• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Data Perempuan Penarik Becak Motor dan Isu-isu Gender

RUMAH TANGGA

4.2.7. Analisa Data Perempuan Penarik Becak Motor dan Isu-isu Gender

Seperti yang kita ketahui, lingkungan kerja para penarik becak motor adalah lingkungan yang keras, sehingga perempuan penarik becak motor bila ingin tetap eksis di dalamnya haruslah mampu menyesuaikan diri dengan baik. Gender perempuan yang berpendapat bahwa seorang perempuan seharusnya adalah makhluk yang lemah lembut dan pengalah, tidak akan dapat diterapkan di tempat ini, karena disini para perempuan penarik becak motor adalah bread winner sama seperti para penarik becak laki-laki.

Dalam analisis gender, keberhasilan perempuan untuk menjadi atau mencapai posisi puncak bukanlah perkara yang sederhana. Mendobrak langit-langit kaca (The Glass Ceiling Theory) memperlihatkan bagaimana perempuan harus bekerja keras untuk mencapai posisi puncak yang selama ini menjadi ranah laki-laki.

Kerja keras perempuan penarik becak motor untuk dapat masuk dalam komunitas penarik becak laki-laki juga tidaklah mudah. Berbagai bentuk ketidakadilan gender juga pernah dialami oleh sebagian besar dari mereka. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang terjadi antara lain, streotipe (berupa pelabelan-pelabelan yang diterima para perempuan penarik becak motor dari penarik becak motor laki-laki. Anggapan atau pandangan yang mengatakan bahwa perempuan seharusnya memilih jenis pekerjaan yang lebih baik atau pantas atau setidaknya jenis pekerjaan yang dekat dengan aktivitasnya sehari-hari.

Sehingga pekerjaan sebagai penarik becak akan menimbulkan image negatif, baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan sendiri. Untuk kalangan perempuan sendiripun ada yang menganggap bahwa jenis pekerjaan ini sangat memalukan dan menjatuhkan kodrat kaum perempuan sendiri).

Pelecehan Seksual (bentuk pelecehan seksual yang mungkin akan terjadi

dalam interaksi kerja perempuan penarik becak motor dengan pihak lain (penarik becak motor laki-laki maupun masyarakat) adalah perempuan sebagai penarik becak motor hanya diangap sebagai pengganggu semata. Mereka akan diremehkan oleh sebagian penarik becak motor laki-laki yang merasa tidak senang akan keberadaan mereka disana. Bentuk pelecehan yang terjadi juga berupa ungkapan kata-kata kasar yang dilontarkan beberapa orang penarik becak laki-laki).

Penomorduaan (Pada konteks perempuan penarik becak motor. Mereka

kurang dapat bersaing, karena keterbatasan pengalaman, kurang adanya pengetahuan tentang seluk beluk becak, serta kurangnya penguasan jalan atau rute seperti seorang penarik becak motor ”tulen” atau penarik becak laki-laki, sehinga sebagian pihak (calon penumpang) kurang percaya pada kualitas perempuan penarik becak motor).

Beban Ganda (perempuan penarik becak motor biasanya selalu

mengalami kelebihan bobot kerja. Dimana mereka harus bekerja ekstra, baik di ruang lingkup domestik maupun publik guna membantu mengurus dan

menyediakan berbagai kebutuhan keluarganya. Hal ini didorong karena adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, sehingga mengakibatkan semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan).

Namun hal diatas bukan berarti akan menjadi hambatan dalam kasus perempuan yang bekerja sebagai penarik becak motor. Seharusnya dengan pendobrakan budaya yang dilakukan oleh para perempuan penarik becak motor dapat menjadi jembatan antara laki-laki dan perempuan untuk saling berkolaborasi dan bekerjasama. Sehingga perbedaan antara laki-laki dan perempuan karena konstruksi budaya dapat berangsur berubah.

Gender merupakan konsepsi yang mengharapkan kesetaraan status dan peranan antara laki-laki dan perempuan. Konsep gender melihat dan menggaris bawahi bahwa semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan yang bisa berubah dari waktu ke waktu berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Jadi streotipe-streotipe tentang laki-laki dan perempuan yang selama ini dianggap kodrat bukan suatu yang harga mati yang harus dipertahankan dalam rangka mendukung sistem patriarkhi yang tidak menyeimbangkan kesetaraan hubungan laki-laki dan perempuan.

Untuk itu perlu dilakukan pemberdayaan kaum perempuan. Tujuan pemberdayaan kaum perempuan adalah untuk menentang ideologi patriarkhi yaitu dominasi laki-laki dan subordinasi perempuan, merubah struktur dan pranata yang

memperkuat serta melestarikan diskriminasi gender dan ketidakadilan sosial (termasuk keluarga, kasta, kelas, agama, proses dan pranata pendidikan). Pendekatan pemberdayaan memberikan kemungkinan bagi perempuan miskin untuk memperoleh akses kepada dan penguasaan terhadap sumber-sumber material maupun informasi maka proses pemberdayaan harus mempersoalkan semua struktur dan sumber kekuasaan.

Berbagai reaksi yang beragam karena kehadiran perempuan penarik becak motor mungkin akan selalu ada dalam setiap perubahan nilai yang terjadi dalam suatu masyarakat, sehingga hubungan diantara keduanya hanya akan berjalan dengan baik bila diantara kedua belah pihak mampu bekerjasama dan saling menghargai pihak lain. Dimana perempuan menjadi mitra setara bagi kaum laki-laki dan kaum laki-laki-laki-laki dibebaskan dari peran penindasan dan pengeksploitasi dan dari streotipe gender yang pada dasarnya membatasi potensi laki-laki sebagaimana juga perempuan untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan kepribadian.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, maka ditemukan beberapa kesimpulan yang dapat dilihat sebagai berikut :

1. Becak motor sebagai salah satu angkutan tradisional atau alternatif ternyata masih sangat diperlukan dan bermanfaat bagi sebagian besar masyarakat di kota Medan. Keberadaan becak motor yang semakin menjamur belakangan ini ternyata ikut memberikan warna perubahan sehingga menjadi salah satu profesi yang dipilih beberapa perermpuan di kota Medan untuk alat bekerja.

2. Interaksi sosial yang terjadi antara sesama perempuan penarik becak motor berjalan dengan baik dan tidak pernah menagalami persaingan atau pertikaian selama bekerja. Begitu pula dengan interkasi yang terjadi antara perempuan penarik becak motor dengan penarik becak laki-laki. Hubungan interaksi diantara kedua belah pihak dapat dikatakan cukup baik, walaupun pernah ada beberapa orang dari pihak penarik becak laki-laki yang merasa tersaingi.

3. Perempuan penarik becak motor yang ada di kota Medan mempunyai latar belakang kehidupan sosial ekonomi menengah ke bawah. Oleh

sebab itulah mereka ikut turun tangan membantu suami mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya .

4. Keberadaan perempuan penarik becak motor yang ada di kota Medan pada saat ini belum begitu banyak, kalaupun terus mengalami peningkatan, keadaan mereka akan sulit di untuk amati atau dipantau karena masing-masing dari mereka memiliki tempat mangkal yang berbeda (menarik di wilayah yang berbaur).

5. Bentuk ketidakadilan gender yang pernah dialami oleh sebagian besar dari perempuan penarik becak motor antara lain : streotipe, pelecehan seksual, dan penomorduaan.

6. Keberadaan perempuan penarik becak motor selain memberikan keunikan tersendiri pada komunitas penarik becak motor di kota Medan, kehadiran mereka didalamnya adalah sebagai bukti perkembangan emansipasi kaum perempuan dewasa ini. Dimana tidak ada lagi pembatasan bagi kaum perempuan untuk dapat bekerja, termasuk menggeluti jenis pekerjaan yang dulunya hanya dikenal sebagai lahannya kaum laki-laki.

5.2. Saran

1. Kehadiran perempuan sebagai penarik becak motor memerlukan suatu kepercayaan diri yang sangat besar. Dimana mereka harus bersaing dengan kaum laki-laki yang notabene adalah “pemain lama” dalam jenis pekerjaan seperti ini. Namun pada akhirnya para perempuan penarik bacak motor dapat berbaur dan bekerjasama dengan kaum laki-laki dan menepiskan anggapan yang selama ini mengatakan bahwa perempuan adalah kaum yang lemah dan tidak akan mampu bersaing apalagi setara dengan kaum laki-laki.

2. Para perempuan penarik becak motor adalah contoh yang berani mengambil resiko dan membuat dirinya berguna baik bagi keluarganya maupun bagi dirinya sendiri. Sehingga diharapkan kemajuan dan partisipasi mereka tidak mendapat pandangan negative dari berbagai pihak. Namun sebaliknya, kita harus memberikan dukungan dan semangat kepada mereka ataupun perempuan-perempuan lain yang ikut bekerja guna membantu perekonomian keluarganya. Sehingga partisipasi perempuan tidak lagi hanya sebatas teori dan pendapat, tapi juga direalisasikan dalam pilihan model pekerjaan, apapun pekerjaan itu selama pekerjaan tersebut halal, tidak melanggar hukum, dan yang terpenting mereka senang mengerjakannya.

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Dokumen terkait