• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013 ABSTRAK"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA

PICKY EATER (SULIT MAKAN) PADA ANAK BALITA DI

TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIMPANG TIGA

KABUPATEN PIDIE TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan

STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Oleh :

NURJANNAH

NIM. 10010151

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

BANDA ACEH TAHUN 2013

ABSTRAK

(2)

Faktor-Faktor Apasaja Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang

Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013 Nurjannah1, Syahbuddin2 xii + 40 halaman: 8 Tabel, 1 Gambar, 12 Lampiran

Latar Belakang : Masalah sulit makan pada anak sifatnya kompleks dan perlu dicermati faktor penyebabnya. Kesulitan makan pada anak disebabkan oleh tiga factor yaitu hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Penanganan sulit makan pada anak secara optimal diharapkan akan mencegah timbulnya masalah gizi, terutama masalah kurang gizi, sehingga dapat meningkat Taman Kanak-Kanakan kualitas anak Indonesia.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013 yang ditinjau dari nafsu makan berkurang, gangguan proses makan di mulut dan gangguan psikologis. Metodelogi Penelitian : ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga sejak tanggal 12 sampai dengan 16 Juli 2013. Pengambilan sampel menggunakan tehknik achidental sampling terhadap 56 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisikan 20 pertanyaan.

Hasil Penelitian : yang diperoleh dari 56 responden ditinjau dari nafsu makan berkurang diketahui yaitu 16 orang (72,7%) sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara sulit makan pada anak dengan nafsu makan berkurang didapatkan nilai p Value 0.000. Ditinjau dari gangguan proses makan diketahui yaitu 14 orang (87,5%) sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara sulit makan pada anak dengan gangguan proses makan nilai p Value 0.000. sedangkan ditiniau dari faktor gangguan psikologis diketahui yaitu 3 orang (60,0%) sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sulit makan pada anak dengan hubungan anggota keluarga tidak harmonis p Value 0.101 .

Kesimpulan dan Saran : faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak meliputi nafsu makan berkurang dan gangguan proses makan di mulut, sedangkan faktor yang tidak berhubungan yaitu gangguan psikologis. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan upaya pelayanan kesehatan dan menjadi bahan informasi bagi rumah sakit agar dapat menjadi acuan untuk dipedoman dalam meningkatkan program pelayanan kesehatan yang lebih baik.. Kata kunci : Sulit Makan, Nafsu Makan Berkurang, Gangguan Proses

Makan, Hubungan Keluarga Tidak Harmonis Sumber : 20 buku (2004-2012) + 7 internet

1. Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah

(3)

DAFTAR ISI Hal JUDUL LUAR HALAMAN JUDUL ... i ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

DAFTAR ISI….. ... viii

DAFTAR TABEL….. ... x

DAFTAR GAMBAR….. ... xi

DAFTAR LAMPIRAN….. ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Permasalahan ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5 1.Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TIJAUAN KEPUSTAKAAN ... 7

A. Konsep Dasar Balita ... 7

1. Definisi Balita ... 7 2. Penyediaan Menu Seimbang Balita ... ... 8

3. Kebutuhan Gizi ... 9

4. Pengaturan Makanan Balita ... 10

B. Kesulitan Makan Pada Balita ... 11

1. Pengertian ... 11 2. Gejala dan Kelurhan ... 12 3. Penyebab ... 13

4. Penatalaksanaan ... 18

5. Dampak Kesulitan Makan ... 19

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 21

A. Kerangka Konsep ... 21

(4)

C. Cara Pengukuran Variabel ... 23

D. Hipotesa Penelitian... 23

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Populasi dan sampel ... 24

1.Populasi ... 24

2. Sampel ... 24

C. Tempat dan waktu penelitian... 25

D. Cara pengumpulan Data ... 25

1. Data Primer ... 25

2. Data Skunder ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 26

1. Pengolahan Data... 26

2. Analisa Data ... 26 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

28

A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ... 28 B. Hasil Penelitian ... 28 C. Pembahasan ... 34 BAB VI PENUTUP ... 39 A. Kesimpulan ... 30 B. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)

DAFTAR GAMBAR

Hal

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran Kuesioner Lampiran 2. Master Tabel

Lampiran 3. Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4. Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data Awal/Studi Pendahuluan

Lampiran 6. Balasan Surat Izin Pengambilan Data Awal/Studi Pendahuluan Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

Lampiran 8. Balasan Surat Izin Penelitian Lampiran 9. Daftar Mengikuti Sidang KTI Lampiran 10. Lembar Konsul KTI

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat. Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (Depkes RI, 2007).

Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang Vitamin A, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang Yodium dan gizi lebih (obesitas) masih banyak tersebar di kota dan desa di seluruh tanah air. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut antara lain adalah tingkat kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku keluarga dalam memilih, mengolah dan membagi makanan di tingkat rumah tangga, ketersediaan air bersih dan

(8)

fasilitas sanitasi dasar serta ketersediaan dan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat yang berkualitas (Depkes RI, 2007).

Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. (Kemenkes, RI, 2011).

Angka kesakitan bayi balita menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan ini juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesaehatan, layanan petugas kesehatan, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial ekonomi dan pendidikan ibu (Aziz, 2009).

Gangguan sulit makan sering dialami anak-anak usia 1–5 tahun. Usia 1-5 tahun biasanya anak menjadi sulit makan karena semakin bertambahnya aktivitas mereka seperti bermain dan berlari sehingga kadang mereka menjadi malas untuk makan. Selain itu, pola pemberian makan yang tidak sesuai dengan keinginan anak dapat menyebabkan anak menjadi sulit makan, sedangkan pada balita terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan kecukupan nutrisi. Nutrisi yang dikonsumsi pada usia balita mengalami banyak perubahan mulai dari perubahan bentuk makanan mulai dari ASI, makanan bertekstur halus dan sampai akhirnya makanan bertekstur padat sebagai asupan utama (Liza, 2010).

Kesulitan makan pada anak balita merupakan masalah yang sering dialami orang tua atau pengasuh anak. Apabila sulit makan pada anak tidak segera diatasi,

(9)

maka mengganggu tumbuh kembang anak. Orang tua seringkali mengambil jalan pintas untuk mengatasi asupan gizi yang kurang karena anak sulit makan, dengan memberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan padahal tindakan tersebut tidak selalu tepat. Keluhan yang sering muncul adalah anak tidak mau makan, menolak makan, proses makan yang terlalu lama, hanya mau minum saja, kalau diberi makan muntah, mengeluh sakit perut, bahkan ada yang disuruh makan marah–marah bahkan mengamuk. Keluhan–keluhan yang sering muncul pada balita menunjukkan tanda–tanda gangguan kesulitan makan (Vina, 2011).

Masalah sulit makan pada anak sifatnya kompleks dan perlu dicermati factor penyebabnya. Kesulitan makan pada anak dibedakan menjadi tiga factor yaitu hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Penanganan sulit makan pada anak secara optimal diharapkan akan mencegah timbulnya masalah gizi, terutama masalah kurang gizi, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak Indonesia (Liza, 2010).

Cara-cara yang dilakukan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balitanya sangat bervariasi. Berbagai cara yang sudah dilakukan ibu menunjukkan bahwa ibu sangat berperan dalam mengatasi kesulitaan makan pada anak balitanya. Masalah kesulitan makan pada balita membutuhkan peran penting ibu, sehingga pengaruh ibu terhadap pemberian makan pada anak sangat penting, terutama untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pada anak. Seorang ibu harus dapat mengetahui berbagai hal yang terkait dengan perannya dalam memenuhi nutrisi pada anak. Peran itu meliputi mengetahui makanan yang bergizi untuk anak, membentuk pola makan, cara mempersiapkan makanan, cara menyajikan dan menciptakan situasi yang menyenangkan pada saat anak makan (Liza, 2010)

(10)

Sebagian ibu ada yang menyatakan bisa mengatasinya dengan berbagai cara dan sebagian masih ada yang belum mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi kesulitan makan pada anak balitanya. Cara ibu yang biasa dilakukan jika anaknya susah makan adalah membawa anaknya jalan-jalan, memberikan susu yang banyak untuk mencukupi nutrisinya, membelikannya jajan yang disukai (sejenis jajan keliling), memaksa anak dengan menakut-nakuti agar anak mau makan, dan memberikan ramuan tradisional yang terbuat dari tanaman herbal yang biasanya disebut dengan jamu jawa. Ramuan jamu ini terbuat dari temulawak dan temu ireng yang diparut kemudian diambil sarinya, dan kemudian diminumkan kepada anak yang mengalami susah makan. Banyak peran ibu yang belum dilaksanakan untuk membantu menangani kesulitan makan pada balita misalnya dalam menyajikan makanan yang menarik (Vina, 2011).

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga didapatkan jumlah murid TK Negeri Pembina berjumlah 50 balita, diantaranya 20 murid kelompok A yaitu laki-laki 11 orang dan perempuan 9 orang dan sedangkan kelompok B 30 orang diantaranya laki-laki 7 orang dan perempuan 23 orang. Pada saat peneliti melakukan wawancara d dengan 15 orang ibu yang sedang menunggu anak balitanya di berikan pertanyaan, dari 7 orang ibu mengatakan anak - anak mereka susah makan, dimana harus dipaksa, jika bermain lama tidak ingat makan, dan suka meminta jajan sehingga tidak mau makan lagi.

(11)

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013”

B.Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Faktor-Faktor Apa saja Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) Pada Anak Balita Di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan nafsu makan dengan sulit makan

b. Untuk mengetahui hubungan gangguan proses makan di mulut dengan sulit makan

(12)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat

Untuk menambah informasi bagi masyarakat dan menambah pengetahuan orang tua mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai informasi kepada pihak sekolah mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak.

3. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan dapat lebih memberikan penyuluhan berupa pendidikan kesehatan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosep Dasar Balita 1. Definisi Balita

Suparyanto (2011) menjelaskan Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya.

Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot (Murwani, 2009).

Kemenkes RI (2011) menyatakan usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi.

Menururt Wahyuningsih (2009) masa krisis proses tumbuh kembang anak adalah masa dibawah lima tahun (balita). Sedangkan Aziz (2006) menyatakan setiap individu mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda-beda, bisa cepat maupun lambat tergantung dari individu dan

(14)

lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor herediter, lingkungan, budaya lingkungan, sosial ekonomi, iklim/cuaca, nutrisi dan lain-lain.

2. Penyediaan Menu Seimbang Balita

Konsep dasar gizi seimbang menurut Dirjembinkesmas (2002) merupakan pemberian makanan yang sebaik-baiknya yang harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil, menyusui. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiridari aneka ragam bahan makanan.

Gizi anak memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan makanan yang bergizi akan meyebabkan retardasi pertumbuhan anak, makan yang berlebihan juga tidak baik karena akan menyebabkan obesitas. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas anak (Soetjiningsih, 2005).

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita

(15)

dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Suparyanto, 2011).

Menurut Rumdasih dkk (2005) setelah anak berumur satu tahun menunya harus bervariasi untuk mencegah kebosanan dan diberi susu, serealia (seperti bubur beras, roti), daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Makanan padat yang diberikan tidak perlu di blender lagi melainkan yang kasar supaya anak yang sudah mempunyi gigi dapat belajar mengunyah.

Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (Depkes RI, 2007).

3. Kebutuhan Gizi Balita

Menurut Suparyanto (2011) kebutuhan gizi pada balita meliputi: a. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

(16)

b. Kebutuhan zat pembangun

Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

c. Kebutuhan zat pengatur

Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

Rumdasih dkk (2005) mejelaskan pemberian makanan pada balita sebagaimana halnya kelompok usia lain yang lebih tua, harus memenuhi kebutuhan balita itu yang meliputi kebutuhan kalori serta kebutuhan zat-zat gizi utama yang meliputi lima komponen dasar yakni: hidrat arang, protein, lemak, mineral dan vitamin (termasuk air dalam keadaan yang cukup).

4. Pengaturan Makanan Balita

Menurut Jitowono (2010) dalam memenuhi kebutuhan gizi anak usia 1-5 tahun hendaknya digunakan kebutuhan prinsip sebagai berikut:

a. Bahan makan sumber kalori harus dipenuhi baik yang berasal dari makanan pokok, minyak dan zat lemak serta gula.

b. Berikan sumberp protein nabati dan hewani.

c. Jangan memaksa anak makan makanan yang tidak disenangi, berikan makanan lain yang dapat diterima misalnya jika anak menolak sayuran mubgkin karena cara memasaknya buatlah cara lain. Jika masih tetap

(17)

menolak gantilah sayuran dengan menambah buah-buahan yang penting anak mendapat vitamin dan mineral. Begitupun sumber protein, kalori dan sebagainya bisa diganti-ganti yang penting kebutuhan gizi anak terpenuhi.

d. Berilah makanan selingan (makanan ringan) misalnya biskuit dan semacamnya diberikan antara waktu makan pagi, siang dan malam.

B. Kesulitan Makan Pada Balita 1. Pengertian

Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, khususnya ibu. Jika dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, makan merupakan pendidikan agar anak terbiasa kebiasaan makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan bagi anak maupun bagi pemberinya terutama ibu (Sunarjo, 2009).

Pengertian kesulitan makan menurut Judarwanto (2010) adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap

(18)

dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

Soedibyo dan Mulyani (2009) menjelaskan bahwa kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulutnya secara sukarela. Kesulitan makan pada anak merupakan masalah yang serius karena dampak terhadap tumbuh kembang anak serta kemungkinan kualitas hidup kurang optimal. Deteksi dini masalah kesulitan makan sangat penting agar dampak negatif dapat dicegah dan tidak berkepanjangan.

Sedangkan menurut Nurhayati (2008) kesulitan makan pada anak balita merupakan masalah yang sering dialami orang tua atau pengasuh anak. Apabila sulit makan pada anak tidak segera diatasi, maka mengganggu tumbuh kembang anak. Orang tua seringkali mengambil jalan pintas untuk mengatasi asupan gizi yang kurang karena anak sulit makan, dengan memberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan padahal tindakan tersebut tidak selalu tepat.

2. Gejala dan Keluhan

Jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam di antaranya (Sunarjo, 2009):

(19)

b. Makan tidak mau ditelan

c. Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan d. Penolakan atau melawan pada waktu makan e. Kebiasaan makan makanan yang aneh (pika) f. Hanya mau makan jenis tertentu saja

g. Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan

h. Kelambatan dalam tingkat keterampilan makan dan keluhan lain

Menurut Judarwnto (2010) Gejala kesulitan makan pada anak adalah:

a. Memuntahkan atau menyemburnyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak

b. Makan berlama-lama dan memainkan makanan

c. Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat

d. Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua

e. Tidak menyukai banyak variasi makanan atau suka pilih-pilih makan f. Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.

3. Penyebab

Judarwanto (2010) menguraikan ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kesulitan makan pada anak, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali timbul

(20)

bersamaan. Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi. Bila dikelompokkan dalam penggolongan utama penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang. Penyebab sulit sangat banyak dan bervariasi. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Penelitian yang telah dilakukan di Picky Eaters Clinic Jakarta (Klinik Khusus Kesulitan makan Anak) penyebab yang paling dominan adalah gangguan fungsi saluran cerna pada anak.

Gangguan fungsi saluran cerna tersebut seringkali berlangsung lama dan akan membaik seiring dengan membaiknya ketidak matangan saluran cerna pada anak atau sekitar usia 5-7 tahun. Meskipun pada beberapa kasus berkepanjangan hingga sampai usia dewasa. Sehingga seringkali gangguan sulit makan akan berlangsung jangka panjang hilang timbul, tetapi pada usia tertentu akan membaik.

a. Nafsu Makan Berkurang Atau Hilang

Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan gangguan nafsu makan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan

(21)

hanya sedikit atau mengeluarkan, menyembur-nyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama. Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya, menepis suapan orang tua atau tidak mau makan dan minum sama sekali (Judarwanto, 2010).

Kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya (Sunarjo, 2009).

Menurut Supartini (2004) beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Nafsu makan berkurang

b. Anak lebih tertarik pada aktifitas bermain

c. Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru

d. Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan keluarga.

b. Gangguan Proses Makan Di Mulut

Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah makanan. Tampilan klinis gangguan mengunyah adalah keterlambatan makanan kasar tidak bisa makan nasi tim saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun, tidak bisa makan

(22)

daging sapi (empal) atau sayur berserat seperti kangkung. Bila anak sedang muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat bentukan nasi yang masih utuh. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah nasi tersebut tidak sempurna. Tetapi kemampuan untuk makan bahan makanan yang keras seperti krupuk atau biskuit tidak terganggu, karena hanya memerlukan beberapa kunyahan. Gangguan koordinasi motorik mulut ini juga mengakibatkani kejadian tergigit sendiri bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja (Judarwanto, 2010).

Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem syaraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan (Sunarjo, 2009).

c. Gangguan psikologis

Judarwanto (2010) menjelaskan gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam

(23)

jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.

Berdasarkan hasil penelitian Aizah (2012) mengenai faktor penyebab kesulitan makan pada anak usia sekolah menyatakan bahwa yang termasuk kedalam gangguan psikologis dapat terjadi oleh karena: aturan makan yang ketat atau berlebihan terhadap anak, ibu suka memaksa kehendak terhadap anak, hubungan anggota keluarga tidak harmonis dan Anak mengalami alergi pada makanan.

Sedangkan Sunarjo (2009) menguraikan faktor gangguan atau kelainan psikologis yaitu:

a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya

b. Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, yang memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras, memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua menyebabkan kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.

c. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang kebetulan tidak disukai.

d. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak daam keadaan demam, mual atau muntah dan dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan.

(24)

e. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik. Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar dan sebagainya.

4. Penatalaksanaan

Menurut Enny (2009) untuk mengatasi anak susah makan dapat dilakukan dengan cara:

a. Ciptakan suasana yang menyenangkan misalnya menghidangkan makanan dengan aneka bentuk dan wadah yang menarik

b. Hindarkan gaya memaksa dan mengancam dalam membujuk anak c. Libatkan anak untuk menyiapkan makanan

d. Hindarkan memberi isyarat makanan penutup sebagai hadiah e. Batasi pemberian minuman di sela-sela waktu makan.

Anjuran pada orang tua menurut Supartini (2004) adalah:

a. Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak mengenal nutrisi

b. Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit berikan dengan frekuensi lebih sering yaitu 4-5 kali sehari. Apabila memberi makanan padat seperti nasi yaitu 3 kali dalam sehari, berikan makanan ringan atau kudapan diantara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1-2 kali sehari.

(25)

c. Izinkan anak membantu orang tua menyiapkan makanan d. Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru

e. Fasilitasi anak untuk mengekspresikan ide, pikiran serta perasaan saat makan bersama.

Arisman (2007) menjelaskan pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini kebanyakan anak hanya mau makan satu jenis makanan selama berminggu-minggu, orang tua tidak perlu gusar asal makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Sementara orang tua tidak boleh jera menawarkan kembali jenis makanan lain setiap kali makan.

Faktor psikososial yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang terkait antara satu dengan yang lainnya seperti contoh interaksi antara orang tua dan anak soal makanan. Orang tua sebaiknya selalu memberikan perhatian khusus tentang makanan anak. Interakasi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua berinteraksi dengan anak tetapi lebih ditentukan dari kualitas interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang (Supariasa, 2004).

5. Dampak Kesulitan Makan

Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan

(26)

tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP) (Sunarjo, 2009).

(27)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Menurut Judarwanto (2010) menguraikan ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kesulitan makan pada anak, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali timbul bersamaan. Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali timbul bersamaan. Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi. Bila

dikelompokkan dalam penggolongan utama penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan sehingga dapat digambarkan pada suatu kerangka konsep seperti pada gambar berikut ini:

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Nafsu makan

berkurang

Picky Eaters (Sulit makan pada anak) Gangguan psikologis

Gangguan proses makan di mulut

(28)

No Variabel Definisi

Operasional Cara ukur Alat ukur

Hasil ukur Variabel dependen 1 Sulit makan pada anak

Anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis

(alamiah dan wajar

Penyebaran koisener dengan wawancara

a.Ya, jika respondemenjawab > 50%

b.Tidak, jika responden menjawab <50% Kuesioner a. Ya b.Tidak Ordinal Variabel independen 2 Nafsu makan berkurang memakan makan hanya sedikit atau mengeluarkan, menyembur-nyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama

Penyebaran kuesioner dan wawancara

a.Ya,jika anak makan sedikit b.Tidak,jika anak makan banyak Kuesioner a.Ya b.Tidak Ordinal 3 Gangguan proses makan di mulut Adanyan gangguan makan berupa gangguan mengunyah makanan yang disebabkan oleh tumbuh gigi baru,

sariawan dan

gangguan lainnya.

Penyebaran kuesener dan wawancara

a.Ya, jika anak mengalami gangguan makan > 50% b.Tidak, jika anak tidak

mengalami gangguan makan < 50%, jika anak mengalami gangguan makan > 50%

Kuesioner a.Ya b.Tidak

(29)

4 Gangguan psikologis

Anak tidak mau makan karena stres yang diakibatkan dari aturan makan yang ketat atau salah dari orang tua.

Penyebaran kuesener dan wawacara

a.Ya, jika anak tidak mengalami gangguan makan < 50%

b.Tidak, , jika responden menjawab < 50% jika anak tidak mengalami gangguan makan < 50%

jika anak tidak mengalami gangguan makan < 50% jika anak tidak mengalami gangguan makan < 50%

Kuesioner a.Ya b.Tidak

C. Cara pengukuran variable

1. Sulit makan pada anak di bagi 2 katagori (Judarwanto, 2010) yaitu: a. Ya , jika responden menjawab > 50%

b. Tidak, jika responden menjawab < 50%

2. Nafsu makan berkurang di bagi 2 katagori (Judarwanto, 2010) yaitu: a. Ya jika anak hanya makan sedikit, memuntahkan makanan, menyemburkan

makanan dan menahan makanan dalam mulut

b. Tidak, jika anak tidak hanya makan sedikit, tidak memuntahkan makanan, tidak menyemburkan makanan dan tidak menahan makanan dalam mulut 3. Gangguan proses makan dibagi 2 katagori (Judarwanto, 2010) yaitu:

a. Ya jika anak mengalami gangguan dalam menguyah makanan > 50% b. Tidak, jika anak tidak mengalami gangguan dalam menguyah

makanan > 50%

4. Hubungan anggota keluarga tidak harmonis dibagi menjadi 2 katagori (Judarwarto, 2010) yaitu :

a. Ya, jika responden menjawab > 50% b. Tidak, jika responden menjawab < 50%

(30)

D. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan nafsu makan terhadap sulit makan pada anak

2. Ada hubungan gangguan proses makan di mulut terhadap sulit makan pada anak

3. Ada hubungan gangguan psikologis terhadap sulit makan apada anak

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik dengan pendekatan cros sectional yaitu cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, dimana pengumpulan data variable Dependen dan Independen dilakukan penelitian disaat yang bersamaan. (Notoadmojo, 2005)

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie

2. Waktu Penelitian

(31)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak balita di sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga berjumlah 56 orang

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak balita di sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga berjumlah 56 orang dengan tekhnik pengambilan sampel yaitu total sampling

D. Cara Pengumpulan. Data 1. Data Primer.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada semua ibu yang mempunyai anak balita di sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga.

2. Data Sekunder

Didapat dari sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga serta referensi buku-buku perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian serta pendukung lainnya.

(32)

Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 16 pertanyaan- pertanyaan yang menyediakan jawaban alternatif dan respon hanya memilih 1 diantara yang sesuai dengan pendapatnya. Dengan membagikan kuesioner yang berisi 5 pertanyaan tentang nafsu makan, 5 pertanyaan tentang gangguan proses makan di mulut, 5 pertanyaan tentang gangguan psikologis dan 1 pertanyaaan apakah anak sulit makan.

F. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan software SPSS Versi 16.0.

2. Analisa Data.

a. Analisa Univariat

Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Kemudian ditentukan persentase (P) dengan menentukan rumus (Budiarto, 2005) sebagai berikut.

P = n F X 100% Keterangan : P = Persentase n = Sampel

(33)

F = Frekuensi Teramati b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan mengunakan uji data kategori Chi square Test (X2) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P ≤ 0,05) sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program computer SPSS for windows. Melalui perhitungan uji Chi Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.

(34)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Taman Kanak-Kanak Negri Pembina di bangun pada lokasi di Jalan Simpang Tiga – Kembang tanjong dengan luas tanah + 273 M2. Untuk melakukan proses belajar mengajar Taman Kanak-Kanak Negri Pembina menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik, serta mudah diikuti oleh anak-anak. fasilitas sekolah seperti jumlah ruang belajar 2 lokal, ruang kelas yang cukup luas, ruang perpustakaan dengan koleksi buku-buku yang dapat dibawa pulang oleh siswa, ruang bermain outdoor dan indoor beserta peralatannya, taman sekolah dan terdapat 2 toilet,dan jumlah guru nya 8 orang, dengan batas wilayah meliputi :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan Sigli-Kembang Tanjong. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Pante.

3. Sebelah Utara berbatasan dengan SMA Negeri 1 Simpang Tiga. 4. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Jalan Pante

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12 sampai 16 Agustus 2013 dengan menggunakan kuesioner adalah sebagai berikut:

(35)

1. Analisa Univariat a. Sulit makan pada anak

Tabel 5.1

Distribusi Frekwensi Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga

Kabupaten Pidie Tahun 2013

No Sulit Makan Pada Anak frekuensi %

1 2 Ya Tidak 16 34 32,0 68,0 Total 50 100

Sumber : Data primer (diolah) 2013

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 50 responden mayoritas balita tidak mengalami sulit makan yaitu 34 orang (68,0%). b. Gangguan proses makan

Tabel 5.2

Distribusi Frekwensi Terjadinya Gangguan Proses Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga

Kabupaten Pidie Tahun 2013

No Ganggguan Proses Makan frekuensi % 1 2 Ya Tidak 16 34 32,0 68,0 Total 50 100

Sumber : Data primer (diolah) 2013

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 50 responden mayoritas balita tidak mengalami gangguan proses makan akibat dari sulit makan yaitu 34 orang (68,0%).

(36)

c. Nafsu Makan Berkurang

Tabel 5.3

Distribusi Frekwensi Terjadinya Nafsu Makan Berkurang Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga

Kabupaten Pidie Tahun 2013

No Nafsu Makan Berkurang frekuensi %

1 2 Ya Tidak 22 28 44,0 56,0 Total 50 100

Sumber : Data primer (diolah) 2013

Berdasarkan table 5.3 dapat dilihat bahwa dari 50 responden mayoritas balita tidak mengalami nafsu makan berkurang akibat dari sulit makan yaitu 28 orang (56,0%).

d. Gangguan Psikologis

Tabel 5.4

Distribusi Frekwensi Terjadinya Gangguan Psikologis Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan

Simpang Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013

No Gangguan Psikologis frekuensi %

1 2 Ya Tidak 5 45 10,0 90,0 Total 50 100

Sumber : Data primer (diolah) 2012

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 50 responden mayoritas balita tidak mengalami Gangguan Psikologis yaitu 45 orang (90,0%).

(37)

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Nafsu Makan Dengan Sulit Makan Tabel 5.5

Hubungan Nafsu Makan Berkurang Dengan Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang

Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2013

N o

Nafsu makan berkurang

Sulit Makan Pada Anak p value

Ya Tidak Total f % f % f % 0,000 1 2 Ya Tidak 16 0 72,7 0 6 28 27,3 100 22 28 100 100 Jlh 16 32,0 34 68,0 50 100 Signifikan: p value < 0,05

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami nafsu makan kurang mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (72,7%) sebaliknya anak yang tidak mengalami nafsu makan kurang seluruhnya berasal dari anak yang tidak mengalami sulit makan (100%)

Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dengan terjadinya sulit makan pada anak.

b. Hubunga Gangguan Proses Makan Di Mulut Dengan Sulit Makan

(38)

Hubungan Gangguan Proses Makan Dengan Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang

Tiga Kabupaten Pidie

N o

Gangguan Proses Makan

Sulit Makan Pada Anak p value

Ya Tidak Total f % f % f % 0,000 1 2 Ya Tidak 14 2 87,5 5,9 2 32 12,5 94,1 16 34 100 100 Jlh 16 32,0 34 68,0 50 100 Signifikan: p value < 0,05

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (87,5%) dan sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (94,1%).

Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara gangguan proses makan dengan terjadinya sulit makan pada anak.

c. Hubungan Gangguan Psikologis Dengan Sulit Makan

(39)

Hubungan Gangguan Psikologis Dengan Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga

Kabupaten Pidie

N o

Gangguan Psikologis

Sulit Makan Pada Anak p value

Ya Tidak Total f % f % f % 0,311 1 2 Ya Tidak 3 13 60,0 28,9 2 32 40,0 71,1 5 45 100 100 Jlh 16 32,0 34 68,0 50 100 Signifikan: p value < 0,05

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (60,0%) sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (71,1%).

Hasil uji statistik dengan Chi Square g pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.311 sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan yang signifikan gangguan psikologis dengan terjadinya sulit makan pada anak.

(40)

1. Hubungan Dengan Terjadinya Sulit Makan Ditinjau Dari Nafsu Makan Berkurang Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami nafsu makan kurang mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (72,7%) sebaliknya anak yang tidak mengalami nafsu makan kurang seluruhnya berasal dari anak yang tidak mengalami sulit makan (100%)

Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dengan terjadinya sulit makan pada anak.

Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, khususnya ibu. Jika dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, makan merupakan pendidikan agar anak terbiasa kebiasaan makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan bagi anak maupun bagi pemberinya terutama ibu (Sunarjo, 2009).

(41)

Soedibyo dan Mulyani (2009) menjelaskan bahwa kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulutnya secara sukarela. Kesulitan makan pada anak merupakan masalah yang serius karena dampak terhadap tumbuh kembang anak serta kemungkinan kualitas hidup kurang optimal. Deteksi dini masalah kesulitan makan sangat penting agar dampak negatif dapat dicegah dan tidak berkepanjangan.

Menurut asumsi peneliti kesulitan makan pada anak memang sering terjadi pada anak balita dan ini merupakan masalah yang sering dialami orang tua atau pengasuh anak, tetapi hal ini jika dibiarkan dapat menggagu kesehatan anak. Apabila sulit makan pada anak tidak segera diatasi, maka mengganggu tumbuh kembang anak. Biasanya orang tua seringkali mengambil jalan pintas untuk mengatasi asupan gizi yang kurang karena anak sulit makan, dengan memberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan padahal tindakan tersebut tidak selalu tepat. Dimana orang tua sebaiknya selalu memberikan perhatian khusus tentang makanan anak. Interakasi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua berinteraksi dengan anak tetapi lebih ditentukan dari kualitas interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang.

(42)

2. Hubungan Dengan Terjadinya Sulit Makan Ditinjau Dari Gangguan Proses Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (87,5%) dan sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan proses makan mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (94,1%).

Hasil uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000 sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara gangguan proses makan dengan terjadinya sulit makan pada anak.

Menurut Judarwanto (2010) Penyebab sulit makan secara umum sangat luas dan bervariasi. Bila dikelompokkan dalam penggolongan utama penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang. Penyebab sulit sangat banyak dan bervariasi. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam di antaranya (Sunarjo, 2009):

(43)

Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan gangguan nafsu makan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan hanya sedikit atau mengeluarkan, menyembur-nyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama. Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya, menepis suapan orang tua atau tidak mau makan dan minum sama sekali (Judarwanto, 2010)

Menurut asunsi peneliti kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan dengan makanan makanan atau jajanan diluar sehingga untuk nafsu makan yang disajikan oleh orang tua akan berkurang, dan juga balita lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan.

(44)

3. Hubungan Dengan Terjadinya Sulit Makan Ditinjau Dari Gangguan Psikologis Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa anak yang mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang sulit makan (60,0%) sebaliknya anak yang tidak mengalami gangguan psikologis mayoritas berasal dari anak yang tidak sulit makan (71,1%).

Hasil uji statistik dengan Chi Square g pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.311 sehingga memperlihatkan tidak ada hubungan yang signifikan gangguan psikologis dengan terjadinya sulit makan pada anak.

Judarwanto (2010) menjelaskan gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.

Berdasarkan hasil penelitian Aizah (2012) mengenai faktor penyebab kesulitan makan pada anak usia sekolah menyatakan bahwa yang termasuk kedalam gangguan psikologis dapat terjadi oleh karena: aturan makan yang ketat atau berlebihan terhadap anak, ibu suka memaksa

(45)

kehendak terhadap anak, hubungan anggota keluarga tidak harmonis dan Anak mengalami alergi pada makanan

Faktor psikososial yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang terkait antara satu dengan yang lainnya seperti contoh interaksi antara orang tua dan anak soal makanan (Supariasa, 2004).

Menurut asumsi peneliti gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog. orang tua sebaiknya selalu memberikan perhatian khusus tentang makanan anak untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang. Anak yang kesulitan makan, biasanya disebabkan oleh tidak terpenuhi keinginan terhadap suatu makanan, baik dari segi warna makanan, tekstur makanan maupun bau makanan, tetapi ada juga anak yang tidak mau makan jika orang tuanya tidak menyediakan sesuatu barang atau mainan yang dapat membuat anak mau makan.

(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Sulit Makan Pada Anak Balita Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie yang dilakukan pada tanggal 12 sampai 16 Agustus 2013 dengan wawancara menggunakan kuesioner, dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Ada hubungan yang signifikan antara nafsu makan berkurang dengan terjadinya sulit makan pada anak, dengan uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai P Value 0.000

2. Ada hubungan yang signifikan antara gangguan proses makan dengan terjadinya sulit makan pada anak, dengan uji statistik dengan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.000

3. Tidak ada hubungan yang signifikan gangguan psikologis dengan terjadinya sulit makan pada anak, dengan uji statistik dengan Chi Square g pada α = 0.05 didapatkan nilai p Value 0.311

B.Saran

1. Bagi Masyarakat untuk menambah informasi bagi masyarakat dan menambah pengetahuan orang tua mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak.

(47)

2. Bagi Tempat Penelitian sebagai informasi ulang dalam mengatasi kesulitan makan pada anak sehingga kesulitan makan pada anak dapat diatasi.

3. Bagi Petugas Kesehatan diharapkan petugas kesehatan dapat lebih memberikan penyuluhan kepada orang tua agar bisa lebih tepat memilih makanan yang cocok untuk usia anak terkait dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.

(48)

KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA

PICKY EATER (SULIT MAKAN) PADA ANAK BALITA DI

TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIMPANG TIGA

KABUPATEN PIDIE TAHUN 2012

A. Karakteristik Responden Petunjuk Pengisian

Isilah identitas anda secara lengkap dengan menuliskan pada tempat yang tersedia.

1. Kode responden : (diisi oleh peneliti)

2. Tanggal penelitian: (diisi oleh peneliti)

Berilah tanda silang (x) pada setiap item pertanyaan yang paling tepat menurut anda.

B. Nafsu Makan Berkurang

1. Apakah anak anda suka terhadap makanan yang dimakan..?

[ ] Ya

[ ] Tidak

2. Apakah anak anda menyeburkan makanan jika anak tidak menginginkan makanan tersebut..?

[ ] Ya

[ ] Tidak

3. Apakah anak anda ada memuntahkan makanan yang sedang dimakan..?

[ ] Ya

[ ] Tidak

4. Apakah anak anda menahan makanan yang dimakannya sampai beberapa jam..?

[ ] Ya

[ ] Tidak

5. Apakah anak anda akan menghabiskan makanan yang dimakan..?

[ ] Ya

(49)

6. Apakah jika memakan makanan selalu ada sisa ..?

[ ] Ya

[ ] Tidak

7. Apakah jika diberi makan anak merapatkan mulutnya..?

[ ] Ya

[ ] Tidak

8. Apakah anak anda menepis suapan yang anda berikan..?

[ ] Ya

[ ] Tidak

9. Apakah anak anda lebih memilih bermain dibandingkan makan..?

[ ] Ya

[ ] Tidak

10. Apakah anak anda akan meningkat nafsu makannya jika ada makanan yang dia suka …?

[ ] Ya

[ ] Tidak

C. Gangguan Proses Makan di Mulut

1. Apakah anak anda saat ini mengalami gangguan pada saat menguyah..?

[ ] Ya [ ] Tidak

2. Apakah anak anda tidak dapat makan makanan yang terlalu keras dimana tidak sesuai dengan usia yang seharusnya..?

[ ] Ya [ ] Tidak

3. Apakah anak anda tidak dapat makan makanan seperti daging dan sayur yang berserat..?

[ ] Ya [ ] Tidak

4. Apakah anak anda sering sariawan sehingga anak anda sulit untuk makan...?

[ ] Ya [ ] Tidak

5. Apakah anak tidak mau makan apabila bukan makanan lembek..?

[ ] Ya [ ] Tidak

6. Apakah anak anda malas mengunyah makanan dalam mulut..?

(50)

7. Apakah anak anda sedang mengalami pertumbuhan gigi..?

[ ] Ya [ ] Tidak

8. Apakah anak anda sering sariawan sehingga malas makan..?

[ ] Ya [ ] Tidak

9. Apakah anak anda mengalami gusi berdarah..?

[ ] Ya [ ] Tidak

10. Apakah anak anda mengalami penyakit infeksi pada kerengkongkan…?

[ ] Ya [ ] Tidak

D. Gangguan Psikologis

1. Apakah anda dan suami tidak pernah makan bersama dengan anak ...

[ ] Ya [ ] Tidak

2. Apakah anda dan suami anda tidak pernah membujuk anak apabila tidak mau makan

[ ] Ya [ ] Tidak

3. Apakah anda tidak pernah menciptakan suasana yang baik pada saat anak mau makan

[ ] Ya [ ] Tidak

4. Apakah anda dan suami memberi perhatian terhadap reaksi anak setiap makan

[ ] Ya [ ] Tidak

5. Apakah anada dan suami selalu memperhatikan waktu makan anak secara teratur

[ ] Ya [ ] Tidak

6. Apakah anda dan suami tidak berusaha memenuhi jenis makanan yang disukai anak

[ ] Ya [ ] Tidak

7. Apakah anda dan suami memarahi anak jika tidak mau makan

[ ] Ya [ ] Tidak

(51)

[ ] Ya [ ] Tidak

9. Apakah dalam memberikan makanan mengutamakan antara anak yang satu dengan yang lain

[ ] Ya [ ] Tidak

10. Apakah anda dan suami mengancam anak untuk harus menghabiskan makanannya

[ ] Ya [ ] Tidak

E. Sulit Makan pada anak

Berilah tanda chek list (√) pada setiap item pertanyaan yang paling tepat menurut anda.

No Petanyaan Ya Tidak

1 Selalu menolak makanan yang diberikan 2 Menolak minuman yang diberikan 3 Membuka mulut dengan paksaan 4 Kesulitan dalam menelan makanan 5 Makan makanan secara sukarela

6 Pemberian suplemen penganti makanan 7 Penolakan/melawan pada waktu makan 8 Hanya memakan makanan tertentu

9 Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan 10 Kebiasaan makanan yang aneh

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman, 2007, Gizi Dalam Daur Kehidupan, EGC, Jakarta.

Aziz, 2006, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta.

Budiarto, Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta, EGC, 2004.

Depkes RI, 2007, Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Dirjenbinkesmas, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.

__________, 2011, Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahana Pemenuhan Bagi Balita Gizi kurang, Dirjenbinkesmas, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta

Dirjenbinkesmas, 2002, Pedoman Umum Gizi Seimbang, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.

Enny, 2009, Mengatasi Anak Yang Susah Makan, http://medica store.com/artikel/257/index.html, Diunduh pada tanggal 17 Desember 2012.

Jitowono, 2010, Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak, Nuha Medika, Yogyakarta.

Judarwanto, 2010, Gangguan Proses Makan Pada Anak, Picky Eaters Clinic, Jakarta.

_________, 2010, Kesulitan Makan Dan Alergi Makanan Pada Anak, Picky Eaters Clinic, Jakarta.

_________, 2012, Gangguan Fungsi Pencernaan Dan Sulit Makan Dianggap Normal, http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2012, Diunduh tanggal 17 Desember 2012.

Kemenkes RI, 2011, Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional Kesehatan), Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu Dan Anak, Jakarta.

____________, 2009, Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan

(53)

Operasional Kesehatan), Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu Dan Anak, Jakarta.

Liza, 2010. Cara mencengah sulit makan pada bayi dan anak balita

http://childrengrowup.wordpress.com/2012/02/26/deteksi-dini-kesulitan-makan-pada-anak-cegah-komplikasi-di-masa-depan/, Diunduh pada

tanggal 17 Desember 2012.

Murwani, 2009, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Fitramaya, Yogyakarta.

Nasrul, 2011, Kesulitan makan Pada Anak,

http://wwwmidewifehomes-mine.blogspot.com/2012/07/kesulitan-makan-pada-anak.html, Diunduh

pada tanggal 17 Desember 2012.

Nurhayati, 2008, Reka Cipta Menu Balita Dan Implementasinya Dengan Pendekatan Holistik Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Makan Dan Kurang Gizi Pada Balita, Jakarta.

Rumdasih dkk, 2005, Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, EGC, Jakarta. Soetjiningsih, 2005, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

Supartini, 2004, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta. Soedibyo dan Mulyani, 2009, Kesulitan Makan Pada Pasien: Survey Di Unit

Pediatri Rawat Jalan, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, Jakarta.

Sunarjo, 2009, Kesulitan Makan Pada Anak, Jurnal Kesahatan Anak, FKUI, Jakarta.

Suparyanto, Pemenuhan Gizi Pada Balita, http://dr-suparyanto.blogspot.

com/2011/10/pemenuhan-gizi-pada-balita.html, dikutip tanggal 15

Desember 2012.

Supariasa, 2004, Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.

Vina, 2011. Kesulitan Makan Dan Cara Mengatasi Anak Sulit Makan http://rumahkusorgaku.multiply.com/journal/item/35 dikutip tanggal 15 Desember 2012.

Wahyuningsih, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep   B.  Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Nilai t hitung yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk variabel dummy sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak memiliki nilai 0,420 yang lebih kecil dari t Tabel

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamat, karena anugarah –Nya sehingga penulis dapat meneyelesaikan

Lingkungan pengendalian intern terdiri dari tindakan, kebijaksanaan dan prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap manajemen puncak, direktur dan pemilik terhadap

Pemahaman konsep matematika dalam pembelajaran saat ini kurang begitu diperhatikan, sehingga hasil belajar siswa setelah pembelajaran menjadi tidak utuh dan tidak

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 3 untuk data angket dengan

Oleh karena kompensasi merupakan faktor penting di organisasi, penghargaan dalam bentuk moneter maupun non-moneter kepada whistleblower juga digunakan dalam

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN , PROFITABILITAS , FINANCIAL LEVERAGE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA ( Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang

Untuk menaksir interval taksiran parameter