• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

C. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan “pe-” dan akhiran “-an” yang berarti tempat tinggal para santri. Istilah pondok berasal dari kata

funduq yang dalam bahasa Arab berarti penginapan. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua istilah tersebut biasa digunakan secara bersama-sama, yakni pondok pesantren. Pe-santri-an atau pesantren adalah tempat tinggal para santri menimba ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya. Pesantren juga bisa didefinisikan sebagai sebuah masyarakat mini yang terdiri atas santri, guru, dan pengasuh (kyai) (Efendi dan Makhfudli, 2009).

Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang terus menekuni pendidikan agama islam dan menjadikannya sebagai fokus kegiatan. Perkembangan pesantren telah mendorong banyak pesantren untuk melakukan perubahan. Dahulu hanya terdapat pesantren tradisional (salaf) yang memusatkan pada pengetahuan islam saja. Tetapi, dengan modernisasi pesantren menyebabkan penampilan beberapa pesantren berbeda dari pesantren tradisional dalam banyak hal (Turmudi,2008).

Perbedaan ini terutama terletak pada sistem pendidikannya akibat hadirnya sistem madrasah dan terutama hadirnya sekolah-sekolah umum dalam

10

kompleks pesantren. Dengan perubahan ini, para santri belajar di madrasah atau sekolah umum pada pagi hari. Pada malam hari para santri membahas materi keislaman dan mempelajari kitab-kitab. Perubahan pola pembelajaran seperti ini tampak meluas di kalangan pesantren sehingga hampir semua pesantren kini mempunyai sistem pendidikan dualistik seperti ini. Mungkin hanya beberapa pesantren saja yang masih bertahan untuk menjalankan sistem pembelajaran tradisional yang biasa disebut pesantren salaf (Turmudi,2008).

2. Jenis-Jenis Pesantren

Pesantren dapat dibagi menjadi beberapa jenis, menurut Efendy dan Makhfudli (2009), secara umum pesantren diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Pesantren tipe A, yaitu pesantren yang sangat tradisional. Para santri umumnya tinggal di asrama yang terletak di sekitar rumah kyai. Mereka hanya belajar kitab kuning. Cara pembelajarannya memakai metode sorongan (satu guru-satu santri) dan bandongan (satu guru-banyak santri). b. Pesantren tipe B, yaitu pesantren yang memadukan antara metode sorongan

dengan pendidikan formal yang ada di bawah departemen pendidikan atau departemen agama. Hanya saja lembaga pendidikan formal itu khusus untuk santri tersebut.

c. Pesantren tipe C, hampir sama dengan tipe B tetapi lembaga pendidikannya terbuka untuk umum.

d. Pesantren tipe D, yaitu pesanten yang tidak memiliki lembaga pendidikan formal, tetapi memberikan kesempatan kepada santri untuk belajar pada jenjang pendidikan formal di luar pesantren.

11

Selain itu, Efendy dan Makhfudli (2009), juga mengklasifikasikan pesantren berdasarkan kegiatan yang berlangsung sebagai berikut:

a. Pesantren salafi atau salafiyah (tradisional), merupakan pesantren yang masih tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis ulama dengan menggunakan bahasa Arab. Sistem pengajarannya dengan menggunakan sistem halaqah artinya diskusi untuk memahami isi kitab, bukan untuk mempertanyakan benar salah yang diajarkan kitab. Kurikulum sepenuhnya tergantung kepada para kyai pengasuh pondok pesantren.

b. Pesantren khalafi atau khalafiyah (modern), merupakan pondok pesantren yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem klasikal dan sekolah. Meskipun kurikulum pesantren modern memasukkan pengetahuan umum akan tetapi tetap dikaitkan dengan ajaran agama hanya saja pengajian kitab-kitab klasikal tidak lagi menonjol.

c. Pesantren komprehensif

Pondok pesantren komprehensif yaitu pondok pesantren yang menggabungkan sistem pendidikan dan pengajaran antara yang tradisional dan modern. Artinya di dalamnya diterapkan pengajaran kitab dan keagamaan namun secara reguler sistem persekolahan terus dikembangkan.

3. Fungsi Pondok Pesantren

Efendy dan Makhfudli (2009), menyimpulkan fungsi pesantren secara garis besar sebagai berikut:

12

b. Meningkatkan fungsi syiar dan pelayanan.

c. Berperan aktif dalam peningkatan kualitas umat melalui dakwah. d. Mengembangkan dakwah dengan cara yang kreatif dan inovatif. e. Membangun struktur lembaga yang kokoh dan berwibawa. f. Membentuk kader-kader dakwah islami.

g. Sebagai garda depan dalam mencetak para mujahid dakwah, termasuk para penghafal Al-Qur‟an (hafiz dan hafizah).

h. Menjadikan pesantren sebagai media pemberdayaan untuk perempuan korban kekerasan.

i. Merespons persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti masalah kemiskinan, memelihara tali persaudaraan, mengurangi pengangguran, memberantas kebodohan, menciptakan kehidupan yang sehat, dan sebagainya.

B.Santri

Santri berasal dari bahasa Sanskerta, shastri yang berarti orang yang memahami kitab suci agama Hindu. Di zaman Islam, kata santri dipakai dalam arti yang luas yaitu orang yang melaksanakan ajaran islam. Tetapi kata santri di kalangan orang jawa islam berasal dari pengertian yang lebih khusus yaitu orang atau murid yang belajar di pondok (Purwoko,dkk, 2007).

Kata santri memiliki dua makna yaitu sebagai kategori sosial dan kategori pendidikan. Kategori sosial santri berarti komunitas atau kelompok masyarakat yang taat dalam menjalankan ajaran agama islam. Kategori pendidikan, santri bermakna murid-murid yang belajar islam kepada guru yang disebut kiai dan tinggal di pondok atau asrama. (Purwoko,dkk, 2007).

13

Pondok maupun santri merupakan unsur penting dalam pesantren. Santri sebagai murid yang belajar pengetahuan keislaman dari kiai, merupakan sumber daya manusia yang mendukung keberadaan pesantren dan menopang pengaruh kiai dalam masyarakat. Santri biasanya berasal dari desa sekitar pesantren, namun jika pesantren sudah terkenal biasanya para santri datang dari tempat jauh sehingga disediakan asrama untuk santri yang mukim. Berdasarkan tempat tinggal, santri dapat dibedakan antaralain santri mukim dan santri kalong (tidak mukim). Santri mukim adalah santri yang menetap (tinggal,mondok), sedangkan santri kalong adalah santri yang tinggal di luar pesantren atau tidak bermukim dipesantren (Poesponegoro,2008).

C.Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Dalam bahasa inggris, istilah penyesuaian diri memiliki dua kata yang berbeda maknanya yaitu adaptasi (adaptation) dan penyesuaian (adjustment). Adaptasi memiliki pengertian individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Penyesuaian (adjustment) dipahami sebagai mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan diri individu. Penyesuaian diri meliputi pengertian adaptation maupun adjustment adalah individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, mampu menggunakan kedua mekanisme penyesuaian diri tersebut secara luwes tergantung pada situasinya (Siswanto,2007).

Secara historis, istilah penyesuaian diri sudah banyak mengalami perubahan, penyesuaian diri disamakan dengan adaptasi yaitu suatu proses

14

di mana individu mematuhi tuntutan-tuntutan lingkungan. Maka penyesuaian diri adalah cara individu bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan dari dalam atau situasi-situasi luar. Untuk sebagian orang reaksi ini bisa efisien atau memuaskan tapi sebagian lagi reaksi ini melumpuhkan bahkan patologik (Semiun,2006). Sedangkan menurut Sunaryo (2004), penyesuaian diri atau adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena pengalaman mengatasi stres dan merupakan suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas.

Dokumen terkait