• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amenore Postpartum, Abstinensi, dan Masa Tidak Subur

BAB 5 FERTILITAS

5.6 Amenore Postpartum, Abstinensi, dan Masa Tidak Subur

MELAHIRKAN

Pada wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi, kemungkinan untuk menjadi hamil setelah melahirkan ditentukan oleh dua faktor, yaitu menyusui dan tidak melakukan hubungan seksual. Menyusui setelah melahirkan dapat melindungi wanita dari kehamilan melalui periode lamanya amenore, yaitu interval antara kelahiran seorang anak dan kembalinya haid atau menstruasi. Pada periode ini risiko kehamilan akan berkurang, namun tergantung pada intensitas dan lamanya menyusui. Penundaan melakukan hubungan seksual setelah melahirkan juga memperpanjang periode amenore. Seorang wanita disebut tidak subur jika dia tidak terkena risiko kehamilan, baik karena periode amenore postpartum atau karena dia tidak melakukan hubungan seksual setelah melahirkan.

Tabel 5.7 dan Gambar 5.3 menunjukkan persentase kelahiran tiga tahun sebelum survei yang ibunya belum mulai haid, belum melakukan hubungan seksual, dan tidak subur setelah melahirkan dirinci menurut jumlah bulan sejak kelahiran tersebut. Angka yang disajikan pada Tabel 5.7 dihitung berdasarkan status saat survei. Setiap wanita ditentukan statusnya, apakah belum haid atau melakukan hubungan seksual setelah melahirkan pada waktu survei. Tabel tersebut mencakup semua anak yang lahir selama tiga tahun sebelum survei. Untuk mengurangi fluktuasi, kelahiran dikelompokkan dalam interval dua bulan.

Tabel 5. 7 Amenore postpartum, abstinensi, dan tidak subur setelah melahirkan

Persentase kelahiran pada wanita dalam tiga tahun sebelum survei yang amenore postpartum, abstinensi, dan masa tidak subur setelah melahirkan, menurut jumlah bulan sejak kelahiran, median dan rata-rata, Indonesia 2012

Persentase kelahiran pada wanita:

Jumlah kelahiran Bulan sejak kelahiran Belum haid Tidak kumpul Masa tidak subur1

< 2 87,3 90,5 96,5 465 2-3 39,1 40,1 55,6 569 4-5 26,3 19,5 36,9 600 6-7 29,1 19,5 40,3 636 8-9 21,4 9,4 27,4 607 10-11 21,4 14,0 30,9 646 12-13 22,0 11,3 28,2 621 14-15 19,1 10,9 24,5 555 16-17 19,7 11,9 26,9 546 18-19 18,0 9,1 25,0 554 20-21 12,9 7,6 18,3 583 22-23 15,9 8,4 21,3 543 24-25 10,9 8,7 17,7 607 26-27 15,9 7,6 19,3 547 28-29 7,8 7,2 14,5 569 30-31 12,4 4,0 14,8 535 32-33 13,0 6,2 16,3 588 34-35 9,7 4,7 13,8 495 Total 21,8 15,5 28,9 10.265 Median 2,4 2,4 3,8 -Mean 8,4 6,1 10,8

-Catatan: Estimasi berdasarkan status saat survei, na = Tidak berlaku

1Termasuk kelahiran yang ibunya masih belum haid atau masih belum kumpul (atau keduanya) setelah melahirkan,

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir semua wanita (97 persen) tidak subur dalam dua bulan pertama setelah melahirkan, karena mereka belum haid atau belum melakukan hubungan seksual. Secara umum, proporsi perempuan yang amenore dan belum melakukan hubungan seksual menurun dengan bertambahnya bulan setelah melahirkan. Proporsi wanita amenore turun dari 87 persen dalam dua bulan pertama setelah melahirkan menjadi kurang dari 8 persen pada 28-29 bulan. Secara umum (91 persen) wanita di Indonesia tidak melakukan hubungan seksual selama dua bulan pertama setelah kelahiran. Proporsi tidak melakukan hubungan seksual setelah melahirkan mencapai 40 persen pada 2-3 bulan dan kemudian turun menjadi 20 persen pada 4-5 bulan setelah melahirkan. Periode amenore postpartum lebih panjang dari periode postpartum abstinence (tidak berhubungan seksual); dan merupakan faktor determinan masa tidak subur selama kehamilan.

Gambar 5.3 Persentase Kelahiran dalam Tiga Tahun Terakhir yang ibunya Belum Haid atau Belum Melakukan Hubungan Seksual SDKI 2012

Persen 0 20 40 60 80 100 <2 2-3 6-7 10-11 14-15 18-19 22-23 26-27 30 -31 34-35 Amenorrheic Abstaining

Tabel 5.8 Median lamanya amenore pospartum, abstinensi, dan masa tidak subur setelah melahirkan

Median jumlah bulan amenore postpartum, abstinensi, dan masa tidak subur setelah melahirkan dalam tiga tahun sebelum survei menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012

Karakteristik latar belakang Belum haid Tidak kumpul Masa tidak subur1

Umur ibu

15-29 2,3 2,4 3,6

30-49 2,6 2,3 4,2

Daerah tempat tinggal

Perkotaan 2,3 2,3 3,3 Perdesaan 2,7 2,4 4,3 Pendidikan Tidak sekolah 2,4 3,4 5,9 Tidak tamat SD 3,1 2,9 4,2 Tamat SD 2,3 2,3 4,1

Tidak tamat SMTA 2,4 2,4 3,3

Tamat SMTA 2,3 2,3 3,7 Perguruan Tinggi2 3,3 2,3 4,3 Kuintil kekayaan Terbawah 3,4 2,5 4,9 Menengah bawah 2,5 2,7 3,9 Menengah 2,1 2,2 3,5 Menengah atas 2,2 2,4 3,0 Teratas 2,4 2,2 3,7 Jumlah 2,4 2,4 3,8

Catatan: Median berdasarkan status sekarang

1Termasuk kelahiran yang ibunya masih belum haid atau masih belum melakukan hubungan seksual (atau keduanya) setelah melahirkan

2 Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3

Tabel 5.8 juga menunjukkan median lamanya wanita belum haid, tidak melakukan hubungan seksual, dan masa tidak subur menurut karakteristik latar belakang. Wanita di bawah umur 30 tahun mempunyai masa tidak subur lebih singkat dibandingkan dengan wanita umur 30 tahun ke atas (masing-masing 3,6 dan 4,2 bulan). Berdasarkan tempat tinggal perkotaan dan perdesaan, masa tidak subur wanita adalah masing-masing 3,3 bulan dan 4,3 bulan.

Bila dilihat menurut pendidikan, makin rendah tingkat pendidikan wanita, makin lama masa tidak subur setelah melahirkan dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan lebih tinggi; median lamanya tidak subur untuk wanita yang tidak sekolah adalah 5,9 bulan, sedangkan untuk wanita yang berpendidikan tamat SMTA atau lebih tinggi adalah 4,3 bulan.Wanita dengan padakuintil kekayaan terbawah lama masa tidak subur setelah melahirkan lebih lama (4,9 bulan) dibandingkan dengan wanita padakuintil kekayaan teratas (3,7 bulan).

Lampiran Tabel A-5.4 menunjukkan perbedaan bulan belum haid, tidak melakukan hubungan seksual, dan masa tidak subur setelah melahirkan tiga tahun sebelum survei menurut provinsi.

Tabel 5.8 menunjukkan median wanita Indonesia yang belum haid setelah melahirkan adalah 2,4 bulan, tidak melakukan hubungan seksual 2,4 bulan, dan masa tidak subur 3,8 bulan. Secara umum, proporsi perempuan yang belum haid atau melakukan hubungan seksual menurun dengan bertambahnya bulan setelah melahirkan.

5.8 UMUR PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas adalah rata-rata umur pada kelahiran anak pertama. Wanita yang menikah pada umur muda lebih lama menghadapi risiko kehamilan. Oleh karena itu, pada umumnya ibu yang melahirkan pada umur muda mempunyai anak lebih banyak dan mempunyai risiko kesehatan yang tinggi. Kenaikan median umur pada kelahiran pertama merupakan tanda terjadinya transisi menuju fertilitas yang lebih rendah.

Tabel 5.10 menyajikan persentase wanita yang telah melahirkan pada umur tertentu dan median umur saat pertama kali melahirkan menurut umur. Data SDKI 2012 menunjukkan wanita cenderung mempunyai anak pada umur yang lebih tua. Sebagai contoh, Tujuh persen wanita umur 45-49 melahirkan anak pertama pada umur 15 tahun dibandingkan dengan kurang dari satu persen wanita umur 15-19 tahun. Proporsi wanita yang melahirkan anak pertama pada umur 20 tahun turun dari 45 persen pada umur 45-49 menjadi 22 persen pada wanita umur 20-24 tahun. Secara umum tabel 5.10 bahwa, median umur melahirkan anak pertama naik dari 20,6 tahun untuk wanita umur 45-49 tahun menjadi 22,8 tahun untuk wanita umur 25-29 tahun. Meningkatnya umur melahirkan anak pertama juga dapat dilihat dari turunnya proporsi wanita yang melahirkan pada umur 15 tahun.

Tabel 5.10 Umur melahirkan pertama

Persentase wanita 15 -49 tahun yang melahirkan pertama kali pada umur tertentu menurut umur, persentase wanita yang tidak pernah melahirkan, dan median umur persalinan pertama, Indonesia 2012

Persen kumulatif wanita melahirkan pertama pada umur tertentu

Persentase wanita yang tidak pernah melahirkan Jumlah wanita Median umur persalinan pertama Umur 15 18 20 22 25 15-19 0,3 na na na na 93,0 6.927 a 20-24 0,6 6,5 22,2 na na 50,8 6.305 a 25-29 1,1 9,8 25,1 43,9 66,9 20,0 6.959 22,8 30-34 2,2 12,6 28,2 47,1 67,6 9,2 6.876 22,3 35-39 2,4 14,0 29,9 47,6 69,1 6,9 6.882 22,3 40-44 5,5 19,5 36,2 52,9 72,0 5,0 6.252 21,6 45-49 7,1 26,2 44,7 61,1 77,9 4,7 5.407 20,6 20-49 3,0 14,4 30,6 na na 16,2 38.680 a 25-49 3,5 15,9 32,2 50,0 70,4 9,5 32.375 22,0 na = tidak berlaku

a = Diabaikan karena kurang 50 pesrsen wanita melahirkan sebelum mencapai umur awaldari kelompok umur tersebut,

Tabel 5.9 Menopause

Persentase wanita umur 30-49 tahun yang menopause, menurut umur, Indonesia 2012

Umur

Persentase

menopause1 Jumlah wanita 30-34 11,4 6.876 35-39 13,6 6.882 40-41 14,8 2.580 42-43 17,8 2.610 44-45 22,6 2.190 46-47 32,6 2.187 48-49 44,0 2.092 Jumlah 18,5 25.417

1Persentase semua wanita yang tidak hamil dan belum mulai haid setelah melahirkan, yang masa haidnya terjadi enam bulan atau lebih sebelum survei.

Dokumen terkait