• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alternatif Model Branchless Banking

Dalam dokumen Disampaikan dalam Rangka Memenuhi Salah (Halaman 45-51)

BAB 3. KEBIJAKAN MULTILICENSE DAN PERLUASAN JARINGAN

3.5 Latar Belakang Kebijakan Branchless Banking

3.5.1 Alternatif Model Branchless Banking

Gambar 3.11 Model Branchless Banking (BB)

Sumber: diolah dari beberapa referensi model branchless banking

BB sebagai bagian dari program FI adalah saluran distribusi yang digunakan untuk memberikan jasa keuangan dan sistem pembayaran secara terbatas melalui unit khusus pelayanan keuangan (agen) tanpa harus melalui pendirian kantor fisik bank. Bank Indonesia pada tahun 2012 mengeluarkan kebijakan BB sebagai tindak lanjut kebijakan multilicense, yang telah dibahas di Sub Bab 3.4 di atas, sebagai salah satu strategi peningkatan inklusi keuangan di Indonesia. Dalam aplikasi BB tersebut terdapat dua model yang umum digunakan yakni bank based model dan non-bank based model. Selain itu terdapat juga hybrid model yang merupakan perpaduan antara bank based dan non-bank based model.

3.5.1.1Bank Based Model dan Non Bank Based Model

17

Velix V. Wanggai, Meneguhkan Arah Pembangunan Yang berkeadilan: Safari Ramadhan Presiden SBY, Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2012,

Pungky Purnomo Wibowo – NIP.11853 31

Dalam model ini, penyelenggara layanan adalah Bank. Bank menciptakan produk dan jasa keuangan, namun pendistribusian produk dan layanan tersebut dilakukan melalui retail agent yang mengelola semua atau hampir semua interaksi dengan nasabah.18 Bank berperan penuh mulai dari proses perizinan awal, pelaksanaan operasional, pengelolaan financial dan sistem. Sementara, perusahaan telco berperan menyediakan jaringan/saluran infrastruktur untuk melakukan transaksi layanan perbankan. Perusahaan telco mendapatkan fee dari penggunaan jaringan oleh nasabah19.

Adapun jenis saluran distribusi layanan dibagi menjadi dua yakni melalui retail agent dan mobile banking yang disediakan oleh bank, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Retail Agent (bank based model)

Retail agent berinteraksi dengan nasabah dalam menyedikan jasa layanan keuangan (Tabel 3.3). Nasabah dapat melakukan penyetoran simpanan atau penarikan uang dan bahkan transfer dana. Dalam proses penyediaan jasa, retail agent melakukan komunikasi langsung dengan bank dengan menggunakan telepon genggam maupun terminal Point of Sale (POS) dalam bentuk EDC dan lainnya20.

18

Lyman et all, CGAP Focus Note No.38, 2006 19

Setiap nasabah mempunyai hubungan kontraktual langsung dengan lembaga keuangan formal (bank) meskipun nasabah melakukan transaksi melalui retail agent atau MNO. Hubungan kontraktual ini dapat berupa account based maupun one off transaction. Layanan yang disediakan merupakan layanan jasa keuangan standar seperti: tabungan/simpanan, kredit dan remmitance/transfer.

20

Di beberapa negara, retail agent dapat menangani prosedur pembukaan rekening dan dalam beberapa kasus dapat mengidentifikasi dan menyediakan jasa pinjaman untuk nasabah. Retail agent mengecek dokumen identitas nasabah dan proses transaksi, mendebit atau mengkredit rekening nasabah jika itu adalah pembelian atau transfer dana antar rekening. Catatan elektronik dari transaksi akan ditransfer langsung ke bank atau dikelola oleh agent proses pembayaran yang menyelesaikan transaksi di antara rekening nasabah dan rekening penerima.

Pungky Purnomo Wibowo – NIP.11853 32

Tabel 3.3 Bank Based Model

NASABAH

RETAIL AGENT

BANK

Tahap 1: Nasabah meminta jasa keuangan

Tahap 2: Retail agen mengecek ID nasabah dan memproses transaksi melalui infrastruktur bank (POS) atau payment processing agent

Tahap 3: Bank mengkredit dan

mendebit rekening bank nasabah dan pihak lain untuk transaksi Contoh Jasa

Ditawarkan:

Mendeposit atau me- narik dana dari akun e-

money nasabah; transfer dana; pem-

bayaran tagihan/ pa-jak;

pengajuan dan pencairan pinjaman pembukaan rekening dan pengajuan apli-kasi credit card

Contoh Retail Agen: Outlet retail, organisasi social (LSM, MFIs, dll), kantor pos

Contoh pihak lain:

termasuk retail agen (untuk deposit atau penarikan dana), penerima transfer dana (nasabah lain, perusa- haan listrik, dirjen pajak)

Sumber: Lyman et all, CGAP Focus Note No.38, 2006

Dalam penunjukan retail agent oleh bank, ada dua jenis agen yang digunakan yaitu: 1). Super Agent: merupakan badan hukum dimana bank menjalin kerjasama untuk distribusi layanan keuangan. Badan hukum ini umumnya memiliki jaringan yang luas dan bisnis yang sudah berjalan. Super Agent yang dapat digunakan oleh bank diantaranya PT. Pos Indonesia, perusahaan distributor yang memiliki jaringan luas, dan perusahaan telekomunikasi; 2). Sub Agent: merupakan jaringan dari super agent yang tersebar di seluruh wilayah. Transaksi face to face dengan nasabah akan berlangsung dengan sub-agen.

b. Mobile Financial Services (non-bank based model)

Layanan Mobile Financial Services (MFS) yang disediakan adalah mobile banking, yang merupakan pengembangan dari layanan perbankan. Alur branchless banking dengan menggunakan bank based model digambarkam Gambar 3.12. Penerapan bank based model di Indonesia dapat dijumpai dalam layanan mobile banking yang ditawarkan oleh sebagian besar bank yang beroperasi saat ini. Layanan mobile banking ini merupakan sarana penunjang transaksi bagi nasabah yang telah mempunyai rekening di bank tersebut21.

21

Saat ini layanan mobile banking masih terbatas pada pengecekan saldo, transfer dana, pembelian barang dan bayar tagihan. Sedangkan untuk pembukaan rekening, penambahan simpanan dan pembukaan rekening tidak dapat dilakukan dalam mobile banking.

Pungky Purnomo Wibowo – NIP.11853 33

Gambar 3.12 Alur Bank-based Model

Adapun penyelenggaran MFS (Tabel 3.4) melalui non-bank model adalah skema penyelenggaraan BB dimana seluruh proses perizinan dan operasional dilakukan oleh institusi non-bank. Institusi tersebut menyediakan jasa perbankan yang paling dasar dan bank tidak terlibat langsung dalam operasional bisnis. Nasabah tidak memiliki hubungan kontraktual dengan bank dan produk yang ditawarkan berupa electronic money (E-money). E-money merupakan nilai uang yang diukur dengan mata uang yang disimpan dalam bentuk elektronik dan dapat digunakan melakukan transaksi pembayaran yang diterima oleh entitas lain selain penerbit. 22

Tabel 3.4 Non-bank Based Model

23

NASABAH RETAIL AGENT NONBANK BANK

Tahap 1: Nasabah meminta jasa keuangan atau penjualan via hand phone atau smart card Tahap 2: Retail agen mengecek ID nasabah dan memproses transaksi mewakili non-bank, via hand phone atau smart card reader

Tahap 3: Non- bank meregister transaksi, mengupdate akun e-money (virtual) milik nasabaj dan pihak lain untuk transaksi. Non- bank mengelola akun nasabah individu. Tahap 4: Bank (secara umum) menyimpan dana dari penerbitan e- money non-bank, mewakili nonbank. Bank tidak memiliki hubungan dengan nasabah/retail agen. 22

The Bank for International Settlements (BIS, 1996), European Union (2008)

23

Lyman et all, CGAP Focus Note No.38, 2006

Pungky Purnomo Wibowo – NIP.11853 34

Contoh Jasa Ditawarkan: Mendeposit/menarik dana dari akun e- money nasabah

(cash in and cash out); pembelian barang;transfer dana;pencairan pinja-

man/pembayaran angsuran dan pajak.

Contoh Retail Agen: Department Store, supermarket, penjual pulsa, usaha komersial lainnya Contoh pihak lain: termasuk retail agen (untuk deposit, penarikan dana, atau pembelian barang), penerima transfer dana (nasabah lain, perusahaan listrik, dirjen pajak) *ini merupakan praktek dari operator mobile phone di Filipina dan Kenya

Nasabah hanya bertransaksi dengan agen dengan menukarkan uang tunai atau mentransfer sejumlah nilai uang dalam bentuk electronic record (rekening virtual). Rekening virtual ini disimpan dalam server non- bank seperti operator telekomunikasi dan atau penerbit stored value

card. Saldo dalam rekening tersebut dapat digunakan untuk

bertransaksi. Selain itu, non-bank based model dapat berupa jaringan pembayaran (network payments) dimana nasabah bahkan pemerintah dapat melakukan pembayaran kepada pihak ketiga24. Alur BB dengan menggunakan non-bank based model dapat dilihat dalam Gambar 3.13.

Gambar 3.13 Alur Non-bank Based

Jenis e-money terdapat dua jenis yakni stored valued card dan mobile wallet yang ditawarkan oleh perusahaan telekomunikasi, dengan rincian sebagai berikut: 1) Stored Value Card (SVC) yang merupakan salah salah satu bentuk e- money yang menggunakan media plastic card, serupa dengan debit card milik

24

Diharapkan perkembangan branchless banking ke depan ini bisa dimanfaatkan untuk mendukung program Pemerintah dalam penyaluran BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan program-program yang bersifat subsidi lainnya.

Pungky Purnomo Wibowo – NIP.11853 35

bank. SVC menggunakan teknologi magnetic stripe untuk menyimpan informasi dan dana25. 2) Mobile Wallet merupakan salah satu bentuk e-money yang disediakan oleh operator telekomunikasi (mobile network operator atau MNO). Dalam aplikasi ini, konsumen menyetor atau mentransfer sejumlah dana dalam rekening virtual yang dikelola oleh MNO. Rekening virtual ini terhubung dengan nomer telepon pemilik dan pelanggan tidak harus memiliki rekening bank. Electronic value yang ada di dalam kartu telepon dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan alat transfer dana.

3.5.1.2 Model Hybrid

Skema Hybrid Led adalah skema penyelenggaraan branchless banking di mana terdapat kerjasama antara bank dengan institusi non-bank (operator telekomunikasi, agen dan lainnya) dalam bentuk joint venture maupun partnership, untuk menyediakan layanan perbankan penuh bagi nasabah melalui telepon genggam.Dalam skema ini (Gambar 3.14), kedua belah pihak (bank dan telco) memanfaatkan keunggulan masing-masing untuk menguasai pasar yang dituju. Di mana, jasa-jasa mobile wallet (jasa-jasa yang terkait dengan jaringan telekomunikasi seperti pengiriman uang melalui sms, pengisian saldo elektronik, dan sebagainya) menjadi tanggung jawab MNO, sementara, jasa-jasa mobile banking (terkait dengan pengelolaan simpanan atau tabungan, transfer antar rekening, pengecekan saldo tabungan, dan lain-lain) menjadi tanggung jawab dari bank26.

Gambar 3.14 Alur Hybrid Model

25

Meskipun demikian, SVC berbeda dengan debit card. Konsumen harus mengisi saldo kartu tersebut sebelum menggunakan kartu. Hal ini membatasi risiko overdraft, karena konsumen hanya dapat menggunakan dana sesuai dengan saldo yang diisi.

26

Dalam model ini juga terdapat interoperabilitas antar layanan yang diberikan MNO dan bank. Sebagai contoh, mesin ATM yang dikelola oleh bank dapat menjadi cashpoint bagi e-money yang diselenggarakan MNO.

Pungky Purnomo Wibowo – NIP.11853 36

Dalam dokumen Disampaikan dalam Rangka Memenuhi Salah (Halaman 45-51)

Dokumen terkait