• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN HUBUNGAN INCEST DAN HAK ANAK DALAM

F. Hak Anak Menurut Hukum Positif

1. Hak Anak Menurut Hukum Perdata

Pemberian perlindungan kepada anak di dalam hukum perdata mengatur hak warga negaranya. Anak sama seperti orang dewasa sebagai anggota masyarakat, anak juga memperoleh hak. Namun anak-anak tidak dapat melindungi hak-haknya seperti orang dewasa, oleh karena itu diperlukan bantuan orang dewasa untuk mengurusi hak-haknya. Oleh karena itu perlindungan anak sangatlah penting.

35

Empat bidang dalam hukum perdata yang paling penting bagi hak anak adalah:

a. Kedudukan anak

Menurut hukum perdata, kedudukan anak yang dikenal ada 2 macam yaitu:

1) Anak sah adalah anak yang dilahirkan sepanjang perkawinan dan

dibuktikan oleh akta nikah.

2) Anak luar kawin adalah anak yang dilahirkan diluar perkawinan.

Selain yang disebutkan di atas, lalu dikembangkan kedudukan anak menurut hukum pedata, yaitu:

1) Anak sah, adalah anak yang dilahirkan didalam perkawinan dan

dibuktikan oleh akta nikah

2) Anak yang disahkan, adalah anak yang dilahirkan diluar

perkawinan, pada saat kedua orang tua melakukan perkawinan anak tersebut diakui atau disahkan yang kemudian dicatat di akte nikah.

3) Anak yang disahkan dengan penetapan, adalah anak luar kawin,

lalu orang tuanya mengajukan permohonan ke departemen kehakiman untuk menetapkan anaknya dengan pertimbangan Mahkamah Agung, maka kemudian dikeluarkanlah penetapan anak tersebut

4) Anak yang diakui, adalah anak luar kawin yang diakui oleh kedua

36

mempunyai akibat hukum. Orangtua yang mengakui itu harus memenuhi kebutuhan anak tersebut dan anak tersebut berhak mewaris.

5) Anak Zina, adalah anak luar kawin yang salah satu orang tuanya

atau kedua orang tuanya terikat dalam perkawinan kawin (selingkuh).

6) Anak sumbang, adalah anak luar kawin yang orang tuanya

dilarang untuk menikah oleh undang – undang.

Sebenarnya golongan macam – macam anak dalam hukum

perdata hanya ada 2 golongan yaitu Anak sah, dan Anak luar kawin yang termasuk di dalamnya yaitu, anak yang disahkan, anak yang disahkan dengan penetapan, anak yang diakui, anak zina, dan anak sumbang. Mengenai kedudukan anak diatas seluruhnya terdapat dalam Bab XII tentang Keayahan dan asal keturunan anak-anak KUH-Perdata.

b. Kekuasaan Orangtua

Menurut Kitab Undang – undang Hukum Perdata Bab

XIV,secara umum dapat dikatakan bahwa kekuasaan orang tua

merupakan kekuasaan bersama dari orang tua atas anak – anaknya

yang belum dewasa atau belum kawin, yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah dan untuk mewakilinya didalam maupun diluar pengadilan. Kekuasaan orang tua, terutama berisi kewajiban untuk mendidik dan memelihara anaknya. Pemeliharaan meliputi pemberian

37

nafkah, pakaian dan perumahan. Kekuasaan orang tua terhadap diri anak adalah kewajiban untuk memberi pendidikan dan penghidupan kepada anaknya yang belum dewasa dan sebaliknya anak-anak dalam umur berapapun juga wajib menghormati dan segan kepada bapak dan ibunya. Apabila orang tua kehilangan hak untuk memangku kekuasaaan orang tua atau untuk menjadi wali maka hal ini tidak membebaskan mereka dari kewajiban memberi tunjangan-tunjangan dengan keseimbangan sesuai pendapatan mereka untuk membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak mereka (Pasal 298 KUH Perdata). Pasal 299 KUHPerdata mengatakan selama perkawinan bapak dan ibu berlangsung maka anak berada dibawah kekuasaan mereka selama kekuasaaan orang tua tidak dibebaskan atau dicabut / dipecat dari kekuasaaan mereka.

Kekuasaan orang tua dilakukan oleh bapak, kalau bapak dibebaskan atau dipecat atau perpisahan meja dan ranjang si ibu yang melakukannya, jika si ibu inipun tidak dapat melakukan kekuasaan orng tua maka pengadilan akan mengangkat seorang wali (Pasal 300 KUH-Perdata ).

1) Asas – asas dari kekuasaan orang tua yaitu;

a) Hanya ada sepanjang perkawinanan

b) Diberikan kepada kedua orang tua

c) Hanya diakui selama kewajiban – kewajiban dari orang tua

38

2) Kekuasaan orang tua dapat berhenti oleh beberapa sebab yaitu;

a) Anak telah dewasa

b) Perkawinan berhenti kerena;

(1) Perceraian

(2) Kematian

c) Pemecatan dengan alasan;

(1) Orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan kewajiban

kepada si anak dengan seharusnya

(2) Orang tua tidak cakap

(3) Orang tua berkelakuan buruk; (Bagian 2a, tentang

pembebasan dan pemecatan dari kekuasaan orangtua KUH-Perdata).

3) Akibat dari kekuasaan orang tua, ada 2 macam yaitu;

a) Terhadap diri pribadi anak;

(1) Orang tua wajib memenuhi kebutuhananak dalam bentuk

in natunal (siap pakai / sudah jadi)

(2) Kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu; sandang, pangan,

papan, pendidikan, dan pengobatan jika si anak sakit

(3) Orang tua dalam mendidik anak boleh menghukum

apabila anaknya melanggar peraturan namun dalam batasan wajar; (Bab Kekuasaan orangtua Bagian 1 KUH- Perdata).

39

Pengurusan harta benda anak bertujuan untuk mewakili anak untuk melakukan tindakan hukum oleh karena

anak itu dianggap tidak cakap. Seorang pemangku

kekuasaan orang tua terhadap anak yang belum dewasa mempunyai hak mengurus atas harta benda anak itu (pasal 307 KUH-Perdata).

4) Hak penikmatan berakhir apabila:

a) Matinya si anak ( pasal 314 KUH-Perdata )

b) Anak menjadi dewasa.

c) Pencabutan kekuasaan orang tua.

c. Perwalian

Perwalian dalam hukum perdata adalah pengawasan atas anak yang belum dewasa yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua serta pengurusan harta kekayaan anak tersebut. Perwalian muncul apabila kekuasaan orang tua berhenti dan anak belum dewasa.

1) Didalam sistem perwalian menurut KUHPerdata dikenal

beberapa asas, yakni :

a) Asas tak dapat dibagi-bagi

Pada tiap-tiap perwalian hanya ada satu wali, hal ini tercantum dalam pasal 331 KUHPerdata. Asas tak dapat dibagi-bagi ini mempunyai pengecualian dalam dua hal,yaitu:

40

(1) Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua

yang hidup paling lama maka apabila ia kawin lagi suaminya menjadi wali serta, pasal 351 KUHPerdata.

(2) Jika sampai ditunjuk pelaksanaan pengurusan yang

mengurus barang-barang anak yang belum dewasa / dibawah umur diluar Indonesia, didasarkan pasal 361 KUHPerdata yaitu:

“Jika seorang anak belum dewasa yang berdiam di Indonesia mempunyai harta kekayaan di Negeri Belanda atau di salah satu atau lebih daerah-daerah jajahannya, maka atas permintaan walinya pengurusan akan harta kekayaan itu boleh dipercayakan kepada seorang pengurus di Negeri Belanda dan di tiap-tiap daerah jajahan itu”.

b) Asas persetujuan dari keluarga.

Keluarga harus dimintai persetujuan tentang

perwalian. Dalam hal keluarga tidak ada maka tidak diperlukan persetujuan pihak keluarga itu, sedang pihak keluarga kalau tidak datang sesudah diadakan panggilan dapat dituntut berdasarkan pasal 524 KUH Perdata.

2) Syarat perwalian adalah;

a) Terhadap anak yang belum dewasa

b) Berhentinya kekuasaan orang tua karena putusnya

perkawinan atau dipecat atau si anak tidak berada dibawah kekuasaan

41

a) Kewajiban memberitahukan kepada Balai Harta Peninggalan.

Pasal 368 KUH Perdata apabila kewajiban ini tidak dilaksanakan wali maka ia dapat dikenakan sanksi berupa wali dapat dipecat dan dapat diharuskan membayar biaya- biaya dan ongkos-ongkos.

b) Kewajiban mengadakan inventarisasi mengenai harta si anak

yang diperwalikannya (pasal 386 ayat 1 KUH Perdata).

c) Kewajiban-kewajiban untuk mengadakan jaminan (pasa1335

KUH Perdata).

d) Kewajiban menentukan jumlah yang dapat dipergunakan

tiap-tiap tahun oleh anak tersebut dan biaya pengurusan. (pasal 338 KUH Perdata).

e) Kewajiban wali untuk menjual perabotan rumah tangga

minderjarige (anak yang belum dewasa) dan semua barang bergerak dan tidak memberikan buah atau hasil atau keuntungan kecuali barang-barang yang diperbolehkan

disimpan dengan izin Weeskamer (Balai Harta Peninggalan).

(pasal 389 KUH Perdata)

f) Kewajiban untuk mendaftarkan surat-surat piutang negara

jika ternyata dalam harta kekayaan minderjarigen ada surat piutang negara. (pasal 392 KUH Perdata).

42

g) Kewajiban untuk menanam sisa uang milik menderjarige

(anak belum dewasa)setelah dikurangi biaya penghidupan tersebut.

1) Macam – macam perwalian dalam Kitab Undang – undang

Perdata;

a) Wali demi hukum.

Perwalian ini muncul jika salah satu orang tua sudah meninggal, dan orang tua yang hidup terlama demi hukum akan menjadi wali bagi anak tersebut.

Pasal 345 KUH Perdata menyatakan :

” Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap anak-anak kawin yang belum dewasa, demi hukum dipangku oleh orang tua yang hidup terlama, sekadar ini tidak telah dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang tuanya.”

Namun pada pasal ini tidak dibuat pengecualian bagi suami istri yang hidup terpisah disebabkan perkawinan putus karena perceraian atau pisah meja dan ranjang. Jadi, bila ayah setelah perceraian menjadi wali maka dengan meninggalnya ayah maka si ibu dengan sendirinya (demi hukum) menjadi wali atas anak-anak tersebut.

b) Wali dengan penetapan pengadilan

Perwalian ini muncul dikarenakan kedua orang tua meninggal dunia, atau ada pemecatan terhadap orang tua.

43

Maka dari itu oleh hakim untuk anak yang belum dewasa

tersebut ditetapkan wali. Pasal 359 KUH Perdata

menentukan:

“Semua minderjarige yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua dan yang diatur perwaliannya secara sah akan ditunjuk seorang wali oleh Pengadilan”.

c) Wali dengan surat wasiat

Perwalian ini muncul berdasarkan surat wasiat yang ditulis oleh orang tua si anak. Pasal 355 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa :

“Masing-masing orang tua, yang melakukan kekuasaan orang tua atau perwalian bagi seorang anaknya atau lebih berhak mengangkat seorang wali bagi anak-anak itu, jika kiranya perwalian itu setelah ia meninggal dunia demi hukum ataupun karena penetapan Hakim menurut ayat terakhir pasal 353, tidak harus dilakukan oleh orang tua yang lain”

Dengan kata lain, orang tua masing-masing yang menjadi wali atau memegang kekuasaan orang tua berhak mengangkat wali kalau perwalian tersebut memang masih terbuka.

d) Wali pengawas

Perwalian ini disebut juga dalam bahasa

belanda Weeskamer. Wali pengawas ini tidak mengawasi

44

wali – wali yang ada. Yang ditugasi menjadi wali yaitu

Badan Harta Peninggalan (Pasal 366 KUH-Perdata).

Perbedaan antara kekuasaan orang tua dengan perwalian dilihat dari definisi keduanya, dapat disimpulkan ada perbedaan pokok antara kekuasaan orang tua dengan perwalian yaitu kekuasaan orang tua harus diberikan oleh kedua orang tua ( ayah dan ibu ). Jika perwalian diberikan pada salah satu orang tuanya saja atau orang lain.

Kekuasaan orang tua dan perwalian hanya memberikan perlindungan kepada anak sah saja, atau anak yang dilahirkan sepanjang perkawinan yang sah dan dibuktikan dengan akte perkawinan.

Dalam hal pengangkatan wali didalam KUHPerdata ada dibedakan empat jenis perwalian, yaitu : Perwalian dari suami atau isteri yang hidup lebih lama(pasal 345-354), Perwalian yang diangkat oleh hakim (pasal 359), Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan wasiat atau akta tersendiri (pasal 355), dan perwalian yang diperintahkan di Indonesia yaitu balai harta yang ditugaskan sebagai wali pengawas (pasal 366).

d. Adopsi

Adopsi diartikan sebagai pengangkatan anak. Dalam staatblad

nomor 129 tahun 1979 “ dengan diadopsinya si anak, maka pada saat itulah putus hubungan si anak dengan orang tua kandungnya dan

45

timbulnya hubungan hukum baru antara si anak dengan orang tua

angkatnya”. Berdasarkan putusan Mahkamah Agung untuk

mengadopsi seorang anak, maka antara anak dengan orang tua angkatnya harus satu agama, dan orang asing tidak diperbolehkan

untuk mengadopsi (http://hanyblush.blogspot.co.id, 25 Juli 2017

10.38).

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa menurut Hukum Perdata anak mendapatkan 4 macam Hak, yaitu Hak Pengakuan, Hak Kekuasaan Orangtua, Hak Perwalian dan Hak Adopsi.

Dokumen terkait