• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI: PEMBAHASAN

C. Analisa Bivariat

1. Hubungan Frekuensi Kunjungan Keluarga dengan Penyesuaian Diri

Analisa bivariat pada penelitian ini didapatkan P value 0,612 berarti >0,05. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi kunjungan keluarga dengan penyesuaian

62

diri santri baru di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Indikator variabel frekuensi kunjungan keluarga yang diuji pada penelitian ini adalah hanya jumlah atau seberapa sering kunjungan keluarga. Analisa statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi kunjungan keluarga dan penyesuaian diri pada santri baru.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan frekuensi kunjungan keluarga dengan penyesuaian diri. Hal ini bisa disebabkan bahwa pada remaja dukungan teman sebaya menjadi lebih penting daripada dukungan keluarga atau orang tua. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan santri yang mukim di asrama dan terpisah dari keluarga membuat santri lebih mandiri atau tidak sepenuhnya tergantung dari orang tua. Santri yang bermukim lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya sehingga dukungan teman sebaya lebih berarti bagi mereka.

Dukungan sosial secara umum diperoleh dari lingkungan sosial yaitu orang-orang terdekat, termasuk didalamnya adalah keluarga dan teman sebaya. Selain dukungan keluarga, dukungan teman sebaya tidak diteliti pada penelitian ini. Padahal dukungan teman sebaya menjadi sangat penting pada remaja. Hal ini disebabkan pada saat anak sudah menginjak masa remaja, hubungan dengan orang tuanya mulai berpindah ke teman sebayanya (Gunarsa, 2004). Penelitian terkait dukungan sosial oleh Kumalasari & Ahyani (2012), menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja. Namun pada penelitian Rosidina (2011) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan penyesuaian diri remaja santri. Anak yang sudah menginjak usia remaja

63

memiliki otonomi yang membuat remaja tidak sepenuhnya tergantung dengan keluarga atau orang tua(Gunarsa, 2004).

Remaja berpikiran sosial, suka berteman dan suka berkelompok sehingga kelompok teman sebaya memiliki pengaruh kuat pada evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, dan tata bahasa. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebaya. Rasa memiliki merupakan hal yang penting sehingga remaja berperilaku dengan cara memperkuat keberadaan merekaa di dalam kelompok teman sebaya. Di abaikan teman sebaya menimbulkan perasaan inferioritas dan tidak kompeten (Wong,2008).

Menurut penelitian Darminto & Rokhmatika (2013), terdapat hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri siswa. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri siswa. Pada penelitian lain, Kristanti (2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan dan positif antara dukungan teman sebaya dengan penyesuaian diri remaja. Dukungan teman sebaya menyumbang 50,6,7% terhadap penyesuaian diri remaja. Sehingga pada penelitian ini, dukungan keluarga tidak berpengaruh pada penyesuaian diri remaja santri.

64

2. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri

Analisa bivariat pada penelitian ini didapatkan P value 0,004 berarti <0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri santri baru di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Hal ini sependapat dengan Showi (2009), Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional siswa, semakin tinggi pula tingkat penyesuaian sosial siswa. Dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatkan kecerdasan emosional maka penyesuaian diri individu juga meningkat pula. Kecerdasan emosional membuat individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah karena individu mampu mengelola emosi diri dan orang lain secara tepat sesuai keadaan lingkungan (Tridhonanto&Agency,2009).

Kecerdasan emosional bisa ditingkatkan dengan latihan yaitu dengan melatih diri menentukan perasaan, mengekspresikan emosi, mementingkan kebutuhan orang lain, menghormati perasaan orang lain, menunjukkan sikap empati, memecahkan masalah yang dihadapi dengan sikap sportif (Tridhonanto&Agency,2010). Menurut Rohman (2009), upaya-upaya dalam mengembangkan kecerdasan emosional bisa dilakukan guru atau pengajar pada siswanya yaitu menerapkan konsep obat hati seperti dzikir, menumbuhkan empati siswa dengan ta‟ziah, menumbuhkan sikap tanggung jawab dengan memilih kepengurusan kelas, mengajak siswa melakukan hal-hal positif seperti membaca dan membentuk fisik yang kuat seperti melakukan senam bersama.

Upaya-upaya pengembangan kecerdasan emosional di Darul muttaqien juga sudah dilakukan oleh ustad dan ustazah sebagai berikut: (1) Konsep obat

65

hati yaitu santri diajarkan pelajaran agama, diarahkan untuk rajin membaca sholawat, dzikir, dan membaca Al-Qur‟an. Kegiatan spiritual bisa mengasah ketajaman perasaan sehingga membangun emosi yang stabil, tenang dan penuh kedamaian (Martin,2006); (2) Menumbuhkan empati yaitu santri diajarkan tentang pentingnya mengunjungi atau ta‟ziah ketika ada temannya yang sakit atau ketika ada yang meninggal dunia; (3) Menumbuhkan sikap tanggungjawab yaitu santri diberikan kepercayaan dan tanggung jawab oleh ustad atau ustazah untuk menjadi mengurus pondok. Dengan membentuk suatu badan kepengurusan yang dijalankan oleh santri baik di asrama maupun dikelas. Jika suatu tanggung jawab diabaikan maka akan muncul rasa takut dan gelisah. Emosi yang tidak stabil bisa terjadi akibat kegelisahan, tidak enak, takut dan merasa sesuatu tidak benar. Sehingga perlu untuk mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan tanggung jawab sebaik mungkin dalam rangka meningkatkan kestabilan emosi (Goleman,2004); (4) Membimbing santri melakukan hal-hal positif yaitu pada kegiatan ekstrakurikuler, praktek pengabdian masyarakat (PPM), tour santri, seminar motivasi santri dan lomba karya ilmiah. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif, bisa meyalurkan sifat-sifat agresif dan memperluas pergaulan. Sehingga emosi bisa lebih stabil serta melatih membina hubungan sosial dengan orang lain melalui kegiatan-kegiatan tersebut (Tridhonanto&Agency,2010); (5) Membentuk santri yang memiliki fisik yang sehat dan kuat dengan melakukan olahraga, pramuka dan outbound. Kondisi fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi. Kondisi fisik yang baik dan istirahat yang cukup bisa membuat emosi seseorang lebih stabil (Martin,2006).

66

Melalui upaya-upaya pengembangan kecerdasan emosional tersebut, diharapkan para santri mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga menjadi bekal kelak ketika santri bersosialisasi dan mengabdi dimasyarakat.

D.Keterbatasan Peneliti

1. Variabel frekuensi kunjungan keluarga sangat spesifik sehingga tidak menimbulkan efek yang signifikan terhadap variabel lain.

2. Pada instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan dari penelitian terdahulu yang dimodifikasi sendiri oleh peneliti. Sehingga tidak memiliki standar yang baku baik secara nasional maupun internasional. 3. Ketidaksesuaian penelitian dengan jadwal madrasah tempat penelitian.

Karena responden sedang sibuk melakukan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK), sehingga penelitian menyita waktu responden setelah UKK.

4. Ketidaksesuaian waktu penelitian dengan waktu masuk ajaran baru sehingga santri yang menjadi responden merupakan santri baru yang hampir setahun tinggal di asrama. Sebaiknya penelitian dilakukan saat semester pertama santri masuk.

67

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada santri baru kelas VII Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaaqien Bogor sebagian besar mengalami penyesuaian diri tinggi sebanyak 46 responden (52,9%).

2. Pada santri baru kelas VII Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaaqien Bogor sebagian besar sering atau setiap 2 minggu dikunjungi keluarganya sebanyak 50 responden (57,5%).

3. Pada santri baru kelas VII Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaaqien Bogor sebagian besar memiliki kecerdasan emosional tinggi sebanyak 44 responden (50,6%).

4. Tidak ada hubungan antara frekuensi kunjungan keluarga dengan penyesuaian diri santri baru di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor dengan P value 0,612 berarti >0,05 sehingga Ho diterima.

5. Ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri santri baru di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor dengan P value 0,004 berarti <0,05 sehingga Ho ditolak.

68

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain:

1. Bagi perawat

Hasil penelitian ini untuk memberikan landasan jika ada masalah penyesuaian diri pada santri baru bisa diberikan intervensi dalam meningkatkan penyesuaian diri melalui upaya pengembangan kecerdasan emosional. Upaya yang bisa dilakukan seperti melakukan promosi kesehatan tentang pentingnya kesehatan fisik dan lain lain.

2. Bagi pondok pesantren

Merancang upaya peningkatan penyesuaian diri santri baru dengan melakukan orientasi pada orang tua atau melalui upaya-upaya pengembangan kecerdasan emosional. Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan mengarahkan santri untuk rajin melakukan sholat tahajud, puasa sunnah dan melakukan senam bersama.

3. Bagi santri baru

Melakukan upaya-upaya peningkatan kecerdasan emosional dengan melakukan kegiatan-kegiatan di pondok pesantren dan memelihara hubungan baik dengan orang tua agar bisa menyesuaikan diri dengan baik di pondok pesantren.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Meneliti variabel lain seperti variabel dukungan teman sebaya dan menggunakan variabel yang lebih luas cakupannya. Serta memilih waktu yang tepat untuk melakukan penelitian seperti semester pertama santri ajaran baru masuk pesantren.

69

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H.Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Ali, Mohammad, dan Asrori, Mohammad. 2011. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara

Ali,Mohammad. 2009. Pendidikan untuk Pembangunan. Jakarta: Grasindo

Al-mighwar. 2006. Psikologi remaja: petunjuk bagi guru dan orang tua.

Bandung: pustaka setia

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Ataca, Bilge, et al. 2009.Perspective of human development, family and culture.

Cambridge University press

Azizah, Nur. 2013. Dukungan Orangtua bagi Anak yang Belajar di Pondok Pesantren. http://publikasiilmiah.ums.ac.id diperoleh 21 maret 2014 Bahaudin, Taufik. 2007. Brainware Ladership Mastery. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo

Bleyer, Archie W. 2007. Cancer in Adolescents and young adults. New York: Springer

Cheers,Brian, et al. 2007. Social Care Practice in Rural Communities. Sydney: Federation press

Dahlan, M. Sopiyuddin. 2008. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Darminto, Eko dan Rokhmatika, Lailatul. 2013. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri di Sekolah Pada Siswa Kelas Unggulan. Jurnal. Fakultas ilmu pendidikan Universitas Negeri Surabaya.

Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama .2012. Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman

Pendidikan Qur’an(TPQ) Tahun Pelajaran 2011-2012.

http://www.pendis.kemenag.go.id diperoleh 08 desember 2013.

Djaali dan Pudji M, 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Eakin, Kay Branaman. 2011. According to My Passport, I’m Coming Home. Washington: General Books

70

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Firmansyah, Iman. 2010. Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Triguna Utama Ciputat. Skripsi. UIN Jakarta Fredman, Marilyn M, dkk. 2010. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik.

Jakarta: EGC

Georgas, James, et al. 2006. Family across cultures: A 30-Nation Psychological Study. Cambridge University press

Goleman, Daniel. 2004. Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Gumilar, Ivan. 2007. Metode riset untuk bisnis dan manajemen. Bandung: utamalab

Gunarsa, Singgih D. 2004. dari Anak Sampai Lanjut Usia: Bunga Rampai Psikologi Anak. Jakarta: Gunung Mulia

Hess, Peg. 2003. Visiting Between Children in Care and Their Families: A Look Current Policy. Journal: The National Resource Center for Foster Care & Permanency Planning Hunter College School of Social Work.

Hidayat. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Jakarta: Salemba Medika

Kelly, Gina Marie A. 2007. Quality of life Family Congruence in Nursing Homes. Dissertation. University of minnesota. US: ProQuest

Khalifah. 2009. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kemandirian Santri di Pesantren Mathlabul Ulum Jambu-Sumenep. Skripsi. Uin Maliki Malang Khumaidah, Isnani. 2009. Pengaruh Kematangan Pribadi Terhadap Penyesuaian

Diri Remaja Siswa SMA Al Maarif Singosari Malang. Skripsi. Uin Maliki Malang

Kristanti, Essha Paulina. 2008. Hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri remaja pada siswa kelas X dan XI SMA Widya Gama Malang / Essha Paulina Kristanti. Skripsi. Universitas Negeri Malang Kumalasari, Fani dan Ahyani, Latifah N. 2012. Hubungan antara Dukungan

Sosial dengan

Latifah, Evi L. 2010. Hubungan antar Kecerdasan Emosional dengan Akhlak Siswa Kelas XI SMA Triguna Utama Tangerang Selatan. Skripsi. Uin Jakarta.

71

Leathers, Sonya J. 2002. Parental Visiting and Family Reunification: Could Inclusive Practice Make a Difference? Journal: Child Welfare League of America

Malahayati. 2010. Super teens. Yogyakarta: jogja bangkit publisher

Martin, Anthony Dio. Smart emotion: Membangun kecerdasan emosi. Jakarta: Gramedia pustaka utama

Mooney, Graham and Reinarz, Jonathan. 2009. Permeable walls: Historitical perspective on hospital and asylum visiting. New York: Rodopi

Muflihah, Siti. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Diri pada Remaja Kelas I dan II di Madrasah Aliyah An-Nur. Skripsi. Uin Maliki Malang

Ningsih, Eni S. 2011. hubungan dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada santri di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Poesponegoro, Marwati Djoened. 2008. Sejarah Indonesia V. -cet.-2 Jakarta: Balai Pustaka

Pratisto, Arif. 2005. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Puji, Sinta. 2010. Hubungan antara Frekwensi Kunjungan Keluarga dengan Stres Pada Lansia Di Pstw Unit Budi Luhur Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta. Skripsi. UMY: FKIK

Purwoko, Dwi, dkk. 2007. Komunika: Majalah Ilmiah Komunikasi dalam Pembangunan. Jakarta: LIPI Press

Rohman. 2009. Upaya Guru dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional (EQ) Peserta Didik di MI Nahdlatul Ulama Sumberpasir Pakis Malang. Skripsi. Uin Maliki Malang

Rosidina, Aprilia M. 2011. Hubungan antara Dukungan Sosial dari Orangtua dengan Penyesuaian Diri Santri. Skripsi: UIN Maliki Malang

Semiun,Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1: Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental serta Teori-Teori Yang Terkait. Yogyakarta: Kanisius

72

Showi, Achmad. 2009. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Sosial Siswa Akselerasi SMUN 1 Malang. Skripsi. Uin Maliki Malang Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.

Ed.1. Yogyakarta: ANDI

Stein, Steven J. 2009. Emotional Intelligence for Dummies. United States: John Wiley dan Sons Canada, Ltd.

Sumikan. 2011. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual Dan Prestasi Belajar PAI Kelas X SMK Negeri 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto. Tesis: UIN Maliki Malang

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC

Syafiq, M. 2010. Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Penyesuaian Diri Siswa (Pada Madrasah Tsanawiyah Khadijah Di Malang). Skripsi. Uin Maliki Malang

Tridhonanto, Al dan Agency, Beranda. 2009. Melejitkan Kecerdasan Emosi Buah Hati. Jakarta: Elex Media Komputindo

_____________________________. 2010. Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional. Jakarta: Elex Media Komputindo

Turmudi, Endang, dkk. 2008. Masyarakat Indonesia: Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia. Vol.2. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Washington, Melvin C, et al. 2013. Emotional Intelligence and Cross-Cultural Communication Competence: An Analysis of Group Dynamics and Interpersonal Relationships in A Diverse Classroom. Journal: International Education Research – Third Quarter

Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC

Wihastuti, Titin A, dkk. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan Penyesuaian Diri pada Anak Retardasi Mental Tingkat Sedang (Imbisil) Di SLB Pembina Tingkat Nasional Bag. C Malang. Jurnal: Ilmu Keperawatan FKUB

73

Nomor Responden

Lembar Kuesioner

Hubungan Frekuensi Kunjungan Keluarga dan Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri Santri Baru di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor

Tujuan :

Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi “Hubungan Frekuensi Kunjungan Keluarga dan Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri Santri Baru di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor”.

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN Di bawah ini, saya:

Nama Inisial : _____________________ Umur : _____ tahun

Kelas : _____

Jenis Kelamin : P/L

bersedia terlibat sebagai responden dalam penelitian Sdri. Ariyanti, mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul

“Hubungan Frekuensi Kunjungan Keluarga dan Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri Santri Baru di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor”. Dan sudah dijelaskan manfaat, kerugian, dan konsekuensi yang akan saya terima serta menjamin kerahasiaan identitas saya.

Bogor,... Mei 2014 Ttd,

74

KUESIONER PENELITIAN

A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dan beri tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengaan keadaan anda

1. Seberapa sering biasanya keluarga anda mengunjungi anda selama 6 bulan terakhir anda di pesantren?

a. Tidak pernah (0 kali) b. Jarang (1-3 kali)

c. Kadang-kadang (setiap sebulan sekali) d. Sering (setiap 2 minggu sekali)

e. Selalu (setiap minggu)

B. PETUNJUK PENGISIAN

Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan, disini anda diminta untuk memberikan respon atau jawaban yang sesuai dengan diri anda sendiri dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom jawaban yang tersedia. Setiap pernyataan hanya ada satu jawaban yang harus dipilih yang sesuai dengan diri anda, diantaranya:

SS : Jika pertanyaan tersebut SANGAT SESUAI dengan diri anda. S : Jika pertanyaan tersebut SESUAI dengan diri anda.

TS : Jika pertanyaan tersebut TIDAK SESUAI dengan diri anda.

STS : Jika pertanyaan tersebut SANGAT TIDAK SESUAI dengan diri anda. SELAMAT MENGERJAKAN,,,,

No. Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya memahami betul tingkat emosi diri saya 2. Saya tahu betul kekurangan diri saya

3. Saya akan menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya dengan sungguh-sungguh

4. Saya sering meragukan kemampuan saya

5. Saya berusaha menahan emosi diri yang berlebihan

75

No. Pertanyaan SS S TS STS

6. Saya memikirkan apa yang saya inginkan sebelum bertindak

7. Saya mampu menjaga norma kejujuran terhadap diri sendiri

8. Saya mampu menjaga norma integritas demi keutuhan bersama

9. Saya memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang saya emban

10. Saya selalu tidak mau ketinggalan dengan adanya Perubahan

11. Saya sangat senang terhadap ide dan informasi ilmu pengetahuan yang baru

12. Saya memiliki semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik

13. Saya suka mencoba-coba hal baru

14. Saya mampu menyesuaikan diri dengan tujuan kelompok atau organisasi

15. Saya tertarik pada pekerjaan yang menuntut saya memberikan gagasan baru

16. Saya senang menghadapi tantangan untuk memecahkan masalah

17. Saya mampu mengetahui bagaimana perasaan orang lain terhadap saya

18. Saya mampu memberikan dorongan kepada orang lain

19. Saya dapat membuat orang lain yang tidak saya kenal bercerita tentang diri mereka

20. Dalam suatu pertemuan, apa yang saya sampaikan biasanya menarik perhatian orang lain 21. Ketika teman-teman saya memiliki masalah,

76

No. Pertanyaan SS S TS STS

22. Saya bisa menempatkan diri pada posisi orang lain

23. Saya memiliki kemampuan meyakinkan pendapat saya kepada orang lain

24. Saya dapat menerima kritik dengan pikiran terbuka dan menerimanya bila hal itu dapat dibenarkan

25. Saya mampu untuk mengembangkan topik pembicaraan dengan orang lain

26. Saya mampu untuk memberikan gagasan atau ide-ide ke orang lain

27. Saya mampu untuk menyelesaikan pendapat 28. Saya memiliki semangat dalam kepemimpinan 29. Saya mampu bekerja sama dengan kelompok

untuk mencapai tujuan

C. PETUNJUK PENGISIAN

Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan, disini anda diminta untuk memberikan respon atau jawaban yang sesuai dengan diri anda sendiri dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom jawaban yang tersedia. Setiap pernyataan hanya ada satu jawaban yang harus dipilih yang sesuai dengan diri anda, diantaranya:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

SELAMAT MENGERJAKAN,,,,

77

No. Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya selalu diterima oleh teman-teman di lingkungan tempat saya berada.

2. Dalam pergaulan saya bergaul sesuai dengan jenis kelamin saya

3. Saya selalu bersemangat dalam belajar

4. Ketika saya tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dari pesantren saya bertanya kepada santri yang lebih tahu

5. Saya merasa tidak nyaman ketika berkumpul bersama teman lawan jenis

6. Saya mampu menghindarkan diri dari pergaulan bebas

7. Saya mampu menahan diri saya untuk tidak masuk dalam pergaulan bebas

8. Saya bisa menaati peraturan-peraturan yang diterapkan di pesantren

9. Saya selalu mematuhi peraturan yang ada di dalam masyarakat

10. Saya merasa mampu bekerja sama atau bergaul dengan masyarakat

11. Saya memiliki hasil karya selama saya tinggal di pondok pesantren

12. Saya selalu berusaha melakukan dan mengerjakan sesuatu untuk mengisi waktu luang saya

13. Saya berhemat dalam penggunaan uang

14. Saya mencoba menyisihkan uang untuk di tabung 15. Saya mampu membedakan kebutuhan yang harus

saya penuhi terlebih dahulu dengan kebutuhan yang lain

78

No. Pertanyaan SS S TS STS

16. Saya tetap tegar walaupun saya seringkali dihina oleh teman-teman saya

17. saya merasa hubungan saya kurang harmonis dengan teman-teman saya

18. Saya merasa tidak perlu lagi menjalin hubungan dengan teman-teman di pondok pesantren karena telah memiliki banyak teman di sekolah

19. saya berfikir bahwa tugas yang diberikan oleh guru hanya membebani siswa

20. Saya tidak bisa menerima perlakuan guru yang memarahi saya, walaupun saya tahu saya melakukan kesalahan

21. Saya lebih mendahulukan kepentingan bersama teman-teman dari pada mematuhi peraturan yang sudah ada.

22. Menurut saya, kegiatan yang ada di pondok pesantren tidak perlu untuk diikuti

23. Saya tidak tertarik pada kegiatan yang ada di pondok pesantren

24. jika perlu saya meminta dengan memaksa kepada orangtua untuk memenuhi segala kebutuhan yang saya perlukan.

25. Saya merasa cepat bosan

26. Saya adalah orang yang mudah menyerah, termasuk jika saya menghadapi masalah dalam mengerjakan sesuatu

79

HASIL UJI INSTRUMEN (n=15)

1. KUESIONER PENYESUAIAN DIRI

Case Processing Summary

N % Cases Valid 15 100.0

Dokumen terkait