• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

1. Komunikasi Interpersonal

3.14 Metode Analisa Data 3.7.1 Analisa Univariat

3.7.4 Analisa Bivariat

2 1 : Puas : Tidak Puas > 30 ≤ 30 Ordinal

3.14 Metode Analisa Data 3.7.1 Analisa Univariat

Analisa data secara univariat dilakukan dengan. untuk mendapatkan gambarall distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran varlabel independen yaitu komunikasi interpersonal (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) dan variabel dependen yaitu Tingkat kepuasan keluarga pasien rawat inap.

3.7.4 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan komunikasi interpersonal (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) dengan tingkat kepuasan keluarga pasien rawat inap di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan menggunakan uji chi- square kemudian hasilnya dinarasikan. 3.7.5 Analisa Multivariat

Analisa multivariat dilakukan untuk menguji pengaruh komunikasi interpersonal (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan) terhadap tingkat kepuasan keluarga pasien rawat inap dengan menggunakan uji

statistik regresi logistik berganda. Analisis multivariat dilakukan pada variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum BLU RSUD dr. Zainoel Abidin

Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Daerah dokter Zainoel Abidin (BLU RSUDZA) Banda Aceh, yang berlokasi di Jl. Tgk.H.M. Daud Beureueh No. 118 Banda Aceh dan pada tahun 2008 dipindahkan ke sebelah kiri bangunan lama dan bangunan baru ini dibangun oleh dana bantuan dari luar negeri..

4.1.2 Visi dan Misi BLU RSUD dr. Zainoel Abidin

Visi BLU RSUD dr. Zainoel Abidin adalah “Terwujudnya Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Daerah dokter Zainoel Abidin sebagai rumah sakit pusat rujukan dan rumah sakit pendidikan bertaraf nasional”.

Visi tersebut ditinjau kembali setiap 5 tahun sekali, supaya visi tersebut tetap mengacu pada kondisi internal dan eksternal sehingga kemungkinan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Misi yang akan disampaikan merupakan upaya yang akan dilakukan dan berperan sebagai jalan dalam mencapai visi yang telah ditetapkan, yaitu: “Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, tempat pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran klinis, keperawatan dan kesehatan lainnya dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”.

4.1.3 Tujuan BLU RSUD dokter Zainoel Abidin

Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, terjangkau, sesuai standar, bermutu dan mampu mengadakan pelayanan rujukan se provinsi aceh.

4.1.4 Motto BLU RSUD dr. Zainoel Abidin

4.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah keluarga pasien rawat inap, karakteristik yang diukur meliputi : umur, jenis kelamin, status perkawinanan, pekerjaan dan pendidikan. Distribusi kelompok umur responden dibagi menjadi 3 katgori yaitu Umur 17-30 tahun sebanyak 14 orang (29,8%), 31-45 tahun sebanyak 16 orang (34%) dan 46-57 tahun sebanyak 17 orang (36,2%), Jenis kelamin responden 18 orang (38,3%) laki-laki dan 29 orang (61,7%) perempuan. Status perkawinan responden 34 orang (72,3%) kawin, dan 13 orang (27,7%) tidak kawin, Pekerjaan responden PNS 10 orang (21,3%), wiraswasta 4 orang (8,5%), pegawai swasta 24 orang (51,1%), dan tani 9 orang (19,1%), Pendidikan responden 3 orang (6,4%) tidak tamat SD, 12 orang (25,5%) tamat SD, 4 orang (8,5%) tamat SLTP, 18 orang (38,3%) tamat SLTA dan 10 orang (21,3%) tamat D3/PT.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden

Karakteristik Responden n % 1. Umur - 17 - 30 tahun - 31 - 45 tahun - 46 - 57 tahun 14 16 17 29,8 34,0 36,2 2. Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan 18 29 38,3 61,7 3. Status Perkawinan - Kawin - Tidak kawin 34 13 72,3 27,7 4. Pendidikan - Tidak tamat SD - Tamat SD - Tamat SLTP - Tamat SLTA - Tamat D3/PT 3 12 4 18 10 6,4 25,5 8,5 38,3 21,3 5. Pekerjaan - PNS - Wiraswasta - Pegawai Swasta - Tani 10 4 24 9 21,3 8,5 51,1 19,1 Jumlah 47 100,0

4.3 Distribusi Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap

Pengukuran variabel Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap dilakukan berdasarkan sub variabel : keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.

a. Distribusi Frekuensi variabel Komunikasi Interpersonal

Keterbukaan petugas PKMRS kepada Responden baik sebesar 40,4% atau 19 responden, sedangkan keterbukaan petugas PKMRS kepada responden tidak baik 59,6% atau 28 responden dapat dilihat dari tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Variabel Keterbukaan Petugas PKMRS di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

No Keterbukaan Jumlah (n) Persentase (%) 1. Baik 19 40,4 2. Tidak baik 28 59,6 Jumlah 47 100

b. Distribusi Frekuensi Variabel Empati

Empati petugas PKMRS kepada responden baik sebesar 46,8% atau 22 responden, sedangkan empati petugas PKMRS kepada responden tidak baik sebesar 53,2% atau 25 orang dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Variabel Empati Petugas PKMRS di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

No Empati Jumlah (n) Persentase (%) 1. Baik 22 46,8 2. Tidak baik 25 53,2 Jumlah 47 100

c. Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Mendukung

Sikap Mendukung petugas PKMRS kepada responden baik sebesar 61,7% atau 29 responden, sedangkan sikap mendukung petugas PKMRS kepada responden tidak baik sebesar 38,3% atau 18 orang dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Variabel Sikap Mendukung Petugas PKMRS di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

No Sikap Mendukung Jumlah

(n) Persentase (%) 1. Baik 29 61,7 2. Tidak baik 18 38,3 Jumlah 47 100

d. Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Positif

Sikap positif petugas PKMRS kepada responden baik sebesar 46,8% atau 22 responden, sedangkan sikap positif petugas PKMRS kepada responden tidak baik sebesar 53,2% atau 25 orang dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Variabel Sikap positif Petugas PKMRS di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

No Sikap Positif Jumlah

(n) Persentase (%) 1. Baik 22 46,8 2. Tidak baik 25 53,2 Jumlah 47 100

e. Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Keluarga Pasien (penilaian)

Kepuasan keluarga pasien kepada responden baik sebesar 76,6% atau 36 responden, sedangkan kepuasan keluarga pasien kepada responden tidak baik sebesar 23,4% atau 11 orang dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Variabel Kepuasan Keluarga Pasien (Penilaian) di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

No Kepuasan Keluarga Pasien Jumlah

(n) Persentase (%) 1. Puas 36 76,6 2. Tidak Puas 11 23,4 Jumlah 47 100 4.4. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya hubungan komunikasi interpersonal (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan)

dengan tingkat kepuasan keluarga pasien rawat inap di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan menggunakan uji chi-square dengan nilai p = 0,05.

4.4.1 Hubungan Keterbukaan dengan Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 responden yang keterbukaan baik, sebanyak 11 orang (57,9%) menyatakan puas dan 8 orang (42,1%) tidak puas dari 8 responden. Sedangkan dari 28 orang dengan keterbukaan puas 89,3% dan 10,7% tidak puas dari 3 orang.

Hasil uji Chi-square menunjukkan hasil uji yang signifikans (p. < 0,05) p=0,018. Hal ini berarti ada hubungan keterbukaan terhadap kepuasan keluarga pasien rawat inap. Disamping itu variabel dukungan informasi berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji regresi logistik ganda (p. < 0,25).

Tabel 4.7 Hubungan Keterbukaan terhadap Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Pernyataan Sub-Variabel

Kepuasan

p.

Puas Tidak Puas Jumlah

N % n % n %

Keterbukaan

0,018

- Baik 11 57,9 8 42,1 19 100

- Tidak 25 89,3 3 10,7 28 100

4.4.2 Hubungan Empati dengan Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 respoden yang empati baik sebanyak 13 orang (59,1%) menyatakan puas dan 9 orang (40,9%) tidak puas. Sedangkan dari 23 orang dengan empati puas 92% dan 8% tidak puas dari 2 orang.

Hasil uji Chi-square menunjukkan hasil uji yang signifikans (p. < 0,05) p = 0,0014. Hal ini berarti ada hubungan empati terhadap kepuasan keluarga pasien rawat inap. Disamping itu variabel empati berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji regresi logistik ganda (p. < 0,25).

Tabel 4.8 Hubungan Empati terhadap Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Pernyataan Sub-Variabel

Kepuasan

p.

Puas Tidak Puas Jumlah

n % n % n %

Empati

0,014

- Baik 13 59,1 9 40,9 22 100

- Kurang 23 92 2 8 25 100

4.4.3 Hubungan Sikap Mendukung dengan Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 29 responden yang sikap mendukung baik, sebanyak 21 orang (72,4%) menyatakan puas dan 8 orang (27,6%) tidak puas. Sedangkan dari 15 orang dengan sikap mendukung puas 83,3% dan 16,7% tidak puas dari 3 orang.

Hasil uji Chi-square menunjukkan hasil uji yang tidak signifikans (p. > 0,05) p = 0,492. Hal ini berarti tidak ada hubungan sikap mendukung terhadap kepuasan keluarga pasien rawat inap. Variabel sikap mendukung ini tidak signifikans, sehingga tidak diikutsertakan dalam uji regresi logistik ganda (p. > 0,25).

Tabel 4.9 Hubungan Sikap Mendukung terhadap Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Pernyataan Sub-Variabel

Kepuasan

p.

Puas Tidak Puas Jumlah

n % n % n %

Sikap Mendukung

0,492

- Baik 21 72,4 8 27,6 29 100

- Kurang 15 83,3 3 16,7 18 100

4.4.4 Hubungan Kesetaraan dengan Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 23 responden yang kesetaraan baik sebanyak 20 orang (86,9%) menyatakan puas dan 3 orang (13,1%) tidak puas. Sedangkan dari 16 orang dengan kesetaraan puas 66,7% dan 33,3% tidak puas dari 8 orang.

Hasil uji Chi-square menunjukkan hasil uji yang tidak signifikans (p. > 0,25) p=0,168. Hal ini berarti tidak ada hubungan kesetaraan terhadap kepuasan keluarga pasien rawat inap. Walaupun variabel kesetaraan ini tidak signifikans, namun ia berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji regresi

logistik ganda (p. < 0,25).

Tabel 4.10 Hubungan Kesetaraan terhadap Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Pernyataan Sub-Variabel

Kepuasan

p.

Puas Tidak Puas Jumlah

n % n % n %

Kesetaraan

0,168

- Baik 20 86,9 3 13,1 23 100

- Kurang 16 66,7 8 33,3 24 100

4.4.5 Hubungan Sikap Positif dengan Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 responden yang sikap positif baik, sebanyak 17 orang (77,3%) menyatakan puas dan 5 orang (22,7%) tidak puas. Sedangkan dari 19 orang dengan sikap positif puas 76% dan 24% tidak puas dari 6 orang.

Hasil Chi-square menunjukkan hasil uji yang tidak signifikans (p. > 0.05) p = 1,000. Hal ini berarti tidak ada hubungan sikap positif terhadap kepuasan keluarga pasien rawat inap. Variabel sikap positif ini tidak dapat diikutsertakan dalam uji regresi logistik ganda (p. > 0,25).

Tabel 4.11 Hubungan Sikap Positif terhadap Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Pernyataan Sub-Variabel

Kepuasan

p.

Puas Tidak Puas Jumlah

n % n % n % Sikap Positif 1,000 - Baik 17 77,3 5 22,7 22 100 - Kurang 19 76 6 24 25 100 4.5. Analisa Multivariat

Analisia Multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat, dengan ketentuan-ketentuan variabel-variabel independent pada analisis bivariat menunjukkan nilai p < 0,25 dengan tujuan melihat pengaruh antara variabel independent terhadap dependen. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat 3 variabel independent yang mempunyai nilai signifikan p < 0,25 yaitu (1) variabel keterbukaan, (2) variabel empati, dan (3) variabel kesetaraan. Adapun hasil pengujian ketiga variabel tersebut dengan menggunakan regresi logistik berganda.

4.6. Analisis Multivariat

Hasil uji regresi logistik menjelaskan bahwa ada dua variabel independen, yaitu keterbukaan dan empati petugas PKMRS yang paling berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan keluarga pasien.

Model persamaan regresi logistik ganda yang didapatkan adalah :

) ( 266 , 3 ) ( 482 , 2 404 , 0 1 1 ln 0 1x1 buka empati p yi = + = − −       − ≡ β β

Dan nilai peramalan probabilitas responden (individu) untuk tingkat kepuasan keluarga pasien

adalah : (0,404 2,482( ) 3,266( ))

1

1

empati buka

e

p

+

=

Tabel 4.12 Pengaruh Keterbukaan dan Empati Petugas PKMRS terhadap Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Variabel yang masuk dalam model

regresi yang terbentuk

B SE Exp. df Sig. - Keterbukaan - Empati - Constant -2,482 -3,266 0,404 1,039 1,171 0.960 0,084 0,038 1,498 1 1 1 0,017 0,005 0,674 Jika keterbukaan dan empati petugas PKMRS tidak baik (1) maka untuk tingkat kepuasan keluarga pasien hanya sebesar 0,48% dan sebaliknya jika keterbukaan dan empati petugas PKMRS baik (0) maka untuk tingkat kepuasan keluarga pasien akan sebesar 59,96%.

Tabel 4.13 Probabilitias untuk Kepuasan keluarga pasien di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh No Buka Empati )) ( 266 , 3 ) ( 482 , 2 404 , 0 (

1

1

empati buka

e

p

+

=

p 1 1 1 0.004754017 0.48 2 0 0 0.599648323 59.96

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Keterbukaan dalam Komunikasi Interpersonal terhadap Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Berdasarkan analisis regresi logistik ganda antara keterbukaan dalam komunikasi interpersonal dengan kepuasan keluarga pasien rawat inap di RSUD-ZA Banda Aceh, diperoleh (p. <0,05) p = 0,018 menunjukkan ada hubungan keterbukaan terhadap kepuasan keluarga pasien rawat inap di RSUD ZA Banda Aceh. Dari nilai koefisien regresi sebesar 0,018 dan dari dapat diketahui keterbukaan dalam komunikasi interpersonal mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepuasan. Hasil penelitian ini menunjukkan efektifnya proses keterbukaan dalam komunikasi interpersonal berpengaruh positif terhadap kepuasan keluarga pasien rawat inap di RSUD ZA Banda Aceh. Adanya keterbukaan dari petugas PKMRS dapat menimbulkan saling pengertian, penghayatan mengenai kebijakan yang diambil, sehingga akan terciptanya kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan bersama dengan tujuan menghasilkan integrasi yang cukup kokoh, mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran atau tujuan dalam penyuluhan.

Peningkatan keterbukaan dalam komunikasi interpersonal berimplikasi pada kepuasan keluarga pasien rawat inap dalam pelaksanaan penyuluhan salah satu tugas pokok PKMRS, yang bertujuan mengembangkan pengetahuan sikap dan perilaku

tentang kesehatan khususnya masalah penyakit yang diderita pasien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2012) yang menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga atau mungkin empat yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur. Sesuai juga Thoha, (2007) yang menyatakan secara psikologis, apabila individu mau membuka diri kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam melakukan komunikasi interpersonal yang akhirnya orang lain tersebut akan turut membuka diri. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh daam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.

Keterbukaan dalam komunikasi dapat juga didefinisikan sehingga suatu proses penyampaian pesan secara terbuka dalam hubungan kerja sehingga terjadi saling pengertian, penghayatan mengenai kebijakan yang diambil, sehingga akan tercipta kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan bersama dengan tujuan menghasilkan integrasi yang cukup kokoh, mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran atau tujuan bersama (Hasibuan, 1999). Rahkmat (2005) mengutip Brooks dan Emmert mengemukakan bahwa karakteristik orang yang terbuka adalah sebagai berikut : (1) menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika, (2) membedakan dengan mudah perbedaan nuansa yang setipis apapun. Ibaratnya diantara hitam dan putihnya hidup ini, ia mampu melihat adanya beda yang kelabu atau setengah benar dan setengah salah, (3) mencari informasi dari berbagai sumber, (3) mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Imron (2007) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara keterbukaan komunikasi, pemecahan konflik terhadap kepuasan kerja bidan. Agar keterbukaan dalam komunikasi interpersonal tetap terjaga dengan baik, diharapkan petugas PKMRS menumbuhkan sikap keterbukaan seperti selalu menyampaikan informasi tentang kesehatan dan pencegahannya.

5.2 Pengaruh Empati dalam Komunikasi Interpersonal terhadap Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda antara empati dalam komunikasi interpersonal dengan kepuasan keluarga pasien rawat inap di RSUD ZA Banda Aceh, diperoleh nilai probabilitas P (p.014), nilai ini lebih kecil dari nilai α

(0,05), menunjukan ada hubungan yang bermakna dimensi empati dalam komunikasi interpersonal terhadap kepuasan keluarga pasien rawat inap di RSUD ZA pada tingkat kepercayaan 95%.

Empati dapat mengurangi banyak rintangan untuk mencapai tujuan komunikasi yang efektif. Semakin besar kesenjangan antara pengalaman dan latar belakang komunikator dengan penerimaan semakin besar pula upaya untuk membuat suatu kesepahaman. Supranto (2001) menambahkan pentingnya dimensi empati dalam memberikan pelayanan yang bermutu salah satu cara utama mendiferensiasikan pelayanan jasa kesehatan termasuk pelayanan rawat inap adalah memberikan jasa pelayanan yang berkualitas lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Adanya pengaruh dimensi empati dalam komunikasi interpersonal

terhadap kepuasan dapat dijelaskan bahwa empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling mempercayai antar petugas penyuluh. Empati dalam komunikasi akan menimbulkan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat, serta meningkatkan efektivitas dari komunikasi yang menyebabkan timbulnya kesepahaman antar petugas sehingga dapat memperlancar hubungan kerja dan meningkatkan kepuasan dalam penyuluhan.

Menurut Bullmer (Wiryanto, 2004), empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkonsumsikannya dengan kepekaan sedemikian rupa sehingga menunjukan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar hubungan yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulatif. Taylor menyatakan bahwa empati merupakan faktor esensial untuk membangun hubungan yang saling mempercayai. Ia memandang empati sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena empati mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat

5.3 Pengaruh Sikap Mendukung dalam Komunikai Interpersonal terhadap Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda antara sikap mendukung dalam komunikasi interpersonal dengan kepuasan keluarga pasien rawat inap di RSUD ZA Banda Aceh, diperoleh nilai probabilitas p (0.492), nilai ini lebih besar dari nilai α (0,05), ini menunjukan hubungan yang tidak bermakna dari dimensi sikap

mendukung dalam komunikasi interpersonal terhadap kepuasan keluarga pasien rawat

inap di RSUD ZA Banda Aceh pada taraf α (0,05).

Menurut Hidayat (2012) dapat disimpulkan bahwa dukungan dalam komunikasi yang efektif adalah penting dalam meningkatkan kepuasan. Menurut Rahkmat (2007) sikap dukungan atau suportif dalam komunikasi adalah sikap mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sedangkan sikap defensif dalam komuniksai interpersonal akan membuat komunikasi gagal, karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecamasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional seperti perilaku komunikasi orang lain, tentunya hal ini dapat menjadi penghambat dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif.

Rahkmat (2005) yang mengutip Jack R. Gibb menyebut enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu : (1) Deskripsi, yaitu menyampaikan perasaan dan persepsi kepada orang lain tanpa menilai : tidak memuji atau pengencam,

mengevaluasi pada gagasan, bukan pada pribadi orang lain, orang tersebut “merasa” bahwa kita menghargai diri mereka, (2) Orientasi masalah, yaitu mengajak untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah, tidak mendikte orang lain, tetapi secara bersama-sama menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya, (3) spontanitas, yaitu sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam, (4) Empati, (5) Persamaan yaitu sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, (6) Provisionalisme, yaitu kesediaan untuk meninjau kembali pendapat diri.

Dari pengalaman dilapangan, kemauan responden untuk mendukung agar komunikasi berlangsung efektif yang diwujudkan dengan tidak menilai orang yang berbicara, memahami konteks pembicaraan, menghargai pemberi informasi dan tidak mendikte orang lain dalam komunikasi interpersonal ternyata tidak memberi pengaruhi yang bermakna tehadap kepuasan keluarga pasien. Jika dikaitkan dengan pernyataan Rakhmat (2007) menunjukkan ada kecenderungan petugas bersikap defensif dalam berkomunikasi interpersonal hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor personal dan situasional, tetapi hal ini tidak termasuk dalam dimensi penelitian ini. Hal ini menunjukkan keterbatasan dalam penelitian ini dan dapat menjadi bahan dalam penelitian selanjutnya.

5.4 Pengaruh Sikap Positif dalam Komunikasi Interpersonal terhadap Kepuasan Keluarga Pasien Rawat Inap di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

komunikasi interpersonal dengan kepuasan keluarga pasien rawat inap di RSUD ZA

Banda Aceh, diperoleh nilai probabilitas p (1,000), nilai ini lebih besar dari nilai α

(0,05), ini menunjukan hubungan yang tidak bermakna dari dimensi sikap positif dalam komunikasi interpersonal terhadap kepuasan keluarga pasien rawat inap di

RSUD ZA Banda Aceh pada taraf α (0,05), ini menunjukkan pengaruh yang tidak

bermakna dari dimensi sikap positif dalam komunikasi interpersonal petugas PKMRS

terhadap kepuasan keluarga psaien rawat inap RSUD ZA Banda Aceh pada taraf

α (0,05).

Menurut Rakhmat (2005) menyatakan bahwa sukses komunikasi antar pribadi banyak tergantung pada kualitas pandangan dan perasaan diri, positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang positif, akan lahir pola perilaku komunikasi antarpribadi yang positif pula. Sugiyo (2005) mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Komunikasi antar pribadi akan efektif jika seseorang mempunyai rasa positif terhadap dirinya dan dikomunikasikan kepada orang lain, akan membuat orang lain juga memiliki rasa positif, merasa lebih baik dan mempunyai keberanian untuk lebih berpartisipasi dalam setiap kesempatan sehingga bermanfaat untuk mengefektif kerjasaman (Thoha, 2007).

Orang yang memiliki konsep diri positif, bersikap optimis terhadap kompetisi, akan terungkap dari kemauannya bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Dari konsep positif ini lahir pola perilaku komunikasi antarpribadi yang

positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan kita dengan cermat pula (Rahmat, 2005).

Dari pengalaman dilapangan, kemauan responden untuk sikap positif agar komunikasi berlangsung efektif yang diwujudkan dengan tidak menilai orang yang berbicara, memahami konteks pembicaraan, menghargai pemberi informasi dan tidak mendikte orang lain dalam komunikasi interpersonal ternyata tidak memberi pengaruh yang bermakna terhadap kepuasan keluarga pasien. Jika dikaitkan dengan pernyataan Rahmat (2005) menunjukkan ada kecenderungan petugas bersikap negatif dalam berkomunikasi interpersonal hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor personal dan situasional, tetapi hal ini tidak termasuk dalam dimensi penelitian ini. Hal ini menunjukkan keterbatasan dalam penelitian ini dan dapat menjadi bahan dalam penelitian selanjutnya.

5.5 Pengaruh Kesetaraan dalam Komunikasi Intepersonal terhadap Kepuasan

Dokumen terkait