• Tidak ada hasil yang ditemukan

NATIONAL HALAL FUND

6. ALTERNATIF LANGKAH IMPLEMENTASI

NATIONAL HALAL FUND

34 30

6.1.3 Usulan rekomendasi:

Perlu landasan hukum khusus dengan PP/Perpres yang mengatur :

a. pembentukan Dewan Pengarah/board yang bersifat adhoc dengan

memandatkan pembentukannya oleh Menkeu dan berfungsi untuk forum koordinasi kebijakan BLU National Halal Fund,

b. Mekanisme pengelolaan Dana Abadi dan penyaluran National Halal Fund;

c. Mekanisme hubungan antar stakeholder

6.1.4 Landasan Hukum Kelembagaan dalam bentuk BLU

Kajian perundangan sesuai PP23/2005 sebagaimana diubah dengan PP 74/2012 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan fungsi pelayanan publik (pasal 3);

b. Dapat melakukan pengelolaan dana sebagaimana tujuan NHF mengelola saving funds (pasal 4);

c. Dalam hal BLU melakukan kerjasama dengan pihak lain, maka pendapatannya merupakan pendapatan BLU (pasal 14);

d. Dapat melakukan investasi jangka panjang setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan (pasal 19);

e. Investasi jangka panjang yang dimaksud antara lain adalah penyertaan modal, pemilikan sukuk atau investasi langsung (penjelasan pasal 19).

Pelaksanaan layanan dilaksanakan dengan memperhatikan:

a. Disesuaikan dengan prioritas pembangunan nasional;

b. Mengupayakan return on investment yang optimal, serta value for money yang terbaik;

c. Memberikan keberpihakan bagi kelompok tertentu dalam rangka menutup kesenjangan dengan pogram afirmasi

Berdasarkan regulasi tersebut, maka peluang layanan NHF adalah sebagai berikut:

§ Melakukan pengelolaan Trust Fund yang dapat digunakan untuk dana UMKMK/riset;

§ Melakukan kerjasama pendanaan untuk UMKMK/riset, termasuk collaborative funding;

§ Melakukan kerjasama pengelolaan dana.

Gambar 20 Struktur NHF Sebagai BLU

6.2 Tata Kelola

Dalam tata kelola kelembagaan BLU, Menteri Keuangan/ Menteri Koperasi dan UKM menjadi pimpinan K/L yang membawahi Direksi National Halal Fund sebagai BLU pengelola dana. Selain Menteri Keuangan/Koperasi & UKM, dalam struktur kelembagaan National Halal Fund juga memiliki Dewan Pengarah sebagai oversight board yang memiliki peran sebagai pemberi saran dan masukan kepada Menteri Keuangan atau Menteri Koperasi&UKM terkait kebijakan pengelolaan

36

dana National Halal Fund. Keangggotaan Dewan Pengarah sendiri terdiri dari beberapa Menteri terkait, para tokoh/pakar yang relevan dengan program pengelolaan National Halal Fund.

Direksi National Halal Fund merupakan pimpinan/pejabat pengelola BLU yang menjalankan tugas sebagai pelaksana pengelolaan. Dalam pelaksanaannya, Direksi BLU National Halal Fund dibantu oleh Dewan Pengawas yang berperan untuk melakukan pengawasan terkait implementasi kebijakan pengelolaan BLU sesuai Rencana Bisnis dan Anggaran. Di bawah Direksi BLU, terdapat Manajemen/Pejabat pengelola National Halal Fund selaku pelaksana harian yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh satuan pemeriksaan internal yang melakukan audit internal terhadap pengelolaan National Halal Fund.

Gambar 21: Tata Kelola

6.3 MODEL BISNIS NATIONAL HALAL FUND

Model bisnis National Halal Fund terdiri dari 3 pilar utama yang merangkum proses bisnis mulai dari sumber dana, pengelolaan dana, dan pengelolaan program.

a. Sumber Dana

Sebagaimana dijelaskan di halaman atas, sumber dana National Halal Fund bisa diperoleh dari beberapa sumber pendanaan yang sesuai dengan skema yang akan digunakan untuk National Halal Fund. Beberapa sumber dana tersebut berasal dari dana APBN yang bisa berbentuk endowment fund ataupun dalam bentuk program subsidi. Selain itu, sumber dana juga bisa diperoleh dari kerjasama dengan pihak ketiga, contohnya, dana pinjaman dari Islamic Development Bank, crowdfunding, joint venture, zakat, wakaf, dll.

b. Pengelolaan Dana

Sumber dana yang sudah terkumpul dikelola dalam beberapa skema yang berupa investasi, kerjasama pengelolaan dana, ataupun bisa menggunakan pengelolaan trust fund.

c. Penyaluran Dana

Seluruh dana hasil kelolaan kemudian disalurkan untuk pendanaan UMKM industri halal dan pendanaan riset industri halal yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor Indonesia.

Penerima manfaat dana hasil kelola National Halal Fund beragam mulai dari pelaku bisnis usaha halal ataupun mitra kerjasama BLU yang sesuai dengan tujuan program National Halal Fund.

38

Gambar 22: Business Model National Halal Fund

6.4 ALTERNATIF MODEL PENGEMBANGAN NATIONAL HALAL FUND:

CHANNELING PERBANKAN SYARIAH

Model pengembangan National Halal Fund bisa berbentuk kerjasama dengan Perbankan Syariah. Sama halnya dengan alternatif model lainnya, sumber dana yang diperoleh dalam model ini juga berasal dari subsidi APBN, crowdfunding, Ziswaf, Hibah, dana pinjaman IsDB, Sukuk dan instrument-instrumen lainnya.

National Halal Fund memberikan dana kepada Bank Syariah secara spesifik kepada target penyaluran dengan memberikan subsidi margin atau melalui kerjasama dengan pihak lain sebagai advisor bisnis untuk membantu debitur target industri halal. Dana yang diterima oleh Bank Syariah kemudian disalurkan sebagai dana pembiayaan kepada debitur setelah melalui proses risk assessment untuk kelayakan pembiayaan.

Debitur Bank Syariah merupakan pelaku usaha industri halal yang berorientasi ekspor maupun domestic dengan asumsi presentasi pembagian 10% untuk pelaku usaha mikro, 15% pelaku usaha kecil, dan 75% untuk pelaku usaha menengah dan besar. Asumsi koposisi portfolio pembiayaan lebih besar kepada pelaku usaha menengah besar dikarenakan potensi usaha menengah besar berpotensi

memberikan dampak peningkatan pertumbuhan ekspor industri halal 12-20% per tahun (asumsi margin UMKM sebesar 40%). Debitur pelaku usaha industri halal membayar pengembalian pokok dan margin (setelah diperhitungkan subsidi margin) sesuai akad pembiayaan, dan menyampaikan laporan perkembangan bisnisnya. Laporan tersebut kemudian disampaikan oleh Bank Syariah sebagai laporan penyaluran dana dan laporan perkembangan indicator utama debitur yang menjadi target utama National Halal Fund.

Akan tetapi pada praktiknya, Perbankan Syariah cenderung ingin menjalankan bisnis penyaluran pembiayaan sendiri mengingat margin yang diperoleh oleh Bank Syariah akan lebih besar daripada menjalankan program pembiayaan Pemerintah.

Gambar 23 Model Channeling Perbankan Syariah

40

7.1 KAJIAN LANDASAN HUKUM PEMBENTUKAN NATIONAL HALAL FUND

Pembentukan National Halal Fund memerlukan landasan hukum sebagai acuan dasar dalam pendirian dan penguat pelaksanaan program pengelolaan dan penyaluran dana National Halal Fund. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan meliputi:

7.1.1 Undang-Undang

Kelebihan: landasan pembentukan National Halal Fund berdasarkan Undang-undang lebih kuat dibandingkan menggunakan PP, Perpres, atau PMK.

Kekurangan:

a. Proses pembentukan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama

b. Perlunya kesepakatan Pemerintah dengan DPR tentang program pembentukan National Halal Fund

c. Penggunaan Undang-undang berpotensi mengacu adanya tarik menarik kepentingan antara K/L yang akan mengganggu niat dan tujuan awal dari pembentukan National Halal Fund

Penggunaan Undang-undang dalam pembentukan National Halal Fund memerlukan kajian Naskah Akademik yang matang dengan mengupas tuntas alasan kuat dan tujuan dalam pembentukan National Halal Fund.

Setelah dilakukan kajian yang komprehensif, maka perlu ditentukan pokok pengaturan pengelolaan National Halal Fund.

7.1.2 PP atau Perpres

Kelebihan: landasan hukum PP atau Perpres lebih kuat dibandingkan PMK Kekurangan:

a. Proses pembentukan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama

Dokumen terkait