• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analgesia spinal atau Intrathecal Labor Analgesia (ILA)

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Analgesia Medis pada Persalinan

2.3.3 Analgesia spinal atau Intrathecal Labor Analgesia (ILA)

Efek samping yang timbul dari persalinan ILA bisa dibilang amat ringan dan tidak mempengaruhi kondisi janin. Meski jarang, beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah mual, muntah, penurunan tekanan darah, serta gatal-gatal ringan yang mudah diatasi. Efek ILA pada persalinan diantaranya adalah dapat memperpanjang kala I dan II persalinan, dan meningkatkan penggunaan oksitosin untuk akselerasi persalinan serta penggunaan instrumentasi pada kelahiran dengan menggunakan tarikan vakum atau forsep. ILA tidak signifikan meningkatkan angka operasi sesar. Perlu disadari disini bahwa penggunaan ILA untuk Painless

Labor adalah untuk mengatasi nyeri persalinan, sedangkan perjalanan proses

persalinan itu sendiri adalah tetap. Jadi tidak berarti bahwa dengan ILA akan pasti dapat lahir pervaginam. Tindakan seksio sesarea dilakukan atas dasar indikasi obstetri.23,24

Efek samping dari persalinan dengan metode ILA yang mungkin terjadi seperti mual, muntah, penurunan tekanan darah, serta gatal-gatal ringan. Efek obat ini akan berpengaruh sekitar 20 menit setelah penyuntikan. Efek samping ini akan

50 dapat terus diperpanjang selama proses persalinan berlangsung karena obat dapat ditambahkan melalui selang sesuai kebutuhan. Walaupun pada prinsipnya menghilangkan nyeri, para ibu yang memakai cara ini tetap akan merasakan sakit perut atau perasaan tidak nyaman yang ringan saat rahim berkontraksi. Namun pasien masih tetap dapat berjalan, duduk dan tidak mempengaruhi kemampuan mengedan.23,24

Adapun keuntungan dari ILA adalah sebagai berikut:20,23,24

a. Efektif menghilangkan nyeri persalinan selama kala I dan II persalinan. b. Memfasilitasi kerjasama pasien selama persalinan dan kelahiran.

c. Anestesi untuk tindakan episiotomi atau Persalinan Pervaginam dengan Tindakan Operatif (PPTO).

d. Anestesi operasi sesar.

e. Tidak menyebabkan depresi napas baik pada janin maupun ibu yang disebabkan oleh opioid.

Sedangkan ada pun berbagai kelebihan dari metode ILA adalah sebagai berikut: 20,23,24

a. Meskipun telah disuntikkan, sang ibu harus tetap bisa merasakan kontraksi

b. Rasa sakit saat persalinan menjadi hilang, tapi sang ibu tetap dapat mengejan dan merasakan peregangan ketika bayi akan keluar

c. Ibu dapat mengejan lebih rileks dan dapat melalui persalinan dengan nyaman

51 e. Menggunakan jarum yang kecil & obat sedikit

f. Biaya tidak semahal operasi

g. Proses melahirkan berjalan secara otonom

Komplikasi dari tindakan ILA yang paling sering adalah hipotensi. Untuk itu diperlukan pemberian cairan elektrolit isotolus sebelum tindakan . Komplikasi yang lain adalah sakit kepala, retensio urin, meningitis, kejang. Namun ini adalah komplikasi yang jarang terjadi. Dua komplikasi yang umum terjadi adalah Hipotensi dan sakit kepala. Crawford (1985) dari Birmingham Maternity Hospital, Inggris melaporkan mulai dari 1968 sampai 1985 lebih dari 26.000 pasien mendapatkan ILA dan tidak ditemukan adanya kematian, sehingga dapat disimpukan tindakan ini cukup aman.23,24

Penelitian yang dilakukan oleh Yancey dan kawan-kawan pada tahun 1999 di Rumah Sakit Tripler Army memperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap penggunaan tindakan bedah pervaginam baik vakum maupun forceps pada persalinan dengan ILA (sebesar 11,1%) dibandingkan dengan tanpa menggunakan analgesia apapun (sebesar 11,9%). Penelitian lainnya dilakukan oleh Segal dan kawan-kawan pada tahun 2000 juga memperoleh hasil yang sama dimana tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada persalinan dengan ILA dengan tanpa menggunakan analgesia dengan perbedaan rata-rata sebesar 0,76%, pada tingkat kepercayaan 95% dan nilai Convidence Interval (CI): 1,2 sampai 2,8. Penelitian dengan hasil yang berlawanan diperoleh oleh Halpern dan Leighton, dimana terdapat peningkatan Odds Rasio (OR) tindakan bedah pervaginam pada persalinan yang menggunakan ILA daripada tanpa analgesia dengan nilai OR:

52 1,92 (95% CI: 1,52-2,42). Penelitian yang serupa dengan penelitian tersebut dilakukan oleh Sharma dan Liu dimana terdapat peningkatan tindakan bedah pervaginam pada persalinan yang menggunakan ILA daripada tanpa analgesia dengan masing-masing nilai OR adalah 1,86 (95% CI: 1,43-2,40) dan 1,63 (95% CI: 1,12-2,37).24,25

Penelitian yang dilakukan oleh Sharma dan kawan-kawan di Rumah Sakit Parkland memperoleh bahwa terjadi pemanjangan kala I persalinan kurang lebih sekitar 30 menit pada wanita nullipara yang memperoleh ILA. Penelitian yang dilakukan oleh halpen dan Leighton memperoleh bahwa tidak ditemukan perbedaan yang bermakna durasi kala I persalinan antara persalinan dengan ILA dibandingan yanpa analgesia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wong dan Ohel yang juga menilai durasi kala I persalinan, memperoleh hasil dimana terjadi pemendekan kala I persalinan pada persalinan yang memperoleh ILA dibandingkan dengan tanpa analgesia. Penelitian yang dilakukan oleh Sharma dan kawan-kawan pada tahun 2004 memperoleh bahwa terjadi pemanjangan persalinan Kala II kurang lebih 15 menit pada persalinan dengan ILA dibandingan dengan tanpa analgesia.25,26 Pemanjangan fase-fase persalinan tersebut disebabkan oleh karena pada analgesia regional khususnya ILA dan epidural analgesia dapat menghambat produksi dan pelepasan oksitosin serta meningkatkan kejenuhan reseptor oksitosin, yang pada akhirnya mengakibatkan kelemahan kontraksi uterus. Selain hal tersebut, ILA dan epidural analgesia juga dapat menghambat sekresi katekolamin dan prostaglandin F2 alpha dimana hal tersebut dapat

53 mengakibatkan gangguan kontraksi uterus sehingga mengakibatkan pemanjangan fase persalinan rata-rata selama 4,7 sampai 7,8 jam.25

Angka kejadian rupur perineum derajat III dan IV meningkat sebesar dua sampai tiga kali pada persalinan dengan ILA. Hal tersebut kemungkinan terkait dengan kesiapan dari tenaga penolong akibat sensai nyeri yang berkurang dan penggunaan alat bantu bedah pervaginam baik vakum maupun forceps ekstraksi. Penelitian yang dilakukan oleh Sazili dan kawan-kawan pada tahun 2009 terkait dengan risko kejadian ruptur perineum pada kala II meningkat seiring dengan tingginya penggunaan forceps maupun vakum ekstraksi pada pemanfaatan ILA dalam persalinan. Dimana pada pemanfaatan Vakum ekstraksi resiko ruptur grade I mencapai 2,3% sedangkan pada Forceps ekstraksi risiko tersebut meningkat sebesar 3,5% pada ruptur perineum grade I dan 2,3% pada ruptur perineum grade II.26,27

Dokumen terkait