• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada Bab IV, memuat tentang data, analisa fungsional, analisis kondisi lingkungan, kesimpulan hasil analisa.

BAB V. KONSEP RANCANGAN

Pada Bab V, memuat konsep perencanaan, konsep dasar, rencana tapak, perancangan bentuk bangunan.

BAB VI. HASIL RANCANGAN

Pada Bab VI, memuat dan menjelaskan hasil perancangan Bandung Creative Hub, meliputi site plan, block plan, bentukan 3d massa dan tapak bangunan, 3d suasana, maupun eksterior bangunan dan foto - foto maket.

Kelurahan balong Gede

: 14000 m (1.4 Ha)

2

:

70 % 30 %

:

12,6

:

5 m

:

7 m

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 Umum

LOKASI :JL.Asia Afrika, Kecamatan Regol,

Kelurahan balong Gede

LUAS LAHAN :

KDB :

KLB :

GSB :

GSS :

Gambar 2.1. Peta kawasan dan lokasi site (Sumber: Data pribadi)

Suhu : Curah hujan :

Rata - Rata 23 – 30 ºC kisaran 1500-2250 mm

16 ºC 2000 mm

35 ºC

Kelembaban : Tekanan Udara :

Rata - rata 54 – 85% 900 – 1000 mbar 76%.

Kota bandung merupakan kota yang memiliki tekanan udara dan kelembaban yang cukup baik. Dalam arsitektur, suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam desain. Berikut merupakan penjabaran tentang suhu dan kelembaban kota bandung menurut BMKG.

Jalan Asia afrika merupakan jalan yang dulunya bernama groote postweg pada masa kolonial. Kini jalan asia afrika menjadi kawasan heritage dikarnakan pada kawasan ini banyak bangunan - bangunan peninggalan belanda. Lokasi yang strategis dan berada di jantung kota bandung, menjadikan kawasan ini banyak di kunjungi para wisatawan maupun anak sekolah guna mendapatkan pengetahuan sejarah. Lokasi kawasan heritage ini juga merupaan kawasan yang dekat dengan alun - alun bandung yang biasanya digunakan untuk beribadah, duduk santai ,bermain, dan hanya sekedar menganbil gambar atau foto.

Dalam peraturan pemerintah rencana tata guna lahan,Jalan Asia Afrika

merupakan kawasan perdagangan, jasa serta RTH. Jalan Asia Afrika Merupakan pusat perdagangn dan pelayanan jasa yang sangat dominan di kawasan tersebut. Pada tabel rencana struktur pelayanan kota bandung, struktur sistem pusat primer alun - alun

mewajibkan fungsi bangunan seperti komersial, perdagangan, dan sosial budaya skala yang di target kan adalah skala kota dan regional serta nasional dan internasional. Berikut merupakan tabel dari rencan strukur pelayanan kota bandung yang bersuber dari Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya kota bandung.

2.2 Program Kegiatan

Program kegiatan yang diselengarakan pada bandungcreative hub merupakan program kegiatan yang setiap tahunya di ada kan di kota bandung, Akan tetapi, yang berkaitan denga fungsi bangunan bandung creative hub . Kegiatan yang di

selenggarakan merupakan kegiatan yang berkaitan denga industri kreatif di bidang fashion, video , film, kuliner serta pasar seni dan barang antik. Berikut merupakan beberapa acara yang di selenggarakan selama setahun :

Tabel 1. rencan strukur pelayanan kota bandung (Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya kota bandung)

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Program

Kegiatan

Perbulan

Tahun baru Festival Jepang Anniversary Bandung BMX Culinary night Bandung Awards Pekan budaya Tionghoa

Festifal film bandung Teater Musical Bandung Art

Susur Cikapundung

Lomba Foto

Food expo

Pameran lukisan dan

foto”sejarah” Drama Tari

Peringatan asia Afrika & video mapping

Pameran tenun, bordir dan jahit

English festival Women Festival

Ledies moment Festival kuliner

Festival film karya anak muda bandung

Toys Market

Festifal Budaya Sunda

Pameran Foto TIK

Bazar Fashion

Lomba Fotografi in Frame

Konser musik kemerdekaan

TANJOUBY OMEDETOU COSPLAY

Bandung Enterpreneur day Festival Peringatan hari Kemerdekaan

Festival Seni, Sastra, dan Budaya Jabar

EVENT HUT KOTA BANDUNG

Festival Indonesia Handmade Futsal Competition

Festival Tari merak Festival hijab fashion

Gambar 2.2. Program Kegiatan (Sumber: Data pribadi)

Tabel 2. Kegiatan dan acara perbulan (Sumber : Data pribadi)

2.4 Studi Banding Proyek Sejenis

2.4.1 Federation Square

Federation Square terletak di jantung kota Melbourne. Seluas 3,2 hektar dan berpusat pada dua utama ruang publik : lapangan terbuka (St. Paulus Pengadilan dan The Square) dan satu tertutup (The Atrium), dibangun di atas atas dek beton di atas jalur kereta api sibuk. Kota ini terletak di persimpangan antara Flinders Street dan Swanston Street / St Kilda jalan di Melbourne Central Business District , berdekatan dengan stasiun kereta api tersibuk di Melbourne .

Letak Federation Square berada di tepian sungai yarra . lokasi strategis dengan di tenah kota dengan beberapa elemen pendukung seperti sungai.

Beberapa fasilitas di tawarkan pada bangunan ini, seperti Grand theater foyer, grand teater, the galery, the valley, youth cinema, badminton hall, dan masih banyak fasilitas pendukung lainya.

Gambar 2.3. Lokasi Federation Square (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 2.4. Site Plan Federation Square (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Bangunan terdiri dari 3 lantai dengan bentuk denah yang radial serta di lengkapi dengan beberapa fungsi ruang pendukung. Walaupun bentuk denah seperti tidak beraturan, namun sirkulasi pada bangunan terlihat jelas.

Gambar 2.5. Denah Federation Square (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 2.6. Suasana dan aktifitas di Federation Square (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Pada area ruang terbuka, digunakan sebagai area santai dan pengunjung dapat duduk dan menghadap Yarra river dan area tersebut memang terbuka, tanpa ada batas dinding

Pada event tertentu, dapat di selenggarakan di luar banguan terutama pada event pemutaran film dan event lainya. dan dinding bangunan dapat di hadikan sebagai layar untuk memutar film tersebut.

Di dalam bangunan tedapat beberapa fungsi ruang salah satunya adalah ruang pameran. Sering digunakan dalam acara pameran lukis dan foto, dengan pencahayaan yang cukup baik dan ruangan terlihat transparan namun terbatas oleh kaca.

Gambar 2.7. aktifitas pada malam hari di Federation Square (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 2.8. Suasana Pameran Federation Square (Sumber: http://www.archdaily.com/)

2.4.2 Tallinn Town Hall

Arsitek : BIG (Bjarke Ingels Group) & Adams Kara Taylor

Proyek : TALLINN TOWN HALL

Luas Area : 28.000 M2

Lokasi : Tallinn

Material : Kaca, Beton dan Baja

Sebuah bangunan publik yang terletak di tengah kota tallinn yang berdekatan dengan balai kota dan beberapa kantor pemerintahan serta pasar atau area perbelanjaan.

Gambar 2.9. Site Plan Tallinn Town Hall (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 2.10. Konsep bentuk Denah Tallinn Town Hall (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Ide bentuk dasar pada bangunan ini berbentuk persegi, namun bentuk persegi tersebut mulai di acak sesuai bentuk namun tetap bersmbungan satu sama lain. Lalu bentuk tersebut mulai dikombinasiakan dengan bentuk persegi namun berbeda ukuran. Permainan besar kecil bentuk persegi mulai di kombinasikan pada tahap 3. Setelah menemukan penyusunan yang pas, fungsi ruang mulai di tandai sesuai program ruang.

Konsep utama pada bangunan ini ialah konktivitas, koneksi antar bentuk persegi, koneksi antara fungsi ruang, koneksi antar level bangunan, koneksi secara keamanan dan utilitas, koneksi secar visual serta koneksi secara penataan penghijauan.

Konsep tampak bangunan dibedakan dengan beberapa bentuk, sesuai analisa pencahayaan, penghawaan, sudut pandang, serta respon dari beberapa bangunan sekitar tapak.

Gambar 2.11. Konsep Connection Tallinn Town Hall (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 2.12. Konsep Tampak Tallinn Town Hall (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Konsep atap , Atap ini akan miring untuk membentuk puncak menara ramping dan dibalut bahan reflektif. Serta terdapat pencahayaan pada sudut atap guna memberikan cahaya yang masuk langsung ke bangnan.

Sesuai konsep Dasar, bentuk denah yang diambi merupakan bentuk persegi,tengan konsep koneksi antara fungsi ruang, koneksi antar level bangunan, koneksi secara keamanan dan utilitas, koneksi secar visual serta koneksi secara penataan penghijauan. Dengan penyesuaian program rang dan program kebutuhan dengan memaksimalkan efisiensi ruang yang digunakan. Meskipun bentuk yang persegi yang disusun tidak beraturan, namun program ruang pada denah telah disusun rapi sesuai kebutuhan ruang.

Gambar 2.13. Perspektif Mata BurungTallinn Town Hall (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 2.14. Denah Tallinn Town Hall (Sumber: http://www.archdaily.com/)

Desain tampak yang dibuat merupakan hasil analisa dari seluruh sudut pandang yang ada pada pada site dan merespon beberapa view yang ada pada site. Mengingat kawasan sekitar merupakan kawasan pemerintahan dan kawasan heritage. Hasil analisa ini merupakan salah satu penghormatan aristek terhadap bangunan sekitar dan penyesuaian dengan tampak bangunan sekitarnya.

Memaksimalkan ruang terbuka pada bagian atap bangunan dengan memberi skywalk sebagai penghubung antar banguan. hal ini merupakan upaya dari pemanfaatan dan penambahan ruang terbuka dan penerapan konsep connectivity.

Gambar 2.14. Denah Tallinn Town Hall (Sumber: http://www.archdaily.com/) Gambar 2.14. Denah Tallinn Town Hall

2.4.3 Seoul Creative Lab

Arsitek : Hyunjoon Yoo arsitek

Lokasi : 5 Nokbeon - dong , Eunpyeong - gu , Seoul , Korea Selatan

Tim Desain : HyunjoonYoo , Jinsung Huh , Insil Anak , Jaehong Mik , Moonchul

Choi , Sunkeun Hwang , Seungho Ham , Hyuntak Cho

Area : 600,0 meter persegi

Proyek Tahun : 2013

Material : Kaca, kayu, Baja dan Beton

Seoul Creative Lab didesain dengan dasar pemikiran " ruang inspirasi " pada saat proses mendesain untuk menciptakan ruang tersebut. Plafon di desain tinggi dengan menggunakan material spons guan menyerap suara dan mengontrol suhu pada atap sesuai iklim dan musim di daerah tersebut. Sehingga, antar ruang yang ada, merupakan ruang yang nyaman dan kedap suara.

Bentuk denah yang sederhana dengan vokalpoin di tengah banguan membuat

setiap ruangan yang ada pada bangunan Seoul Creative Lab ini mendapatkan cahaya

matahari secara langsung. Bentuk persegi membuat penataan denah ruangan menjadi teratur dan rapi, Sehingga tidak terdapat ruang mati yang tidak terpakai.

Gambar 2.15. Denah Seoul Creative Lab

Setiap ruang memiliki bidang horizontal. Namun, perpustakaan ini membuat pengguna nyaman saat membaca buku dikarenakan bentuk tempat baca di design senyaman mungkin dan sesederhana mungkin dengan memaksimalkan pencahayaan

yang cukup. Seoul Creative Lab ini juga menyediakan ruang pertunjukan untuk

engunjung yang akan memamerkan film pendek atau hanya sekedar film di bidang pendidikan dan pembelajaran ntuk kreatifitas.

Bangunan Seoul Creative Lab memaksimalkan pandangan terhadap gunung

Bukhansan dari kejauhan. Bentuk bangunan yang persegi dengan taman di tengah bangunan dimaksudkan untuk memaksimlkan ruang terbuka dan pada sisi luar

Gambar 2.16. Ruang dan Fasilitas yang ada pada Seoul Creative Lab

(Sumber: Data pribadi)

Gambar 2.17. Balkon di buat guna memaksimalkan pandangan

bangunan terdapat dua balkon yang menojol agar gunung Bukhansan dapat terlihat dengan jelas dan antara pengunjung satu dengan yang lain dapat berkomunikasi dengan baik walau dari ruang dan titik yang berbeda.

Sirkulasi yang baik membuat bangunan Seoul Creative Lab ini terlihat nyaman digunakan dengan beberapa fasilitas yang ada. Pengunjung juga dengan mudah berkomunilasi dengan baik . Fasilitas yang di berikan juga cukup memadai dan efisien dengan beberapa bentuk ruangnya.

Gambar 2.18. Sirkulasi yang baik pada bangunan Seoul Creative Lab

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 2.19. Fasilitas ruang Seoul Creative Lab tanpa dinding masif

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1 Pengertian

Connectivity / Konektifitas

Dalam kamus besar bahasa indonesia :

koneksi / koneksifitas : hubungan yang dapat memudahkan (melancarkan) segala urusan (kegiatan).

Dalam buku arsitektur bentuk, ruang dan tatanan:

konektifitas merupakan sebuah ruang - ruang yang di hubungkan oleh sebuah ruang bersama.

Konektifitas dalam arsitektur tidak terlepas dari Kontekstual dalam beberapa teori arsitektur, konektifitas dan kontekstual sangat berkaitan. berikut merupakan memaparan dari beberapa teori kontekstual. menurut Brent C. Brolin dalam bukunya

Architecture in Context (1980) menjelaskan, kontekstualisme adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, kontekstualisme merupakan sebuah ide tentang perlunya tanggapan terhadap lingkungannya serta bagaimana menjaga dan menghormati jiwa dan karakter suatu tempat. Untuk mewujudkan dan menciptakan arsitektur kontekstual, sebuah desain tidak harus selamanya kontekstual dalam aspek form dan fisik saja, akan tetapi kontekstual dapat pula dihadirkan melalui aspek non fisik, seperti fungsi, filosofi, maupun teknologi.

Tidak Selamanya bangunan yang selaras dengan banguan kuno mampu ditampilkan utuh dan dapat disebut menjadi karya yang kontekstual. Tampilan fasade bangunan dengan citra kontekstual harus pula mempertimbangkan tentang fungsi kontekstual yang akan ditetapkan.

Aktifitas Perbelanjaan dan Pertokoaan (Industri kreatif di bidang Fesyen) Aktifitas Film dan pertunjukan Seni Tari

dan Film

(Industri kreatif di bidang Seni pertunjukan

Aktifitas Bermain (Industri kreatif di bidang Permainan Interaktif)

Aktifitas Fotografi dan Film (Industri kreatif di bidang Video, fotograf dan film)

Aktifitas culinary night setiap 2 minggu (Industri kreatif di bidang Kuliner

Aktifitas Jual dan beli Barang antik (Industri kreatif di bidang pasar seni dan barang antik

3.2 Interpretasi Tema

Terdapat 15 Industri kreatif yang ada di kota bandung, dari 15 industri kreatif yang ada di kota bandung, terdapat 6 industri kreatif pada kawasan heritage yang sangat

berpotensi.

Gambar 3.1. diagram Kreatif industri di kota bandung

(Sumber: Data pribadi)

Gambar 3.2. Aktifitas yang ada pada Kawasan heritage di asia afrika

Pada kawasan heritage, tema konektifitas merupakan koneksi antar aktifitas disekitar kawasan dan aktifitas didalam site. Beberapa potensi yang telah ada, namun kurang di ketahui oleh masyarakat terutama masyarakat di kota bandung. Adapun penerapan konektifitas didalam site dan bangunan. Berikut merupakan penerapan tema dalam bangunan. Adapun penerapan konektifitas didalam site dan bangunan. Berikut merupakan penerapan tema dalam bangunan.

Sebagai penerapan tema dan konsep, antar bangunan disediakan penghubung berupa skywalk dengan jarak yang berbeda. Selain berfungsi sebagai penghubung,skywalk dapat berfungsi sebagai sarana fotografi yang merupakan pendukung dari aktifitas dan fungsi bangunan Bandung Creative Hub. Beberapa Bentuk yang digunakan merupakan bentuk yang mengarah pada analisa bentuk yang sesuai dengan tema connectivify dan bentuk bangunan sekitar.

Gambar 3.3. Penerapan Tema Connectivity

(Sumber: Data pribadi) Industri Keratif

fotografi dan video

Industri Keratif Kuliner dan perdagangan Industri Keratif fashion Industri Keratif Pasar seni

3.3 Studi Banding Tema Sejenis

A New Landmark for Antalya

Arsitek : 1+1 Architects

Lokasi : Kepez, Cumhuriyet, 17110 Kepez/Çanakkale Merkez/Çanakkale

Province,Turkey

Tim Desain : Ervin Garip, Banu Garip

Proyek Tahun : 2015

Material : Kaca, Baja dan Beton

A New Landmark for Antalya merupakan ruang publik yang memiliki tema Connectivity disesuaikan dengan konteks alam, topografi, dan perubahan lingkungan perkotaan. Konsep yang di ambil dari kata "Kepez," yang berarti "Mahkota Terbuka" yang terletak di puncak topografi, dan memiliki pemandangan Teluk Antalya, serta pusat kota.

Gambar 3.4.Lkasi New Landmark for Antalya

Sebagai taman kota, ruang fasilitas yang ada dalam New Landmark for Antalya

ialah mencakup ruang pameran, lokakarya, kantor, restoran, teras panorama, kafe, toko Sovenir, dan tempat rekreasi disetiap fungsi pendukung.

Gambar 3.5. Site Plan New Landmark for Antalya

(Sumber: Data pribadi)

Gambar 3.6. Potongan Kawasan New Landmark for Antalya

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 3.7. Potongan Bangunan New Landmark for Antalya

Secara keseluruhan, Fasilitas yang dirancang mengutamakan pejalan kaki. Di dukung dengan ruang terbuka yang cukup baik, pengunjung dapat menikmati alam dengan berjalan, jogging, dan bersepeda, dengan sistem sirkulasi terbuka yang semangkin lama semangkin tinggi ,dan dan dilengkapi dengan ruang semi terbuka dalam bangunan untuk melihat alami terbuka.

Salah satu fasilitas yang ada pada New Landmark for Antalya ialah air mancur

di dalam ruang transparan yang sangat digemari anak - anak. Konsep dari bangunan ini ialah, bagaimana kita dapat menikmati dan merasakan unsur air di dalam ruangan namun terasa berada di luar bangunan. dengan fasilitas ini, pengunjung banyak mengunjungi New Landmark for Antalya hanya untuk menikmati dan bermain air mancur tersebut.

Gambar 3.8. Perspektif Mata Burung

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 3.9. Suasana dan Fasilitas New Landmark for Antalya

Sirkulasi pejalan kaki yang lebar dan nyaman, membuat pengunjung dapat menikmati alam terbuka. Dan sirkulasi seperti ramp membuat para pejalan kaki tidak menyadari

baha mereka telah sampai pada puncak mahkota New Landmark for Antalya.

Terlihat jelas bahwa lokasi New Landmark for Antalya merupakan lokasi ruang

terbuka yang sejuk . Lokasi ini masih bisa dikatakan alami dengan banyaknya penghijauan yang ada di sekita bangunan. New Landmark for Antalya merupakan ruang terbuka serta tempat rekreasi yang sangat bagus untuk para pengunjung yang jenuh dengan padatnya perkotaan.

Gambar 3.10. Sirkulasi New Landmark for Antalya

(Sumber: http://www.archdaily.com/)

Gambar 3.11. Penerapan Tema Connectivity

Gambar diatas merupakan Interior teras panorama dan kafe yang ada di dalam bangunan dengan fasilitas yang mendukung dan memadai, serta konsep koneksi terhadap keselarasan ruang ternuka dengan bangunan sekitar. kombinasi antara Skywalk pada bangunan dan pemanfaatan ruang yang jelas, membuat bangunan ini selaras dan berirama dengan baik.

Gambar 3.12. Penerapan Tema Connectivity

BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisis Fungsional

4.1.1 Organisasi Ruang

4.1.2 Zoning

Bagan 3. Organisasi Ruang (Sumber: Data Pribadi)

Drop off Basemant Lobby

Industri Kreatif fotorafi Industri Kreatif Kuliner Industri Kreatif Fashion Industri Kreatif Barang antik & seni

Toilet, ramp dan tangga

Aplihteater

Urban toys & lapangan futasl

Arena Skateboard

Bagan 4. Zoning

Industri Kreatif Barang antik &

seni Industri Kreatif Fashion Industri Kreatif Kuliner Industri Kreatif fotorafi

4.1.3 Program Ruang

4.2 Analisis Kondisi lingkungan

4.2.1Sejarah lokasi

Lokasi merupakan lahan yang dulunya pernah berdiri sebuah mall pertama di kota bandung yang dikenal dengan nama Palaguna Plaza. Sebelum di bangun mall palaguna Plaza, lahan ini pernah di bangun bioskop Varia, Elita dan Oriental yang cukup terkenal pada tahun 1971 dan pada tahun 1955 lahan tersebut pernh di bangun pertokoan dan hotel. Akan tetapi , Pada masa sekarang lahan tersebut menjadi lahan terbengkalai dan hanya digunakan sebagai tempat parkir bus wisata pada saat wisatawan datang ke kota bandung.

Jalan Asia afrika merupakan jalan yang dulunya bernama groote postweg pada masa kolonial. Kini jalan asia afrika menjadi kawasan heritage dikarnakan pada kawasan ini banyak bangunan - bangunan peninggalan belanda. Lokasi yang strategis dan berada di jantung kota bandung, menjadikan kawasan ini banyak di kunjungi para wisatawan maupun anak sekolah guna mendapatkan pengetahuan sejarah. Lokasi kawasan heritage ini juga merupaan kawasan yang dekat dengan alun - alun bandung

Bagan 6. Alur Kegiatan Pengunjung (Sumber: Data Pribadi) Bagan 5. Alur Kegiatan Pengelola

yang biasanya digunakan untuk beribadah, duduk santai ,bermain, dan hanya sekedar menganbil gambar atau foto.

4.2.2 Kondisi Lahan dan Potensi

Kota Bandung yang terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun keamanan. Secara geografis wilayah Kota Bandung berada antara 107°36’ Bujur Timur dan 6°55’ Lintang Selatan, dengan total luas wilayah 167,7 km² dan jumlah populasi mencapai 8,6 juta jiwa pada Sensus tahun 2011.

Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 meter dan terendah di sebelah Selatan 675 meter di atas permukaan laut. Dikarenakan ketinggiannya, iklim di Bandung lebih sejuk dari sebagian besar kota di Indonesia dan diklasifikasikan sebagai iklim lembab, dengan suhu rata-rata 23,6 ° C (74,5 ° F) sepanjang tahun.

Gambar 4.1. Lokasi kawasan Heritage di kota bandung (Sumber: Data Pribadi)

4.2.3 Peraturan bangunan sekitar

Kawasan asia afrika merupakan tergolong kawasan perdagangan dan jasa. Kawasan ini juga sebagai kawasan cagar budaya karena banyak bangunan peninggalan bersejarah.

Lokasi : Jl. Asia-Afrika, Kecamatan Regol, Kelurahan Luas Lahan : 1.4 Ha

KDB : 70% KLB : 12.6

Elevasi : 702 mdpl

Lebar GSB : 7 meter (di atas permukaan laut) Lebar GSS : 5 meter

Kemiringan Kontur : 1

Gambar 4.2. Peta Peruntukan Lahan di kota bandung (Sumber: Bappeda , 2008)

4.2.4 View

Potensi :

Lokasi site berada pada kawasan komersial sekaligus pusat kota Bandung, tepatnya di depan Alun-alun Bandung yang berpotensi menjadikan bangunan Bandung Creative Hub menjadi point of interest dan menarik perhatian di sekitarnya

Masalah :

Berada pada kawasan komersial dan h e r i t a g e m e n j a d i k a n p e r t i m b a n g a n tersendiri bagi bangunan yang hendak di bangun, yaitu agar desain bangunan tidak mencederai desain bangunan pada kawasan heritage.

Solusi :

Pengembangan dan penerapan desain pada Bandung Creative Hub dengan mempertimbangkan desain kawasan heritage agar Bandung Creative Hub dapat menyatu dengan kawasan baik secara desain maupun peruntukannya.

Gambar 4.3. View Kawasan Heritage (Sumber: Data Pribadi)

4.2.5 Orientasi

Potensi:

Di bagian Utara pada site tepat di jalan asia afrika, menjadikan bangunan yang akan dibangun di site ini dapat menggunakan material kaca secara maksimal dengan keselarasan bagunan heritage yang ada di jalan asia afrika.

Masalah:

Bagian timur dan barat terletak pada sisi kiri dan sisi kanan site, sehingga bangunan yang akan dibangun harus merespon setiap sisi pada bagian tersebut.

Solusi :

Meminimalisir penggunaan maaterial kaca serta tata letak ruang harus di perhatikan pada bangunan Bandung Creative Hub.

4.2.6 Lalu lintas

Simpang tiga antara jalan asia afrika dan jalan banceuy merupakan salah satu jalan yang sering mengalami kemacetan pada jam sibuk,dikarenakan jalan tersebut merupakan salah satu simpul antara jalan asia afrika dan jalan banceuy. Jalan banceuy merupakan kawasan komersil yang melakukan aktifitas perdagangan setiap hari.

Gambar 4.4. Arah Matahari Pada kawasan (Sumber: Data Pribadi)

Biasanya kemacetan terjadi pada jam 11.00 hingga jam 18.00 sesuai dengan aktifitas perdagangan yang dilakukan pada jam 09.00 hingga jam 18.00

Pada persimpangan jalan asia afrika juga mengalami macet pada jam sibuk, dikarenakan pada jalan asia afrika banyak berdirinya perkantoran dan simpang tiga pada jalan asia afrika merupakan titik simpul antara jalan asia afrika dan jalan dalem kaum. jalan asia afrika juga merupakan jalur primer yang memiliki lebar jalan 14 meter yang menghubungkan dan meneruskan jalur antar kota. Hal ini merupakn jalur utama pada kawasan asia afrika yang berpotensi sebagai akses utama menuju tapak.

Jalan Braga merupakan jalan yang sering dilewati. Persimpangan Ini merupakan persimpangan yang paling sering di lewati dan simpul yang sangat macet pada saat jam

Dokumen terkait