya itu belum membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana diinginkan bersama. Salah satu faktor yang paling dominan adalah intervensi pemerintah terlalu besar, akibatnya justru menghambat daya kreativitas dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan mesin bekonomi di pedesaan.

Sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi di pedesaan tidak berjalan efektif dan berimplikasi pada ketergantungan terhadap bantuan pemerintah sehingga mematikan semangat kemandirian.

Berdasarkan asumsi itulah maka sudah seharusnya eksistensi desa mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah pusat dengan lahirnya

(15)

kebijakan-kebijakan terkait dengan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan dengan cara menghimpun dan melembagakan kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu pemerintah menerapkan pendekatan baru yang diharapkan mampu menstimulus dan menggerakkan roda perekonomian di pedesaan adalah melalui pendirian kelembagaan ekonomi yang dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) sebagai salah satu program andalan dalam meningkatkan kemandirian perekonomian desa. BUMDES lahir sebagai suatu pendekatan baru dalam usaha peningkatan ekonomi desa berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Pengelolaan BUMDES sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat desa,yaitu dari desa, oleh desa, dan untuk desa. Cara kerja BUMDES adalah dengan jalan menampung kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat dalam sebuah bentuk kelembagaan atau badan usaha yang dikelola secara profesional, namun tetap bersandar pada potensi asli desa. Hal ini dapat menjadikan usaha masyarakat lebih produktif dan efektif. Kedepan BUMDES akan berfungsi sebagai pilar kemandirian bangsa yang sekaligus menjadi lembaga yang menampung kegiatan ekonomi masyarakat yang berkembang menurut ciri khas desa dalam rangkameningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Kabupaten Asahan adalah salah satu daerah di provinsi Sumatera Utara yang menerima alokasi dana desa yang bersumber dari APBN. Kabupaten Asahan terdiri dari 25 kecamatan dan 237 desa dengan ibukota Kisaran.Diantaranya adalah kecamatan sei dadap yang memiliki 9 desa dan kecamatan aek kuasan yang memiliki 6 desa. Sebanyak Rp49 miliar dana desa untuk Kabupaten Asahan

(16)

desa/kelurahan yang ada. selain bantuan APBN, setiap desa juga akan menerima bantuan Alokasi Dana Desa (ADD) dan bantuan APBD Asahan. Dengan banyaknya dana yang dikucurkan ke desa tersebut, maka dituntut pihak desa memiliki perencanaan anggaran yang matang dan penatausahaan keuangan yang baik agar pembangunan berjalan sesuai dengan harapan masyarakat.Dengan banyaknya dana yang diterima desa maka banyak pula pengawasan yang dilakukan pemerintah atasan. Oleh karenanya, diminta agar para kepala desa segera mempelajari pedoman dan petunjuk pengelolaan keuangan sehingga terhindar dari jeratan hukum.Pemerintah meminta kepada seluruh camat melakukan pembinaan dan pengawasan kepada para kepala desa di wilayah masing-masing. Bila kepala desa gagal mengelola keuangan maka itu adalah kegagalan camat. Pemerintah juga menjelaskan penyaluran dana Desa yang bersumber dari APBN telah memiliki payung hukum. Diantarnya Perbup Asahan nomor 11 Tahun 2015 tentang tata cara pengadaan barang dan jasa di Desa, Perbup Asahan nomor 13 tahun 2015 tentang tata cara dan penetapan rincian Dana Desa setiap Desa di Kabupaten Asahan dan sejumlah Perbup Asahan lainnya.Terlebih program anggaran dana desa ini merupakan program pemerintah pusat dalam rangka pembangunan dengan skala nasional yang menuntut perlunya kesiapan masing-masing pemerintah daerah maupun pemerintah desa sehingga hal tersebut menarik penulis untuk menganalisis kesiapan perangkat desa dalam pelaksanaan PP Nomor 22 Tahun 2015 atas perubahan PP Nomor 60 tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara.

Mengacu pada permasalah tersebut, maka penulis mengadakan penelitian dengan

(17)

judul “Analisis kesiapan pemerintah desa dalam Implementasi PP Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Anggaran Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Studi Kasus Kabupaten Asahan).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan paparan dari latar belakang diatas, maka penulis membatasi dan merumuskan pokok masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana kesiapan pemerintah desa dari aspek implementasi anggaran dana desa dengan komitmen pada Kecamatan Sei Dadap dan Kecamatan Aek Kuasan?

2. Bagaimana kesiapan pemerintah desa dari aspek implementasi anggaran dana desa dengan SDM pada Kecamatan Sei Dadap dan Kecamatan Aek Kuasan?

3. Bagaimana kesiapan pemerintah desa dari aspek implementasi anggaran dana desa dengan pengelolaan laporan keuangan dan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa pada Kecamatan Sei Dadap dan Kecamatan Aek Kuasan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari Penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pemerintah desa dari aspek implementasi anggaran dana desa dengan komitmen pada Kecamatan Sei Dadap dan Kecamatan Aek Kuasan.

(18)

2. Untuk mengetahui kesiapan pemerintah desa dari aspek implementasi anggaran dana desa dengan SDM pada Kecamatan Sei Dadap dan Kecamatan Aek Kuasan.

3. Untuk mengetahui kesiapan pemerintah desa dari aspek implementasi anggaran dana desa dengan pengelolaan laporan keuangan dan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa pada Kecamatan Sei Dadap dan Kecamatan Aek Kuasan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah Kabupaten Asahan, sebagai informasi tentang kesiapan perangkat desa di Kabupaten Asahan tentang implementasi PP Nomor 22 Tahun 2015.

2. Bagi Penulis, Sebagai wadah mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teori yang telah dipelajari selama kuliah, serta menambah wawasan tentang anggaran dana desa.

3. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi dan tambahan informasi yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sejenis.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Desa

Desa adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya; memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun karena sama- sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan; memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama; memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri(R.H. Unang Soenardjo 1951:11). Sesuai batasan definisi tersebut, maka di Indonesia dapat ditemui banyak kesatuan masyarakat dengan peristilahannya masing-masing seperti Dusun dan Marga bagi masyarakat Sumatera Selatan, Dati di Maluku, Nagari di Minang, Wanua di Minahasa dan Nagori di Simalungun. Pada daerah lain masyarakat setingkat desa juga memiliki berbagai istilah dan keunikan sendiri baik mata pencaharian maupun adat istiadatnya.

Menurut defenisi umum, desa adalah suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial ekonomis, politis, dan kultural yang terdapat di situ dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah- daerah lain(R.Bintarto 1968:95). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administrative di bawah Kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa.

Beradasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, di mana Desa atau yang disebut dengan nama lain (selanjutnya disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-

(20)

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Pengakuan Desa dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 18B ayat 1 dan 2, serta dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah nomor 32 tahun 2004, di mana Desa atau yang disebut dengan nama lain (selanjutnya disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini kemudian ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

2.2. Karakteristik Desa

Di seluruh Indonesia nomenklaturnya sama, yaitu desa. Bahkan tidak hanya nomenklaturnya yang diseragamkan, melainkan juga struktur organisasinya dan mekanisme kerjanya. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pemerintahan

(21)

desa yang efisien sehingga dapat menerima tugas-tugas pembangunan yang menjadi prioritas pemerintah saat itu.Berdasarkan ketentuan tersebut, maka semua satuan pemerintahan terendah seperti nagari di Sumatera Barat, gampong di Aceh, marga di Sumatera Selatan, huta di Sumatera Utara, kampung di Kalimantan dan- lain-lain harus mengubah nomenklaturnya menjadi desa. Pada tahun 1952 (Hadikoesoemo, 1965) terkait dengan desa terungkap bahwa norma-norma daerah hukum masyarakat itu menurut hukum adat: (1) berhak mempunyai wilayah sendiri yang ditentukan oleh batas-batas yang sah, (2) berhak mengurus dan mengatur pemerintahan dan rumah tangganya sendiri, (3) berhak mengangkat pimpinan atau majelis pemerintahannya sendiri, (4) berhak memiliki harta benda dan sumber keuangannya sendiri, (5) berhak atas tanahnya sendiri, (6) berhak memungut pajak sendiri. Atas dasar prinsip-prinsip tersebut terdapat keberagaman hukum asli di masing-masing desa yang tersebar di seluruh nusantara ini. Di Sumatera Barat misalnya, ada nagari yang mempunyai tata aturan adat yang khas, demikian juga di tempat lain.

Desa adalah suatu wilayah yang tinggali oleh sejumlah orang yang saling mengenal, hidup bergotong royong, memiliki adat istiadatnya yang relatif sama, dan mempunyai tata cara sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya.

Sebagian besar mata pencariannya adalah bertani atau nelayan. Pada desa daratan sebagian besar penduduknya mencari penghidupan sebagai petani baik sawah ataupun kebun, sedangkan pada desa pesisir sebagian besar penduduknya mencari penghidupan sebagai nelayan. Desa mengandung sejumlah kearifan-kearifan lokal (local wisdom) yang apabila dicermati nilai yang terkandung dalam kearifan

(22)

tersebut maka dapat menjadi suatu kekuatan untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana suatu masyarakat berdomisili di suatu wilayah desa. Kearifan tersebut dapat dicermati dari aturan-aturan, norma, tata krama/ tata susila, bahasa, kelembagaan, nama dan gelaran, teknologi yang digunakan (konstruksi rumah, tata letak rumah, teknik irigasi, teknik pengolahan tanah dan peralatannya, teknik membuat jalan/ jembatan, teknik perahu dan sebagainya). Sekiranya nilai (value) yang terkandung di dalam aspek-aspek tersebut diperhatikan dalam pengembangan teknologi di era odern ini, meski menggunakan bahan yang mungkin berbeda, maka keserasian lingkungan dan daya adaptasi tampaknya menjadi tetap tinggi.

Desa merupakan suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa dan mengadakan pemerintahan sendiri (Inayatullah dalam siagian, 1983). Desa terjadi bukan hanya dari satu tempat kediaman masyarakat saja, namun terjadi dari satu induk desa dan beberapa tempat kediaman. Desa sebagai bentuk yang diteruskan antara penduduknya dengan lembaga mereka di wilayah setempat dimana mereka tinggal, yaitu di ladang- ladang yang “berserak“ dan di kampung yang biasanya menjadi pusat segala aktivitas mereka bersama (Roucek dan Warren, 1983). Masyarakat di daerah pedesaan berhubungan satu sama lain dengan kunjung nengunjungi, pinjam meminjam alat-alat perlengkapan, bertukar jasa, tolong menolong atau ikut serta dalam aktivitas-aktivitas sosial.

Desa dihuni oleh masyarakat yang hidup dalam satu budaya yang relatif homogen. Masyarakat desa terikat oleh kesamaan dan kesatuan sistem nilai sosial-

(23)

budaya. Mereka bermasyarakat secara rukun dan guyub. Karena itu, mereka disebut masyarakat paguyuban (gemeinschaft).

2.3 Alokasi Dana Desa

Pemerintah kabupaten/kota harus mengalokasikan dana dari APBDnya kepada desa.

Alokasi dana desa berasal dari dari APBD kabupaten/kota yang berumber dari bagian dana perimbangan dana keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10%.

Tujuan alokasi dana desa adalah:

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyrakat;

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan;

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya, dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial;

e. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyrakat;

h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Rumus yang dipergunakan dalam alokasi dana desa adalah

(24)

a. Asas Merata, yaitu besarnya bagian alokasi dana desa yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM).

b. Asas Adil, yaitu besarnya bagian alokasi dana desa berdasarkan Nilai Bobot Desa (BDx) yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu (misalnya kemiskinan, keterejangkauan, pendidikan dasar, kesehatan, dll), selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP).Besarnya persentase perbandingan antara asas merata dan adil adalah besarnya ADDM adalah 60% dari jumlah ADD dan besarnya ADDP adalah 40% dari jumlah ADD.

Alokasi dana desa dalam APBD kabupaten/kota dianggarkan pada bagian pemerintahan desa. Pemerintah desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan keputusan kepala desa. Kepala desa mengajukan permohonan penyaluran alokasi dana desa kepada bupati, kepala bagian pemerintahan desa,sekretariat daerah kabupaten/kota melalui camat setelah dilakukan verifikasi oleh tim pendamping kecamatan. Bagian pemerintahan desa pada sekda kabupaten/kota akan meneruskan berkas permohonan berikut lampirannya kepada kepala bagian keuangan sekda kabupaten/kota atau kepala badan pengelola keuangan daerah (BPKD).Kepala bagian keuangan sekda atau kepala BPKD akan menyalurkan alokasi dana desa langsung dari kas daerah kerekening desa.

Mekanisme pencairan alokasi dana desa dalam APBDesa dilakukan secar bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten/kota.

(25)

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari Alokasi dana desa dalam APBDesa sepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana desa dengan mengacu pada peraturan bupati/walikota. Penggunaaan anggran alokasi dana desa adalah sebsesar 30% untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah desa dan sebesar 70% untuk biaya pemberdayaan masyarakat. Belanja pemberdayaan masyarakat digunakan untuk:

a. Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil

b. Penyertaan modal usaha masyarakat melalui badan usaha milik desa (BUMDesa)

c. Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan d. Perbaikan lingkungan dan Pemukiman e. Teknologi tepat guna

f. Perbaikan kesehatan dan pendidikan g. Pengembangan sosial budaya

h. Kegiatan lain yang dianggap penting (Hanif Nurcholis 2011:88-90) 2.4 Pemerintahan Desa

Status desa adalah satuan pemerintahan di bawah kabupaten/kota.Desa tidak sama dengan kelurahan yang statusnya dibawah camat. Kelurahan hanyalah wilayah kerja lurah yang tidak mempunyai hak mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Sedangkan desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

(26)

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No.32/2014).

Dalam menjalankan pemerintahan suatu desa, dibutuhkan pemerintah desa yang menjadi motor pelaksana dari tugas-tugas yang harus dijalankan dalam pemerintahan desa tersebut. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Kepala desa selaku kepala pemerintahan desa berwenang untuk memimpin pemerintahan desa selama enam 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Kepala desa akan dibantu oleh perangkat desa yang terdiri dari: sekretaris desa; pelaksana kewilayahan; dan pelaksana teknis. Perangkat desa tersebut diangkat langsung oleh kepala desa dari warga desa setelah dikonsultasikan kepada Camat atas nama Bupati/Walikota. Perangkat desa tersebut akan bertugas untuk membantu kepala desa dalam melasanakan tugas dan wewenangnya selama masa jabatan kepala desa dan akan bertanggungjawab langsung kepada kepala desa.

Dalam pelaksanaan Pemerintahan Desa, Kepala Desa selaku Pemerintah Desa memiliki wewenang sebagai berikut:

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

2. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

3. Menetapkan peraturan Desa;

4. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

5. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

(27)

6. Membina kehidupan masyarakat Desa;

7. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa;

8. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa;

9. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;

10. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

11. Mengoordinasikan pembangunan Desa secara partisipatif;

12. Memanfaatkan teknologi tepat guna;

13. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;

14. Mewakili desa di dalam dan diluar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

15. Melaksanakan wewenang lainyang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Adapun tugas ataupun tanggung jawab dari seorang kepala desa dalam menjalankan roda pemerintahan desa yaitu:

1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.

3. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa.

4. Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan.

(28)

5. Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender.

6. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, perofesional, efektif dan efisien,bersih, serta dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.

7. Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Desa.

8. Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik.

9. Mengelola Keuangan dan Aset Desa.

10. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa.

11. Menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa.

12. Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa.

13. Membina dan melestarikan nilai sosial dan budaya mayarakat Desa.

14. Memperdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa.

15. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

16. Memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

Dalam melaksanakan tugas - tugas pemerintahan desa diatas, Kepala desa berhak:

1. Mengusulkan struktur Organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;

2. Mengajukan rancangan dan menetapkan peraturan Desa;

(29)

3. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, serta menjamin kesehatan;

4. Mendapatkan pertlindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan;

5. Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat Desa;

2.4.1 Komitmen

Menurut Robbins (2002:15), komitmen organisasi adalah sebagai keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tersebut dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk memelihara keanggotanya dalam organisasi tersebut. Sedangkan Steers dan Porter dalam Supriyono (2006:24) berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan- tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasi. Selanjutnya, Greenberg dan Baron (1997:190), komitmen organisasi menggambarkan seberapa jauh seseorang mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya pada organisasinya dan keinginan untuk tetap tinggal di organisasi itu. Porter et.al dalam Miner, (1992:124) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Sikap ini dapat ditandai dengan empat hal, yaitu indikatornya diantaranya:

a. Kepercayaan karyawan terhadap organisasi

(30)

b. Partisipasi karyawan dalam aktivitas kerja c. Loyalitas terhadap organisasi

d. Adanya Perasaan menjadi bagian dari organisasi

Sedangkan menurut Robbins dalam Sjabadhyni dkk (2001:456) memandang komitmen organisasi merupakan salah satu sikap kerja, karena ia merefleksikan perasaan seseorang (suka atau tidak suka) terhadap organisasi tempat ia bekerja. Hal ini didefinisikan sebagai suatu orientasi individu terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi, dan keterlibatan.

Jadi komitmen organisasi merupakan orientasi hubungan aktif antara individu dan organisasi. Orientasi hubungan tersebut mengakibatkan individu atas kehendak sendiri bersedia memberikan sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu menggambarkan dukungannya bagi tercapainya tujuan organisasi.

Komitmen organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer dalam Sjabadhyni dkk, (2001:457). Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer dibedakan atas tiga komponen, yaitu:

1) Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan di dalam suatu organisasi.

2) Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.

3) Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi.

(31)

b. Komitmen organisasi menurut Porter et.al. dalam Miner (1992:128).

Komitmen organisasi dari Porter lebih dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen organisasi ini memiliki dua komponen, yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku.

1) Komponen sikap mencakup beberapa hal diantaranya:

a) Identifikasi dengan organisasi, yaitu penerimaan tujuan organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi. Identifikasi karyawan tampak melalui sikap dengan menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.

b) Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di organisasi tersebut. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.

c) Kehangatan, afeksi, dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan karyawan. Karyawan dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.

2) Komponen kehendak untuk bertingkah laku, diantaranya:

a) Kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal itu tampak melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang diharapkan agar organisasi dapat berkembang dan maju. Karyawan dengan komitmen tinggi, ikut memperhatikan nasib organisasi.

(32)

b) Keinginan tetap berada dalam organisasi. Pada karyawan yang memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang dipilihnya dalam waktu lama.

2.4.2 Sumber Daya Manusia

Pengertian sumber daya manusia dan penerapannya sering kali masih belum sejalan dengan keinginan organisasi. Sementara keselarasan dalam mengelola SDM menjadi faktor utama kesuksesan jalannya sebuah organisasi. Sumber daya manusi menurut beberapa pendapat para ahli sebagai berikut:

1. Sonny Sumarsono (2003, h 4), Sumber Daya Manusia atau human recources mengandung dua pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat.

2. Mary Parker Follett Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan

(33)

Definisi ini, yang dikemukakan oleh Mary Parker Follett, mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlakukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan- pekerjaan itu sendiri.

Manajemen memang dapat mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi definisi di atas memberikan kepada kita kenyataan bahwa kita terutama mengelola sumber daya manusia bukan material atau finansial.

Di lain pihak manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perencanaan dan penugasan kelompok kerja), penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi, dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integrasi, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan.

3. M.T.E. Hariandja (2002, h 2) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi.

4. Mathis dan Jackson (2006, h.3) SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

(34)

Demikian pula menurut The Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) dalam Mullins (2005). Sumber daya manusia dinyatakan sebagai strategi perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang optimal termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi.

5. Hasibuan (2003, h 244) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu.

Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

SDM terdiri dari daya fikir dan daya fisik setiap manusia. Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya.

SDM atau manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Peralatan yang handal atau canggih tanpa peran aktif SDM, tidak berarti apa-apa. Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa sejak lahir (modal dasar) sedangkan kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan pelatihan). Kecerdasan tolok ukurnya Intelegence Quotient (IQ) dan Emotion Quality (EQ).

2.4.3 Pengelolaan Dana Desa

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka

(35)

didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa berasal dari pendapatan asli desa, APBD, dan APBN. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari APBDesa, bantuan pemerintah dan bantuam pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemeritah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintah pusat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBN.

Sumber pendapatan desa berasal dari:

a. Pendapatan asli desa yang berasal dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan pasrtisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

b. Bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi kabupaten/kota yang sebagian diperuntukkan bagi desa.

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang dibagi kesetiap desa secara proposional yang merupakan alokasi dana desa.

d. Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten,kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan.

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

(36)

Sistem pengelolaan keuangan desa mengikuti sistem anggaran nasional dan daerah yaitu mulai dari 1 januari sampai dengan 31 desember. Kepala desa sebagai kepala pemerintah desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan. Oleh karena itu, kepala desa mempunyai kewenangan desa yang dipisahkan. Oleh karena itu, kepala desa mempunyai kewenangan:

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa c. Menetapkan bendahara desa

d. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa dan e. Menetapkan petugas yang melakuan pengelolaan barang milik desa.

Kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dibantu oleh pelaksana desa teknis pengelolaan keuangan desa (PTPKD), yaitu sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.Sekretaris desa bertindak selaku koordinator pelaksaan pengelolaan keungan desa dan bertanggung jawab kepada kepala desa.Pemegang kas desa adalah bendahara desa. Kepala desa mentapkan bendahara desa dengan keputusan kepala desa.

Sekretaris desa mempunyai tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan barang desa

c. Menyusun Raperdes APBDesa, perubahan APBDesa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa

(37)

d. Menyusun rancangan keputusan kepala desa tentang pelaksanaan peraturan desa tentang APBDesa dan perubahan APBDesa.

Dalam ketentuan umum, Peraturan Menteri Dalam Negeri NO 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa, dinyatakan bahwa Perencanaan pembangunan jangka menengah desa (RPJMDesa) disusun dalam periode 5 (lima) tahun, yang memuat arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum, dan program dan satuan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan rencana kerja. RPJM Desa ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah kepala Desa dilantik. Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil musyawarah rencana pembangunan desa. Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya.

RPJM-Desa ditetapkan dengan peraturan desa, sedangkan RKPDesa ditetapkan dengan peraturan kepala desa. Pelaksana otonomi desa menyebabkan perlunya reformasi dalam manajemen keuangan desa. Salah satu reformasi yang penting adalah dalam bidang penganggaran (budgeting reform). Reformasi anggaran meliputi proses penyusunan, penetapan dan pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Aspek utama reformasi anggaran adalah perubahan anggaran dengan pendekatan tradisional (tradisional budget) ke anggaran dengan pendekatan kinerja (performance budget). Anggaran tradisional didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line item dan incrementalism, yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun

(38)

sebelumnya, konsekuensinya tidak ada perubahan yang mendasar atas anggaran baru. Hal ini sering bertentangan dengan kebutuhan riil dan kepentingan masyarakat. Dengan basis seperti ini, APBDesa masih terlalu berat menahan, arahan, batasan, serta orientasi subordinasi kepentingan pemerintah atasan.

Sedangkan anggaran kinerja pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran desa yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja.

Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti harus berorientasi pada kepentingan publik (Mardiasmo, 2002).

Proses penyusunan dan pelaksanaan APBDesa harus difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang menjadi perioritas desa yang bersangkutan dan dengan memperhatikan asas umum APBDesa.

Dalam bagian ketiga pasal 35 dan 36 Permendagri NO. 113 Tahun 2014, dinyatakan bahwa:

1) Penatausahaan dilakukan oleh bendahara Desa

2) Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

3) Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

4) Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

5) Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran menggunakan: Buku kas umum;

buku kas pembantu pajak; buku Bank.

(39)

2.5 Pembangunan Desa

Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.Sesuai dengan Pasal 1 ayat 8 Undang – undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, menyebutkan bahwa pembangunan desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat desa tentunya dilakukan dengan berbagai pembangunan diberbagai bidang yang menyangkut dengan kesejahteraan masyarakat desa seperti:

pemenuhan kebutuhan dasar; pembangunan sarana dan prasarana desa;

pengembangan potensi ekonomi local; serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Menurut Loekman Soetrisno (1992: 9-10), Pembangunan desa merupakan suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk pedesaan menguasai lingkungan sosial yang disertai meningatnya tingkat hidup mereka sebagai akibat dari penguasaan tersebut. Defenisi pembangunan desa tersebut mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, adanya penekanan pada kemampuan menyeluruh dari penduduk pedesaan dalam mempengaruhi lingkungan mereka, dan hal ini hanya dapat dicapai kalau pembangunan desa merupakan proses pengembangan kemandirian mereka. Kedua, peningkatan pendapatan sebagai akibat peningkatan kemampuan menguasai lingkungan tidak

(40)

terbatas pada kelompok kuat di pedesaanmelainkan harus merata di antara penduduk. Kedua faktor tersebut mengarah pada upaya menghindarkan penduduk pedesaan dari hambatan-hambatan dari luar yang mengurangi potensi mereka serta membatasi keikutsertaan mereka dalam proses pengambilan keputusan setempat. Berdasarkan pasal 78 ayat 3 undang - undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa diaturkan bahwa pembangunan desa dilaksanakan dengan tiga tahapan, yaitu: Perencanaan; pelaksanaan; dan pengawasan.

a. Perencanaan

George R. Terry (1975) mengatakan bahwa perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Sementara Henry Fayol seorang teoris manajemen atau administrasi asal prancis mendefenisikan perencanaan sebagai pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek, program, prosedur, metode, sistem anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

Berkaitan dengan pengertian perencanaan yang diungkapkan oleh para ahli tersebut, perencanaan pembangunan desa berarti pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta yang ada tentang desa dan menggunakan asumsi- asumsi yang berkaitan dengan masa mendatang untuk menetapkan strategi kebijaksanaan proyek, program, prosedur, metode, system anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa.

(41)

Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/

Kota. Dalam implikasinya, berdasarkan pasal 79 ayat 2 undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka meliputi: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu enam (6) tahun; dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari rencana pembangunan jangka menengah desa untuk jangka waktu satu (1) tahun.

Penyusunan perencanaan pembangunan desa diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat. Pemerintah desa bersama dengan masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan akan duduk bersama dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa untuk secara bersama-sama menampung aspirasi masyarakat yang selanjutnya menjadi bahan pertimbangan pemerintah desa dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa agar pembangunan desa benar-benar tepat sasaran atau dengan kata lain efektif dan efisien.

Pasal 80 ayat tiga (3) dan empat (4) undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa mengatur bahwa dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa ditetapkan prioritas, program, kegiatan dan kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh APBDes dan APBD kabupaten/kota. Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan pembangunan desa dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat desa yang meliputi:

1. Peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;

(42)

2. Pembangunan dan pemliharaan infrastruktur dan lingkungan berdsarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang tersedia;

3. Pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;

4. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomi; dan

5. Peningkatan kualitas ketertiban dan ketentraman masyarakat desa berdasarkan kebutuhan masyarakat desa.

b. Implementasi

Implementasi pembangunan desa dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pembangunan yang disusun oleh pemerintah desa bersama dengan masyarakat tepatnya sesuai dengan rencana kerja pemerintah. Pelaksanaan pembangunan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan tetap melibatkan masyarakat desa dengan semangat gotong royong. Loekman Soetrisno (1992:

10) mengatakan “upaya pembangunan desa memang diharapkan akan meningkatkan kualitas hidup warga desa secara individual dan keluarga. Dalam rangka ini, pendekatan yang efektif adalah melalui kelompok bukan secara individual. Hal ini untuk menghindarkan individu-individu yang mempunyai potensi besar akan maju sendiri dan secara “selfish” meninggalkan masyarakat anggota lain. Disamping itu pelayanan terhadap kelompok akan lebih efisien dalam menggunakan sumber daya dan dana yang ada”.

c. Pengawasan

Pengawasan terhadap setiap pelaksanaan dari program - program pembangunan desa dilakukan langusung oleh masyarakat. Masyarakat berhak

(43)

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan desa sebagaimana yang disampaikan dalam pasal 82 ayat 2 undang – undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa sebab masyarakat merupakan pihak yang berdaulat dalam suatu negara sebagaimana inti dari demokrasi. Dalam melaksanakan pengawasan, masyarakat desa perlu mendapatkan informasi pelaksanaan rencana kerja pemerintah. Informasi tersebut bisa didapatkan masyarakat melalui layanan informasi desa dan laporan dalam musyawarah desa yang dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun sekali. Budiman Djoma (tanpa tahun: 7) mengatakan “bentuk pengawasan masyarakat terhadap pemerintah dapat dalam bentuk melembaga dan tidak melembaga. Pengawasan melembaga yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara – cara terlembaga, seperti temu wicara, petisi, pernyataan sikap, rekomendasi, resolusi dan demonstrasi damai. Sedangkan pengawasan tidak melembaga yaitu pengawasan yang dilakukan dengan carayang tidak terlembaga dengan cara demonstrasi liar, pamphlet – pamphlet yang tidak sopan, caci maki, pemogokan umum, pemboikotan, pembangkangan, sabotase dan perusakan”.

(44)

2.6 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti dan Tahun

Penelitian

Judul Variabel Hasil

Muhammad Wahib Abdi dan Hendry Cahyono

2015

Analisis kesiapan

pemerintah Desa Blawi dalam rangka implementasi undang-undang Republik

Indonesia nomor 6 tahun 2014

Variabel Independen:

Kesiapan Desa Blawi Variabel Independen:

Pemahaman

Pemerintah Desa dan respon Pemerintah Desa terhadap undang-undang nomor 6 tahun 2014

Desa Blawi siap mengimplementasikan UU RI nomor 6 tahun 2014 tentang Desa

Ririz Setiawati Kusuma

2013

Analisis kesiapan Pemerintah daerah dalam melaksanakan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual (Kasus pada Kabupaten JEMBER)

Variabel Independen:

Kesiapan Pemerintah Daerah

Variabel Dependen:

Komitmen, Sumber Daya Manusia, Infrastruktur, Sistem Informasi

Pemda kabupaten jember dilihat dari parameter integritas adalah kategori siap dan untuk kesiapan SDM, kesiapan sistem informasi dan sarana prasarana adalah kategori cukup siap

Pesta Badia Raja Siahaan

2016

Analisis kesiapan

pemerintah desa dalam

implementasi PP Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Anggaran Dana Desa (Studi Kasus:

Kabupaten Simalungun)

Variabel Independen:

Kesiapan Pemeritah Desa Simalungun Variabel Dependen:

Komitmen, Sumber Daya Manusia, Pengelolaan Laporan Keuangan,

Penyusunan APB Desa

Dilihat dari parameter komitmen, SDM, pengelolaan laporan keuangan dan perencanaan

pembangunan dapat disimpulkan bahwa pemerintah Desa di kabupaten

Simalungun dilihat dari parameter komitmen,

pengelolaan keuangan Desa dan perencanaan pembangunan adalah sangat siap dan dari parameter SDM

(45)

2.7 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2008: 38) kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor - faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.

Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis peneliti membentuk kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah perencanaan pembangunan desa, prioritas pembangunan desa, kendala pemerintah desa yang menjadi indikator terhadap variabel dependen yaitu tingkat kesiapan perangkat desa. Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen (X)

Variabel Dependen (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kesiapan Pemerintah Desa (Y)

Komitmen (X1)

Kesiapan SDM Pemerintah Desa (X2)

Kesiapan Pengelolaan Laporan

Keuangan (X3)

Kesiapan Penyusunan APB Desa

(X4)

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian desktriptif kualitatif bertujuan untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Dengan demikian diharapkan fenomena tentang kesiapan pemerintah desa serta kendala - kendala yang dihadapi di daerah dapat dideskripsikan secara gamblang untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk menarik suatu kesimpulan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desa – desa yang tersebar di Kabupaten Asahan sumatera Utara. Adapun pemilihan desa- desa di Kabupaten Asahan tersebut adalah karena Kabupaten Asahan merupakan salah satu Kabupaten terluas di Sumatera Utara dengan jumlah desa sebanyak 237 desa.

Dengan jumlah desa besar tersebut, tentu Kabupaten Asahan mendapatkan jumlah dana desa yang cukup besar dibandingkan dengan kabupaten – kabupaten disekelilingnya. Hal tersebut menjadi hal yang menarik untuk menjadi bahan penelitian ini. Dengan metode yang digunakan, maka peneliti akan menggunakan data-data yang diambil langsung dari informan dengan menggunakan metode wawancara dengan pemerintah desa. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini

(47)

adalah bulan Januari 2016 dimulai dengan pengajuan judul dan pengesahan judul hingga penyelesaian dan pengesahan skripsi.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional adalah penentuan batasan yang lebih menjelaskan ciri- ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Alasan peneliti menetapkan batasan operasional adalah untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau salah tafsir terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian. Tujuan dari batasan operasional adalah agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefenisikankonsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Daerah yang menjadi objek penelitian adalah Kabupaten Asahan

b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesiapan pemerintah desa dalam melaksanakan PP Nomor 22 Tahun 2015

c. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komitmen (X1), kesiapan SDM (X2), kesiapan laporan keuangan (X3) dan kesiapan penyusunan APB Desa (X4)

3.4 Defenisi Operasional

Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen.

(48)

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen sering juga disebut dengan variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering juga disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Prof. Dr. Sugiyono: 2007: 40).

Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah kesiapan pemerintah desa.

3.4.2Variabel Independen

Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnnya variabel dependen (terikat) (Prof. Dr. Sugiyono: 2007: 39). Dalam penelitian ini, variebel independennya adalah Komitmen (X1), Kesiapan sumber daya manusia (X2), Kesiapan pengelolaan laporan keuangan (X3) dan kesiapan penyusunan APB Desa (X4).

a. Komitmen

Komitmen adalah dukungan yang kuat dari pimpinan dan bawahan satuan kerja termasuk pemerintah desa penerima dana dekonsentrasi/ tugas pembantuan.

b. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah semua manusia yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan desa. Pelaksanaan pembangunan desa dengan

(49)

bantuan anggaran dana desa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu tugas bagi pemerintah desa untuk menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan terkait dengan perhitungan jumlah dana per desa hingga pada pelaporan keuangan desa. Pelaksanaan pembangunan desa tersebut memerlukan SDM yang benar-benar mampu dalam menjalanan roda pemerintahan desa serta menguasai setiap tata pemerintahan desa. Perlu adanya upaya untuk menghindari terjadinya praktik KKN dalam pelaksanaan pemerintahan desa dengan menempatkan SDM yang baik agar pelaksanaan program pemerintah pusat dan desa tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

c. Pengelolaan Laporan Keuangan

Menurut Permendagri nomor 113 tahun 2014 pengelolaan keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan Desa. Penatausahaan keuangan Desa dilakukan oleh bendahara Desa dengan wajib mencatat semua penerimaan dan pengeluaran dan melakukan tutup buku setiap akhir tahun. Selain itu bendahara Desa juga wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban yang disampaikan kepada Kepala Desa setiap bulannya atau paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

(50)

d. Perencanaan Pembangunan Desa

Perencanaan pembangunan desa adalah rencana pembangunan desa baik dalam jangka waktu enam tahun maupun jangka waktu satu tahun.

Rencana pembangunan desa dalam jangka enam tahun disebut sebagai rencana pembangunan jangka menengah desa dan untuk jangka waktu satu tahun disebut sebagai rencana pembangunan tahunan desa atau yang disebut juga rencana kerja pemerintah desa.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karaterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karaktertistik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu” (Sugiyono 2007: 90). Populasi dalam penelitian ini adalah desa yang berada di wilayah Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara.

Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Adapun desa-desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Sampel Penelitian  Sumber: Hasil Olahan Penulis (2016)  Rumus dalam pengambilan responden dalam penelitian ini adalah
Tabel 4.1 Deskripsi proses pengumpulan data kuisioner  Kuisioner yang disebar
Tabel 4.5 Kesiapan Pemerintah Desa diukur dengan Komitmen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dab staUstlc yang dlpemleh meruUuHon balila tahun 1995 terdap?t 30 ,uta popuhsi penEgma Inultcdan berlcenrbary mcrJad loojutr penglgma pada tatnrn lggs. Dlpeddrakan

Selain menjelaskan bagaimana proses kognitif yang mendasari perluasan makna idiom, akan lebih baik lagi jika peneliti selanjutnya dapat melengkapinya

Pada hari Selasa tanggal Sembilan Belas Juni Tahun Dua Ribu Dua Belas, pukul 11.00 Waktu Indonesia Tengah di Balai POM Manokwari, Panitia Pengadaan Alat Laboratorium Balai POM

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Pembangunan Derainase Desa Tanjung Tawang Kec. 02 Kelurahan

Wae Rii maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan Pembuktian Kualifikasi terhadap Dokumen Penawaran saudara yang akan dilaksanakan pada :. Adapun kelengkapan

In my capacity as the UK Director of Operations for One World Tours Limited, one of my jobs is to ensure every client has the best tour possible, so here are my top suggestions

Bagi mahasiswa yang masih memperoleh nilai K pada SIAM (absen <80%) harap ke Recording dengan menunjukkan bukti dapat mengikuti UAS dari Dosen

Belar{a Jaea konsultasi Pengawasan Konstruksi Pasar Desa Batubi Jaya. (Kecamatan