• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa data

Dalam dokumen AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK ETANO (Halaman 56-73)

1. Kurva pertumbuhan ditentukan dengan cara perhitungan absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS untuk mendapatkan fase log yang diharapkan memiliki jumlah bakteri 1x106 sel/ml.

pertumbuhan bakteri. (Rahmayanti, 2000)

3. Penetapan potensi dilakukan dengan membandingkan konsentrasi sampel ekstrak etanol daun asam jawa dengan konsentrasi antibakteri pembanding amoksisilin yang memberikan daya hambat yang sama, dapat dilihat dari jumlah bakteri yang tumbuh dari setiap konsentrasi. (Harmita dkk, 2005).

5.1. Hasil

1. Dari hasil identifikasi sampel daun asam jawa yang dilakukan Herbarium Bogoriensis, LIPI Puslit Biologi, menunjukkan bahwa yang digunakan adalah Tamarindus indica Linn. Dapat dilihat pada Lampiran 9.

3. Pembuatan kurva tumbuh untuk mendapatkan fase log dengan melihat absorbansi menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm. Jumlah sel/ml yang terlihat pada gambar 3 dan gambar 4 diperoleh dari kurva standar pada Lampiran 5.

1 10. 8 10. 6 10. 4 10. 2 1 0 9. 8 9. 6 9. 4 9. 2 0 1 2 3 4 5 6 Waktu (jam)

7. 5 7 6. 5 6 5. 5 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 W a ktu (ja m)

Gambar 4. Kurva tumbuh Staphylococcus aureus dalam medium NB

4. Pada uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun asam jawa dengan konsentrasi 1 mg/ml, dan 10 mg/ml terlihat bahwa konsentrasi tersebut tidak memberikan aktivitas antibakteri pada kedua bakteri uji sedangkan untuk konsentrasi 100 mg/ml, dan 1000 mg/ml dapat dilihat pula bahwa konsentrasi tersebut memberikan aktivitas antibakteri seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil perhitungan jumlah koloni bakteri yang dihambat dengan ekstrak etanol daun asam jawa

Bakteri uji Konsentrasi ekstrak etanol daun asam jawa

(mg/ml)

Jumlah rata-rata koloni bakteri Staphylococcus aureus 0 >300 1 > 300 10 > 300 100 0 1000 0 Escherichia coli 0 >300 1 > 300 10 >300 100 0 1000 0

uji seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil perhitungan jumlah bakteri yang mempunyai daya hambat minimum ekstrak etanol daun asam jawa

Bakteri uji Konsentrasi ekstrak etanol daun asam jawa

(mg/ml) Jumlah rata-rata koloni bakteri Nilai KHM (Konsentasi Hambat Minimum) Staphylococcus aureus 80 0 80 mg/ml 60 8 40 30 20 >300 0 >300 Escherichia coli 28 0 28 mg/ml 26 3 24 >300 22 >300 0 >300

5. Penetapan potensi dilakukan dengan membandingkan konsentrasi sampel ekstrak etanol daun asam jawa dengan konsentrasi antibakteri pembanding amoksisilin yang memberikan daya hambat yang sama, dapat dilihat pula dari jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada setiap konsentrasinya, seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Bakteri Uji

Pengujian Dengan Ekstrak etanol daun asam jawa

Pengujian Dengan Antibiotik Pembanding (Amoksisilin) Konsentrasi Ekstrak (mg/ml) Jumlah rata- rata koloni Bakteri Konsentrasi Amoksisilin (mg/ml) Jumlah rata- rat koloni Bakteri Staphylococcus aureus 80 0 0,04 0 60 8 0,03 >300 40 30 0,02 >300 20 >300 0,01 >300

Konsentrasi ekstrak etanol daun asam jawa 80 mg/ml sebanding dengan konsentrasi amoksisilin 0,04 mg/ml terhadap bakteri S. aureus

Escherichia coli 28 0 0,04 0 26 3 0,03 4 24 >300 0,02 >300 22 >300 0,01 >300

Konsentrasi ekstrak etanol daun asam jawa 28 mg/ml sebanding dengan konsentrasi amoksisilin 0,0,4 mg/ml terhadap bakteri E. Coli

5.2. Pembahasan

Berdasarkan literatur dan pengalaman masyarakat (empiris) daun asam jawa dapat digunakan sebagai obat tradisional, yaitu untuk obat luar seperti bisul dan obat dalam seperti sariawan, demam dan batuk (Soesilo,

1989). Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan obat antibakteri alternatif yang relatif aman dengan memanfaatkan daun asam jawa (Tamarindus indica Linn.) dan untuk menguji aktivitas antibakteri. Dalam hal ini, bakteri uji yang digunakan adalah S. aureus dan E. coli, karena

Pada penelitian ini digunakan daun asam jawa yang diperoleh dari daerah Rawa Lumbu Utara, Bekasi dan sudah diteliti kebenarannya di Laboratorium Herbarium Bogoriense, LIPI seperti yang terlihat pada Lampiran 10. Untuk melakukan pengujian aktivitas antibakteri digunakan ekstrak etanol daun asam jawa yang diperoleh dari 1 kg daun asam jawa yang direndam dengan etanol selama 1 malam proses ini dinamakan maserasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol karena etanol merupakan pelarut yang bersifat polar, universal dan mudah didapat. Zat aktif antibakteri daun asam jawa yang bersifat polar adalah flavonoid. Ekstrak dipisahkan dari pelarutnya dengan menggunakan vakum evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental lalu dimasukkan kedalam desikator untuk mendapatkan ekstrak kering kemudian dilakukan pengujian aktivitas antibakteri.

Sebelum melakukan pengujian kurva pertumbuhan bakteri harus ditentukan terlebih dahulu untuk mendapatkan fase log dimana pada fase ini bakteri sedang berada pada puncak pembelahan (Waluyo, 2007).

Pada awal inkubasi jumlah sel bakteri E.

coli adalah 2,9x109 sel/ml. Setelah menyesuaikan pada lingkungannya meningkat jumlah populasinya sehingga kurva meningkat tajam; tahap ini disebut juga fase log. Pada kurva pertumbuhan bakteri yang telah dicantumkan pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa fase log terjadi antara jam ke-2 sampai jam ke-4. Jumlah sel bakteri pada jam ke-2 meningkat menjadi 1,18x1010 sel/ml dan jam ke-4 jumlah sel bakterinya menjadi 1,11x1011 sel/ml. Setelah melihat fase log pada kurva

0,037 per jam yang dapat dilihat pada Lampiran 6 . Setelah itu bakteri mengalami kemunduran atau berkurangnya zat-zat makanan yang mengakibatkan bakteri mulai ada yang mati dan pembelahannya terlambat tahap ini disebut juga fase stationer, fase ini berlangsung pada jam ke-5 sampai jam ke-6.

Bakteri S. aureus memasuki awal inkubasi dengan jumlah bakteri 9,48x105 sel/ml. Fase log diketahui terjadi antara jam ke-2 sampai jam ke-5. Jumlah sel bakteri pada jam ke-2 meningkat menjadi 3,99x106 sel/ml dan jumlah sel bakteri pada jam ke-5 adalah 1,77x108 sel/ml. Setelah melihat fase log pada kurva pertumbuhan dapat diambil kesimpulan bahwa bakteri berada

dalam masa paling aktif pada jam ke-2,25 karena pada waktu ini nilai µ adalah 0,028 per jam yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Fase stationer untuk bakteri S. aureus yaitu pada jam ke-6 sampai dengan jam ke- 8.

Bakteri yang telah ditentukan masa paling aktifnya tersebut akan digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun asam jawa. Ekstrak etanol daun asam jawa yang digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu untuk mencegah supaya ekstrak tidak terkontaminasi. Sterilisasi yang digunakan adalah pasteurisasi, yaitu dengan memanaskan larutan sampel pada suhu 63˚C selama 30 menit. Proses ini yang dipilih karena dengan menggunakan suhu yang lebih tinggi ditakutkan akan merusak kandungan yang ada didalam ekstrak etanol daun asam jawa dan ekstrak akan terdenaturisasi.

relatif murah. Dikatakan mudah, dan relatif murah karena sel mikroba yang ditanam pada medium agar dapat dilihat secara langsung perkembangbiakannya dan pembentukan koloninya dengan mata tanpa menggunakan mikroskop

(Fardiaz dkk, 1989). Waktu inkubasi yang menunjukkan pertumbuhan optimum bakteri yaitu selama 24 jam, karena dalam media agar koloni muncul dalam waktu 24 jam (Kurniaisnaeni, 1999).

Pada uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun asam jawa dengan

konsentrasi 1 mg/ml, dan 10 mg/ml terlihat bahwa konsentrasi tersebut tidak memberikan aktivitas antibakteri pada kedua bakteri uji sedangkan untuk konsentrasi 100 mg/ml, dan 1000 mg/ml dapat dilihat pula bahwa konsentrasi tersebut memberikan aktivitas antibakteri seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi dari ekstrak etanol daun asam jawa dapat memberikan aktivitas antibakteri dengan jumlah bakteri yang sebanding dengan konsentrasi ekstrak etanol daun asam jawa, yaitu semakin besar konsentrasi ekstrak etanol daun asam jawa semakin besar pula bakteri yang terbunuh. Daun asam jawa mempunyai kandungan flavonoid

(Yuniarti, 2008). Menurut Mill dan Bone flavonoid mempunyai aktivitas antibakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Pada penentuan KHM ekstrak etanol daun asam jawa digunakan konsentrasi yang bervariasi, yaitu 20, 40, 60, dan 80 mg/ml untuk bakteri

atau bisa dikatakan bahwa ekstrak etanol daun asam jawa mempunyai daya hambat, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dalam hal ini, ekstrak etanol daun asam jawa mempunyai sifat bakterisidal,

yaitu bahan yang berkemampuan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri (Waluyo,

2007).

Penetapan potensi dilakukan dengan membandingkan konsentrasi sampel ekstrak etanol daun asam jawa dengan konsentrasi antibakteri pembanding amoksisilin yang memberikan daya hambat yang sama, dapat dilihat pula dari jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada setiap konsentrasinya, seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Dalam hal ini, untuk penetapan potensi digunakan amoksisilin sebagai antibakteri pembanding. Amoksisilin merupakan salah satu jenis obat yang fungsinya membunuh bakteri atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Kedua bakteri yang digunakan pada penelitian ini sangat sensitif terhadap amoksisilin

(Diyah dkk, 2005)

Ekstrak etanol daun asam jawa dan antibakteri pembanding (amoksisilin) dilarutkan dengan pelarut aquadest steril. Variasi konsentrasi amoksisilin yang digunakan pada antibakteri pembanding adalah 0,01, 0,02, 0,03, dan 0,04 mg/ml. Konsentrasi tersebut yang digunakan untuk kedua bakteri. Dari data tersebut konsentrasi pada amoksisilin dapat dibandingkan dengan konsentrasi pada ekstrak etanol daun asam jawa. Menurut farmakope Indonesia Edisi 3 tahun 1979 potensi ditetapkan dengan membandingkan dosis sediaan uji (ekstrak daun asam jawa)

pada biakan jasad renik yang peka dan sesuai. Dari variasi konsentrasi amoksisilin tersebut diketahui bahwa pada konsentrasi 0,04 mg/ml (40 ppm) amoksisilin pembanding sudah mempunyai daya hambat terhadap kedua bakteri, dalam hal ini bakteri yang digunakan adalah S. aureus dan E. coli. Dari hasil tersebut maka dapat dibandingkan bahwa dengan konsentrasi amoksisilin yang didapat yaitu

0,04 mg/ml (40 ppm) sebanding dengan 80 mg/ml (80000 ppm) ekstrak etanol daun asam jawa untuk bakteri S. aureus, sedangkan untuk bakteri E. coli dengan konsentrasi 28 mg/ml (28000 ppm) sebanding dengan 0,04 mg/ml (40 ppm). Dari perbandingan konsentrasi tersebut terlihat bahwa ekstrak etanol daun asam jawa mempunyai aktivitas antibakteri terhadap kedua bakteri uji.

Pada penelitian tentang aktivitas antibakteri telah diketahui bahwa ekstrak etanol daun asam jawa dapat menghambat bakteri baik Gram positif maupun Gram negatif. Tetapi potensi ekstrak etanol daun asam jawa terhadap kedua jenis bakteri uji masih sangat kecil dibandingkan dengan amoksisilin sebagai antibakteri pembanding. Hal ini disebabkan karena ekstrak etanol daun asam jawa yang digunakan bukan merupakan senyawa murni, sedangkan amoksisilin merupakan zat aktif antibakteri yang relatif murni.

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak etanol daun asam jawa (Tamarindus indica Linn) memiliki aktivitas antibakteri yang bersifat bakterisidal terhadap bakteri Escherichia coli

dan Staphylococcus aureus. Konsentrasi Hambat

Minimum(KHM) bakteri Staphylococcus aureus adalah 80 mg/ml dan bakteri Escherichia coli adalah 28 mg/ml.

2. Potensi ekstrak etanol daun asam jawa yang didapat adalah 80 mg/ml (80.000 ppm) yang setara dengan 0,04 mg/ml (40 ppm) amoksisilin terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan 28 mg/ml (28.000 ppm) ekstrak etanol daun asam jawa setara juga dengan 0,04 mg/ml (40 ppm) amoksisilin terhadap bakteri Escherichia coli.

6.2. Saran

Mengingat dalam penelitian ini percobaan yang dilakukan masih sangat terbatas maka, dapat disarankan untuk mencari zat aktif selain flavonoid dari daun asam jawa (Tamarindus indica Linn.) yang berfungsi sebagai antibakteri.

Agustini, D. D. Profil Daya Hambat Dari Kombinasi Antibiotik Terhadap Bakteri Escherichia coli. Diakses dari ht t p: / /ww w .maj a la h - f a r m ac ia . c om pada tanggal 1 Juni 2008

Amalia. L, Asep G. S., dan Elin, Y. S. Uji Aktivitas Antibakteri dan Antifungi Minyak Atsiri Beberapa Tanaman Suku Piperaceae. Skripsi Jurusan Farmasi ITB. Diakses dari ht t p: / /bah a n -a lam. fa .i t b. ac .id pada tanggal 14

Oktober 2008

Bonang, G. dan E.S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan Klinik. PT Gramedia. Jakarta. Hal 190

Cappucino, J.G. and N. Sherman. 1986. Microbiology : A Laboratory Manual. The Benjamin/Cummings Publishing Company. INC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.Hal 95-96

Diyah dan N. Wahyuning. Penggunaan Metode Spektrofotometer dengan Pereaksi Cu Untuk Penetapan Kadar Senyawa Aktif Amoksisilin. Diakses dari w w w.un a ir . ac.id pada tanggal 1 Juni 2008

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta. Hal 37-40

Fardiaz, S.1989. Penuntun Praktek Mikrobiologi Pangan. IPB-Press: Bogor. Hal 49- 51

Ganiswara, S.G., R.Setiabudy, F.D.Suyatna, Purwantyastuti dan Nafrialdi. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi keempat. UI-Press. Jakarta.Hal 560-570 Harmita dan Maksum. 2005. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 2. Departemen Farmasi

FMIPA UI. Jakarta.Hal 1-46

Hastowo. Sugyo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Pers. Jakarta

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. Yrama widya: Bandung

Katz, F.W. 1974. Microbiological Diffusion Assay, Operation Studied with Cooper

Equation. J. Pharm. Sci.

Krieg, N.R. and Holt. J. G. 1984. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, Vol 1. Baltimore. USA

Kurniaisnaeni, E. 1999. Konsentrasi Hambat Minimal Beberapa Antibiotika Terhadap Escherichia coli yang Diisolasi dari Feses Sapi. Skripsi. Universitas Pancasila. Jakarta

Mills, S. and Bone, K. 2000. Principles and Practise of Phytotheraphy. Modern Herbal Medicine. Churchill Livingstone. London

Nurhayati. 2004. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kapang Laut Terhadap

Staphylococcus aureus. Skripsi. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta Osman, A. 1998. Asam Jawa. Jabatan Sains Makanan. UPM

Pelczar. M.J. dan E.C.S. Chan. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 1. UI Press. Jakarta.Hal 106-113

Pelczar. M.J. dan E.C.S. Chan. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 2. UI Press. Jakarta. Hal 49-51

Primaharinastiti, R. 2004. Bioakumulasi Logam Berat Cu Oleh Bacillus sp. Penelitian Hayati. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Rahmayanti. 2000. Uji Efek Antibakteri dan Antijamur Ekstrak Etanol (70%) Campuran Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga Sw.), Daun Ketepeng Cina (Cassia alata Linn) dan Daun Pare (Momordica charantia Linn) Terhadap Beberapa Bakteri dan Jamur Penyebab Penyakit Kulit. Skripsi. FMIPA-UI. Jakarta

Sampurno. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan

Soesilo, S. D,Hargono dan S, Nurhayati. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal 14-16

Suharto dan A. Chatim. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. Hal 18-22

Volk, W.A dan Wheeler, M.F. 1990. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hal 148-154

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang

Warsa, U.C. Karsinah. L.H. Muharyo, Suharto dan Mardiastuti. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. Hal 103-154

Dalam dokumen AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK ETANO (Halaman 56-73)

Dokumen terkait