• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

3. Anak Perusahaan PT Graha Surya Media

PT Graha Surya Media didirikan dengan akte Sudarti Budiono SH, notaris di Kediri, tanggal 30 Juni 2007 No. 46, diubah dengan akte dari notaris yang sama pada tanggal 6 Desember 2007 No. 02. Akte tersebut disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan No. AHU-00998.AH.01.01.Tahun 2008 tanggal 8 Januari 2008, didaftarkan dengan No.TDP 13.11.1.92.00324 di Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Koperasi Kota Kediri, agenda No.01/BH.13.11/I/2008 tanggal 1 Februari 2008. Publikasi dalam Berita Negara masih dalam proses. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, anak perusahaan dapat bergerak di bidang jasa hiburan, jasa eksploitasi hak media, industri dan perdagangan yang terkait dengan eksploitasi hak media tersebut. Per akhir Maret 2008, anak perusahaan PT Graha Surya Media belum mempekerjakan karyawan dan belum beroperasi. Anak Perusahaan PT Graha Surya Media adalah perusahaan yang berdomisili di Indonesia dengan kantor di Jl. Semampir II/1, Kediri. Persentase kepemilikan efektif Perseroan pada PT Graha Surya Media adalah 100% kurang 1 (satu) saham. Di Februari 2008, anak perusahaan PT Graha Surya Media menempatkan investasi dengan nilai sebesar Rp 10 milyar di PT Surya Artha Media, perusahaan asosiasi yang baru dibentuk dengan bidang usaha yang sama dengan anak perusahaan. Anak perusahaan PT Graha Surya Media memiliki 50% hak suara dimana anak perusahaan dapat memberikan pengaruh signifikan tetapi tidak memiliki kendali atas perusahaan asosiasi tersebut.

rokok itu mempekerjakan sekitar 40.000 karyawan dan buruh. Jumlah itu sangat mengesankan, karena menurut data sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Kota Kediri 242.660 orang. Ini artinya, kehidupan dari hampir 17 persen penduduk kota itu tergantung pada penghasilan kerja di PT Gudang Garam.Implikasi dari fakta ini sangat besar. Sebut saja soal pemogokan. Satu kali saja, Gudang Garam harus tutup karena digoyang pemogokan, perekonomian Kota Kediri akan terganggu. Sekadar contoh, setiap hari karyawan/buruh Gudang Garam menghabiskan Rp 2.000 untuk makan. Apabila pabrik itu tutup sehari, omzet penjualan yang hilang dari pedagang makanan saja mencapai Rp 80 juta. Kehadiran Gudang Garam memang sangat menentukan, mungkin bahkan sudah terlalu menentukan. Selama ini misalnya, 78 persen dari perekonomian Kota Kediri, yang memiliki luas wilayah 63,40 kilometer persegi, sangat ditentukan oleh industri pengolahan. Dari persentase tersebut, 68 persen di antaranya berasal dari Gudang Garam. Sementara industri lainnya, seperti pabrik pengalengan bekicot yang diekspor ke Perancis, pabrik pengalengan jagung muda dan sawi putih yang dikirim ke Taiwan, industri kayu mebel, kusen dan saniter, serta industri makanan tahu, hanya menyumbang 10 persen saja. Sumbangan untuk perekonomian Kota Kediri juga berasal dari sektor perdagangan, restoran, dan hotel, yang seluruhnya berjumlah 17 persen. Selain peranan Gudang Garam dalam perekonomian makro kota, pabrik rokok itu juga sangat menentukan nilai produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita atau total nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga Kota Kediri. Tahun 1999, misalnya, PDRB per kapita Kediri-bila digabungkan dengan pendapatan mereka yang bekerja di Gudang Garam-mencapai Rp 43 juta per tahun, atau tertinggi di Jawa Timur.

Namun, apabila unsur Gudang Garam itu dihilangkan, PDRB per kapita kota itu hanya Rp 11 juta per tahun. Tidak mengherankan kalau kemudian kehadiran pabrik rokok kretek Gudang Garam itu akhirnya memang menjadi penentu kemajuan dan perkembangan Kediri. APAKAH kehadiran Gudang Garam juga menambah jumlah perolehan kas Pemerintah Kota? Masalah inilah yang kini sedang menjadi pembahasan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, cukai rokok masih masuk ke kas Pemerintah Pusat. Ini berarti, meskipun Otonomi Daerah sudah diberlakukan untuk Kota Kediri, namun kota itu belum dapat menikmati hasil cukai rokok kotanya sendiri. Dari data Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) disebutkan bahwa pada tahun 1999/2000, nilai hasil cukai rokok seluruh Indonesia berjumlah Rp 9 trilyun. Dari jumlah itu, sekitar Rp 4,21 trilyun atau 46,8 persen berasal dari pabrik rokok PT Gudang Garam. Tentu saja, seluruh cukai rokok itu masuk ke kas Pemerintah Pusat. Lalu apa yang diterima oleh kas Pemerintah Kota dari kehadiran Gudang Garam itu? Pemda Kediri hanya mendapat realisasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan pajak daerah (pajak reklame, air bawah tanah, sampah, dan penerangan jalan) saja dari pabrik itu. Tahun 1999/2000, pendapatan asli daerah (PAD) Kota Kediri mencapai Rp 7,14 milyar. Kemudian realisasi PAD tahun anggaran 2000 mencapai Rp 6,17 milyar. Sementara realisasi PBB kota itu pada tahun 1999 dan 2000 masing-masing telah mencapai Rp 5,46 milyar dan Rp 5,95 milyar. Dari sisi PAD, Gudang Garam memang menjadi kontributor terpenting. Tahun 1999, kontribusi pabrik rokok

diberikan melalui PBB (tahun 1999 Rp 985,6 juta; tahun 2000 Rp 995,48 juta) dan melalui pajak daerah (tahun 1999 Rp 1,05 milyar; tahun 2000 Rp 1,63 milyar). Bagi kota Kediri, peranan PT Gudang Garam ternyata tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi belaka. Pabrik itu, misalnya, juga banyak ikut mencetak atlet-atlet tenis meja dan bola basket. Peran ekonomi dan sosial PT Gudang Garam itulah yang membuat setiap ada gejolak perburuhan di pabrik itu, semua pihak segera turun menyelesaikannya. Hal ini sangat tampak ketika terjadi pemogokan kerja di Gudang Garam pada bulan Juli 2000, yang membuat pabrik itu harus meliburkan karyawan/ buruhnya selama 11 hari. Tidak hanya direksi Gudang Garam yang repot. Gubernur Jatim dan Panglima Daerah bahkan harus ikut campur tangan untuk membantu menyelesaikan masalah perburuhan tersebut. Tidak salah, kalau kota yang juga terkenal dengan produk tahunya itu, masih selalu mengharapkan agar Gudang Garam tidak hanya menjadi bagian dari hidupnya ketika ada masalah, tetapi juga menjadi motor pembangunan kota ketika sedang berjaya. Pertumbuhan ekonomi kota itu memang tergantung dari Gudang Garam. Dalam masalah ini, sistem perundang-undangan mengenai otonomi daerah merupakan salah satu kunci utama.

B. Visi dan Misi Perusahaan

Dokumen terkait