• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

No Ganggguan Proses

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Nafsu Makan Dengan Sulit Makan Tabel 5.5

Hubungan Nafsu Makan Berkurang Dengan Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang

Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013

N o

Nafsu makan berkurang

Sulit Makan Pada Anak p value

Ya Tidak Total f % f % f % 0,000 1 2 Ya Tidak 16 0 72,7 0 6 28 27,3 100 22 28 100 100 Jlh 16 32,0 34 68,0 50 100 Signifikan: p value < 0,05

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami nafsu makan kurang mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (72,7%) sebaliknya anak yang tidak mengalami nafsu makan kurang seluruhnya berasal dari anak yang tidak mengalami sulit makan (100%)

Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dengan terjadinya sulit makan pada anak.

b. Hubunga Gangguan Proses Makan Di Mulut Dengan Sulit Makan

Hubungan Gangguan Proses Makan Dengan Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang

Tiga Kabupaten Pidie

N o

Gangguan Proses Makan

Sulit Makan Pada Anak p value

Ya Tidak Total f % f % f % 0,000 1 2 Ya Tidak 14 2 87,5 5,9 2 32 12,5 94,1 16 34 100 100 Jlh 16 32,0 34 68,0 50 100 Signifikan: p value < 0,05

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (87,5%) dan sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (94,1%).

Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara gangguan proses makan dengan terjadinya sulit makan pada anak.

c. Hubungan Gangguan Psikologis Dengan Sulit Makan

Hubungan Gangguan Psikologis Dengan Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga

Kabupaten Pidie

N o

Gangguan Psikologis

Sulit Makan Pada Anak p value

Ya Tidak Total f % f % f % 0,311 1 2 Ya Tidak 3 13 60,0 28,9 2 32 40,0 71,1 5 45 100 100 Jlh 16 32,0 34 68,0 50 100 Signifikan: p value < 0,05

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (60,0%) sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (71,1%).

Hasil uji statistik dengan Chi Square g pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.311 sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan yang signifikan gangguan psikologis dengan terjadinya sulit makan pada anak.

1. Hubungan Dengan Terjadinya Sulit Makan Ditinjau Dari Nafsu Makan Berkurang Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami nafsu makan kurang mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (72,7%) sebaliknya anak yang tidak mengalami nafsu makan kurang seluruhnya berasal dari anak yang tidak mengalami sulit makan (100%)

Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dengan terjadinya sulit makan pada anak.

Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, khususnya ibu. Jika dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, makan merupakan pendidikan agar anak terbiasa kebiasaan makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan bagi anak maupun bagi pemberinya terutama ibu (Sunarjo, 2009).

Soedibyo dan Mulyani (2009) menjelaskan bahwa kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulutnya secara sukarela. Kesulitan makan pada anak merupakan masalah yang serius karena dampak terhadap tumbuh kembang anak serta kemungkinan kualitas hidup kurang optimal. Deteksi dini masalah kesulitan makan sangat penting agar dampak negatif dapat dicegah dan tidak berkepanjangan.

Menurut asumsi peneliti kesulitan makan pada anak memang sering terjadi pada anak balita dan ini merupakan masalah yang sering dialami orang tua atau pengasuh anak, tetapi hal ini jika dibiarkan dapat menggagu kesehatan anak. Apabila sulit makan pada anak tidak segera diatasi, maka mengganggu tumbuh kembang anak. Biasanya orang tua seringkali mengambil jalan pintas untuk mengatasi asupan gizi yang kurang karena anak sulit makan, dengan memberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan padahal tindakan tersebut tidak selalu tepat. Dimana orang tua sebaiknya selalu memberikan perhatian khusus tentang makanan anak. Interakasi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua berinteraksi dengan anak tetapi lebih ditentukan dari kualitas interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang.

2. Hubungan Dengan Terjadinya Sulit Makan Ditinjau Dari Gangguan Proses Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (87,5%) dan sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (94,1%).

Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara gangguan proses makan dengan terjadinya sulit makan pada anak.

Menurut Judarwanto (2010) Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi. Bila dikelompokkan dalam penggolongan utama penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang. Penyebab sulit sangat banyak dan bervariasi. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam di antaranya (Sunarjo, 2009):

Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan gangguan nafsu makan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan hanya sedikit atau mengeluarkan, menyembur-nyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama. Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya, menepis suapan orang tua atau tidak mau makan dan minum sama sekali (Judarwanto, 2010)

Menurut asunsi peneliti kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan dengan makanan makanan atau jajanan diluar sehingga untuk nafsu makan yang disajikan oleh orang tua akan berkurang, dan juga balita lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan.

3. Hubungan Dengan Terjadinya Sulit Makan Ditinjau Dari Gangguan Psikologis Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (60,0%) sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (71,1%).

Hasil uji statistik dengan Chi Square g pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.311 sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan yang signifikan gangguan psikologis dengan terjadinya sulit makan pada anak.

Judarwanto (2010) menjelaskan gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.

Berdasarkan hasil penelitian Aizah (2012) mengenai faktor penyebab kesulitan makan pada anak usia sekolah menyatakan bahwa yang termasuk kedalam gangguan psikologis dapat terjadi oleh karena: aturan makan yang ketat atau berlebihan terhadap anak, ibu suka memaksa

kehendak terhadap anak, hubungan anggota keluarga tidak harmonis dan Anak mengalami alergi pada makanan

Faktor psikososial yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang terkait antara satu dengan yang lainnya seperti contoh interaksi antara orang tua dan anak soal makanan (Supariasa, 2004).

Menurut asumsi peneliti gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog. orang tua sebaiknya selalu memberikan perhatian khusus tentang makanan anak untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang. Anak yang kesulitan makan, biasanya disebabkan oleh tidak terpenuhi keinginan terhadap suatu makanan, baik dari segi warna makanan, tekstur makanan maupun bau makanan, tetapi ada juga anak yang tidak mau makan jika orang tuanya tidak menyediakan sesuatu barang atau mainan yang dapat membuat anak mau makan.

BAB VI

Dokumen terkait