• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Lapang

Survei lapang merupakan tahap awal penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi terkait dengan potensi tambak udang di sepanjang pantai utara Jawa Barat sehingga dapat dipilih sebagai lokasi yang mewakili pengambilan sampel udang. Lokasi yang dipilih pada survei lapang adalah Kabupaten Karawang, Cirebon, Indramayu karena memiliki usaha budidaya tambak udang yang cukup besar baik sistim tradisional maupun intensif. Jenis udang yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei) karena sedang banyak dibudidayakan. Sampel udang yang diambil pada survei lapang dilakukan analisis presumtif V. parahaemolyticus dan hasil analisis ini selanjutnya dijadikan sebagai dasar penentuan lokasi pengambilan sampel udang pada penelitian utama.

Berdasarkan analisis presumtif V. parahaemolyticus pada sampel udang vaname dari ketiga lokasi, menunjukkan hasil sebagai berikut (Tabel 8):

a. Lokasi Cirebon, ditemukan V. parahaemolyticus positif pada sampel udang di tambak tradisional. Sampel udang di tambak intensif tidak diperoleh karena udang baru ditebar sehingga ukuran udang belum cukup untuk di ambil sebagai sampel.

b. Lokasi Indramayu, ditemukan V. parahaemolyticus pada sampel udang di tambak semi intensif. Pengambilan sampel di tambak tradisional tidak dilakukan karena udang baru ditebar.

c. Lokasi Karawang, ditemukan V. parahaemolyticus pada sampel udang baik di tambak tradisional (polikultur) maupun tambak intensif. Jumlah tambak yang beroperasi di lokasi in baik tradisional maupun intensif sangat terbatas.

Tabel 8. Hasil analisis presumtif V. parahaemolyticus dari udang vaname yang diambil dari 3 lokasi survei

Hasil analisis presumtif Vp No Lokasi

Tradisional Intensif

1 Cirebon + tidak diambil sampel

2 Indramayu tidak diambil sampel +

3 Karawang +

(polikurtur dengan bandeng) +

Berdasarkan hasil analisis presumtif V. parahaemolyticus dari sampel udang di atas dan hasil wawancara dengan petani tambak maupun penyuluh Dinas Kelautan dan Perikanan setempat seputar produksi, jumlah tambak udang yang masih aktif, dan perkiraan waktu panen, dari ketiga lokasi, dapat disimpulkan bahwa udang di seluruh lokasi mungkin mengandung V. parahaemolyticus. Namun demikian dari ketiga lokasi, Kabupaten Indramayu memiliki usaha budidaya tambak terbesar dan terluas sehingga dianggap mewakili dan dipilih menjadi lokasi pengambilan sampel udang baik untuk sistim tradisional maupun intensif.

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah yang memiliki usaha budidaya tambak udang cukup besar di daerah Jawa Barat baik tradisional dan intensif. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, sampai dengan Desember 2010 total produksi budidaya udang vaname adalah18.000 ton atau berkisar Rp 500 milyar. Usaha budidaya udang vaname ini sedang digalakkan oleh Kabupaten Indramayu baik secara tradisional maupun intensif.

Pengambilan sampel udang segar dilakukan di tambak tradisional dan intensif. Udang yang diambil sebagai sampel adalah udang siap panen dengan umur pemeliharaan berkisar di atas 2.5 bulan. Berdasarkan ukuran udang, pada tambak tradisional berkisar 90-80 ekor/kg dan 80-70 ekor/kg pada tambak intensif. Periode pengambilan sampel disesuaikan dengan waktu panen tambak yang diperoleh berdasarkan informasi penyuluh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu yang ditempatkan di kecamatan. Pengambilan sampel udang dilakukan pada bulan Agustus dan Nopember dimana untuk tambak

tradisional berlokasi di Kecamatan Cantigi yang berasal dari 4 desa yaitu Cangkring (5 petak tambak), Cantigi Kulon (2 petak tambak), Cantigi Wetan (1 petak tambak) dan Lamaran Tarung (8 petak tambak). Sementara itu untuk tambak intensif, seluruh sampel berasal dari satu areal budidaya tambak yang berlokasi di Kecamatan Patrol. Sampel udang berasal dari 16 petak tambak baik di tambak tradisional maupun intensif dan selama pengambilan sampel dilakukan pengumpulan data dan pengamatan terhadap lingkungan tambak (Tabel 9).

Pengambilan sampel udang sangat dipengaruhi waktu panen sehingga tidak dapat dilakukan serentak pada tambak tradisional maupun intensif. Tambak dengan sistim tradisional pengambilan sampel tidak dapat dilakukan pada satu petani tambak karena umumnya jumlah tambak udang tidak banyak sehingga harus diambil dari beberapa lokasi dalam satu kecamatan. Umumnya luas areal tambak tradisional tidak seragam dan luas. Tambak tradisional tidak dilengkapi kincir air sebagai sistim aerasi dan sumber air tambak diambil langsung dari sungai yang bersifat payau dan selama pemeliharaan udang sampai panen tidak ada pergantian air (Gambar 3).

Tabel 9. Data pengamatan dan pengukuran parameter lingkungan di tambak tradisional dan intensif di Kabupaten Indramayu

Parameter Tambak Tradisional Tambak Intensif

Suhu (°C) 30-31 30-31

Salinitas (ppt) 10-15 26-30

pH 7-8 7.5-8

Sistim aerasi - 6 kincir/petak

Padat tebar (ekor/ m2) 8-10 90-120

Luas petak tambak (m2) 5000-10.0000 600 m2

Salinitas air tambak tradisional berada pada kisaran 10-15ppt dan suhu air berkisar 30-31°C pada saat pengambilan sampel. Berdasarkan pengukuran salinitas terlihat ada perbedaan salinitas antara tambak tradisional dan intensif. Umumnya petani tambak tradisional tidak melakukan pengukuran terhadap salinitas air tambak. Rendahnya salinitas di tambak tradisional diduga karena

pada saat pengambilan sampel udang curah hujan cukup tinggi sehingga terjadi penurunan salinitas di tambak tradisional. Hal ini berbeda kondisinya dengan tambak intensif dimana selalu dilakukan pengontrolan terhadap parameter lingkungan tambak seperti suhu, salinitas, pH, dan unsur hara.

Sementara itu, dalam hal padat tebar benih udang umumnya petani tambak tradisional tidak berani menebar benih udang dalam jumlah besar dengan tujuan menghindari resiko kerugian yang besar jika selama pemeliharaan tambak terjadi kematian udang sebelum masa panen. Hal ini juga terkait dengan besarnya modal yang dimiliki oleh petani tambak tradisional. Sedangkan pada tambak intensif, padat tebar umumnya mengacu pada pedoman Good Aquaculture Practises (GAP) yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan tambak selama pemeliharaan.

Gambar 3. Tambak udang sistim tradisional

Beberapa petani tambak memberikan pakan alami pada udang sementara sebagian petani tambak mengkombinasikan pakan alami dengan pakan komersil. Pakan alami dibuat dengan cara mengeringkan ikan-ikan rucah dan selanjutnya digiling dan dibentuk seperti pelet. Hasil pengamatan di tambak tradisional ditempatkan ganggang atau ikan seperti bandeng serta kerang-kerangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani tambak penempatan ganggang dan ikan bertujuan untuk membersihkan tambak dari pengotor dan sisa-sisa pakan. Ikan dan kerang yang berada di dalam tambak sebagian memang sengaja

ditambahkan dan sebagian memang sudah ada sebelum tambak ditanami udang. Keberadaan biota-biota tersebut di tambak diduga masuk pada saat air sungai dialirkan ke dalam petak tambak. Tambak tradisional tidak menerapkan sistim penggantian air selama pemeliharaan udang sehingga kandungan bahan organik maupun anorganik yang merupakan sisa pakan, feses udang, nutrien alami tambak dan biota perairan seperti fitoplankton dan zooplankton serta cemaran lainnya menumpuk pada dasar tambak.

Hasil pengamatan di lapangan selama pengambilan sampel di tambak intensif setiap petakan ditempatkan kincir air sebanyak 6 kincir air yang berputar secara kontiniu (Gambar 4). Lokasi tambak berada tepat di sebelah pantai dan sumber air berasal dari air tanah yang dicampur dengan air laut. Air laut diambil langsung dari laut dengan cara mengalirkannya melalui pipa yang dipasang sejauh sekitar 2km dari pantai. Sebelum masuk ke tambak, air laut ditampung di bak penampungan dan disaring terlebih dahulu dengan penyaring ukuran besar (kain kasa) dan ukuran kecil (planktonet). Bak penampung ditempatkan ikan nila dan bandeng yang bertujuan untuk membantu membersihkan air dari pengotor. Salinitas dan pH air tambak diukur setiap hari sedangkan unsur hara diukur setiap minggu untuk menjaga kualitas air tambak. Tambak intensif dilengkapi dengan sistim aliran pembuangan air.

Dokumen terkait