• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data dan Pembahasan

4.1.3 Lintasan III

Lintasan III terletak pada koordinat 03o38’475” LU dan 098o59’064” BT. Pengukuran data lapangan untuk lokasi ketiga dilakukan dengan posisi menyilang dengan garis pantai yang berjarak ± 0,98 km dari pinggir pantai dengan rentang pengukuran 200 m yang terbagi menjadi 32 titik dengan jarak spasi 5m. Dimana Lintasan III menyilang antara Lintasan I dengan Lintasan II.

Gambar 4.4. Penampang melintang reistivitas lapisan bawah permukaan bumi Lintasan III.

Gambar 4.4 memperlihatkan penampang melintang model inversi dengan kedalaman maksimal 28,7 m dan harga resistivitas berkisar antara 16,8 Ω.m -494 Ω.m dengan kesalahan iterasi 24,0 %. Dari bentuk penampang melintang pada gambar di atas terlihat bahwa susunan tiap lapisan bawah permukaan tidak selalu mendatar terhadap bidang vertikal, terdapat beberapa lapisan warna yang menunjukkan nilai reistivitasnya tersusun secara tidak beraturan dan bervariasi secara acak sesuai dengan nilai reistivitasnya masing – masing berdasarkan jenis material atau batuan yang dikandungnya.

Berdasarkan pada Tabel 4.2 dapat dilakukan pendugaan terhadap jenis material/ batuan yang ada sesuai dengan warna yang mewakilinya serta nilai resistivitasnya. dimana hasil pendugaan jenis material / batuan sementara dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi lapisan permukaan bawah tanah Lintasan III

Warna

Kontur Jenis Material / Batuan

Reistivitas (ohm.m)

biru tua – biru

Lapisan air tanah permukaan (groundwater) yang terdiri dari campuran pasir (sand), garam

16,8 Ω.m – 27,2 Ω.m

(clay) yang terendam air tawar.

Biru muda -

hijau muda

Lapisan air tanah permukaan (groundwater) yang terdiri dari campuran pasir (sand), garam batu (rock salt),aluvium (alluvium) dan lempung (clay) yang terendam air tawar dengan batuan tulis (shales). 44,1 Ω.m -71,5 Ω.m Hijau lumut - coklat

Lapisan air tanah bawah permukaan (groundwater) yang terdiri dari campuran batu tulis (shales), pasir (sand), kerikil (gravel) dan alluvium (alluvium)

116 Ω.m - 188 Ω.m

Orange – Ungu

Lapisan batuan yang terdiri yang terdiri dari campuran pasir (sand), garam batu (rock salt),alluvium (alluvium), kerikil (gravel) dan batu pasir (sandstones)

305 Ω.m - 494 Ω.m

Lapisan pertama dengan nilai resistivitas berkisar antara 116 Ω.m - 494 Ω.m diwakili oleh warna hijau lumut sampai ungu dengan kedalaman berkisar antara 1,25m – 6,38 m. Diduga pada lapisan ini terdapat material batuan berupa Lapisan batuan yang terdiri yang terdiri dari campuran pasir (sand), garam batu (rock salt),alluvium (alluvium), kerikil (gravel) dan batu pasir (sandstones). Lapisan serupa juga terdapat pada kedalaman ±12,4 m – ±24,0 m. Lapisan ini merupakan lapisan dengan susunan material yang lebih kompak sehingga memungkinkan untuk menyimpan air dalam volume yang lebih banyak dari pada lapisan pertama dan posisi lapisan ini terletak di bawah lapisan pertama sehingga penguapan air sebagai akibat penyinaran matahari lebih kecil.

Lapisan kedua dengan nilai resistivitas berkisar antara 71,5 Ω.m – 116 Ω.m yang diwakili oleh warna orange sampai ungu pada kedalaman ±6,38 m -±25,2 m. Diduga pada lapisan ini merupakan lapisan material yang terdiri dari

campuran material batu tulis, pasir, kerikil dan allluvium yang terendam sedikit air.

Lapisan ketiga dengan nilai resistivitas berkisar antara 16,8 Ω.m – 44,1 Ω.m yang diwakili oleh warna biru tua sampai biru muda dengan kedalaman berkisar antara ±6,38 m – ±28,7 m. Diduga pada lapisan ini terdapat beberapa campuran material yang terendam oleh air tanah permukaan (groundwater) yang terdiri dari pasir, garam batu, aluvium dan lampung. Lapisan ini merupakan lapisan paling bawah yang dimana pada lapisan ini merupakan lapisan yang mengandung air.

Dari seluruh lapisan pada Lintasan III yang ditunjukkan pada Gambar 4.4 mempunyai nilai resistivitas berkisar antara 16,8Ω.m - 494Ω.m. Dengan melihat Tabel 4.2 dapat diketahui nilai resistivitas yang terkena intrusi berkisar antara 0,5 Ω.m - 5 Ω.m. Pada Lintasan III ini juga tidak ditemukan adanya intrusi atau rembesan air laut ke daratan . Dimana pada lapisan tersebut nilai resistivitasnya minimumnya bernilai 16,8 Ω.m sehingga kemungkinan terkena intrusi air laut lebih kecil. Hal ini bisa juga disebabkan karena jarak dari bibir pantai jauh, semakin jauh jarak lokasi penelitian maka kemungkinan terjadi intrusi air laut semakin kecil begitu pula sebaliknya.

Dari ketiga lintasan pengukuran tidak ditemukan adanya intrusi air laut, hal ini dilihat dari nilai resistivitas batuannya yang nilainya resistivitasnya Lintasan I nilai resistivitasnya 27,9 Ω.m – 968 Ω.m, Lintasan II nilai resistivitasnya 14,0 Ω.m –508 Ω.m dan Lintasan III nilai resistivitasnya 16,8 Ω.m –494 Ω.m, dimana suatu lintasan terjadi intrusi jika nilai resistivitasnya 0, 5 Ω.m – 5 Ω.m. Ini bisa dipengaruhi faktor jarak dari garis pantai, kedalaman sumur, juga dipengaruhi oleh kondisi batuan atau struktur tanah penyusupan akifer tanah. Semakin dekat jarak pengukuran dengan pantai nilai resistivitasnya akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya semakin jauh jarak pengukuran dari bibir pantai maka nilai resistivitasnya makin besar. Dari Gambar 4.1 dapat kita lihat

lebih kecil yaitu 14 Ω.m sedangkan untuk lintasan pengukuran yang terjauh, lintasan I mempunyai nilai resitivitas yang lebih besar yaitu 27,9 Ω.m.

Pada ketiga Lintasan baik Lintasan I, Lintasan II dan Lintasan III hampir mempunyai lapisan batuan yang sama. Dengan melihat hasil pendugaan terhadap jenis material/ batuan yang diperoleh berdasarkan Tabel 4.2 diketahui jenis – jenis material batuan tiap lapisan tanah seperti Lempung, pasir, kerikil, batu pasir, dan batu kapur. Dimana tiap tipe batuan mempunyai nilai porositas yang berberbeda dan mempunyai nilai permeabilitas yang berbeda.

Porositas dan permeabilitas batuan juga sangat berpengaruh terjadinya intrusi air laut. Dengan melihat jenis material batuan diperoleh nilai porositas dan permeabilitas batuan berdasarkan Tabel 2.1. Dari tabel diketahui nilai porositas batuan berkisar antara 5% - 45 % , dimana batuan lempung memiliki nilai porositas paling besar, sedangkan yang paling kecil batuan kapur. Sedangkan nilai permeabilitas berkisar antara 0,0004m/hari – 4100m/hari, dimana lempung memiliki nilai permeabilitas yang cukup kecil sedangkan kerikil mempunyai nilai permeabilitas yang cukup besar.

Lempung merupakan batuan yang mempunyai nilai porositas yang paling besar, yang memungkinkan batuan ini mampu menahan air diantara rongga-rongga batuannnya. Lempung juga memiliki permeabilitas yang kecil, yang memungkinkan air sulit lolos melewati batuan tersebut. Semakin kecil rongganya semakin lambat alirannya. Jika rongganya sangat kecil, akan mengakibatkan molekul air akan tetap tinggal. Sedangkan batuan kerikil mempunyai nilai permeabilitas yang cukup besar yaitu 4100m/hari yang memungkinkan air mudah lolos. Air akan mudah lolos jika permeabilitas batuan besar dan mempunyai porositas yang kecil. Air akan mudah melewati suatu batuan jika terdapat tekanan yang besar, sehingga akan membuat air tertekan melewati batuan, jika permeabilitasnya besar akan memudahkan air melewatinya. Namun jika permeabilitasnya kecil dan mempunyai porositas besar akan membuat air tertahan

dan susah untuk melewati lapisan batuan tersebut, hal ini terjadi pada batuan lempung.

Intrusi air laut akan terjadi jika air laut meresap memasuki air bawah tanah, hal ini bergantung pada nilai permeabilitas dan porositasnya. Semakin kecil nilai permeabilitas suatu batuan maka semakin susah untuk dilewati air resapan dari laut. Karena rongga – rongga pada batuan tersedebut akan semakin kecil. Begitupula jika porositas batuan semakin besar kemungkinan air lolos semakin sukar. Hal ini dilihat dari kemampuan dari batuan tersebut manahan air. Jika porositasnya kecil air resapan laut akan mudah melewatinya.

Sejauh ini belum ditemukan adanya intrusi air laut, hal ini dimungkinkan karena banyak penduduk yang masih menggunakan sumur gali, hanya sebagian kecil penduduk yang menggunakan sumur bor. Jika pemakaian sumur bor semakin meningkat, kemungkinan terjadinya intrusi air laut akan semakin besar. Terjadinya penyedotan air bawah tanah yang berlebihan akan berakibat menurunnya permukaan tanah sampai beberapa meter. Air laut akan menyusup kedaratan ke dalam lapisan tanah yang mengandung air tawar akibat dari penurunan muka air tanah tersebut. Untuk itu diperlukan adanya perhatian dari pemerintahan daerah, untuk memberlakukan peraturan daerah tentang pembuatan sumur bor pada daerah tersebut. Dengan adanya peraturan daerah, memungkinkan penduduk untuk tidak melalakukan penggalian atau pembuatan sumur yang terlalu berlebihan.

Dokumen terkait