Tentang Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS)
KNKS merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2016 tentang Komite Nasional Keuangan Syariah dan mulai aktif beroperasi pada tanggal 03 Januari 2019. Lembaga ini bertugas mempercepat, memperluas, dan memajukan pengembangan ekonomi syariah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi nasional. Dalam menjalankan tugasnya, KNKS berperan aktif memberikan rekomendasi arah kebijakan, mengoordinasikan para pemangku kepentingan, serta melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan.
Sesuai dengan masterplan ekonomi syariah Indonesia, KNKS berupaya membangun ekosistem ekonomi syariah yang meliputi industri halal, keuangan syariah baik komersial maupun sosial, serta infrastruktur pendukung lainnya seperti pembangunan sumber daya manusia, sistem informasi, dan digitalisasi ekonomi. Dalam melakukan implementasi program strategis, KNKS mengutamakan kerja sama dan sinergi dengan kementerian/ lembaga, regulator, akademisi, peneliti, praktisi, organisasi masyarakat serta pemangku kepentingan terkait lainnya.
Informasi lebih lanjut terkait KNKS dapat diperoleh melalui www.knks.go.id.
2
Executive Summary
Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) sebagai lembaga yang dibuat oleh pemerintah untuk membangun ekosistem eknomi syariah. KNKS merupakan Lembaga yang bertugas dalam mempercepat, memperluas, dan memajukan pengembangan ekonomi syariah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi nasional. Dalam menjalankan tugasnya, KNKS berperan aktif memberikan rekomendasi arah kebijakan, mengoordinasikan para pemangku kepentingan, serta melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan.
Sejalan dengan perkembangan industri keuangan Syariah, perkembangan industri halal dan konsumsi produk halal di Indonesia semakin meningkat. Oleh karena itu, Untuk mendukung pendanaan yang memadai dan sustainable dalam keberlangsungan pertumbuhan tersebut dari sisi produksi dan industri halal, KNKS berencana untuk menginisiasi pembentukan National Halal Fund (NHF) di Indonesia yang juga selaras dengan program utama Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) untuk memperkuat industri halal dan keuangan syariah dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai pusat ekonomi dan syariah global pada tahun 2024. National Halal Fund adalah skema pendanaan untuk mendukung pengembangan industri halal di Indonesia. Pendanaan NHF dapat berasal dari dua sumber utama, yaitu Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan mekanisme private sourcing, termasuk crowdfunding.
Untuk dapat merealisikasikan program NHF agar dapat mengembangkan industri halal dan Syariah maka direkomendasikan agar bentuk dari National Halal Fund berupa koordinasi dengan Lembaga terkait yang mempunyai kompetensi pengelolaan dan penyaluran dana melalui skema pembiayaan Syariah dengan menyesuaikan kepada landasan hukum dibawah Kementrian RI sehingga dapat memperoleh dukungan yang besar dari Pemerintah RI.
Tim Penyusun Kajian Analisa Kelayakan National Halal Fund
Ronald Rulindo, Ph.D Direktur Inovasi Produk, Pendalaman Pasar, dan Pengembangan Infrastuktur Sistem Keuangan Syariah
Luqyan Tamanni, Ph.D Kepala Divisi Pengembangan Infrastuktur Sistem Keuangan Syariah
Lutvia Monda, Lc, M.Sc Analis Pratama Pengembangan Infrastuktur Sistem Keuangan Syariah
Tim Konsultan
Moh. Fendi Susiyanto Konsultan Individu National Halal Fund
4
1.1 Latar Belakang
Sejak dirintis pada tahun 1992, perkembangan industri keuangan syariah semakin melaju selama hampir tiga dasawarsa. Perkembangan ini ditandai dengan banyaknya industri halal serta konsumsi produk halal di Indonesia, dimana mayoritas populasi penduduknya beragama Islam. Untuk itu, diperlukan dukungan pendanaan yang memadai dan sustainable demi mendukung keberlangsungan pertumbuhan industri halal tersebut.
Menindaklanjuti hal di atas, Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) berencana untuk menginisiasi pembentukan National Halal Fund di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan program utama Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) untuk memperkuat industri halal dan keuangan syariah dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai pusat ekonomi dan syariah global pada tahun 2024.
Secara spesifik, National Halal Fund adalah skema pendanaan untuk mendukung pengembangan industri halal di Indonesia. National Halal Fund dapat dikembangkan dalam beberapa format, baik berupa skema yang melekat pada lembaga keuangan (bank, private equity, modal ventura, dst.) atau berdiri sendiri seperti dana abadi. Skema Dana ini juga dapat menggunakan mekanisme subsidi tingkat pembiayaan seperti praktik dalam KUR. Subsidi ini diberikan kepada nasabah bank syariah yang terlibat dalam pengembangan industri halal dan memenuhi syarat ketentuan pemberian pembiayaan.
Pendanaan NHF dapat berasal dari dua sumber utama, yaitu Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan mekanisme private sourcing, termasuk
1. PENDAHULUAN
6
crowdfunding. Tujuan crowdfunding adalah untuk menarik wakaf, infaq sedekah, dan dana lainnya yang diperoleh dengan cara halal. Dana dari sumber tersebut akan digunakan untuk peningkatan kapasitas klien yang memenuhi syarat dan dapat dilakukan oleh bank syariah atau lembaga lainnya.
Oleh karena itu, analisis studi kelayakan kajian National Halal Fund ini merupakan salah satu tahap dalam proses pembentukan National Halal Fund.
1.2 Tujuan
National Halal Fund (NHF) adalah kumpulan dana yang ditujukan untuk mendukung pengembangan industri halal Indonesia sesuai dengan salah satu strategi utama Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia yaitu Penguatan Keuangan Syariah dengan Program Utama National Halal Fund (NHF). Penyaluran dana/pembiayaannya dari National Halal Fund ini ditujukan untuk beberapa tujuan Utama sebagai berikut:
a. Mendorong tumbuhnya halal value chain untuk sektor-sector prioritas (seperti makanan dan minuman, industri kreatif) yang diberikan secara selektif namun progresif.
b. Mendorong tumbuhnya halal hub/center yang berpotensi untuk memperkuat kemampuan ekspor produk halal dan substitusi impor.
c. Mendorong implementasi program sertifikasi halal, khususnya bagi UMKM
d. Pembiayaan untuk meningkatkan produktivitas usaha UMKM di industri halal, khususnya di sektor makanan dan minuman halal.
e. Pembiayaan dan akses untuk meningkatkan eksposur internasional
f. Mendorong kegiatan riset terapan yang dapat mendorong peningkatan kualitas dan variasi produk yang kompetitif di pasar domestik dan global.
Penekanan Analisa Kelayakan ini terutama pada aspek legal bentuk badan/organisasi dari National Halal Fund, skema-skema pembiayaan yang akan dilakukan National Halal Fund, kanal penyaluran dana National Halal Fund, Potensi industri halal domestik maupun gobal, penawaran dan permintaan pendanaan industri
halal, sumber pendanaan, dan investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan National Halal Fund serta target segmen yang menjadi tujuannya dalam periode 2020- 2024.
1.3 Landasan Pembentukan National Halal Fund
Dasar pelaksanaan kegiatan Kajian Studi Kelayakan National Halal Fund adalah:
a. Rekomendasi Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) untuk meningkatkan peringkat keuangan syariah Indonesia dalam Islamic Economic Index secara Global dan Nasional, khususnya untuk mendukung pengembangan industri halal di Indonesia.
b. Program kerja Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) sebagai pelaksanaan mandat untuk mengawal implementasi MEKSI.
c. Tersedianya dana pembiayaan Syariah untuk mendukung pengembangan industri halal di Indonesia.
Berdasarkan Visi dari Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019- 2024, yaitu “mewujudkan Indonesia yang mandiri, makmur dan madani dengan menjadi pusat ekonomi syariah terkemuka dunia”. Dengan Empat target capaian utama adalah:
a. peningkatan skala usaha ekonomi dan keuangan syariah;
b. peningkatan peringkat Global Islamic Economy Index;
c. peningkatan kemandirian ekonomi; dan
d. peningkatan indeks kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Dan, Empat strategi Utama yaitu :
a. penguatan rantai nilai halal yang terdiri atas industri makanan dan minuman, pariwisata, fesyen Muslim, media, rekreasi, industri farmasi dan kosmetika, dan industri energi terbarukan;
b. penguatan keuangan syariah (Pembentukan National Halal Fund)
8
c. penguatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM); dan penguatan ekonomi digital.
Gambar 1 Masterplan Ekonomi Syariah 2019-2024
Sumber: MEKSI 2020-2024, Bappenas RI
1.4 Kerangka Acuan (Framework) Analisa Kelayakan National Halal Fund
Kerangka Acuan (Framework) dalam melakukan analisa kelayakan National Halal Fund (NHF) ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2 Kerangka Analisa Kelayakan NHF
Fokus pertama adalah pada prinsip-prinsip pengembangan dan pembentukan National Halal Fund yang menjadi aspirasi dari para pemangku kepentingan, dan memahami dengan baik tujuan dari pembentukan NHF, tujuan Keuangan dan target- target yang diharapkan dari para pemangku kepentingan NHF.
Kedua adalah melakukan Analisa potensi industri halal global maupun domestik serta mengukur besarnya potensi segmen-segmen sector industri halal, para pelaku bisnis dan standar ukuran pencapaian kesuksesan dari pendanaan yang akan disalurkan olh NHF.
Ketiga adalah literature study/benchmark tentang pengembangan national halal fund di negara lain, bentuk organisasi, beberapa alternatif skema pembentukan NH, skema pendanaan NHF, skema penyaluran NHF, dan proses bisnis NHF disesuaikan dengan prinsip-prinsip para pemangku kepentingan NHF dan aspek- aspek legal dan kepatuhan serta aspek bisnis operasional.
Membuat proyeksi Keuangan dan financial scenario analysis dari National Halal Fund sesuai dengan bentuk organisasi dan skema yang direkomendasikan.
Gambar 3 Alur Fikir Analisa Kelayakan NHF
10
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok telah berdampak pada ekonomi dunia 2019 yang terus melambat. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan turun dari 3,6% pada 2018 menjadi hanya 3,0% pada 2019. Di AS, perang dagang telah menurunkan pertumbuhan ekonominya dari 2,9% pada tahun 2018 menjadi sekitar 2,3% pada tahun 2019 akibat tertekannya ekspor yang kemudian berdampak pada permintaan domestik, terutama investasi non-residensial dan konsumsi rumah tangga.
Di Tiongkok, tertekannya ekspor dan investasi juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan menurun dari 6,6% pada tahun 2018 menjadi sekitar 6,2% pada 2019. Pertumbuhan ekonomi di Eropa, Jepang, India, dan banyak negara juga mengalami tekanan.
Pelonggaran kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga dan ekspansi neraca bank sentral di berbagai negara belum mampu mencegah perlambatan ekonomi dunia. Di pasar keuangan global, perkembangan terkini mengindikasikan ketidakpastian pasar keuangan global sedikit mereda sehingga aliran masuk modal asing ke negara berkembang terus berlanjut. Ke depan, pertumbuhan ekonomi dunia berpotensi sedikit membaik, meskipun risiko ketegangan hubungan dagang AS- Tiongkok dan kondisi geopolitik perlu terus dicermati karena dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik dan arus masuk modal asing.
Perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada perlambatan volume perdagangan dunia. Kontraksi volume perdagangan juga sejalan dengan perlambatan permintaan. Di tengah ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok, terdapat indikasi
2. ANALISA
MAKROEKONOMI
pergeseran rantai pasokan melalui jalur perdagangan ASEAN. Kendati demikian, pergeseran tersebut belum dapat mengimbangi penurunan perdagangan bilateral AS- Tiongkok. Pangsa ekspor ASEAN ke AS hanya 4% dari ekspor Tiongkok ke AS.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan mencapai 5,2-5,3 persen. Ditengah kecenderungan melemahnya pertumbuhan perekonomian global, kondisi ekonomi Indonesia tetap terjaga pada level 5% hingga akhir tahun 2019 ini. Selain faktor permintaan domestik yang menguat, harga komoditas global yang tinggi juga diperkirakan mampu mendorong investasi dan menghasilkan pertumbuhan modal tercepat dalam periode lebih dari lima tahun.
Fundamental ekonomi makro Indonesia yang kuat terus diharapkan mampu menahan pengaruh dari gejolak global. Manajemen ekonomi yang baik telah menjaga inflasi tetap terkendali dan tingkat utang hanya sekitar setengah dari ambang batas.
Sejumlah bidang mampu untuk memacu investasi agar lebih tinggi adalah permesinan, peralatan, serta kendaraan bermotor.
Proyeksi IMF, ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2% di 2020 dan 5,3% di 2021, dipimpin oleh ekspor dan investasi yang lebih tinggi. Adapun inflasi akan mendekati 3% dan defisit transaksi berjalan diperkirakan akan tetap di bawah 2% dari PDB.
Sementara, Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan perekonomian Indonesia tumbuh 5,3 persen pada tahun ini dan 2020. Inflasi tahun ini diperkirakan akan stabil.
Sebelum sedikit naik ke 3 persen pada 2019. Hal ini akan mendukung kepercayaan konsumen dan membantu mempertahankan pengeluaran rumah tangga dan pendapatan riil pada tahun ini dan tahun depan.
Secara eksternal, risiko terhadap proyeksi perekonomian Indonesia antara lain mencakup laju perkembangan kebijakan moneter di negara maju dan ketegangan perdagangan internasional (perang dagang antara Amerika Serikat dengan China serta negara lainnya), dan gejolak politik antara Amerika Serikat dengan Iran. Dari sisi domestik, perekonomian Indonesia berpotensi menghadapi kekurangan pendapatan dan terlambatnya pengeluaran belanja pembangunan. Seiring dengan pertumbuhan
12
investasi yang diproyeksikan mulai beranjak naik, konsumsi rumah tangga diproyeksikan akan sedikit meningkat. Meski pertumbuhan konsumsi rumah tangga untuk saat ini masih tercatat mendatar di angka 5 persen, namun ada tanda-tanda awal pemulihan penjualan ritel.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2019, konsumsi rumah tangga dan investasi pada kuartal keempat 2019 berturut-turut tercatat sebesar 4,95 persen dan 7,95 persen. Investasi yang sarat dengan impor dapat mempengaruhi nilai ekspor netto nasional. Pertumbuhan ekonomi pun akan relatif terbebani karena peningkatan ekspor berpotensi melambat sejalan dengan menurunnya perdagangan global. Potensi tingginya investasi di bidang permesinan yang diiringi peningkatan impor lebih dari dua kali lipatnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Risiko terhadap perkiraan ekonomi cenderung menurun di tengah kondisi moneter yang terus mengetat serta timbulnya volatilitas keuangan yang berpusat di negara-negara berkembang yang lebih rentan.
2.2Neraca Perdagangan
Data neraca perdagangan bulan Juni seperti yang sudah diprediksi Bank Indonesia sebelumnya mengalami surplus cukup tinggi sebesar USD1,74 miliar. Hal tersebut didorong oleh pelemahan impor yang hanya tumbuh 12.6% (yoy) di bulan Juni dibandingkan bulan Mei sebesar 28.17% (yoy). Di saat yang bersamaan ekspor Indonesia tetap tumbuh stabil. Ekspor tumbuh sebesar 11.4% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 12.4% (yoy).
Anomali impor kemungkinan tidak akan terulang di tahun 2020. Kami melihat ada anomali data impor Indonesia di sepanjang semester pertama 2019 yang menyebabkan defisit yang cukup besar pada neraca perdagangan Indonesia. Jika kita lihat struktur impor Indonesia yang didominasi oleh impor bahan baku penolong (70.4%); barang konsumsi (13,2%); dan barang modal (16%), pertumbuhan barang konsumsi biasanya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan barang modal selama tiga tahun terakhir.
Namun semenjak triwulan keempat 2017 pertumbuhan barang modal dan bahan baku penolong cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan barang konsumsi dan puncaknya terjadi di triwulan kedua 2018. Pertumbuhan impor barang modal diproyeksikan akan melambat di triwulan ketiga dan keempat sehingga kemungkinan dapat mendorong surplus neraca perdagangan di semester kedua 2018.
Beberapa faktor dapat mendorong hal tersebut terjadi seperti:
a. Melambatnya pertumbuhan investasi akibat kemungkinan lebih rendahnya realisasi belanja modal pemerintah tahun ini.
b. Melemahnya pertumbuhan penerbitan obligasi korporasi terkait infrastruktur akibat naiknya tingkat suku bunga.
c. Terbatasnya pertumbuhan kredit akibat rendahnya pertumbuhan dana pihak ketiga yang sekarang tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan kredit perbankan dan meningkatnya suku bunga kredit.
Keseluruhan faktor tersebut yang membuat kami memprediksi bahwa pertumbuhan impor akan tertahan dan surplus neraca perdagangan dapat kembali dinikmati Indonesia. Secara fundamental rupiah kemungkinan akan lebih tahan terhadap tekanan dari naiknya tingkat suku bunga FFR dan ketidakpastian akibat perang dagang AS-China.
12
14 13
2.3Suku Bunga
Menurut Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), suku bunga diproyeksikan akan menunjukan kestabilan dengan kencenderungan masih ada ruang penurunan pada tahun 2020 dibanding proyeksi sebelumnya. Penurunan suku bunga ini terimbas dari tren turunnya FFR dan tren pelemahan perekonomian global, yang dipicu oleh perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.
Rapat komite pembuatan kebijakan (FOMC) di Federal Reserve (The Fed) Maret lalu memutuskan mempertahankan bunga acuan AS pada rentang 1,5% sampai 1,75%.
FOMC kini tengah memprediksi titik tengah The Fed Rate di level 2,125% pada akhir tahun 2019 dan pada akhir 2020.
2.4Inflasi
Pada 18 September 2017 telah ditandatangani Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 124/PMK.010/2017 tentang sasaran inflasi tahun 2019, tahun 2020 dan tahun 2021. Sasaran inflasi ditetapkan untuk jangka waktu tiga tahun. PMK ini menetetapkan sasaran inflasi tahun 2019, 2020 dan 2021 masing-masing sebesar 3,5%, 3% dan 3% dengan tingkat deviasi sebesar kurang lebih 1%. Perhitungan sasaran inflasi dimaksud mengacu pada persentase kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK)/headline inflation di akhir tahun dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya (year on year).
13
Industri halal global diperkirakan akan mencapai nilai transaksi sekitar USD2,3 triliun pada tahun 2024, dimana angka proyeksi ini belum termasuk nilai sektor keuangan syariah. Pertumbuhan industri halal global ini sangat menjanjikan, dengan perkiraan tumbuh kuat sebesar 20% pertahun.
Nilai transaksi industri halal global dapat mencapai USD560 miliar per tahun, atau sekitar Rp7.840 triliun dengan asumsi kurs Rupiah Rp14000/USD. Dengan proyeksi ini maka industri halal global merupakan salah satu segmen konsumen dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Pasar dengan jumlah konsumen potensial hampir 1,8 miliar jiwa merupakan captive market untuk berbagai produk halal.Industri ini tidak lagi terbatas pada sektor makanan dan minuman, namun sudah meluas pada produk-produk obat-obatan (farmasi), kosmetik, logistik, fesyen dan media & parawisita.
Gambar 4 Nilai Ekonomi Industri Halal Global
Sumber: Gobal Islamic Economy Indicators (2019)
3. ANALISA INDUSTRI HALAL GLOBAL DAN DOMESTIK
14
16 14
Nilai industri halal dari sektor makanan diproyeksikan mencapai USD1,93 triliun pada tahun 2022 atau mengalami peningkatan 55% dibandingkan dengan tahun 2016, yang mencapai sebesar USD1,24 triliun. Sektor industri Halal Fesyen dan mode diproyeksikan mencapai USD373 miliar pada tahun 2022 meningkat sebesar USD119 miliar dibandingkan posisi tahun 2016 sebesar USD254miliar. Demikian pulan sector Framasi dan obat-obatan, kosmetik, Parawisata, dan Media serta rekreasi juga diproyeksikan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2022.
Gambar 5 Potensi Pasar Konsumen Muslim Dunia
Dengan existing muslim market saat ini sebesar USD2,0 triliun yang mereprentasikan 11,9% dari total belanja global, serta potensi pertumbuhan nilai muslim market menjadi 3,0 triliun maka potensi pengembangan industri halal Indonesia yang berorientasi ekspor akan sangat menjanjikan.
Pembentukan National Halal Fund (NHF) tidak terlepas dari pengembangan ekosistem Halal Indonesia, dimana National Halal Fund menjadi bagian yang melengkapi tumbuhnya pilar-pilar utama ekosistem halal yaitu sektor produksi, sektor pelayanan dan sektor infrastruktur Halal. Dengan memberikan pembiayaan dan pendampingan usaha (business assistance/advisory), sertifikasi halal dan standarisasi halal business process kepada pelaku bisnis halal yang berorientasi ekspor maupun berorientasi pemenuhan pasar domestik, maka keberadaan NHF akan turut serta membangun value chain industri halal Indonesia yang memiliki peluang kontribusi sangat besar bagi meningkatnya ekspor halal Indonesia ke pasar global dimasa mendatang.
Gambar 6 Peran Pendanaan bagi Industri Halal di Indonesia
Sumber: diolah dari berbagai sumber
4. NATIONAL HALAL FUND DALAM MENDUKUNG
EKOSISTEM HALAL INDONESIA
15
18 16
Sumber Pendanaan National Halal Fund dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu dari APBN (dalam bentuk injeksi modal, program subsidi), perbankan syariah, asuransi syariah dan Keuangan syariah lainnya, Islamic Development Bank dalam bentuk pinjaman maupun penyertaan samam (equity participation), equity crowdfunding, hibah, wakaf, zakat, infaq dan sedekah. Adapaun sumber dana tersebut akan sangat bergantung kepada bentuk organisasi dari NHF
4.1 Case Study: Pembiayaan Ekosistem Halal Malaysia
Malaysia telah membangun ekosistem halal dengan melakukan sinergi yang optimal antara dukungan penuh dari Pemerintah dan sektor Keuangan Syariah, untuk Bersama-sama menumbuhkembangkan industri halal dan UMKM.
Gambar 7 Ekosistem Halal di Malaysia
Pendanaan untuk industri halal di Malaysia lebih banyak dilakukan oleh perbankan syariah, khususnya bank yang diberi mandat khusus seperti SME Bank, atau bank komersial lainnya. SME Bank bersama dengan Malaysia Debt Ventures, Malaysia Technology Corp, Cradle Fund, Malaysia Biotechnology, Uni KL and Technology Park Malaysia merupakan salah satu group atau konsorsium yang memberikan layanan pembiayaan dan business assistance, sertifikasi halal dan standarisisi proses bisnis halal kepada pelaku usaha UMKM, terutama yang berorientasi ekspor.
Demikian halnya dukungan dari Strategic partners Islamic Development Bank (IsDB), Malaysia External Trade Development Corp and Halal Industry Development Corp also under the Young Entrepreneur Fund (YEF), HDTC.
4.2 Peran National Halal Fund dalam Peningkatan Ekspor Produk Halal Indonesia Gambar 8 Peran National Halal Fund dalam mendorong ekspor
Data tahun 2018 menunjukkan bahwa ekspor produk halal Indonesia ke negara OKI mencapai sebesar USD45 miliar, atau mewakili 12,5% dari total perdagangan nasional (USD369 miliar). Dengan terbangunnya Ekosistem Halal Indonesia serta peran dari NHF yang mendanai dan membantu pelaku usaha didalam ekosistem halal, maka sangat berpeluang besar kontribusi ekspor produk halal Indonesia dapat mencapai 15% hingga 25% dari total perdagangan nasional dalam kurun waktu 2020 hingga 2024.
19
20
Gambar 9 Alur Dampak NHF dalam Perekonomian
4.3 Kawasan Industri Halal: Potensi Pembiyaan UMKM
Sejalan dengan pengembangan ekosistem halal Indonesia, maka akan menjadi lebih efektif dan efisien apabila pada tahap awal dikembangkan industri halal melalui pengembangan kawasan-kawasan industri halal yang menjadi program pengembangan Kawasan industri oleh Pemerintah. Hal tersebut diperlukan karena dalam suatu kawasan industri halal dapat dengan mudah dibentuk sub-sub ekosistem yang terkonsentrasi, sehingga akan lebih mudah untuk pengaturan, pengembangan, pengukuran keberhasilan dari pembiayaan National Halal Fund.
Dari asumsi lima kawasan industri halal yang akan dikembangkan Pemerintah, telah diidentifikasi potensi pembiyaan UMKM didalamnya sejumlah 6.880 (asumsi rata-rata UMKM skala kecil Rp100 juta hingga Rp350 juta) dengan total potensi pembiayaan sebesar Rp2,4 triliun. Jumlah UMKM tersebut diluar UMKM pendukung supply chain yang berada diluar kawasan industri (diproyeksikan membutuhkan pembiayaan antara Rp700 miliar - Rp1 triliun, atau 30%-45% dari proyeksi total nilai pembiayaan sebesar Rp 2,4 triliun).
Tabel 1 Perkiraan Kebutuhan Pembiayaan NHF dari Kawasan Industri Halal
Kawasan Industri
Luas (Ha)
Luas Zona Halal (Ha)
Sektor Halal Potensi Jumlah UMKM
Potensi Pembiayaan
(Rp Miliar) Batamindo
Industrial
Park 320 17
Produk makanan dan minuman, Mode, Farmasi, Kosmetik, Lab Halal, Halal Center
340 119
Bintan Industrial
Estate 320 100
Produk makanan dan minuman, Mode, Farmasi, Kosmetik, Lab Halal, Halal Center
2000 700
Halal Valley Modern
Cikande 500 100
Produk makanan dan minuman, Mode, Farmasi, Kosmetik, Lab Halal, Halal Center
2000 700
Jakarta Industrial Estate Pulogadung
570 100
Produk Mode, Farmasi, Kosmetik, Lab Halal, Halal
Center 2000 700
Safe ‘n’ Lock
Sidoarjo 330 27
Warehousing sektor halal, Makanan dan Minuman, Logistik, Farmasi, Kosmetik
540 189
2040 344 6.880 2.408
Nilai perdagangan Industri Halal tahun 2019 oleh Pemerintah diproyeksikan mencapai USD25 miliar (Rp350 triliun). Dengan asumsi berjalannnya Kawasan Industri Halal dan Halal Supply Chain, maka potensi pertumbuhan nilai perdagangan industri halal Indonesia dapat tumbuh sebesar 12-20% per tahun dan diproyeksikan pada tahun 2024 dapat tembus hingga USD62 miliar.
22
Gambar 10 Supply chain Industri Halal
Sumber: Diolah
Produk-produk sepanjang supply chain industri halal Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan, mulai dari raw materials sampai dengan rantai terakhir yang menjangkau konsumen yang erat kaitannya dengan makanan dan minuman, atau food supply chain. Van der Vorst (2000) menyatakan “the food supply chain is a network of food-related businesses involved in the production of food products as it moves from manufacturer to the end-user, and each firm belongs to at least one supply chain”.
Menurut Manzini dan Accorsi (2013) food suppy chain dinilai sebagai integrasi dari quality, safety, sustainability, dan logistics efficiency dari produk makanan dan proses-proses yang terjadi di rantai ‘from farm to fork‘.
Berdasarkan dari potensi-potensi yang bisa dilakukan oleh National Halal Fund dalam mendukung ekosistem halal di Indonesia, ada beberapa alternatif lembaga/badan yang bisa dipilih sebagai pelaksana untuk mengelola dan/atau mendistribusikan dana National Halal Fund.
Yang pertama, dana National Halal Fund bisa dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dimana sumber pendanaannya berasal dari APBN ataupun berasal dari kerjasama dengan pihak ketiga. Sejalan dengan tujuan National Halal Fund, saat ini LPDB sudah memiliki pembiayaan syariah untuk penyaluran dana kepada UMKM. Sistem kelembagaan BLU pada LPDB merupakan kekayaan negara yang tidak bisa dipisahkan sehingga laporan keuangannya tidak terkonsolidasi di dalam Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga. Akan tetapi, struktur BLU terbatas hanya terdiri dari Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas. Selain itu, peran pelaksanaan BLU adalah melayani masyarakat yang bersifat non-profit, sementara untuk National Halal Fund adalah profit-oriented/pengelolaan financing dengan baik.
Yang kedua, bentuk pengelolaan dan penyaluran dana National Halal Fund bisa melalui koordinasi dengan Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Sama halnya dengan LPDB, sumber dana PIP berasal dari subsidi APBN ataupun kerjasama dengan pihak ketiga. Bentuk koordinasi dengan PIP bisa menggunakan beberapa skema pembiayaan yang sudah ada dan berjalan, khususnya untuk skema pembiayaan program ultra mikro (UMI).
Bentuk koordinasi yang ketiga bisa melalui perbankan atau lembaga keuangan syariah. Sumber dana yang akan digunakan bisa bervariasi mulai dari dana perbankan
5. ALTERNATIF “PENGELOLAAN DAN PENYALURAN” DANA
NATIONAL HALAL FUND
21
24
itu sendiri, subsidi APBN, ataupun kerjasama dengan pihak ketiga berupa program pinjaman dari lembaga multilateral seperti Islamic Development Bank, yang dikhususkan untuk pengembangan halalvalue chain.
Pendanaan utama untuk National Halal Fund juga dapat berasal dari bank syariah dimana sistem penyalurannya bisa menyerupai program KUR. Bentuk analisa pembiayaan dan risiko yang sudah dilaksanakan oleh bank syariah kepada nasabahnya bisa menjadi satu acuan kelancaran program penyaluran dana National Halal Fund.
Bank syariah sendiri akan terlibat dalam penilaian kelayakan nasabah, karena nantinya bank syariah sendiri yang akan menanggung resiko credit financing tersebut.
Bentuk organisasi lain yang dimungkinkan adalah dengan membentuk badan/BLU/PT pengelola khusus untuk dana National Halal Fund. Selain dari APBN dan kerjasama dengan pihak ketiga, sumber dana yang bisa diperoleh dalam bentuk ini bisa didapat dari joint venture/equity participation. Pembentukan BLU atau badan/kelembagaan yang baru ataupun melalui transformasi BLU yang sudah ada memiliki kelebihian fleksibilitas yang lebih tinggi dimana program dan tujuan badan/lembaga tersebut bisa lebih fokus kepada pengelolaan dan penyaluran dana National Halal Fund dengan menggunakan skema pembiayaan syariah dan disesuaikan dengan tujuan dari pembentukan National Halal Fund. Akan tetapi pembentukan badan/lembaga baru membutuhkan proses yang relatif lama dan memerlukan persetujuan dari beberapa ultimate stakeholders. Kemudian jika bentuk National Halal Fund berupa PT, maka akan memerlukan suntikan modal baru.
Berikut adalah analisa kelebihan dan kekurangan (pro-cons) terhadap semua alternatif kelembagaan National Halal Fund.
Gambar 11 Analisa Pro-Con Kelembagaan NHF
5.1 Benchmark: Skema KUR Subsidi Pemerintah
Kredit Usaha Rakyat (KUR) disasar untuk permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dengan suku bunga 7 persen per tahun dan skema subsidi yang bervariasi untuk setiap kategori KUR di kisaran 5,5 persen hingga 14 persen.
Gambar 12 Skema Pembiayaan KUR
23
26
Total realisasi penyaluran KUR dari Agustus 2015 sampai dengan 28 Februari 2019 telah mencapai Rp345 triliun, dengan outstanding Rp127 trilium dan NPL 1,38%. Sementara untuk penyaluran KUR tahun 2019, sampai dengan 28 Februari 2019, mencapai Rp11,6 triliun (8,36% dari plafon tahun 2019 sebesar Rp139,01 triliun).
Untuk saat ini, penyaluran KUR masih didominasi untuk skema KUR Mikro (65,4%) diikuti dengan skema KUR Kecil (34,2%) dan KUR TKI (0,35%).
Tabel 2 Realisasi Penyaluran KUR 2019
Sumber: Kemenko RI
5.1.1 Skema KUR Pemerintah
Gambar 13 Skema KUR
5.1.2 Perkembangan Program Kredit Usaha Rakyat 2015-2019
Tabel 3 Perkembangan Penyaluran KUR
Tahun Penyaluran KUR
2015 1. Suku Bunga 12%
2. Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta 3. 7 Bank Pelaksana, 2 Perusahaan Penjamin;
4. Total Penyaluran per Des 2015 sebesar Rp 22,75 Triliun dengan 1 juta akad kredit. (75,9% dari target)
2016 5. Suku Bunga 9%
6. Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta 7. 26 Bank, 2 Perusahaan Pembiayaan; 10 Penjamin
8. Total Penyaluran per Des 2016 Rp 94,4 triliun dengan 4,3 juta akad kredit. (94% dari target). NPL = 0.37%
2017- 2019
9. Suku Bunga 9% (2017), 7% (2018-2019)
10. Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta
11. 33 Bank, 4 Perusahaan Pembiayaan, 1 Koperasi Simpan Pinjam;
10 Penjamin
12. Target penyaluran KUR tahun 2017 sebesar Rp110Triliun, dengan porsi KUR Mikro 81%, KUR Ritel 18%, dan KUR TKI 1%.
28
5.2 Benchmark: Skema PIP Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sebagai Perwakilan dari Kementerian Keuangan yang melaksanakan program ini adalah Badan Layanan Umum (BLU) yang direvitalisasi khusus untuk menjadi coordinated fund bagi pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Program pembiayaan UMi ditujukan bagi kategori UMKM terutama bagi kelompok usaha yang masih kesulitan mendapatkan akses pembiayaan untuk permodalan usaha dikarenakan permasalahan agunan dan plafon pembiayaan.
PIP telah menjalin kerjasama dengan 13 LKBB, 3 BUMN dan 10 koperasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Program Umi dengan plafon yang rendah untuk pembiayaan dengan nilai di bawah Rp10 juta serta adanya kewajiban pendampingan yang harus disediakan dari penyalur kepada debitur.
Pembiayaan UMi tidak disalurkan melalui perbankan, melainkan melalui LKBB (seperti PT Bahana Artha Ventura).
Gambar 14 Skema Pembiayaan PIP
5.3 Model Pengembangan NHF: Skema Pembiayaan Syariah UMI PIP Gambar 15 Skema Pembiayaan PIP
1. BLU PIP menyalurkan, menunjuk, dan bekerjasama dengan Penyalur (LKBB).
Penunjukan Lembaga Linkage dalam pola penyaluran tidak langsung dilakukan oleh Penyalur (Business to B).
2. Penyalur mengajukan piutang lancar kepada BLU PIP sebagai jaminan fidusia untuk mendapatkan pinjaman. Penjaminan piutang lancar dengan fidusia paling sedikit sebesar jumlah pinjaman, dan memiliki nilai paling besar Rp10 juta per piutang.
3. BLU PIP dapat melakukan kerjasama pendanaan dengan Pemda dan/atau pihak lainnya dengan perjanjian kerjasama. Pengelolaan dana gabungan tersebut dapat dilakukan melalui rekening pengelolaan dana gabungan pada Bank Umum.
27
30
4. BLU PIP menyalurkan pembiayaan kepada Penyalur baik secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah.
5. Penyalur menyalurkan pembiayaan ke Debitur melalui pola:
a. Langsung (Penyalur langsung ke Debitur);
b. Tidak langsung (Penyalur bekerjasama dengan Lembaga Linkage ke Debitur).
6. Atas pembiayaan tersebut, Penyalur dan Lembaga Linkage bertanggung jawab atas pendampingan kepada debitur. BLU PIP melakukan pemantauan dan evaluasi atas pendampingan ini.
7. Data debitur oleh Penyalur dimasukkan dalam sistem informasi yang memiliki koneksi langsung antar sistem dengan sistem informasi yang digunakan oleh BLU PIP. Sistem informasi BLU PIP memiliki koneksi langsung antar sistem dengan SIKP.
8. Monitoring dan evaluasi meliputi:
a. monitoring ketepatan data penyaluran;
b. pengukuran nilai keekonomian debitur; dan/atau
c. monitoring dan evaluasi lainnya.
Ketentuan mengenai Monev diatur lebih lanjut oleh Dirjen Pbn.
5.4 Skema Pembiayaan Syariah Dana Bergulir LPDB-KUMKM
Untuk Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB), skema pembiayaan sudah dilengkapi dengan proses monitoring-evaluation, dan juga penanganan pembiayaan bermasalah.
Gambar 16 Skema Pembiyaan LPDB
Gambar 17 Skema Monitoring LPDB
29
29
32
Gambar 18 Skema Penanganan Piutang Bermasalah
30
6.1 ALTERNATIF KELEMBAGAAN NATIONAL HALAL FUND DALAM BENTUK BLU 6.1.1 Kelebihan National Halal Fund dalam bentuk BLU:
a. Kelembagaan BLU merupakan kekayaan negara yang tidak bisa dipisahkan sehingga laporan keuangannya terkonsolidasi di dalam Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga;
b. BLU berada dalam kendali Kementerian Keuangan, sehingga dapat diperankan untuk menjadi salah satu instrument kebijakan fiskal;
6.1.2 Kelebihan National Halal Fund dalam bentuk BLU:
a. Keterbatasan struktur BLU yang terdiri dari Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas, sehingga belum bisa mengakomodir peran board dalam National Halal Fund;
b. Melaksanakan peran melayani masyarakat sehingga bersifat non-profit, sementara NHF adalah profit-oriented (pengelolaan financing).
Gambar 19: Kelembagaan dalam bentuk BLU
6. ALTERNATIF LANGKAH IMPLEMENTASI
NATIONAL HALAL FUND
34 30
6.1.3 Usulan rekomendasi:
Perlu landasan hukum khusus dengan PP/Perpres yang mengatur :
a. pembentukan Dewan Pengarah/board yang bersifat adhoc dengan
memandatkan pembentukannya oleh Menkeu dan berfungsi untuk forum koordinasi kebijakan BLU National Halal Fund,
b. Mekanisme pengelolaan Dana Abadi dan penyaluran National Halal Fund;
c. Mekanisme hubungan antar stakeholder
6.1.4 Landasan Hukum Kelembagaan dalam bentuk BLU
Kajian perundangan sesuai PP23/2005 sebagaimana diubah dengan PP 74/2012 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan fungsi pelayanan publik (pasal 3);
b. Dapat melakukan pengelolaan dana sebagaimana tujuan NHF mengelola saving funds (pasal 4);
c. Dalam hal BLU melakukan kerjasama dengan pihak lain, maka pendapatannya merupakan pendapatan BLU (pasal 14);
d. Dapat melakukan investasi jangka panjang setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan (pasal 19);
e. Investasi jangka panjang yang dimaksud antara lain adalah penyertaan modal, pemilikan sukuk atau investasi langsung (penjelasan pasal 19).
Pelaksanaan layanan dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. Disesuaikan dengan prioritas pembangunan nasional;
b. Mengupayakan return on investment yang optimal, serta value for money yang terbaik;
c. Memberikan keberpihakan bagi kelompok tertentu dalam rangka menutup kesenjangan dengan pogram afirmasi
Berdasarkan regulasi tersebut, maka peluang layanan NHF adalah sebagai berikut:
§ Melakukan pengelolaan Trust Fund yang dapat digunakan untuk dana UMKMK/riset;
§ Melakukan kerjasama pendanaan untuk UMKMK/riset, termasuk collaborative funding;
§ Melakukan kerjasama pengelolaan dana.
Gambar 20 Struktur NHF Sebagai BLU
6.2 Tata Kelola
Dalam tata kelola kelembagaan BLU, Menteri Keuangan/ Menteri Koperasi dan UKM menjadi pimpinan K/L yang membawahi Direksi National Halal Fund sebagai BLU pengelola dana. Selain Menteri Keuangan/Koperasi & UKM, dalam struktur kelembagaan National Halal Fund juga memiliki Dewan Pengarah sebagai oversight board yang memiliki peran sebagai pemberi saran dan masukan kepada Menteri Keuangan atau Menteri Koperasi&UKM terkait kebijakan pengelolaan
36
dana National Halal Fund. Keangggotaan Dewan Pengarah sendiri terdiri dari beberapa Menteri terkait, para tokoh/pakar yang relevan dengan program pengelolaan National Halal Fund.
Direksi National Halal Fund merupakan pimpinan/pejabat pengelola BLU yang menjalankan tugas sebagai pelaksana pengelolaan. Dalam pelaksanaannya, Direksi BLU National Halal Fund dibantu oleh Dewan Pengawas yang berperan untuk melakukan pengawasan terkait implementasi kebijakan pengelolaan BLU sesuai Rencana Bisnis dan Anggaran. Di bawah Direksi BLU, terdapat Manajemen/Pejabat pengelola National Halal Fund selaku pelaksana harian yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh satuan pemeriksaan internal yang melakukan audit internal terhadap pengelolaan National Halal Fund.
Gambar 21: Tata Kelola
6.3 MODEL BISNIS NATIONAL HALAL FUND
Model bisnis National Halal Fund terdiri dari 3 pilar utama yang merangkum proses bisnis mulai dari sumber dana, pengelolaan dana, dan pengelolaan program.
a. Sumber Dana
Sebagaimana dijelaskan di halaman atas, sumber dana National Halal Fund bisa diperoleh dari beberapa sumber pendanaan yang sesuai dengan skema yang akan digunakan untuk National Halal Fund. Beberapa sumber dana tersebut berasal dari dana APBN yang bisa berbentuk endowment fund ataupun dalam bentuk program subsidi. Selain itu, sumber dana juga bisa diperoleh dari kerjasama dengan pihak ketiga, contohnya, dana pinjaman dari Islamic Development Bank, crowdfunding, joint venture, zakat, wakaf, dll.
b. Pengelolaan Dana
Sumber dana yang sudah terkumpul dikelola dalam beberapa skema yang berupa investasi, kerjasama pengelolaan dana, ataupun bisa menggunakan pengelolaan trust fund.
c. Penyaluran Dana
Seluruh dana hasil kelolaan kemudian disalurkan untuk pendanaan UMKM industri halal dan pendanaan riset industri halal yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor Indonesia.
Penerima manfaat dana hasil kelola National Halal Fund beragam mulai dari pelaku bisnis usaha halal ataupun mitra kerjasama BLU yang sesuai dengan tujuan program National Halal Fund.
38
Gambar 22: Business Model National Halal Fund
6.4 ALTERNATIF MODEL PENGEMBANGAN NATIONAL HALAL FUND:
CHANNELING PERBANKAN SYARIAH
Model pengembangan National Halal Fund bisa berbentuk kerjasama dengan Perbankan Syariah. Sama halnya dengan alternatif model lainnya, sumber dana yang diperoleh dalam model ini juga berasal dari subsidi APBN, crowdfunding, Ziswaf, Hibah, dana pinjaman IsDB, Sukuk dan instrument-instrumen lainnya.
National Halal Fund memberikan dana kepada Bank Syariah secara spesifik kepada target penyaluran dengan memberikan subsidi margin atau melalui kerjasama dengan pihak lain sebagai advisor bisnis untuk membantu debitur target industri halal. Dana yang diterima oleh Bank Syariah kemudian disalurkan sebagai dana pembiayaan kepada debitur setelah melalui proses risk assessment untuk kelayakan pembiayaan.
Debitur Bank Syariah merupakan pelaku usaha industri halal yang berorientasi ekspor maupun domestic dengan asumsi presentasi pembagian 10% untuk pelaku usaha mikro, 15% pelaku usaha kecil, dan 75% untuk pelaku usaha menengah dan besar. Asumsi koposisi portfolio pembiayaan lebih besar kepada pelaku usaha menengah besar dikarenakan potensi usaha menengah besar berpotensi
memberikan dampak peningkatan pertumbuhan ekspor industri halal 12-20% per tahun (asumsi margin UMKM sebesar 40%). Debitur pelaku usaha industri halal membayar pengembalian pokok dan margin (setelah diperhitungkan subsidi margin) sesuai akad pembiayaan, dan menyampaikan laporan perkembangan bisnisnya. Laporan tersebut kemudian disampaikan oleh Bank Syariah sebagai laporan penyaluran dana dan laporan perkembangan indicator utama debitur yang menjadi target utama National Halal Fund.
Akan tetapi pada praktiknya, Perbankan Syariah cenderung ingin menjalankan bisnis penyaluran pembiayaan sendiri mengingat margin yang diperoleh oleh Bank Syariah akan lebih besar daripada menjalankan program pembiayaan Pemerintah.
Gambar 23 Model Channeling Perbankan Syariah
40
7.1 KAJIAN LANDASAN HUKUM PEMBENTUKAN NATIONAL HALAL FUND
Pembentukan National Halal Fund memerlukan landasan hukum sebagai acuan dasar dalam pendirian dan penguat pelaksanaan program pengelolaan dan penyaluran dana National Halal Fund. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan meliputi:
7.1.1 Undang-Undang
Kelebihan: landasan pembentukan National Halal Fund berdasarkan Undang-undang lebih kuat dibandingkan menggunakan PP, Perpres, atau PMK.
Kekurangan:
a. Proses pembentukan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama
b. Perlunya kesepakatan Pemerintah dengan DPR tentang program pembentukan National Halal Fund
c. Penggunaan Undang-undang berpotensi mengacu adanya tarik menarik kepentingan antara K/L yang akan mengganggu niat dan tujuan awal dari pembentukan National Halal Fund
Penggunaan Undang-undang dalam pembentukan National Halal Fund memerlukan kajian Naskah Akademik yang matang dengan mengupas tuntas alasan kuat dan tujuan dalam pembentukan National Halal Fund.
Setelah dilakukan kajian yang komprehensif, maka perlu ditentukan pokok pengaturan pengelolaan National Halal Fund.
7.1.2 PP atau Perpres
Kelebihan: landasan hukum PP atau Perpres lebih kuat dibandingkan PMK Kekurangan:
a. Proses pembentukan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama
7. KAJIAN PEMBENTUKAN
NATIONAL HALAL FUND
3b. Perlunya kesepakatan antara K/L yang menjadi stakeholders National Halal Fund
c. Penggunaan Undang-undang berpotensi mengacu adanya tarik menarik kepentingan antara K/L yang akan mengganggu niat dan tujuan awal dari pembentukan National Halal Fund
Dalam penggunaan PP atau Perpres untuk pembentukan National Halal Fund, diperlukan Kajian Naskah Akademik secara matang yang mengupas tuntas perlunya SWF beserta alasan dan maksud dalam dari pembentukan.
7.1.3 Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Kelebihan: proses pembentukan National halal Fund menggunakan PMK membutuhkan waktu yang lebih cepat dibandingkan landasan hukum lainnya.
Kekurangan: mengingat bahwa stakeholders National Halal Fund yang beragam, maka tidak lazim pembentukan program ini hanya diatur dengan PMK saja.
Kajian Naskah Akademik dalam pembentukan National Halal Fund menggunakan PMK bersifat tidak wajib, namun perlu ditentukan pokok pengaturan dalam pengelolaan National Halal Fund tersebut.
7.2 ANALISA SWOT PEMBENTUKAN NATIONAL HALAL FUND 7.2.1 Pembentukan BLU
Kekuatan:
a. Bentuk organisasi lebih kuat dan solid dibawah Kementerian RI dimana landasan hukum pembentukannya sesuai dengan landasan hukum BLU-BLU yang sudah ada,
b. Mendapat dukungan yang besar dari Pemerintah RI,
c. Sumber dana National Halal Fund nantinya akan berasal dari APBN.
Kelemahan:
a. Proses pembentukan membutuhkan waktu yang lebih lama
42
b. Beragamnya stakeholders National Halal Fund berpotensi terhadap munculnya tarik-menarik kepentingan pribadi yang yang akan mengganggu niat awal dan tujuan murni dari pembentukan National Halal Fund
c. Fleksibilitas pengelolaan dan distribusi BLU relatif rendah (sesuai dengan ketentuan BLU)
d. Bentuk BLU adalah non-profit organsation dimana berlawanan dengan maksud National Halal Fund yang beorientasi profit.
Peluang:
a. BLU memiliki potensi perluasan mandat baru di masa mendatang yang bisa disesuaikan dengan pengembangan strategis dan target National Halal Fund b. Adanya peluang dan kesempatan untuk mengubah bentuk BLU menjadi Badan
yang memiliki tingkat lebih tinggi jika diperlukan di masa mendatang.
Ancaman:
Pembentukan BLU yang diatur dibawah Kementerian RI memiliki potensi munculnya ketidaksesuaian di masa mendatang dan tidak dapat mengakomodir pengembangan strategis National Halal Fund.
7.2.2 Pembentukan PT Kekuatan:
a. PT memiliki fleksibilitas yang tinggi mengenai sumber dana (APBN, APBDN, Swasta, Crowdfunding, kerjasama joint venture, pinjaman, dll). Juga memiliku fleksibilitas yang tinggi dari segi operasional, pengelolaan, dan distribusi pembiayaan National Halal Fund..
b. Pembentukan PT bisa berbentuk sebagai profit maupun non-profit organisation.
Kelemahan:
a. Proses pembentukan membutuhkan waktu yang lebih lama
b. Memerlukan kesepakatan antara K/L yang menjadi stakeholders National Halal Fund
c. Berpotensi terhadap munculnya tarik-menarik kepentingan pribadi yang yang akan mengganggu niat awal dan tujuan murni dari pembentukan National Halal Fund
d. Sumber dana yang besar harus dianggarkan (injeksi modal dalam bentuk kas atau inbreng)
e. Adanya pembayaran pajak Perseroan Terbatas
f. Dukungan Pemerintah tidak sebesar dukungan terhadap pembentukan BLU Peluang;
a. Pembentukan PT dapat melakukan merger dan akuisisi strategic alliances dengan perusahaan global untuk mendukung pertumbuhan industri halal di Indonesia
b. Memiliki peluang yang besar untuk akses pendanaan melalui pasar modal domestik meupun internasional.
Ancaman:
PT harus dikelola secara profesional dan dapat mengalami kerugian besar dalam laporan keuangan jika PT pemegang saham memiliki risiko yang tinggi, dan jika PT tidak berjalan dengan baik akan mengganggu pencapaian tujuan National Halal Fund
7.2.3 Koordinasi dengan Badan/Lembaga/Institusi Kekuatan:
a. Proses pembentukan membutuhkan waktu yang lebih cepat tanpa harus membentuk Badan baru dan relatif lebih mudah untuk dijalankan
b. Memiliki diversifikasi pengelolaan dan distribusi pembiayaan kepada target National Halal Fund pada Badan/lembaga/institusi yang berbeda-beda dan lebih spesifik
c. Sumber dana dapat berasal dari anggaran Badan/Lembaga/Institusi yang sudah ada, atau dari sumber dana baru
d. Adanya dukungan yang besar dari Pemerintah RI
44
Kelemahan:
a. Beragamnya stakeholders National Halal Fund berpotensi terhadap munculnya tarik-menarik kepentingan pribadi yang yang akan mengganggu niat awal dan tujuan murni dari pembentukan National Halal Fund
b. Memiliki posisi yang relatif lemah karena hanya bersifat koordinasi Peluang:
a. Memiliki peluang perluasan koordinasi dengan Lembaga-Lembaga lainnya yang disesuaikan dengan pengembangan strategis dan sesuai dengan target National Halal Fund
b. Bentuk koordinasi ini di kemudian hari dapat ditingkatkan menjadi Badan yang lebih tinggi apabila diperlukan dan disesuaikan dengan strategi National Halal Fund dalam jangka panjang
Ancaman:
Bentuk koordinasi dapat dibubarkan kapan saja jika dianggap tidak lagi efektif atau disebabkan oleh lain hal.
Asumsi pembiayaan usaha Ultra mikro dengan maksimum platform sebesar Rp10 juta, Usaha Mikro Rp25 juta, Usaha Kecil RP50 juta, Usaha Menengah Rp500 juta, dan Usaha menengah antara Rp2-5 miliar dan Usaha Besar diatas Rp5 miliar.
Biaya-biaya pengelolaan relatif kecil, karena dapat dilakukan secara mandiri (tanpa menggunakan jasa pihak ketiga), dan biaya pendampingan dapat dibebankan kepada mitra-mitra BLU.
8.1 Skenario Dasar (Base Scenario) Asumsi-asumsi:
a. Dana Awal NHF Rp4,3 triliun bersumber dari APBN (pada perluasan mandat BLU PIP maupun BLU LPDB atau anggaran baru ), Perhitungan dana awal dari potensi UMKM industri halal yang dapat dibiayai 2020-2024.
b. Tambahan Dana Baru dari sumber lainnya setiap tahun sebesar Rp200 miliar c. Tambahan Dana bentuk pinjaman IsDB setiap tahunnya Rp300 miliar.
d. Dana NHF yang belum disalurkan diasumsikan ditempatkan dan dikembangkan pada instrument Investasi Sukuk dan atau Deposito Perbankan Syariah dengan komposisi 70% pada Sukuk dan 30% pada Deposito Perbankan Syariah.
8. PROYEKSI KEUANGAN DAN ANALISA SKENARIO NATIONAL HALAL FUND
46
Tabel 4
Proyeksi Keuangan National Halal Fund 2020-2024: Base Scenario
Ringkasan proyeksi keuangan:
a. Diproyeksikan hingga tahun 2024, dana NHF mencapai Rp 6,7T
b. Dengan penyaluran dana kepada pelaku usaha Halal sejumlah 63.150 pelaku usaha UMKM yang terdiri dari usaha ultra mikro sebanyak 28467, usaha mikro 17951 usaha kecil sebanyak 3846 dan usaha menengah 1602 dan usaha besar 1282 (terutama Kawasan industry halal.
c. Penyaluran ini diproyeksikan memberikan dampak naiknya ekspor halal Indonesia sebesar 12-20% per tahun
8.2 Skenario Terburuk (Worse Scenario) Asumsi-asumsi:
• Dana Awal NHF Rp 4,3 T bersumber dari APBN (pada perluasan mandat BLU PIP maupun BLU LPBDB atau anggaran baru), Perhitungan dana awal dari potensi UMKM industri halal yang dapat dibiayai 2020-2024
• Tidak ada Tambahan Dana Baru dari sumber lainnya
• Tambahan Dana bentuk pinjaman IsDB sebesar Rp 150 miliar pad atahun 2021 dan 2022
Dana NHF yang belum disalurkan diasumsikan ditempatkan dan dikembangkan seluruhnya pada Deposito Perbankan Syariah.
Tabel 5 Proyeksi Keuangan National Halal Fund 2020-2024: Worse Scenario
• Diproyeksikan hingga tahun 2024, dana NHF mencapai Rp 4,9 triliun
• Dengan penyaluran dana kepada pelaku usaha Halal sejumlah 46.480 pelaku usaha UMKM yang terdiri dari usaha ultra mikro sebanyak 28312, usaha mikro 13.212 usaha kecil sebanyak 2831 dan usaha menengah 1.179 dan usaha besar 943 (terutama Kawasan industry halal.
• Penyaluran ini diproyeksikan memberikan dampak naiknya ekspor halal Indonesia sebesar 7-10% per tahun
8.3 Skenario Terbaik (Best Scenario) Asumsi-asumsi:
• Dana Awal NHF Rp 4,3 triliun bersumber dari APBN (pada perluasan mandat BLU PIP maupun BLU LPBDB atau anggaran baru), Perhitungan dana awal dari potensi UMKM industri halal yang dapat dibiayai 2020-2024
2020 2021 2022 2023 2024
Dana awal 4,300.00
Tambahan Dana (hasil Pengembangan Usaha) 174.58 107.29 56.63 28.64 Tambahan Dana baru (pihak ketiga) - - - - IsDB Loan 150.00 150.00 - -
4,300.00
4,624.58 4,881.87 4,938.50 4,967.14
Asumsi % penyaluran Dana 30% 60% 80% 90% 95%
Penyaluran dana (Rp Miliar) 1,290.00 2,774.75 3,905.50 4,444.65 4,718.79 Usaha Ultra Mikro 38.70 83.24 117.16 133.34 141.56 Usaha Mikro 90.30 194.23 273.38 311.13 330.32 Usaha Kecil 193.50 416.21 585.82 666.70 707.82 Usaha Menengah 322.50 693.69 976.37 1,111.16 1,179.70 Usaha Besar 645.00 1,387.37 1,952.75 2,222.32 2,359.39 Penyaluran dana (Jumlah UMKM) 12,706.50 27,331.27 38,469.14 43,779.80 46,480.04 Usaha Ultra Mikro 7,740.00 16,648.49 23,432.98 26,667.90 28,312.72 Usaha Mikro 3,612.00 7,769.29 10,935.39 12,445.02 13,212.60 Usaha Kecil 774.00 1,664.85 2,343.30 2,666.79 2,831.27 Usaha Menengah 322.50 693.69 976.37 1,111.16 1,179.70 Usaha Besar 258.00 554.95 781.10 888.93 943.76 Dana Tersisa 3,010.00 1,849.83 976.37 493.85 248.36 Pengembangan Dana:
Asumsi Yield Sukuk 0% 7.0% 7.0% 7.0% 7.0% 7.0%
Asumsi Bagi Hasil Deposito Syariah 100% 5.8% 5.8% 5.8% 5.8% 5.8%
Hasil pengembangan Dana- Sukuk - - - - - Hasil pengembangan Dana-Deposito Syariah 174.58 107.29 56.63 28.64 14.40 Total Hasil pengembangan Dana 174.58 107.29 56.63 28.64 14.40
3
48
• Tambahan Dana Baru dari sumber lainnya setiap tahun sebesar Rp300 miliar
• Tambahan Dana bentuk pinjaman IsDB sebesar Rp 300 miliar (2021), Rp 350 miliar (2022), Rp 500 miliar (2023) dan Rp 500 miliar (2024)
• Dana NHF yang belum disalurkan diasumsikan ditempatkan dan dikembangkan seliuruhnya pada instrument Investasi Sukuk.
Tabel 6 Proyeksi Keuangan National Halal Fund 2020-2024: Best Scenario
• Diproyeksikan hingga tahun 2024, dana NHF mencapai Rp 7,6 triliun.
• Dengan penyaluran dana kepada pelaku usaha Halal sejumlah 71.434 pelaku usaha UMKM yang terdiri dari usaha ultra mikro sebanyak 43513, usaha mikro 20.306 usaha kecil sebanyak 4.351 dan usaha menengah 1.813 dan usaha besar 1450 (terutama Kawasan industry halal.
• Penyaluran ini diproyeksikan memberikan dampak naiknya ekspor halal Indonesia sebesar 17-25% per tahun.
2020 2021 2022 2023 2024
Dana awal 4,300.00
Tambahan Dana (hasil Pengembangan Usaha) 210.70 143.10 82.65 47.51 Tambahan Dana baru (pihak ketiga) 300.00 300.00 300.00 300.00 IsDB Loan 300.00 350.00 500.00 500.00
4,300.00
5,110.70 5,903.80 6,786.45 7,633.96
Asumsi % penyaluran Dana 30% 60% 80% 90% 95%
Penyaluran dana (Rp Miliar) 1,290.00 3,066.42 4,723.04 6,107.81 7,252.26 Usaha Ultra Mikro 38.70 91.99 141.69 183.23 217.57 Usaha Mikro 90.30 214.65 330.61 427.55 507.66 Usaha Kecil 193.50 459.96 708.46 916.17 1,087.84 Usaha Menengah 322.50 766.61 1,180.76 1,526.95 1,813.07 Usaha Besar 645.00 1,533.21 2,361.52 3,053.90 3,626.13 Penyaluran dana (Jumlah UMKM) 12,706.50 30,204.24 46,521.94 60,161.90 71,434.76 Usaha Ultra Mikro 7,740.00 18,398.52 28,338.24 36,646.85 43,513.56 Usaha Mikro 3,612.00 8,585.98 13,224.51 17,101.86 20,306.33 Usaha Kecil 774.00 1,839.85 2,833.82 3,664.68 4,351.36 Usaha Menengah 322.50 766.61 1,180.76 1,526.95 1,813.07 Usaha Besar 258.00 613.28 944.61 1,221.56 1,450.45 Dana Tersisa 3,010.00 2,044.28 1,180.76 678.65 381.70 Pengembangan Dana:
Asumsi Yield Sukuk 100% 7.0% 7.0% 7.0% 7.0% 7.0%
Asumsi Bagi Hasil Deposito Syariah 0% 5.8% 5.8% 5.8% 5.8% 5.8%
Hasil pengembangan Dana- Sukuk 210.70 143.10 82.65 47.51 26.72 Hasil pengembangan Dana-Deposito Syariah - - - - - Total Hasil pengembangan Dana 210.70 143.10 82.65 47.51 26.72
3
Dengan pertimbangan berbagai faktor kelayakan, maka kami merekomendasikan skema NHF adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap awal NHF lebih berbentuk koordinasi dengan BLU-BLU yang sudah ada dan dengan memanfaatkan kanal distribusi pembiayaan syariah yang sudah ada.
2. Pertimbangan Utama adalah kecepatan proses pelaksanaan NHF dan mengantisipasi munculnya anggaran baru dari APBN yang relatif besar, dan memanfaatkan keberhasilan BLU-BLU Kementerian Keuangan RI terkait dalam melakukan distribusi pembiayaan kepada segmen UMKM.
3. Dana awal NHF dapat bersumber dari anggaran APBN pada perluasan mandat BLU PIP (Kemenkeu) dan BLU LPDB (Kemenkop dan UKM).
4. Disamping itu BLU-BLU tersebut memiliki kesesuain yang sangat tinggi dengan kriteria dan tujuan NHF, dan juga sudah memiliki track record dan success story yang baik dalam melakukan penyaluran pembiayaan kepada segmen UMKM di Indonesia terutama dalam hal distribusi penyaluran pembiayaan dan pengelolaan NPF yang baik.
5. Dimasa mendatang, bentuk koordinasi ini dapat ditingkatkan menjadi Badan tersendiri disesuaikan dengan tingkat keberhasilan, nilai manfaat/kontribusi dan rencana pengembangan strategis NHF.
9. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
50
Gambar 24 Skema Rekomendasi NHF