• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alur Penelitian

Dalam dokumen PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA (Halaman 38-82)

3.8 Manajemen Data32 3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS dengan melakukan pemilahan data yang terkumpul, lalu data yang ada diberi kode atau angka tertentu setelah disesuaikan dengan data kuosioner. Data dimasukkan berdasarkan kode dan urutan yang telah ditentukan pada masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Data digolongkan, diurutkan kemudian disederhanakan sehingga mudah dibaca. 3.8.2 Analisis Data

3.8.2.1 Analisis Data Univariat

Analisis data univariat bertujuan untuk mendeskripsikan tiap variabel dependen dan independen untuk memahami karakteristik data yang ada yaitu pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunan peranti dengar pada siswa kelas 2 SMA X Tangerang Selatan, yaitu tingkat pengetahuan, variasi sikap dan variasi perilaku yang terjadi. Data disajikan dalam bentuk tabel beserta interpretasinya.

Validasi kuosioner

Menyebarkan kuosioner

3.8.2.2 Analisis Data Bivariat

Analisis data bivariat bertujuan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antar variabel dependen dan independen menggunakan analisis uji chi-square, bila syarat uji chi-square tidak terpenuhi maka akan digunakan uji fisher exact.

Total skor yang telah diolah kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu baik (>80% total skor) dengan kode 2 dan buruk (<80%total skor) dengan kode 1 untuk variabel pengetahuan dan sikap. Sedangkan untuk variabel perilaku, dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu baik (>60% total skor) dengan kode 2 dan buruk (<60%total skor) dengan kode 1.

3.8.3 Rencana Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi dan tabel yang memperlihatan hasil pengolahan data kuosioner untuk menunjukkan hasil yang didapatkan.

3.8.4 Etika Penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Validitas

Uji validitas kuosioner ini dilakukan untuk menilai apakah isi instrumen mempunyai validitas yang baik atau kurang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuosioner, maka uji validitas yang dilakukan untuk menilai item kuosioner yang valid maupun kurang valid. Selain itu, validitas juga dilakukan untuk mengukur kesesuaian alat yang digunakan untuk penelitian ekpererimenter.

Uji validitas dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas di kawasan Tangerang Selatan dengan responden sebanyak dua puluh dua orang. Responden terdiri dari lima belas orang perempuan dan tujuh orang laki-laki dengan rata-rata usia enam belas tahun. Pengolahan data uji validitas ini menggunakan program aplikasi SPSS versi 22.

Suatu item dalam instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas yang baik jika hasil Pearson Correlation lebih besar daripada koefisien korelasi sederhana (tabel r). Tabel r yang digunakan pada uji validitas ini bernilai 0,359 dengan N=22 dan tingkat signifikansi sebesar 1%.

Tabel 4.1 Hasil uji validitas pada item kuosioner

No Variabel Kuosioner Pearson Correlation

P Value (2-tailed)

Tabel r

1. Aspek pengetahuan a-0,205 a-0,36 0,359

2. Aspek sikap terhadap peranti

dengar 0,014-0,26 0,312-0,95 0,359

3. Aspek sikap terhadap bising di

masyarakat 0,0114-0,49 0,018-0,95 0,359

Hasil uji validitas item kuosioner yang ditanyakan pada penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa item tidak memiliki validitas yang baik sehingga dilakukan modifikasi sebelum item kuosioner dibagikan kepada responden. 4.2 Analisis Univariat

Variabel yang terdapat pada penelitian ini akan dideskripsikan dengan analisis univariat yang akan memberikan gambaran terhadap karakteristik responden. Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap responden. Variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku penggunaan peranti dengar. Sampel pada penelitian ini awalnya berjumlah 256 responden dengan batas minimal sampel berjumah 90 responden. Namun karena kuosioner yang dibagikan tidak diisi dengan lengkap dan responden tidak dapat dihubungi kembali, sebanyak 27 responden dinyatakan drop out. Oleh karena itu hanya sebanyak 229 responden yang datanya dapat diolah.

4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik responden penelitian ini digambarkan melalui sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan usia. Responden terbanyak adalah perempuan dengan persentase 65,1% dan mayoritas berusia enam belas tahun

yaitu sebanyak 60,7% dari total responden. Hal ini berkaitan dengan latar belakang responden yang seluruh nya diambil dari tingkatan kelas yang homogen. 4.2.2 Gambaran pengetahuan

Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan

Gambaran pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Buruk 9 3,9

Baik 220 96,1

Total 229 100

Gambaran pengetahuan terdiri atas pengetahuan pasien terhadap dampak bising pada orang lain, dampak bising akibat musik yang keras, risiko akibat terpapar bising pada remaja dan hubungan tingkat bising dengan risiko akibat bising. Berdasarkan tabel didapatkan bahwa pada responden penelitian sebanyak 96,1% memiliki skor pengetahuan yang baik terhadap poin-poin tersebut dan hanya sedikit yang memiliki skor pengetahuan yang buruk.

4.2.3 Gambaran sikap responden Tabel 4.3 Gambaran Sikap

Gambaran sikap Jumlah Persentase (%)

Buruk 199 86,9

Baik 30 13,1

Total 229 100

Gambaran sikap responden dinilai dari dua poin besar yaitu, sikap terhadap bising akibat peranti dengar dan sikap terhadap bising di masyarakat. Sikap terhadap bising akibat peranti dengar terdiri atas keinginan responden berhenti memakai peranti dengar dengan volume keras, apakah responden dapat berkonsentrasi saat menggunakan peranti dengar, keinginan responden untuk mengajak teman mengurangi frekuensi penggunaan peranti dengar dan keinginan responden untuk mengajak teman mengurangi tingkat volume saat menggunakan peranti dengar. Sikap terhadap bising di masyarakat terdiri atas 24 poin yaitu, perlunya berteriak saat berbicara dengan orang lain, pentingnya mendengar, kekhawatiran responden akan hilangnya pendengaran diri sendiri dan orang lain, keinginan responden melindungi pendengarannya sendiri, kepercayaan pasien terhadap kemampuannya melindugi pendengaran sendiri, kepercayaan pasien bahwa dia membahayakan

pendengarannya sendiri, sikap responden terhadap kegaduhan, sikap pasien jika sekelilingnya sunyi, tanggapan pasien mengenai level bunyi di masyarakat, keinginan pasien meninggalkan lokasi yang bising, perlunya memakai earplug, perlunya regulasi tentang bising di masyarakat, sikap pasien terhadap bising lalu lintas, kemampuan pasien tidak menghiraukan bising, sikap pasien terhadap bising peralatan didalam ruangan, keinginan responden terhadap ketenangan sekolah dan respon pasien terhadap bising di lingkunga sekolah. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa mayoritas responden memberikan sikap yang buruk karena sebanyak 199 dari 229 responden memiliki skor sikap yang buruk.

4.2.4 Gambaran perilaku

Tabel 4.4 Gambaran perilaku

Variabel N % Menggunakan headset 1. Ya 2. Tidak 216 13 94,3 5,7 Lama menggunakan headset

1. 0-3 tahun

2. > 3 tahun 115114 50,249,8 Frekuensi penggunaan headset

1. <7 hari 2. Setiap hari 168 61 73,4 26,6 Lama waktu setiap 1 kali

menggunakan headset 1. <1 jam 2. >1 jam 113 116 50,749,3 Tingkat volume 1. 0-70% 2. >70% 19732 84,315,7

Media player yang digunakan 1. Ipod 2. Mp3/Mp4 player 3. Handphone (HP) 4. Laptop/Komputer 5. Lain-lain 6 3 190 15 15 2,6 1,3 83,0 6,6 6,6 Jenis headset yang dipakai

1. Circumaural 2. Supra-aural 3. Earbud 4. Canal phone 5. >2 PLD 10 2 165 45 7 4,4 0,9 72,1 19,7 3,1 Dapat mendengar saat

1. Dapat 2. Tidak dapat 140 89 61,1 38,9

Gambaran penggunaan peranti dengar didapatkan dari pengisian kuesioner oleh responden. Hasilnya responden paling banyak menggunakan headset selama lebih dari tiga tahun dengan frekuensi penggunaan 1-2 hari/ minggu. Mayoritas responden memakai peranti dengar kurang dari satu jam dalam satu hari dan paling banyak memilih volume 40-50%. Sumber suara yang paling banyak digunakan adalah telepon genggam dan peranti dengar yang paling banyak digunakan adalah jenis earbud. Mayoritas responden masih dapat mendengar apabila sedang menggunakan peranti dengar.

Tabel 4.5 Gambaran Kategori Perilaku

Gambaran perilaku Jumlah Persentase (%)

Buruk 133 58,1

Baik 96 41,9

Total 229 100

Gambaran perilaku dinilai berdasarkan beberapa poin yaitu, apakah responden menggunakan peranti dengar, lama penggunaan peranti dengar dalam jam dan tahun, frekuensi penggunaan peranti dengar setiap minggu, tingkat volume yang digunakan, media player yang digunakan, jenis peranti dengar yang digunakan dan apakah responden masih dapat mendengar suara sekitar saat memakai peranti dengar. Dari beberapa item peniaian tersebut didapatkan pengelompokkan responden. Pengelompokkan responden didasari oleh teori yang menyatakan bahwa paparan bising lebih dari 85dB selama delapan jam perhari selama lima tahun dapat meningkatkan resiko terjadinya ketulian.

Tabel diatas dapat menunjukkan bahwa 133 dari 229 responden yaitu sebanyak 58,1% memiliki perilaku yang buruk terhadap penggunaan peranti dengar yang digambarkan dengan penggunaan peranti dengar lebih dari dari satu jam hampir setiap hari. Responden juga cenderung lebih nyaman menyetel pemutar musik yang dimiliki pada tingkat volume yang tinggi sehingga beberapa diantaranya tidak dapat mendengar suara sekitar saat mendengarkan musik menggunakan peranti dengar. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Wandadi M yang

mendapatkan gambaran 91,3% siswa menggunakan headphone, 10,4% memakai headphone lebih dari 1 jam per hari dan 52% dari mereka menggunakan volume yang lebih besar dari tiga per empat volume maksimal. Media player yang paling umum adalah telepon genggam dan peranti yang paling banyak digunakan adalah jenis inserted. 33

4.3 Hasil Bivariat

Berdasarkan data di atas, peneliti mencoba menghubungkan antara pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku penggunaan peranti dengar.

4.3.1 Hubungan antar variabel

4.3.1.1 Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku Tabel 4.6 Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku

Kategori perilaku Total p-value

Buruk Baik

Kategori Pengetahuan

Buruk 4 5 9

Baik 129 91 220

Total 229 0,497

Kategori Sikap Buruk Baik

Buruk 120 79 199

Baik 13 17 30

Total 229 0,119

Pada tabel hubungan pengetahuan dengan perilaku, responden dengan pengetahuan baik namun perilaku buruk adalah yang paling banyak. Hal ini dapat menunjukkan adanya ignorance terhadap informasi yang didapatkan oleh responden. Meskipun tidak terdapat signifikansi p=0,604 (>0,05) angka pada penelitian ini dapat dipertimbangkan karena terlihat jelas selisih jumlah dari masing-masing kategori. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hutchinson MK pada mahasiswa yang menunjukkan bahwa meskipun hampir semua mahasiswa

memiliki pengetahuan yang baik tentang resiko tuli akibat penggunaan peranti dengar, satu dari empat mahasiswa mendengarkan musik menggunakan peranti dengar mereka dengan volume yang sebanding dengan 80dB atau lebih dengan 94% diantaranya tidak sadar akan risiko potensial yang dimilikinya.34 Dalam penelitian Vogel I juga didapatkan gambaran bahwa kebanyakan remaja sekolah menengah, dua kali lebih cenderung menggunakan volume tinggi saat mendengarkan musik dibandingkan remaja yang telah memasuki jenjang kuliah.35 Dalam penelitian lain juga didapatkan data 50% mahasiswa mendengarkan musik hingga 85dB setiap harinya. 36

Pada tabel hubungan sikap dan perilaku didapatkan angka responden dengan sikap buruk dan perilaku buruk adalah yang terbanyak. Namun dalam penelitian didapatkan nilai p value sebesar 0,711 sehingga hasil ini tidak bermakna. Sejalan dengan penelitian pada remaja muda usia 13 sampai 17 tahun yang menyatakan bahwa sebagian besar responden yang diteliti dilaporkan menggunakan volume yang tinggi dan menunjukkan rendah nya kesadaran akan kosekuensi menggunakan volume yang tinggi saat mendengarkan musik.37 Penelitian pada remaja Amerika oleh Widen juga menyimpulkan bahwa sikap secara signifikan terkait dengan pengalaman gejala gangguan pendengaran pada diri sendiri, bukan ambang bising. 38Tetapi pada penelitian lain oleh Hoover A didapatkan bahwa pengguna MP3 memiliki keinginan untuk mengurangi volume, mengurangi durasi dan membeli headset khusus yang lebih aman.39

Pada penelitian di SMP Kristen Dharma Mulya Surabaya di dapatkan hasil bahwa gambaran pengetahuan responden baik, sikap yang peduli dan berperilaku sesuai sesuai dengan batas normal penggunaan peranti dengar. 40

Teori Health belief model menyatakan bahwa perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, melainkan beberapa faktor seperti perasaan terancam, pertimbangan antara keuntungan dan kerugian, yang juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, latar belakang budaya atau lingkungan, pengetahuan serta pengalaman. Siswa SMA cenderung mengikuti lingkungan dan mencari role model. Harus diberlakukan anjuran dan guideline yang berisi anjuran yang tegas terkait penggunaan peranti dan cara melindunginya. 41 Pesan yang menekankan

konsekuensi negatif jika tidak menggunakan volume sedang atau kecil memiliki kemampuan untuk mempengaruhi remaja agar memiliki keinginan mencegah ketulian.42

4.3.1.2 Hubungan pengetahuan dengan sikap Tabel 4.7 Tabel hubungan pengetahuan dengan sikap

Kategori Pengetahuan Kategori Sikap Total

Buruk Baik

Buruk 7 2 9

Baik 192 28 220

Total 206 23 229

P-value= 0,334

Dari tabel diatas didapatkan hasil yang terbanyak adalah responden dengan pengetahuan baik namun sikap nya buruk. Meskipun hasil ini tidak memiliki hubungan yang bermakna karena hasil p-value= 0,334 (>0,05) skor yang didapatkan menunjukkan nilai yang cukup signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian menggunakan Youth attitude to noise scale di Brazil. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa hasil nya lebih rendah dibandingkan hasil di Swedia dan Amerika yang mengindikasikan sikap yang lebih negatif terhadap bising.26 Kebanyakan dari mereka yang tahu mengabaikan informasi yang didapat dan tidak memiliki keinginan untuk merubah perilaku tersebut. 12

BAB V

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. 96,1% responden memiliki gambaran pengetahuan baik. Hanya 13,1% responden memiliki gambaran sikap baik dan hanya 41,9% yang memiliki gambaran perilaku baik.

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan tentang peranti dengar dengan perilaku mengunakan peranti dengar.

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara sikap tentang peranti dengar dengan perilaku mengunakan peranti dengar.

4. Pada penelitian ini prevalensi perilaku penggunaan peranti dengar yang beresiko adalah 58,1%

5.2 Keterbatasan Peneliti

1. Kuosioner perlu di validasi lebih lanjut agar dapat digunakan dalam penelitian lain.

2. Proporsi pertanyaan pada kuosioner perlu di koreksi agar nilai pengetahuan dan sikap lebih seimbang.

3. Responden tidak didampingi oleh peneliti secara langsung saat pengisian kuosioner.

5.3 Saran

1. Perlu dilakukannya studi intervensi terkait promosi kesehatan tentang gangguan dengar karena bising

2. Diperlukan penyamaan persepsi antara responden dan peneliti sebelum pengisian kuosioner secara langsung.

1. Mayangsari AA, Wibisono A. Perancangan Bandung Classical Music Center dengan Pendekatan Modern Culture. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain. 2014 : Vol 3

2. Indayudha F. Panduan Praktik Komputer dan Internet untuk Anak. 1st ed. Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2008. Hal 7.

3. Pellegrino E, Lorini C, Allodi G, Buonamici C, Garofalo G, Bonaccorsi G. Music-listening habits with MP3 player in a group of adolescents: a descriptive survey. PubMed. 2013 Sep-Oct,25(5):367-76

4. Kim MG, Hong SM, Shim HJ, Kim YD, Cha CI, Yeo SG. Hearing threshold of Korean adolescents associated with the use of personal music players.Yonsei Med J. 2009 Dec 31;50(6):771-6.

5. World Health Organization, 2012. Global Estimates on Prevalence of Hearing Loss. [Cited 2015] Available from :

www.who.int/pbd/ deafness /WHO_GE_HL.pdf

6. Niskar AS, Kieszak SM, Holmes AE, Esteban E, Rubin C, Brody DJ. Estimated prevalence of noise induced hearing threshold shifts among children 6 to 19 years of age: The third national health and nutritional examination survey. 1988-1994, United States. Pediatrics 2001;108:40– 43.

7. Laoh A, Jimmy F, Rumampuk, Fransiska L. Hubungan Penggunaan Headset terhadap Fungsi Pendengaran pada Mahasiswa Angkatan 2012 Fakultas Kedoteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 2015: Volume 3 Nomor 3 Juli 2015.

8. World Health Organization, 1997. Prevention of Noise induced hearing loss: report of an informal consultation. Geneva : WHO

9. Thais CM, Johnson R. But don’t go one louder. Centers for Disease Control and Prevention. 2011 [Cited 29 June 2016] Available from : http://blogs.cdc.gov/niosh-science-blog/2011/01/25/music/

10.Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/2011 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Sekretariat Negara. Jakarta.

11. Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 7 tahun 2009 tentang ambang batas kebisingan kendaraan bermotor tipe baru. Sekretariat Negara. Jakarta.

12.Vogel I, Brug J, Hosli EJ, van der Ploeg CP, Raat H. MP3 players and hearing loss: adolescents' perceptions of loud music and hearing conservation. J Pediatr. 2008 Mar;152(3):400-4

13.Mubarak, Iqbal dkk. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu, 2007. 14.Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasinya- Edisi revisi.

Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

15.Machfoedz I, Suryani E. Pendidikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya; 2007

16.Notoatmodjo S.2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku . Jakarta : Rineka Cipta

17.Glanz K, Rimer BK, Viswanath K, editors. Behavior and Helath Education: theory, research and practice. 4th ed. San Fransisco : John Wiley and Son, 2008.

18.Taylor D, Bury M, Campling N, Carter S, Garfied S, Newbould J, and others. A Review of the use of the Health Belief Model, the Theory of Reasonded Action, the Theory of Planned Behavior and the Trans-Theoretical Model to study and predict health related behavior change. London: National Institute for Health and Clinical Excellence, 2007. 19.Airo, Erkko (et al). Listening to Music with earphones : a noise exposure

assessment hearnet; 2007. Available from:

http://www.saif.com/_files/safetyhealthguides/S-839.pdf

20.Frank, Tom. Audiology Diagnosis : Basic Instrument and Calibration. US: Thieme,2000. hlm 185-187.

21.Hodgetts WE1, Rieger JM, Szarko RA. The effects of listening environment and earphone style on preferred listening levels of normal hearing adults using an MP3 player. Ear Hear. 2007 Jun;28(3):290-7.

22.Tortora, G J. Derrickson, Bryan. Hearing and equilibrium. Dalam : Bonnie R. Principles of anatomy and physiology.12th edition. USA: The Mcgraw-Hill Companies. 2009; 620-8

23.Sherwood, L. Telinga: pendengaran dan keseimbangan. Dalam: Nella Y. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakatra : EGC 2013; 230-45

24.Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC, 2007.

25.Herman NWP. Prevalensi Gangguan Pendengaran pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah,2011 26.Zocoli AM, Morata TC, Marques JM, Corteletti LJ. Brazilian young adults

and noise: attitudes, habits, and audiological characteristics. Int J Audiol. 2009;48(10):692-9.

27.Bashiruddin J, Soetirto I. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss). Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J & Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FK UI 2012; 42-45

28.Sulaiman AH, Husain R, Seluakumaran K. Hearing Risk among Young Personal Listening Device Users: Effect at High –Frequency and Extended High Frequency Audiogram Thresholds. J Int Adv Otol 2015;11(2): 104-9

29.Danhaver, Jeffrey (et al). Survey of College Students on iPod Use and hearing Health. J. Am Acad Audiol. 2009;20:5-27

30.Kähäri KR, Aslund T, Olsson J. Preferred sound levels of portable music players and listening habits among adults: a field study. Noise Health. 2011; Jan-Feb;13(50):9-15

31.Common environmental noise levels. New York : center for hearing and communication. Available from: http://chchearing.org/noise/common-environmental-noise-levels/

32.Dahlan, M S. Statitiska untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat, dan multivariat. Jakarta: Salemba Medika 2013: 121-8

33.Wandadi M, Rashedi V, Heidari A. The prevalence of using personal music player and listening habits in iranian medical students. JRSR 2014; 1; 30-32

34.Hutchinson Marron K, Marchiondo K, Stephenson S, Wagner S, Cramer I, Wharton T, Hughes M, Sproat B, Alessio H.College students personal listening device usage and knowledge. Int J Audiol. 2015 Jun;54(6):384-90

35.Vogel I1, Verschuure H, van der Ploeg CP, Brug J, Raat H. Adolescents and MP3 players: too many risks, too few precautions. Pediatrics. 2009 Jun;123(6):e953-8

36.Sandra Levey, Tania Levey, and Brian J. Fligor. Noise Exposure Estimates of Urban MP3 Player Users . Journal of Speech, Language, and Hearing Research, February 2011, Vol. 54, 263-277

37.Muchnik C, Amir N, Sahbtai E, Neeman RK. Preferred listening levels of personal listening devices in young teenagers: Self reports and physical measurements. International journal of audiology vol: 51(4) 2011 nov 20 38.Widen SE, Holmes AE, Johnson T, Bohlin M, Erlandsson SI. Hearing, use

of hearing protection, and attitudes toward noise among young American adults. International Journal of Audiology 2009; 48;537-545

39.Hoover A, Krishnamurti S. Survey of College Students' MP3 Listening: Habits, Safety Issues, Attitudes, and Education. American Journal of Audiology, June 2010, Vol. 19, 73-83

40.Hadinoto, Olivia S. Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan piranti dengar . [undergraduate thesis], widya mandala catholic university surabaya,2014. 41.Fligor BJ, Cox LC. Output levels of commercially available portable

compact disc players and the potential risk to hearing. Ear Hear. 2004; Dec;25(6):513-27.

42.Brunjin GJ, Spaans I, Jansen B, Riet JV. Testing the effects of a message framing intervention on intentions towards hearing loss prevention in adolescents. Oxford University Press. 2016; February 3.

Tanggal Pengambilan:

KUOSIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS DUA

SMA TERHADAP PENGGUNAAN PERSONAL LISTENING

DEVICE (PLD)

No Kuosioner:

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Pengetahuan dan Sikap terhadap Penggunaan peranti dengar oleh Zaima Dzatul Ilma, Mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2013 FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela. Pernyataan bersedia diwawancarai dan diperiksa.

Tangerang, April 2016

( _______________________ )

Adolescent’s Perceptions of Loud Music and Hearing Conservation

Opening

● Do you then have to shout to talk to each other? Vulnerability/Severity

● Do you think there’s a risk of hearing impairment? ● What causes it? Who runs a risk of hearing impairment? ● Do you know anyone whose hearing has been impaired?

● Do you know if listening to loud music can impair your hearing? ● Is it possible for young people like you to lose their hearing? ● Do you think that you personally run a risk of losing your hearing? ● Do you ever worry about that? Do you ever talk about it? If so, who with?

● Have you ever gone a bit deaf, or had a ringing sound or kind of echo in your ears? What did you think of that?

● Do you think it is important to be able to hear well? Why?

● Is it a nuisance for someone to lose their hearing? (Imagine you’ve lost some of yours: what kind of consequences might it have, and

in which ways might it be a nuisance?)

Dalam dokumen PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA (Halaman 38-82)

Dokumen terkait