• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK ANAK HASIL HUBUNGAN INCEST DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Huk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HAK ANAK HASIL HUBUNGAN INCEST DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Huk"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

i

HAK ANAK HASIL HUBUNGAN

INCEST

DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

(Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus,

Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Zakiyya Raihan Falahasna

NIM : 21113016

JURUSANHUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

WHOEVER EARNESTLY, THEN HE WILL GET (SUCCESS).

WHOEVER WALKS ON HIS WAY, THEN HE WILL ARRIVE

(AT HIS DESTINATION).

WHOEVER BE PATIENT, THEN HE WILL BE LUCKY

دجو ّدج نم

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta karunian-Nya, shalawat salam semoga tetap tercurah kepada rasulullah SAW, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

 Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Ahmad Zabidi, S.Pd.I dan Ibu Siti

Qoni‟ah,S.H.,MMyang selalu memberi semangat, dukungan, doa dan kasih sayang tak terbatas.

 Kakak dan adik saya, Mas Wildan dan Dek Lana yang selalu memberi

semangat dan dukungan serta tak henti mengingatkan agar saya menyelesaikan karya ini secepatnya untuk meraih cita-cita.

 Dosen pembimbing saya, Ibu Tri Wahyu Hidayati,M.Ag, yang dengan

ikhlas dan sabar membimbing, mengarahkan, serta mencurahkan waktu dan tenaganya sehingga skripsi ini terselesaikan.

 Orang spesial bagi saya, Machmut Fitriardi yang senantiasa memberikan

motivasi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan pantang menyerah serta selalu ada bagi saya saat sedang dalam kesulitan.

 Sahabat terbaik saya, Bening Permata Damarsari, Arum Mega, Lailatul

Badriyah, yang bersedia menangis dan tertawa bersama serta selalu memberi semangat dalam kondisi apapun.

 Seluruh sahabat lainnya dan teman-teman jurusan Ahwal Al Syakhshiyyah

(7)

vii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirahim

Alhamdulillahhirobbil‟alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayah dan taufiq-Nya kepada

penulis,sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HAK

ANAK HASIL HUBUNGAN INCEST DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang)” tanpa halangan yang berarti.

Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada nabi Akhiruzaman, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suri tauladan. Beliaulah visioner yang telah memberikan

spirit perjuangankepada penulis dan semoga kita semua sebagai

umatnyamendapatkan Syafaatnya min hadzaila yaumil qiyamah, Aamiin Yaa

Robbal‟alamin.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan bayak terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., Selaku Dekan Fakultas Syariah.

3. Dr. Ilyya Muhsin, S.HI.,M.Si.,Selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syari‟ah.

(8)

viii

5. Tri Wahyu Hidayati, M.Ag, dosenpembimbingyangdengan ikhlas

membimbing, mengarahkan, serta mencurahkan waktu dan tenaganya sehingga skripsi ini terselesaikan.

6. Seluruh dosen IAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmunya yang

sangat bermanfaat.

7. Orang tua, Kakak dan adik penulis yang telah memberikan dan

mencurahkan segala kemampuannya untuk mendukungmemenuhi

keinginan penulis hingga saat ini. Tanpa mereka mungkin karya ini tidak akan pernah ada.

8. Sahabat terbaik dan orang spesial yang selalu ada untuk memberi

dukungan, semangat serta doa kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Seluruhteman-temanseperjuangan di Ahwal Al Syakhshiyyahangkatan

2013

atassegalasemangatdanhiburannyasehinggapenulismampumenyelesaikansk ripsiini.

10.Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan

(9)
(10)

x

ABSTRAK

Raihan Falahasna, Zakiyya. “Hak Anak Hasil Hubungan Incest Ditinjau Dari

Hukum Islam Dan Undang-Undang Perlindungan Anak(Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang)”. Skripsi.

Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.

Kata Kunci: Hak anak, Incest, Perlindungan anak

Hak anak merupakan hak yang wajib di penuhi oleh orangtua baik pada anak yang menyandang status anak sah maupun anak tidak sah. Oleh karena itu hukum Islam dan hukum positif di indonesia menganjurkan/mewajibkan orangtua untuk memenuhi hak anak, namun yang terjadi masih ada orangtua yang melalaikan hak anak tersebut. Sehingga anak yang lahir dari hasil hubungan

sedarah/incest tidak terpenuhi haknya sebagaimana harusnya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumusan masalah sebagai

berikut: Bagaimana Pemenuhan hak anak hasil hubungan incest di Desa

Pringsari? Faktor apa sajakah yang mendorong terjadinya hubungan incest ?

Bagaimana pandangan hukum Positif maupun hukum Islam mengenai hak anak hasil hubungan incest?

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis-normatif. Adapun sumber data primer yang digunakan adalah keterangan informan (orang terdekat pelaku, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pihak terkait lainnya). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini adalah hak anak hasil hubungan incest yang

terjadi di desa Pringsari belum sepenuhnya dipenuhi oleh orangtuanya, khususnya orang tua laki-laki yang harus bertanggung jawab atas kebutuhan hidup keluarga. Adapun faktornya adalah faktor internal yang meliputi: ketidakharmonisan dalam keluarga,ekonomi rendah, kejiwaan atau psikologis terganggu, dominasi orangtua terhadap anak, pendidikan rendah, kurangnya pemahaman agama; dan faktor eksternal yaitu: lingkungan masyarakat yang apatis dan kurangnya peran tokoh agama. Undang-Undang Perlindungan Anak yang berlaku di Indonesia mengatur tentang apa saja hak anak yang harus dipenuhi oleh orangtuanya mulai dari pasal 4 (empat) hingga pasal 18 (delapan belas). Selain itu Allah juga telah memerintahkan manusia untuk memenuhi hak anak sejak dari dalam kandungan

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

A. Latar BelakangPenelitian ... 1

B. RumusanMasalah ... 5

C. TujuanPenelitian ... 5

D. KegunaanPenelitian ... 6

E. TelaahPustaka ... 6

F. Kerangka Teori ... 8

G. Metode Penelitian ... 15

(12)

xii

2. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 15

3. Sumber Data ... 15

4. TeknikPengumpulan Data ... 17

5. Analisis Data ... 18

H. SistematikaPenulisan ... 19

BAB II KAJIAN HUBUNGAN INCEST DAN HAK ANAK DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF ….………... 21

A. Pengertian Hubungan Incest ... 21

B. Penyebab Hubungan Incest ... 22

C. Bentuk-bentuk Incest ... 23

D. Dampak Incest ... 24

E. Hak Anak Menurut Hukum Islam ... 27

1. Hak Anak Berdasarkan Alqur‟an dan Hadist ... 28

2. Hak Anak BerdasarkanKHI (Kompilasi Hukum Islam) ... 31

F. Hak Anak Menurut Hukum Positif ... 33

1. Hak Anak Menurut Hukum Perdata ... 34

2. Hak Anak Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak...45

BAB III HUBUNGAN INCEST DI DESA PRINGSARI ... 50

A. Gambaran Umum Desa Pringsari ... 50

1. Kondisi Geografis Desa Pringsari ... 50

(13)

xiii

B. Hubungan Incest Pada Keluarga SRW Di Desa Pringsari ... 55

1. Profil Keluarga Pelaku Hubungan Incest ... 56

2. Hubungan Incest antara SRW dan TMR ... 59

C. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Hubungan Incest Pada Keluarga SRW ... 65

1. Faktor Internal ... 65

2. Faktor Eksternal ... 69

D. Dinamika Keluarga SRW ... 71

1. Dinamika Keluarga SRW Sebelum Terjadi Incest ... 71

2. Dinamika Keluarga SRW Setelah Terjadi Incest ... 72

BAB IV ANALISIS ... 75

A. Pemenuhan Hak Yang Diterima Anak Hasil Hubungan Incest Pada Keluaraga SRW ... 75

B. Pandangan Hukum Terhadap Pemberian Hak Anak Yang dilahirkan Dari Hubungan Incest ... 76

BAB V PENUTUP ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Luas Wilayah Desa Pringsari Berdasar Kegunaaan ... 50

Tabel 3.2 Data Pemeluk Agama Desa Pringari ... 53

Tabel 3.3 Data Pendidikan Terakhir Desa Pringsari ... 54

Tabel 3.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Pringsari ... 54

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I DaftarRiwayatHidup

Lampiran II PenunjukanPembimbingSkripsi

Lampiran III PermohonanIzinPenelitian

Lampiran IV DaftarNilai SKK

Lampiran V LembarKonsultasiSkripsi

Lampiran VI Daftar Pertanyaan Wawancara

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga diartikan sebagai sanak saudara; kaum kerabat, juga digunakan untuk pengertian: seisi rumah; suami, isteri, ibu bapak dan anak-anaknya, juga berarti orang-orang seisi rumah yang menjadi tanggungan ;batih. Arti lain dari keluarga ialah satuan kekerabatan yang sangat mendasar

dalam masyarakat. Sedangkan kekeluargaan yang berasal dari kata “keluarga”

dengan memperoleh awalan “ke” dan akhiran “an” berarti perihal yang

bersifat atau berciri keluarga (Tim Penulis Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD,1989:413).Dapat diartikan pula dengan (hal) yang berkaitan dengan keluarga atau hubungan sebagai anggota di dalam suatu keluarga.

Keluarga atau Rumah tangga adalah unit terkecil dan terpenting dari suatu masyarakat dimana manusia belajar untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan tujuan menciptakan dan memelihara norma-norma kebudayaan, perkembangan fisik, mental, dan emosi setiap anggotanya.Sedangkan dalam

literatur Arab keluarga diistilahkan dengan ahlu

)لىلاا(

jamaknyaahluna

danahal(

لاىا,نولىا

)

yang memiliki arti: keluarga atau kerabat(Munawwir,

(18)

2

)

231 :

وط( ىاوْقَّ تلِلُةابِقااعْلااو اكُقُزْرا ن ُنْانَ اًقْزِر اكُلا ئْسان الا ااهْ يالاع ِْبِاطْصااو ِةلاَّصلاِب اكالْىاأ ْرُمْأاو

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa” (QS. Thaha : 132)

ظ الا ِغ ُة اك ِئ الا ام آ اه ْ ي ال اع ُة ارا اج ِْلا او ُسا َّنلاا اى ُد ْو ُ ق َّو اًراان ْمُكْيِلْىاأ او ْمُكاسُفْ ناأ ا ْوُ ق اْوُ ناماأ انْيِذَّلا ااهُّ ياأآاي

)

6

: يمرحتلا( انْو ُر ام ْؤ ُ ي ا ام ان ْو ُل اع ْف ا ي او ْم ُى ار ام اا آ ام اللا ان ْو ُص ْع ا ي َّلا دا اد ِش

“Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kalian dan keluarga kaliandari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(QS. Attahrim :6)

Keluarga atau rumah tangga dibentuk melalui perkawinan antara dua orang yang karenanya statusnya menjadi suami dan isteri. Unsur keluarga terdiri dari suami, isteri, dan anak.Dimana seorang suami/Ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga wajib bertanggung jawab kepada isteri dan anaknya, diantaranya meliputi kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. Kewajiban orangtua terhadap anaknya bukan hanya mencari nafkah dan memberinya pakaian, atau kesenangan yang sifatnya duniawi, tetapi lebih dari itu orangtua harus mengarahkan anak-anaknya untuk mengerti kebenaran, mendidik akhlaqnya, memberinya contoh yang baik-baik serta mendoakannya. Seperti dalam HR. Baihaqi :

)ىقهيبلا هاور( ًاِلااص ًاع ِض ْو ام ُهاع اضاياو ُو اب اد اا او ُو اْسا ان ِس اُي ْن اا ِه ِد ِلا او ى ال اع ِد ال او ْلا ُّق اح

Hadits tersebut menjelaskan bahwa kewajiban orang tua dalam

memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni : pertama, memberi nama yang baik

ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Qur‟an, dan ketiga, mengawinkan

(19)

3

Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap orangtua,anak juga buah hati,anak juga cahaya mata,tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga. Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan dimasa mendatang.Anak juga merupakan ujian bagi setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam al-Qur‟an yang berbunyi:



Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.”(QS.al-Anfal ayat 28).

Ayat tersebut diatas,menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orang tua adalah anak-anak mereka.Itulah sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-benar bertanggungjawab terhadap amanah yang diberikan Allah Swt sekaligus menjadi batu ujian yang harus dijalankan. Jika anak yang di didik mengikuti ajaran Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar dari hasil ketaatan mereka.

(20)

4

keluarga mereka sendiri. Saat ini, berbagai kasus kekerasan mengintai dan membayangi kehidupan anak. Mulai dari penganiayaan, penculikan, perdagangan anak, hingga kekerasan seksual. Kekerasan seksual sendiri paling sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Hal ini mugkin terjadi karena karakteristik fisik perempuan yang lebih lemah bila dibandingkan laki-laki.

Seperti yang terjadi di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Seorang ayah bernama SRW(50) melakukan hubungan

layaknya suami istri (hubungan incest) dengan anaknya sendiri TMR (nama

disamarkan) hingga mengandung dan melahirkan seorang bayi. Terlebih lagi korban tersebut menderita cacat pada indera penglihatannya.Hal semacam ini merupakan salah satu bentuk tindakan kekerasan seksual yang paling dikutuk karena menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi korbannya. Yang lebih mencemaskan, dari waktu ke waktu kasus seperti ini sepertinya tetap saja terjadi, dan bahkan anak-anak yang menjadi korban cenderung meluas. Anak-anak dari keluarga miskin, Anak-anak yang memiliki orangtua pemabuk atau pengguna narkotik, atau anak yang memiliki orangtua yang tidak harmonis, biasanya cenderung rawan untuk diperlakukan menjadi korban.

Hal ini akan berdampak terhadap anak yang dilahirkan hasil hubungan tersebut. Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 100, mengenai anak yang

dilahirkan hasil dari hubungan incest mempunyai nasab yang sama dengan

anak yang lahir di luar nikah yaitu hanya bernasab pada ibu dan kerabat

(21)

5

akan timbul permasalahan mengenai apa saja hak-hak yang bisa didapat oleh

sang anak.Hak anak yang lahir dari hasil hubungan incest tersebut apakah

akan sama dengan hak anak di luar nikah lainnya. Lalu bagaimanakah

hubungan anak hasil hubungan incest tersebut dengan orang yang telah

menghamili ibunya, yaitu kakek atau ayah biologisnya sendiri. Dari pemaparan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian

ilmiah dengan judul‚HAK ANAK HASILHUBUNGAN INCEST DITINJAU

DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK(Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memiliki beberapa rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana Hak anak hasil hubungan incestdi Desa Pringsari, Kecamatan

Pringapus, Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana pandangan hukum terhadap pemberian hak anak yang

dilahirkan dari hubungan incestdi Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus,

Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Hak anak hasil hubungan incest di Desa Pringsari,

(22)

6

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum terhadap pemberian

Hak anak yang dilahirkan dari hasil hubungan incest di Desa Pringsari,

Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian tentang Hakanak hasil hubungan incest diharapkan dapat

digunakan untuk:

1. Manfaat teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang dijadikan

sebagai upaya pembangunan ilmu pengetahuan Hukum Keluarga Islam

(Ahwal Al Syakhshiyyah), khususnya yang terkait dengan Hak anak yang

lahir dari hasil hubungan incest.

2. Manfaat praktis, Dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi IAIN

Salatiga dan adik-adik angkatan guna mengetahui tentang bagaimana Hak

anak yang dilahirkan hasil hubungan incest, dan hasil penelitian ini

diharapkan berguna bagi masyarakat untuk lebih memahami bahwa dampak dari hubungan badan diluar perkawinan akan berpengaruh kepada hak anak yang dilahirkan dari hubungan tersebut.

3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk meraih gelar sarjana muda

(S-1) dalam bidang Hukum Keluarga Islam (Ahwal Al-syakhshiyyah)

IAIN Salatiga.

E. Telaah Pustaka

Faiz Rokhman, alumnus Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang,

tahun 2009 dengan skripsinya yang berjudul‚Tinjauan Hukum Islam

(23)

7

Membahas tentang anak zina yang menurut pasal 869 KUHPerdata tidak mendapatkan waris dari ibu atau bapaknya. Anak zina tersebut tidak mendapatkan waris serta tidak dapat menuntut hak waris kepada ibu atau bapaknya, namun hanya mendapatkan nafkah hidup saja. Penulis dalam hal ini membandingkan dengan waris Islam bahwa anak zina masih mendapatkan hak waris meski hanya pada ibu dan kerabat ibu saja.

Muhammad Iqbal, alumnus Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga,

yogyakarta, tahun 2009 dalam skripsinya yang berjudul‚ Pembagian Warisan Bagi Anak Zina Yang Diakui (Perspektif Hukum Islam Dan KUHPerdata). Membahas tentang perbandingan waris anak zina yang diakui menurut hukum Islam dan KUHPerdata. Dalam Islam dijelaskan bahwa anak zina tidak memiliki hubungan nasab dengan ayahnya melainkan hanya memiliki hubungan nasab dengan ibunya. Namun menurut KUHPerdata jika anak tersebut sudah diakui oleh ayahnya sebagai anaknya, maka anak tersebut berhak mendapatkan harta waris dari ayahnya.

Skripsi yang ditulis oleh Isyarotul Aula alumnus Fakultas Syari‟ah

IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2003dengan judul, Kedudukan Anak

Hasil Hubungan Incest Dalam Kewarisan Islam. Skripsi ini menjelaskan

tentang kedudukan anak hasil hubungan incest (hubungan sedarah) dalam

kewarisan Islam. Skripsi ini hanya membahas tentang bagaimana kedudukan

anak hasil hubungan incest dengan melihat dari kelahirannya yang di luar

perkawinan yang dalam hukum Islam kedudukannya menjadi anak yang tidak

(24)

8

membahas mengenai hak-hak bagi anak hasil hubunganincest melainkan

membahas mengenai kedudukan anak hasil hubungan incest tersebut dalam

kewarisan Islam.

Berdasarkan telaah pustaka diatas, maka pembahasan ini jelas berbeda dengan yang ditelurusi oleh peneliti atau penulis sebelumnya sehingga diharapkan tidak ada pengulangan materi secara mutlak, karena penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih menjelaskan pada Hak Anak yang

dilahirkan dari hasil hubungan incest ditinjau dari perspektif hukum Islam dan

Undang-undang perlindungan anak.

F. Kerangka Teori

Allah telah menetapkan aturan main bagi kehidupan manusia di atas kehidupan ini. Aturan ini dituangkan dalam bentuk titah atau kehendak Allah tentang perbuatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia. Aturan Allah tentang tingkah laku manusia secara sederhana adalah syariah atau

hukum syara‟ yang sekarang ini disebut hukum Islam.

Hukum Islam melingkupi seluruh segi kehidupan manusia di dunia. yaitu mengatur hal-hal yang berkaitan dengan hubungan Allah dengan

hamba-Nya yang disebut dengan hablun min Allah dan hal-hal yang berkaitan dengan

hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya yang disebut dengan

hablun min An-Nas dan alam sekitarnya yang disebut dengan hablun min „Alam.

(25)

berpasang-9

pasangan. Hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk termasuk manusia, oleh karena itu semua makhluk Tuhan baik hewan, tumbuhan dan manusia dalam hidupnya ada perkawinan (Nur, 1993:5).Demi menjaga martabat kemuliaan manusia, Allah SWT menurunkan hukum sesuai dengan martabat kemuliaan manusia, karenanya dalam hubungan lawan jenis antar manusia pun diatur sedemikian rupa dengan jalan perkawinan manusia yang berbeda dengan makhluk lainnya.

Hubungan perkawinan adalah suami istri saling mewarisi karena mereka telah melakukan akad perkawinan secara sah. Dengan demikian, suami dapat menjadi ahli waris dari istrinya, demikian pula sebaliknya istri dapat menjadi ahli waris dari suaminya. Dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa perkawinan yang sah adalah bilamana dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaannya itu dan perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundangan. Di dalam Pasal

2 Kompilasi Hukum Islam (“KHI”) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan

perkawinan adalah pernikahan menurut Islam, yaitu ikatan yang sangat kuat

atau mitsaqon ghalidzon untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

(26)

10

dipenuhi dalam setiap unsur akad perkawinan dibagi tiga bagian. Pertama, syarat peristiwa hukumnya, yakni hadirnya pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan akad, baik dari pihak calon suami, calon istri, atau yang mewakili. Kedua, syarat sahnya, yakni hadirnya dua saksi di tempat calon istri diakadkan. Ketiga, syarat kemutlakan, yang harus ada untuk tidak terjadi fasakh atau dibatalkan akad itu, yakni calon suami dan istri sudah dewasa, suami tidak cacat jasmani, wali cakap, ada mahar dan calon suami tidak dipaksa.

Dalam perkawinan ada hal-hal yang dibolehkan, dan ada yang

dilarang. Incest(hubungan sedarah, dan lebih jauh berarti hubungan badan

atau hubungan seksual yang terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah, misal bapak dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar-sesama saudara kandung atau saudara tiri) adalah salah satu hal terlarang di dalam hukum Islam.

Secara tegas Al Quran Surah An Nisa: 23 menyatakan larangan:



 

 

 

Artinya : “ Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu;

anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan,

saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu

yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang

laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang

(27)

11

sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam

pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu

belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka

tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu)

isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam

perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi

pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas dan yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama Termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya.

Perkawinan atau hubungan incest diketahui berpotensi tinggi

menghasilkan keturunan yang secara biologis lemah, baik fisik maupun mental (cacat), atau bahkan letal (mematikan). Dampak bentuk perkawinan

keluarga yang paling ekstrim adalah fertilisasi diri (proses di mana sel telur

dan sperma bersatu membentuk zigot, memulai rangkaian kegiatan yang dapat mengakibatkan kehamilan). Pada dasarnya akibat dari perkawinan keluarga

adalah meningkatkan kemungkinan keturunannya untuk mewarisi alel(gen

(28)

12

memiliki lebih banyak gen yang sama satu sama lain, termasuk gen penyebab penyakit. Jadi apabila kamu menikah dengan saudara dekat dan memiliki anak, ada kemungkinan besar akan memiliki anak yang membawa dua salinan gen penyebab suatu penyakit(Brookes, 2005: 153).Adakalanya kelainan itu diwariskan secara resesif dan adakalanya diwariskan secara dominan.

Terlepas dari perkawinan incest di atas, perlu mendapatkan perhatian

adalah anak yang lahir akibat perkawinan tersebut. Pada dasarnya tidak ada seorang pun ketika terlahir di dunia telah memiliki dosa dan tidak ada dosa turunan. Secara biologis tidak ada seorang pun anak terlahir tanpa memiliki bapak. Mengenai beragamnya penyebutan terhadap status anak sendiri hendaknya harus disikapi dengan bijak.

Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Oleh karena itu, anak punya hak untuk mendapatklan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial dan mempunyai akhlak yang mulia karena sejak dalam kandunganpun mereka punya hak untuk hidup. Anak adalah amanah dan karunia Allah Yang Maha Kuasa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

(29)

13

bumi. Kedudukan anak dalam Islam sangatlah penting, bagaimana hubungan nasab atau hubungan darah antara anak dan orang tua adalah hubungan keperdataan yang paling kuat yang tidak bisa diganggu gugat dan dibatasi oleh apapun. Oleh karena itu diperlukan kejelasan nasab seorang anak karena akan membawa akibat hukum pada anak tersebut yang juga menyangkut hak dan kewajiban yang diperoleh dan harus dilaksanakan karena mempunyai kekuatan hukum yang sah.

Menurut Wahbah al-Zuhaili (1968:698), dalam syari‟at Islam anak

secara garis besar dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Anak Syar‟i yaitu anak yang mempunyai hubungan nasab (secara hukum)

dengan orang tua laki-lakinya (ayah).

2. Anak Tabi‟i yaitu anak yang tidak mempunyai hubungan nasab dengan

orang tua laki-lakinya (ayah).

Sedangkan lebih spesifik dalam Islam pembagian status anak dapat dikelompokkan menjadi enam, yakni (Fachruddin, 1991:26) :a. Anak

Baihaqi dari al-Aswad Ibnu Sari‟:

(30)

14

“Setiap anak yang lahir dilahirkan diatas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi,Nasrani, atau Majusi”.

Anak yang merupakan generasi penerus bangsa juga tidak luput dari perhatian pemerintah. Semakin kompleksnya permasalahan anak menuntut pemerintah untuk mengatur hal tersebut dalam sebuah peraturan perundang-undangan di Indonesia, salah satunya tercermin dalam UU No.35 Tahun 2014 Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002yang dibentuk guna melindungi anak dari segala macam bentuk diskriminasi dan pelanggaranhak lainnya.Seperti yang tertuang dalam pasal 13 dalam Undang-undang perlindungan anak, yaitu: setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan : a. Diskriminasi; b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. Penelantaran; d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; e. Ketidakadilan; dan f. Perlakuan salah lainnya.

(31)

15

akalnya, membersihkan jiwanya serta mempersiapkan diri anak menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang.

G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatifuntuk

menentukan cara mencari, mengumpulkan,mengolahdanmenganalisis datahasilpenelitiantersebut.Penelitiankualitatifinidapatdigunakanuntukme mahamiinteraksisosial, misalnyadengan wawancara mendalamsehingga akan ditemukan pola-pola yangjelas.Dengan menggunakan pendekatan yuridis-normatif yang menggambarkan peraturan perundang-undangan

yang mengikat mengenai hak anak hasil hubungan incest.

2. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Karena di Desa tersebut merupakan tempat tinggal para pihak mengenai kasus hubungan sedarah /

incestantara seorang ayah kandung dengan anak perempuannya hingga melahirkan seorang putri.

3. Sumber Data

a. Data Primer

(32)

16

1) Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasinya tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jadi seorang informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang informan berkewajiban secara suka rela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim dengan kebaikanya dan dengan kesukarelaanya ia dapat member pandangan dari segi orang dalam, tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian

setempat (Moeloeng, 2002: 90). Dalam penelitian

ini,informannyaadalah berasal dari keterangan atau penjelasan yang dipaparkan oleh pihak-pihak yang terkait dalam kasus ini, seperti Ketua RT, bidan setempat yang menangani persalinan pasangan pelaku, dan tetangga dekat keluarga pelaku hubungan

incest.

2) Dokumen

(33)

17

pihak yaitu, KK (Kartu Keluarga) pelaku dan data kependudukan di Desa Pringsari.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau data pendukung seperti dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian berbentuk laporan dan lain sebagainya. Data sekunder dari penelitian ini adalah literatur-literatur lain yang mempunyai

relevansi dengan Hak anak hasil hubungan sedarah/incest yang

dilakukan ayah terhadap anak perempuannya.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan atau mengadakan pengamatan atau pencatatan dengan sistematis

tentang fenomena yang diselidiki secara langsung

(Hadi,1988:136).Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap kehidupan keluarga Ayah dan Anak perempuan yang melakukan

hubungan incest.

b. Wawancara / Interview

Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2006: 145).

(34)

18

atau orang terdekat para pihak untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan rumusan masalah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006 : 236).

Dalam penelitian ini dokumentasi yang dimaksud adalah pengambilan beberapa data tentang berbagai dokumen terkait dengan kehidupan para pihak yaitu, KK (Kartu Keluarga) pelaku dan data kependudukan di Desa Pringsari.

5. Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Dalam penganalisaan data tersebut penulis menggunakan analisa kualitatif yaitu: analisis untuk meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk uraian (Moeloeng, 2011: 288).

(35)

19

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan kejelasan dan ketetapan pembahasan dalam menyusun proposal ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan penelitian yang terdiri atas 5 bab sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

Bab II ini berupa kajian tentang hubungan incest dan hak anak dalam

hukum Islamdan hukum positif. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai

pengertian hubungan incest, penyebab incest, bentuk-bentuk incest, dampak

incest,hak anak menurut hukum positif,dan hak anak menurut hukum Islam.

Bab III berupa deskripsi tentang kasushubungan incest antara ayah dan

anak perempuannya di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Dalam bab ini akan diterangkan mengenai gambaran umum tentang obyek penelitian meliputi letak geografis dan demografis Desa

Pringsari, profil keluarga pelaku hubungan incest dan bagaimana kasusnya,

(36)

20

bagaimana kondisi sosiologis serta hubungan antar individu dalam satu keluarga.

Bab IV berupa analisis dan pandangan hukum terhadapHak anak yang

lahir dari hasil hubungan incestdi Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus,

Kabupaten Semarang. Dalam bab ini akan diterangkan analisis tentang

bagaimana pemenuhan hak anak hasil hubungan incestdiDusun Bangunsari,

dan bagaimanapandangan hukum terhadap hak anak yang lahir dari hasil

hubungan incestdi Desa Pringsari.

(37)

21

BAB II

KAJIAN HUBUNGAN INCEST DAN HAK ANAK DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Pengertian Hubungan Incest

Pengertian hubungan incest dalam KUH-Perdata dikatakan dengan

hubungan kekerabatan sedarah yaitu, pertalian kekeluargaan antara orang-orang, dimana yang seorang adalah keturunan dari yang lain, atau antara orang-orang yang mempunyai asal bapak yang sama. Kemudian hubungan tersebut dihitung dengan jumlah derajat yang disebut garis lurus. Dalam garis lurus dibedakan garis lurus ke bawah dari garis lurus ke atas yang salah satunya merupakan hubungan antara bapak-asal (kandung) dan keturunannya (Pasal 290 - Pasal 293).

Ensiklopedia Indonesia menjelaskan mengenai pengertian incest

(38)

22

anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Incest, 02 Oktober 2017 20.46)

Namun, secara umum incest adalah suatu hubungan seksual sesama

anggota keluarga/ pernikahan sedarah dimana secara adat istiadat dilarang.

Incest dapat terjadi suka sama suka yang kemudian bisa terjalin dalam perkawinan dan ada yang terjadi secara paksa yang lebih tepat disebut dengan

perkosaan. Sejak dulu incest dianggap suatu hal yang tidak patut untuk

dilakukan dalam kehidupan masyarakat dunia pada umumnya. Bahkan

diberbagai negara, larangan incest sudah ditetapkan secara umum tertulis.

Incest juga termasuk ke dalam kejahatan atau penganiayaan seksual, dimana perilaku seksual yang dilakukan dapat berupa penganiayaan secara fisik maupun nonfisik, oleh orang yang lebih tua atau memiliki kekuasaan yang bertujuan untuk memuaskan hasrat seksual.

B. Penyebab Incest

Faktor kondisi sosial yang sering memungkinkan pelanggaran incest

adalah rumah yang sempit dengan penghuni yang berdesakan, alkoholisme (pecandu alkohol), isolasi geografis (tempat tinggal yang terpencil / tertutup dari dunia luar), sehingga sulit mencari hubungan dengan anggota keluarga yang lain ( Fadhil, 2016 : 35).

Beberapa penyebab terjadinya hubungan incest didalam kehidupan

(39)

23

1. Incest yang terjadi secara tidak sengaja, misalnya kakak-adik lelaki perempuan remaja yang tidur sekamar, bisa tergoda melakukan tindakan

yang berhubungan dengan seksual sampai terjadi incest.

2. Incest akibat psikopatologi berat (penyakit mental atau sakit yang tampak dalam bentuk prilaku dan fungsi kejiwan yang tidak stabil). Jenis ini biasa terjadi antara Ayah yang pecandu alkohol atau berkepribadian psikopat terhadap anak perempuannya. Penyebabnya adalah kendornya kontrol diri akibat alkohol atau psikopat sang ayah.

3. Incest akibat pedofilia (gangguan seksual yang berupa nafsu seksual terhadap remaja atau anak-anak di bawah umur), misalnya seorang laki-laki yang haus menggauli anak-anak perempuan dibawah umur, termasuk anaknya sendiri.

4. Incest akibat contoh buruk dari ayah. Seorang laki-laki menjadi senang

melakukan incest karena meniru ayahnya melakukan perbuatan yang

sama dengan kakak atau adik perempuannya.

5. Incest akibat hubungan perkawinan yang tidak harmonis. Seorang suami-ayah yang tertekan akibat sikap memusuhi serba mendominasi dari

istrinya bisa terpojok melakukan incest dengan anak perempuannya.

C. Bentuk-bentuk Incest

Bentuk-bentuk incest tidak terbatas hanya dalam bentuk kekerasan

seksual secara fisik, namun juga psikis dan mental yang mencakup rayuan dan iming-iming.

(40)

24

1. Ajakan atau rayuan berhubungan seksual

2. Sentuhan atau rabaan seksual

3. Penunjukan alat kelamin

4. Penunjukan hubungan seksual

5. Memaksa melakukan masturbasi

6. Meletakkan atau memasukkan benda-benda atau jari tangan ke anus atau

vagina

7. Berhubungan seksual (termasuk sodomi)

8. Mengambil atau menunjukkan foto anak kepada orang lain tanpa busana

atau ketika berhubungan seksual (http://luthfis.wordpress.com, 02 Oktober

2017 21.53).

D. Dampak Incest

Dampak yang ditimbulkan dari hubungan incest dapat dilihat dari

berbagai segi, yaitu :

1. Dampak dari segi fiqh Islam dan hukum

Seluruh pandangan madzhab fiqh Islam mengharamkan perkawinan

sedarah.Incest tidak bisa dibenarkan meskipun dengan sukarela apalagi

dengan paksaan (perkosaan). Mereka menyamakannya dengan zina yang harus dihukum. Tetapi ada perbedaan di antara mereka soal hukumannya.

Ada 5 (lima) kriteria hukuman bagi para pezina, yang pertama adalah orang musyrik yang berzina dengan seorang muslimah. Padahal

statusnya mustama‟man mu‟ahad (dilindungi dalam perjanjian), oleh

(41)

25

sudah menikah sehingga harus dirajam. Yang ketiga adalah seorang muslim yang belum menikah sehingga harus dicambuk dan diasingkan. Yang keempat adalah seorang hamba sahaya sehingga harus dihukum setengah dari hukuman orang yang merdeka. Adapun yang kelima adalah

orang gila sehingga tidak dihukumi apapun (al-„Arifi, 2014: 32).

Madzhab Maliki Syafi‟i, Hambali, Zahiri, Syiah Zaidi dan lain-lain menghukumnya dengan pidana hudud (hukum Islam yang sudah ditentukan bentuk dan kadarnya seperti hukum potong tangan), atau persis seperti hukuman bagi pezina. Sementara Abu Hanifah menghukumnya

dengan tindak pidana ta‟zir (peringatan keras atau hukuman keras) bagi

incest sukarela (Rusyd, 2017 : 104-105).

Perbuatan cabul atau perbuatan tidak senonoh akan berdampak hukuman bagi pelaku. Di dalam KUHP hukuman untuk pelaku perbuatan tersebut diatur dalam pasal 289-296 tentang hukuman pidana pencabulan dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun. Apabila dengan ancaman kekerasan memaksa melakukan hubungan seksual maka dikenakan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun (Pasal 285 KUHP).

2. Dampak dari segi psikologis

Dari berbagai peristiwa hubungan incest yang sering terjadi,

menunjukkan betapa menderitanya perempuan korban incest. Ketakutan

(42)

26

untuk keluar dari kekerasan berlapis-lapis itu karena mereka sangat tergantung hidupnya pada pelaku dan masih berfikir tidak mau membuka aib laki-laki yang pada dasarnya disayanginya dan seharusnya menjadi pelindungnya. Akibatnya mereka mengalami trauma seumur hidup dan gangguan kejiwaan.

3. Dampak dari segi kemanusiaan

Meskipun dilakukan secara suka sama suka (sukarela) dan tidak ada

yang merasa menjadi korban, incest telah mengorbankan perasaan moral

publik. Dengan terjadinya incest ini moral-moral kemanusiaan akan hilang

dan masa depan bangsa kita (Indonesia) akan terpuruk apabila generasi masa depannya saja mempunyai moral-moral yang tidak manusiawi dan tidak melihat pada kaca mata agama.

4. Dampak dari segi sosial

Peristiwa hubungan incest yang terjadi pada satu keluarga akan

menyebabkan hancurnya nama keluarga tersebut di mata masyarakat. Keluarga tersebut dapat dikucilkan oleh masyarakat dan menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat. Masalah yang lebih penting dicermati

dari kasus anak hasil incest adalah dimana ayah menghamili anak

perempuannya, maka bila janin yang dikandung oleh anak perempuan tersebut lahir maka status ayah itu menjadi ganda yaitu ayah sekaligus

kakek. Hal inilah yang menimbulkan dampak sosial dari hubungan incest.

(43)

27

Dari segi medis tidak setiap hubungan incest akan melahirkan

keturunan yang memiliki kelainan atau gangguan kesehatan. Bahkan tidak sedikit diantaranya yang melahirkan keturunan normal dan tidak memiliki

gangguan kesehatan. Incest memiliki alasan besar yang patut

dipertimbangkan dari kesehatan medis, seperti dapat menyebabkan rusaknya alat reproduksi dan resiko tertular penyakit menular seksual. Selain itu korban dan pelaku menjadi stres yang akan merusak kesehatan

kejiwaan mereka. Dampak lainnya dari hubungan incest adalah

kemungkinan menghasilkan keturunan yang lebih banyak membawa gen

homozigotresesif ( individu yang kromosom-kromosomnya memiliki gen-gen indentik dari sepasang atau suatu seri alel / gen-gen yang memiliki posisi pada kromosom yang sama, tetapi memiliki sifat bervariasi yang disebabkan mutasi pada gen asli,kemudian gen tersebut tertutupi oleh gen dominan sehingga tidak sanggup atau tidak mampu mengekspresikan sifatnya), hal ini dapat menyebabkan kematian pada bayi yaitu fatal anemia, gangguan penglihatan pada anak umur 4-7 tahun yang bisa berakibat buta, albino dan sebagainya. Kelemahan genetik lebih berpeluang muncul dan riwayat genetik yang buruk akan bertambah dominan serta banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki kedekatan keturunan.

E. Hak Anak Menurut Hukum Islam

(44)

28

keluarga serta perlakuan orang tua terhadap anak bahkan juga dalam kehidupan masyarakat dan negara melalui kebijakan-kebijakannya dalam mengayomi anak. Menurut ajaran agama Islam, anak sebagai hasil dari suatu perkawinan adalah amanah Allah SWT dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah, anak harus dijaga sebaik mungkin oleh yang memegangnya yaitu orang tua, maka orang tuanya mempunyai tanggung jawab untuk mengasuh, mendidik dan memenuhi keperluannya sampai dewasa

Di bawah ini Penulis kemukakan hak anak dalam hukum Islam antara lain sebagai berikut :

1. Hak Anak Berdasarkan al-Qur‟an dan Hadis

a. Anak berhak untuk hidup, tumbuh dan berkembang.

Islam melarang orang tua untuk membunuh anak-anak mereka dengan tujuan apapun. Perlindungan untuk hidup, tumbuh dan berkembang tersebut diberikan Islam sejak masa dalam kandungan.

Sebagaimana terdapat dalam al-Qur‟an surat al-Isra ayat 31 :

  

Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu

karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki

kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”(QS. Al-Isra ayat 31).

b. Hak dilindungi dari kekerasan dan diskriminasi.

(45)

29

anak-anak. Banyak riwayat yang menuturkan tentang perbuatan dan perkataan lemah lembut Rasulullah saw kepada anak-anak. Misalnya hadis yang meriwayatkan tentang teguran Rasulullah saw terhadap seorang perempuan yang menarik anaknya ketika kencing di pangkuan Rasulullah saw. Hadis berikut initidak secara langsung menerangkan bahwa Rasulullah tidak pernah memukul anak, tapi Beliau menjelaskan aturan memukul dan bahaya pemukulan. Dari Aisyah ra berkata :

“Rasulullah tidak pernah memukul apapun dengan tangannya,

tidak terhadap istri, tidak juga terhadap pelayannya, kecuali bila

berjihad di jalan Allah.” (Muslim, Kitab Fadhail, No.4296) Rasulullah juga bersabda,“Seorang yang kuat bukanlah orang yang dapat membanting orang lain, tetapi orang yang kuat

ialah yang mampu mengendalikan dirinya saat sedang

marah.”(Mutafaq Alaih)

Nabi Muhammad saw pun memerintahkan supaya umatnya berlaku adil terhadap anak-anaknya dan tidak berlaku diskriminasi.

Dari An-Nu‟man bin Basyir radhiallahu „anhuma dia berkata:

(46)

30

ayahku pergi menemui Nabi shallallahu „alaihi wasallam utk meminta beliau menjadi saksi atas pemberian tersebut, akan tetapi Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Apakah kamu berbuat demikian kepada semua anak -anakmu?” dia menjawab, “Tidak.” Beliau bersabda: “Bertakwalah kepada Allah dan berbuat adillah di antara anak-anakmu.” Kemudian ayahku pulang & meminta kembali pemberiannya kepadaku.”(HR. Al-Bukhari no. 2650 & Muslim no. 1623)

c. Hak atas suatu nama, identitas diri, status dan mengetahui orang

tuanya.

Anak berhak mendapatkan nama dan identitas diri dalam

Islam. Allah SWT telah mengisyaratkan dalam al-Qur‟an bahwa anak

harus diberi nama.

 

Artinya : “Hai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar

gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya

Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia”.(QS.Maryam : 7)

Anak juga berhak atas status dan mengetahui orang tuanya. Allah

berfirman dalam al-Qur‟an :

  

(47)

31

Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka,

Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama

dan maula-maulamu, dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa

yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang

disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.Al- Ahzab : 5)

Hak anak untuk mendapatkan nama yang baik juga dikatakan dalam hadist berikut :

ُواباداأ انِسُْياو ُواْسا انِسُْي ْناأ ِدِلااوْلا ىالاعِدالاوْلا ُّقاح

“Hak anak yang harus ditunaikan orang tua diantaranya adalah memilihkan nama yang baik dan memperhalus budi pekerti” (HR. Imam al-Baihaqi dan Ibnu Abbas).

(48)

32

yang baik terutama dalam hal agama, dan mendapat hak untuk dinikahkan.

2. Hak Anak Berdasarkan KHI (Kompilasi Hukum Islam)

a. Hak nasab.

Anak berhak untuk memperoleh nasab, dalam pasal 99, anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Kemudian dalam pasal 100 disebutkan anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai nasab dengan Ibu dan keluarga Ibu.

b. Hak untuk mendapatkan makan dan minum.

Pasal 104 huruf 2 Kompilasi Hukum Islam, menyatakan bahwa

“penyusuan dilakukan untuk paling lama dua tahun, dan dapat

dilakukan penyapihan dalam masa kurang dua tahundengan

persetujuan Ayah dan Ibu”.

c. Hak untuk mendapat pengasuhan (Hadlonah)

Dalam hal hadlonah Kompilasi Hukum Islam Pasal 98 menyatakan

bahwa:

1) Batas usia anak mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21

tahun sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan.

2) Orangtua mewakili anak mengenai segala perbuatan hukum di

(49)

33

3) Pengadilan Agama dapat menunjuk pada seorang kerabat terdekat

yang mampu menunaikan kewajiban tersebut apabila kedua orangtua tidak mampu.

Pasal 105 dalam hal terjadi perceraian, menyebutkan bahwa:

1) Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12

tahun adalah hak ibu.

2) Pemeliharaan anak yang sudah mummayyiz diserahkan kepada

anak untuk memilih diantara ayah atau ibu sebagai pemegang hak pemeliharaan, biaya pemeliharaan ditanggung oleh Ayah.

F. Hak Anak Menurut Hukum Positif

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata hak diartikan sebagai kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Dan dalam kamus Ilmiah Populer hak mempunyai arti yang benar, tetap dan wajib, kepunyaan yang sah. Makapengertian hak adalah segala sesuatu yang diperoleh atau dimiliki dan apabila tidak diperoleh maka berhak untuk menuntut.

Menurut Supriyadi (2011 : 69), Anak adalah seseorang yang belum

dewasa dengan batas usia berdasarkan beberapa undang-undang; KUH

Perdata Pasal 330 menyebutkan belum dewasa berarti dibawah 21 tahun atau

belum kawin, UU Perkawinan Pasal 47 ayat (1) menyebutkan anak yang

(50)

34

perkawinan ada di bawah kekuasaan orangtuanya selama mereka tidak

dicabut dari kekuasaannya, UU Penyelenggaraan Pemilu Pasal 1 ayat (8)

Pemilih adalah penduduk yang berusia sekurang-kurangnya 17 tahun atau sudah / pernah kawin, UU Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (1) Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan, kemudian UU Kesejahteraan Anak Pasal 1 ayat (2) menyebutkan anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.

Maka berdasarkan pengertian hak dan anak tersebut, dapat diartikan bahwa hak anak merupakan segala sesuatu yangharus didapatkan atau diterima oleh anak yang berusia dibawah 18 tahun dan apabila tidak diperoleh, anak berhak menuntut hak tersebut. Dalam hal ini yang wajib memenuhi, menjamin serta melindungi adalah orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah.

1. Hak Anak Menurut Hukum Perdata

(51)

35

Empat bidang dalam hukum perdata yang paling penting bagi hak anak adalah:

a. Kedudukan anak

Menurut hukum perdata, kedudukan anak yang dikenal ada 2 macam yaitu:

1) Anak sah adalah anak yang dilahirkan sepanjang perkawinan dan

dibuktikan oleh akta nikah.

2) Anak luar kawin adalah anak yang dilahirkan diluar perkawinan.

Selain yang disebutkan di atas, lalu dikembangkan kedudukan anak menurut hukum pedata, yaitu:

1) Anak sah, adalah anak yang dilahirkan didalam perkawinan dan

dibuktikan oleh akta nikah

2) Anak yang disahkan, adalah anak yang dilahirkan diluar

perkawinan, pada saat kedua orang tua melakukan perkawinan anak tersebut diakui atau disahkan yang kemudian dicatat di akte nikah.

3) Anak yang disahkan dengan penetapan, adalah anak luar kawin,

lalu orang tuanya mengajukan permohonan ke departemen kehakiman untuk menetapkan anaknya dengan pertimbangan Mahkamah Agung, maka kemudian dikeluarkanlah penetapan anak tersebut

4) Anak yang diakui, adalah anak luar kawin yang diakui oleh kedua

(52)

36

mempunyai akibat hukum. Orangtua yang mengakui itu harus memenuhi kebutuhan anak tersebut dan anak tersebut berhak mewaris.

5) Anak Zina, adalah anak luar kawin yang salah satu orang tuanya

atau kedua orang tuanya terikat dalam perkawinan kawin (selingkuh).

6) Anak sumbang, adalah anak luar kawin yang orang tuanya

dilarang untuk menikah oleh undang – undang.

Sebenarnya golongan macam – macam anak dalam hukum

perdata hanya ada 2 golongan yaitu Anak sah, dan Anak luar kawin yang termasuk di dalamnya yaitu, anak yang disahkan, anak yang disahkan dengan penetapan, anak yang diakui, anak zina, dan anak sumbang. Mengenai kedudukan anak diatas seluruhnya terdapat dalam Bab XII tentang Keayahan dan asal keturunan anak-anak KUH-Perdata.

b. Kekuasaan Orangtua

Menurut Kitab Undang – undang Hukum Perdata Bab

XIV,secara umum dapat dikatakan bahwa kekuasaan orang tua

merupakan kekuasaan bersama dari orang tua atas anak – anaknya

(53)

37

nafkah, pakaian dan perumahan. Kekuasaan orang tua terhadap diri anak adalah kewajiban untuk memberi pendidikan dan penghidupan kepada anaknya yang belum dewasa dan sebaliknya anak-anak dalam umur berapapun juga wajib menghormati dan segan kepada bapak dan ibunya. Apabila orang tua kehilangan hak untuk memangku kekuasaaan orang tua atau untuk menjadi wali maka hal ini tidak membebaskan mereka dari kewajiban memberi tunjangan-tunjangan dengan keseimbangan sesuai pendapatan mereka untuk membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak mereka (Pasal 298 KUH Perdata). Pasal 299 KUHPerdata mengatakan selama perkawinan bapak dan ibu berlangsung maka anak berada dibawah kekuasaan mereka selama kekuasaaan orang tua tidak dibebaskan atau dicabut / dipecat dari kekuasaaan mereka.

Kekuasaan orang tua dilakukan oleh bapak, kalau bapak dibebaskan atau dipecat atau perpisahan meja dan ranjang si ibu yang melakukannya, jika si ibu inipun tidak dapat melakukan kekuasaan orng tua maka pengadilan akan mengangkat seorang wali (Pasal 300 KUH-Perdata ).

1) Asas – asas dari kekuasaan orang tua yaitu;

a) Hanya ada sepanjang perkawinanan

b) Diberikan kepada kedua orang tua

c) Hanya diakui selama kewajiban – kewajiban dari orang tua

(54)

38

2) Kekuasaan orang tua dapat berhenti oleh beberapa sebab yaitu;

a) Anak telah dewasa

b) Perkawinan berhenti kerena;

(1) Perceraian

(2) Kematian

c) Pemecatan dengan alasan;

(1) Orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan kewajiban

kepada si anak dengan seharusnya

(2) Orang tua tidak cakap

(3) Orang tua berkelakuan buruk; (Bagian 2a, tentang

pembebasan dan pemecatan dari kekuasaan orangtua KUH-Perdata).

3) Akibat dari kekuasaan orang tua, ada 2 macam yaitu;

a) Terhadap diri pribadi anak;

(1) Orang tua wajib memenuhi kebutuhananak dalam bentuk

in natunal (siap pakai / sudah jadi)

(2) Kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu; sandang, pangan,

papan, pendidikan, dan pengobatan jika si anak sakit

(3) Orang tua dalam mendidik anak boleh menghukum

apabila anaknya melanggar peraturan namun dalam batasan wajar; (Bab Kekuasaan orangtua Bagian 1 KUH-Perdata).

(55)

39

Pengurusan harta benda anak bertujuan untuk mewakili anak untuk melakukan tindakan hukum oleh karena

anak itu dianggap tidak cakap. Seorang pemangku

kekuasaan orang tua terhadap anak yang belum dewasa mempunyai hak mengurus atas harta benda anak itu (pasal 307 KUH-Perdata).

4) Hak penikmatan berakhir apabila:

a) Matinya si anak ( pasal 314 KUH-Perdata )

b) Anak menjadi dewasa.

c) Pencabutan kekuasaan orang tua.

c. Perwalian

Perwalian dalam hukum perdata adalah pengawasan atas anak yang belum dewasa yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua serta pengurusan harta kekayaan anak tersebut. Perwalian muncul apabila kekuasaan orang tua berhenti dan anak belum dewasa.

1) Didalam sistem perwalian menurut KUHPerdata dikenal

beberapa asas, yakni :

a) Asas tak dapat dibagi-bagi

(56)

40

(1) Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua

yang hidup paling lama maka apabila ia kawin lagi suaminya menjadi wali serta, pasal 351 KUHPerdata.

(2) Jika sampai ditunjuk pelaksanaan pengurusan yang

mengurus barang-barang anak yang belum dewasa / dibawah umur diluar Indonesia, didasarkan pasal 361 KUHPerdata yaitu:

“Jika seorang anak belum dewasa yang berdiam di Indonesia mempunyai harta kekayaan di Negeri Belanda atau di salah satu atau lebih daerah-daerah jajahannya, maka atas permintaan walinya pengurusan akan harta kekayaan itu boleh dipercayakan kepada seorang pengurus di Negeri Belanda dan di tiap-tiap daerah jajahan itu”.

b) Asas persetujuan dari keluarga.

Keluarga harus dimintai persetujuan tentang

perwalian. Dalam hal keluarga tidak ada maka tidak diperlukan persetujuan pihak keluarga itu, sedang pihak keluarga kalau tidak datang sesudah diadakan panggilan dapat dituntut berdasarkan pasal 524 KUH Perdata.

2) Syarat perwalian adalah;

a) Terhadap anak yang belum dewasa

b) Berhentinya kekuasaan orang tua karena putusnya

perkawinan atau dipecat atau si anak tidak berada dibawah kekuasaan

(57)

41

a) Kewajiban memberitahukan kepada Balai Harta Peninggalan.

Pasal 368 KUH Perdata apabila kewajiban ini tidak dilaksanakan wali maka ia dapat dikenakan sanksi berupa wali dapat dipecat dan dapat diharuskan membayar biaya-biaya dan ongkos-ongkos.

b) Kewajiban mengadakan inventarisasi mengenai harta si anak

yang diperwalikannya (pasal 386 ayat 1 KUH Perdata).

c) Kewajiban-kewajiban untuk mengadakan jaminan (pasa1335

KUH Perdata).

d) Kewajiban menentukan jumlah yang dapat dipergunakan

tiap-tiap tahun oleh anak tersebut dan biaya pengurusan. (pasal 338 KUH Perdata).

e) Kewajiban wali untuk menjual perabotan rumah tangga

minderjarige (anak yang belum dewasa) dan semua barang bergerak dan tidak memberikan buah atau hasil atau keuntungan kecuali barang-barang yang diperbolehkan

disimpan dengan izin Weeskamer (Balai Harta Peninggalan).

(pasal 389 KUH Perdata)

f) Kewajiban untuk mendaftarkan surat-surat piutang negara

(58)

42

g) Kewajiban untuk menanam sisa uang milik menderjarige

(anak belum dewasa)setelah dikurangi biaya penghidupan tersebut. akan menjadi wali bagi anak tersebut.

Pasal 345 KUH Perdata menyatakan :

” Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap anak-anak kawin yang belum

dewasa, demi hukum dipangku oleh orang tua yang hidup

terlama, sekadar ini tidak telah dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang tuanya.”

Namun pada pasal ini tidak dibuat pengecualian bagi suami istri yang hidup terpisah disebabkan perkawinan putus karena perceraian atau pisah meja dan ranjang. Jadi, bila ayah setelah perceraian menjadi wali maka dengan meninggalnya ayah maka si ibu dengan sendirinya (demi hukum) menjadi wali atas anak-anak tersebut.

b) Wali dengan penetapan pengadilan

(59)

43

Maka dari itu oleh hakim untuk anak yang belum dewasa

tersebut ditetapkan wali. Pasal 359 KUH Perdata

menentukan:

“Semua minderjarige yang tidak berada dibawah kekuasaan

orang tua dan yang diatur perwaliannya secara sah akan

ditunjuk seorang wali oleh Pengadilan”.

c) Wali dengan surat wasiat

Perwalian ini muncul berdasarkan surat wasiat yang ditulis oleh orang tua si anak. Pasal 355 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa :

“Masing-masing orang tua, yang melakukan kekuasaan orang tua atau perwalian bagi seorang anaknya atau lebih

berhak mengangkat seorang wali bagi anak-anak itu, jika

kiranya perwalian itu setelah ia meninggal dunia demi

hukum ataupun karena penetapan Hakim menurut ayat

terakhir pasal 353, tidak harus dilakukan oleh orang tua yang lain”

Dengan kata lain, orang tua masing-masing yang menjadi wali atau memegang kekuasaan orang tua berhak mengangkat wali kalau perwalian tersebut memang masih terbuka.

d) Wali pengawas

Perwalian ini disebut juga dalam bahasa

belanda Weeskamer. Wali pengawas ini tidak mengawasi

(60)

44

wali – wali yang ada. Yang ditugasi menjadi wali yaitu

Badan Harta Peninggalan (Pasal 366 KUH-Perdata).

Perbedaan antara kekuasaan orang tua dengan perwalian dilihat dari definisi keduanya, dapat disimpulkan ada perbedaan pokok antara kekuasaan orang tua dengan perwalian yaitu kekuasaan orang tua harus diberikan oleh kedua orang tua ( ayah dan ibu ). Jika perwalian diberikan pada salah satu orang tuanya saja atau orang lain.

Kekuasaan orang tua dan perwalian hanya memberikan perlindungan kepada anak sah saja, atau anak yang dilahirkan sepanjang perkawinan yang sah dan dibuktikan dengan akte perkawinan.

Dalam hal pengangkatan wali didalam KUHPerdata ada dibedakan empat jenis perwalian, yaitu : Perwalian dari suami atau isteri yang hidup lebih lama(pasal 345-354), Perwalian yang diangkat oleh hakim (pasal 359), Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan wasiat atau akta tersendiri (pasal 355), dan perwalian yang diperintahkan di Indonesia yaitu balai harta yang ditugaskan sebagai wali pengawas (pasal 366).

d. Adopsi

Adopsi diartikan sebagai pengangkatan anak. Dalam staatblad

(61)

45

timbulnya hubungan hukum baru antara si anak dengan orang tua

angkatnya”. Berdasarkan putusan Mahkamah Agung untuk

mengadopsi seorang anak, maka antara anak dengan orang tua angkatnya harus satu agama, dan orang asing tidak diperbolehkan

untuk mengadopsi (http://hanyblush.blogspot.co.id, 25 Juli 2017

10.38).

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa menurut Hukum Perdata anak mendapatkan 4 macam Hak, yaitu Hak Pengakuan, Hak Kekuasaan Orangtua, Hak Perwalian dan Hak Adopsi.

2. Hak Anak Menurut Undang-undang Perlindungan Anak

Perlindungan terhadap hak anak merupakan salah satu cara untuk menjamin kondisi terbaik yang dapat diterima oleh anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini mengingat bahwa anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan mempunyai peran strategis bagi kelangsungan ekstensi bangsa dan negara pada masa mendatang.

Gambar

Tabel 3.1 luas wilayah Desa Pringsari berdasar kegunaan
Gambar 3.1 Peta Desa Pringsari
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Desa Pringsari
Tabel 3.3 Data Pendidikan Terakhir  Desa Pringsari
+3

Referensi

Dokumen terkait

KECAMATAN PADANG HILIR KOTA TEBING TINGGI.

Dari hasil penelit ian Unt uk m eningkat kan Pendapat an Asli Daerah dengan sebaik-.. baiknya, ada beberapa fact or/ syarat yang perlu

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab IV dapat diperoleh simpulan bahwa penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan

Judul Skripsi : Analisis Timbal, Kadmium dan Tembaga pada Pakchoi ( Brassica rapa L.) yang Diperoleh dari Lahan Hasil Pertanian Sekitar Gunung Sinabung Secara

Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI yaitu; faktor lingkungan kampus yang. terdiri dari waktu kuliah dan bimbingan akademik yang jarang

Daftar Hasil Penelitian yang Relevan dengan Pengembangan Program IPA Terintegrasi guna Membekali Kompetensi Pendidik Calon Guru IPA SMP. Nama, Jurnal/Prosiding

Di lapangan ditemukan realita bahwa ada hambatan-hambatan dalam pelaksanaan strategi pengelolaan pasar tradisional yang mempengaruhi penerimaan retribusi pelayanan pasar sebagai

akurasi tendangan long pass adalah metode yang lebih baik dan dapat. digunakan oleh para pelatih sepakbola sebagai salah satu materi