• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

H. Prosedur Pengumpulan Data

I. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa dan melalui beberapa tahap, pertama editing untuk melakukan pengecekan kelengkapan data. Kemudian data yang akan diukur diberi coding untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Selanjutnya tabulating untuk mempermudah analisa data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Setelah itu mengentry data kedalam komputer dan dilakukan dalam pengolah data dengan menggunakan tehnik

komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yaitu pemeriksaan semua data kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variable. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen faktor perilaku seksual yang meliputi multipartner seksual, aktivitas seksual usia dini, penyakit menular seksual dan variabel dependen resiko terjadinya kanker serviks.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variable terikat. Analisa yang digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji data Product Moment dengan mencari nilai korelasi ( r ), dimana

r = 0,00 – 0,25 = tidak ada hubungan/hubungan lemah r = 0,26 – 0,50 = hubungan sedang

r = 0,51 – 0,75 = hubungan kuat

r = 0,76 – 1,00 = hubungan sangat kuat/sempurna

Setelah didapatkan nilai korelasi ( r ), maka dicari nilai p (value) untuk mencari hubungan antara dua variabel, dimana jika nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, jika p (value) > 0,05 maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan untuk mengetahui hubungan perilaku seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini sampel yang diteliti adalah pasien rawat jalan yang berkunjung di poliklinik ginekologi yang didiagnosa kanker serviks berjumlah 51 orang.

A. Hasil Penelitian 1. Univariat

a. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini diteliti karakteristik responden berupa umur, pekerjaan, dan jumlah anak. Pada Tabel 5.1 diketahui bahwa umur responden dibagi kedalam empat kelompok, untuk umur pada kelompok umur 31-40 tahun terdapat sebanyak 39,2% (20 orang), kelompok umur 41- 50 tahun sebanyak 35,3% (18 orang), umur 51-60 tahun terdapat sebanyak 17,6% (9 orang), dan kelompok umur > 61 tahun terdapat sebanyak 7,8% (4 orang).

Pekerjaan suami responden, terbagi dalam dua kategori yakni yang bekerja di dalam kota dan bekerja di luar kota. Suami responden yang bekerja di dalam kota sebanyak 68,6% (35 orang), dan yang bekerja di luar kota sebanyak 31,4% (16 orang). Untuk jumlah anak responden di kelompokkan menjadi tiga kategori yakni tidak memiliki anak, memiliki anak <2 orang dan memiliki anak > 2 orang. Responden yang memiliki tidak memiliki anak sebanyak 9,8% (5 orang), memiliki anak < 2 orang

sebanyak 29,4% (15 orang) dan responden yang memiliki anak > 2 orang adalah sebanyak 60,8% (31 orang).

Kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umurm Dr. Pirngadi Medan jika dikelompokkan berdasarkan stadium awal (stadium 0 – IIa) dan Stadium lanjut (stadium IIb-IVb), maka diperoleh hasil yakni untuk stadium awal diketahui sebanyak 29,4% (15 orang) dan yang menderita kanker servik pada stadim lanjut sebanyak 70,6% (36 orang). Lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di RSU Dr. Pirngadi Medan

No Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1 Umur a. 31-40 tahun b. 41-50 tahun c. 51-60 tahun d. > 61 tahun 20 18 9 4 39,2 35,3 17,2 7,8 Total 51 100,0 2 Pekerjaan Suami a. Dalam Kota b. Diluar Kota 35 16 68,6 31,4 Total 51 100,0 3 Jumlah Anak

a. Tidak Punya Anak b. <2 orang anak c. > 2 orang anak 5 15 31 9,8 29,4 60,8 Total 51 100,0 4. Kanker Serviks a. Stadium Awal 15 29,4 b. Stadium Lanjut 36 70,6 Total 51 100,0 b. Perilaku Seksual

Untuk menganalisis perilaku seksual digunakan kuesioner, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 9. Dari 9 pertanyaan tersebut dibagi kedalam tiga kelompok yakni multipartner seksual sebanyak 2 pertanyaan, hubungan seksual usia dini sebanyak 1

pertanyaan dan penyakit menular seksual sebanyak 6 pertanyaan. Untuk hasil setiap pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Perilaku Seksual berdasarkan Pertanyaan kepada Responden di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

No Pertanyaan Jawaban Total Ya Tidak n % n % n % Multipartner Seksual

1 Perkawinan yang sekarang merupakan

perkawinan yang pertama 31 60,8 20 39,2 51 100 2 Ibu pernah berganti pasangan seksual 30 58,8 21 41,2 51 100

Hubungan Seksual Usia Dini

3 Ibu pernah melakukan seksual usia dibawah

20 tahun 19 37,3 32 62,7 51 100

Penyakit Menular Seksual

4 Ibu pernah mendengar penyakit pada alat

kelamin 35 68,6 16 31,4 51 100

5 Suami pernah menderita penyakit pada alat

kelamin 27 52,9 24 47,1 51 100

6 Ibu pernah menderita gatal-gatal pada alat

kelamin 35 68,6 16 31,4 51 100

7 Ibu pernah mengalami keputihan 29 56,9 22 43,1 51 100 8 Ibu pernah mengalami nyeri pada alat

kelamin saat melakukan hubungan seksual 37 72,5 14 27,5 51 100 9 Setelah melakukan hubungan seksual, ada

darah yang keluar 25 49,0 26 51,0 51 100

Variabel perilaku seksual yang terdiri dari tiga sub variabel yakni multipartner seksual, hubungan seksual usia dini dan penyakit menular seksual, setiap sub variabel dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu “Ya” dan “Tidak”. Setelah dilakukan pengkategorian diketahui responden yang melakukan multipartner adalah sebanyak 66,7% (34 orang) dan yang tidak melakukan multipartner sebanyak 33,3% (17 orang). Responden yang melakukan hubungan seksual dini adalah sebanyak 37,3% (19 orang) dan yang tidak melakukan hubungan seksual dini sebanyak 62,7% (32 orang).

Responden yang mengalami penyakit menular seksual sebanyak 62,7% (32 orang) dan yang tidak menderita penyakit menular seksual sebanyak 37,3% (19 orang). Lebih rinci dapat ditunjukkan pada Tabel 5.3 sebagai berikut :

Tabel 5.3. Distribusi Kategori Perilaku Seksual Responden di RSU Dr. Pirngadi Medan

No Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1 Multipartner Seksual a. Ya b. Tidak 34 17 66,7 33,3 Total 51 100,0

2 Hubungan Seksual Usia Dini a. Ya b. Tidak 19 32 37,3 62,7 Total 51 100,0

3 Penyakit Menular Seksual a. Ya b. Tidak 32 19 62,7 37,3 Total 51 100,0 2. Bivariat

Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji product moment didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang sedang antara multipartner seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi (r) 0,424 dengan nilai p (value) < 0,05, yaitu p (value) 0,001. Ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan dengan garis positif antara multipartner seksual dengan kanker serviks. Untuk variabel seksual usia dini, setelah dilakukan uji product moment, diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara seksual usia dini dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi (r) -0,126 dengan nilai p (value) > 0,05, yaitu p (value) 0,380. Dan untuk variabel penyakit menular seksual diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang sedang antara penyakit menular seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi (r) 0,465 dengan nilai p (value) < 0,05, yaitu p (value) 0,002.

Ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan dengan garis positif antara penyakit menular seksual dengan kanker serviks. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4. Hubungan Perilaku Seksual dengan Kanker Serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

No Variabel r P

1 Multipartner Seksual 0,424 0,002

2 Seksual Usia Dini -0,126 0,380

3 Penyakit Menular Seksual 0,465 0,001

B. Pembahasan

1. Distribusi Karakteristik Responden di RSU Dr. Pirngadi Medan

Dari penelitian yang telah dilakukan didapati hasil, berdasarkan umur responden mayoritas kanker serviks terjadi pada umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 20 orang (39,2 %). Menurut Aziz ( 2000 ), umumnya insiden kanker serviks sangat rendah dibawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan menetap pada usia 50 tahun. sedangkan karsinoma insitu mulai naik pada umur lebih awal dan puncaknya pada umur 30 – 34 tahun, dan mencapai puncak menetap pada usia 35 – 55 tahun dan kemudian terus menurun sesudah usia tersebut, sedangkan menurut Bendson penderita kanker serviks uteri rata-rata dijumpai pada umur 45 tahun serta menurut Davis dan peneliti lainnya mengemukakan dalam 1000 per 100.000 dari kanker epitalia dijumpai pada wanita umur 30 – 45 tahun.

Dari hasil penelitian didapati mayoritas pekerjaan suami bekerja didalam kota yaitu sebanyak 35 orang ( 68,6% ). Sekarang ini pekerjaan difokuskan pada pria yang

pasangannya menderita kanker serviks. Kanker serviks terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh pekerjaan suami saja, akan tetapi pekerjaan wanita itu sendiri juga dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks. Penelitian ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa ada hubungan kanker serviks dengan pekerjaan dimana para istri pekerja kasar 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks uteri dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan.

Kejadian kanker serviks di RSU dr. Pirngadi Medan mayoritas ditemukan pada responden yang mempunyai anak > 2 yaitu sebanyak 31 orang ( 60,8% ). Penelitian ini sesuai dengan pendapat Wijaya (2010) bahwa jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Sehingga, wanita yang mempunyai banyak anak atau sering melahirkan mempunyai risiko terserang kanker serviks lebih besar.

Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3–5 kali. Menurut teori pada umumnya kanker serviks paling banyak dijumpai pada wanita yang sering melahirkan walaupun kategori sering melahirkan belum ada keseragaman para ahli kanker memberi batasan 3-5 kali melahirkan. Kanker leher rahim stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun, sedang untuk stadium II lebih sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun. Kelompok usia 60-69 tahun merupakan proporsi tertinggi pada stadium III dan IV (FKM UH, 2008).

Pada umumnya penderita kanker serviks yang terjadi di RSU Dr. Pirngadi Medan mayoritas sudah stadium lanjut yaitu 36 orang (70,6%). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi I di Rumah Sakit Adam Malik Medan (2003) stadium III sebanyak (47,9%) dan stadium IV sebanyak (12,1%) . Dan ini dapat terjadi karena pada stadium awal biasanya tidak menunjukkan gejala yang khas dan

spesifik dari kanker serviks uteri. Menurut teori kanker serviks dapat dicegah dan dapat disembuhkan bila dideteksi secara dini pada stadium awal.

2. Hubungan antara Multipartner Seksual dengan Kanker Serviks

Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji product moment didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang sedang antara multipartner seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi (r) 0,424 dengan nilai p (value) < 0,05, yaitu p (value) 0,001. Ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan dengan garis positif antara multi partner dengan kanker serviks.

Perilaku seksual yang berupa berganti-ganti pasangan seks akan meningkat penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human Papilloma

Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan

vulva. Risiko terkena kanker serviks 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping (Minyakob, 2011).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lilis (2002) tentang karakteristik karsinoma serviks di RS Dr. Sardjito Yogyakarta yang menyatakan bahwa penderita kanker serviks memiliki riwayat perkawinan 1 kali (94,8%). Jumlah pasangan seksual yang banyak (>4 orang) merupakan faktor yang berhubungan erat dengan kejadian kanker serviks dan hal ini juga dapat meningkatkan derajat keparahan dari pasien (Rasjidi, 2008).

Selain jumlah pasangan, salah satu penyebab tingginya tingkat multipartner seksual juga dimungkinkan oleh pekerjaan yang dilakukan oleh suami. Dalam penelitian ini terdapat 31,4% ibu-ibu yang suaminya bekerja diluar kota. Hasil penelitian ini diasumsikan bahwa pada pekerjaan suami di luar kota memiliki risiko untuk seorang

penderita berada pada stadium lanjut yaitu karena suami berada jauh dari istri sehingga mereka sering melakukan hubungan seksual selain dengan istri. Namun untuk memperkuat asumsi ini, belum didapatnya penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pekerjaan seorang suami yang sering melakukan pekerjaan luar kota memiliki risiko tinggi bagi istri untuk menderita kanker serviks pada stadium lanjut.

3. Hubungan antara Seksual Usia Dini dengan Kanker Serviks

Variabel seksual usia dini, setelah dilakukan uji product moment, diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara antara seksual usia dini dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi (r) -0,126 dengan nilai p (value) > 0,05, yaitu p (value) 0,380. Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Aziz (2002), bahwa wanita menikah dibawah umur 20 tahun, biasanya 10-12 kali lebih besar kemungkinan terjadinya kanker serviks dari pada mereka yang menikah setalah usia diatas 20 tahun, dimana pada usia tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitif dan serviks remaja lebih rentan terhadap stimulus karsinogenik karena proses metaplasia skuamosa yang aktif, sehingga faktor ini dapat mengakibatkan seorang penderita kanker serviks berada pada stadium lanjut pada usia terdeteksinya kanker.

Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitin para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar dari pada usia lebih dari 20 tahun (Minyakob, 2011).

Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual, dimana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap

metaplasia selama usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat (Rasjidi, 2008)

Usia merupakan faktor yang penting dalam terjadinya kanker. Sebagian besar kanker banyak terjadi pada usia lanjut. Risiko terjadinya kanker meningkat 2 kali lipat setelah usia 35 hingga 60 tahun. Meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia. Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun sering dihubungkan dengan masa subur. Kehamilan sehat paling mungkin terjadi dan merupakan usia produktif dalam menapak karir. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kegemukan, kanker, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai menggerogoti di usia ini (Darwinian, edisi 3, 2006).

4. Hubungan antara Penyakit Menular Seksual dengan Kanker Serviks

Variabel penyakit menular seksual diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang sedang antara penyakit menular seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi (r) 0,465 dengan nilai p (value) < 0,05, yaitu p (value) 0,002. Ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan dengan garis positif antara penyakit menular seksual dengan kanker serviks.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di RS. Adam Malik Medan proporsi terbesar kasus kanker leher rahim terjadi pada kelompok responden yang pernah menderita infeksi kelamin ( 66,7 %). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0,000 ( p = 0,05 ) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang pernah

mengalami infeksi kelamin dengan kejadian kanker leher rahim. Nilai risiko pervalen 2,528 ( 95 % CI.1,698 – 3,764 ) berarti bahwa infeksi kelamin 2 kali lebih besar bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami infeksi, berarti bahwa kemungkinan orang yang pernah terkena infeksi kelamin akan mendapat resiko kanker leher rahim 2 kali lebih besar bila dibandingkan orang yang tidak pernah mengalami infeksi kelamin.

Pendapat ahli, dari beberapa pemeriksaan laboratorium terbukti 90 % penyebab kanker leher rahim adalah human papiloma virus ( HPV ) dimana HPV terdapat pada wanita yang secara aktif melakukan hubungan seksual atau melalui penyakit menular seksual juga hubungan seksual multi pasangan. HPV menyebabkan peradangan pada genetalia wanita. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa faktor resiko epidemiologi penyumbang terjadinya dan berkembangnya kanker leher rahim adalah infeksi yaitu infeksi HPV. Kurangnya pengetahuan deteksi dini dan hygene serta ganti pasangan dan pada umumnya gejala kanker leher rahim tidak tampak hanya ada keluhan seperti keputihan yang lama dan menahun sehingga infeksi merupakan faktor resiko untuk terjadinya kanker leher rahim serta proses yang lama 3 – 20 tahun untuk menjadi kanker invasive. Penelitian terkini juga mencatat hubungan yang kuat antara kanker leher rahim dengan virus papiloma squamosa.

Menurut Elisabeth perilaku seksual dimana resiko meningkat lebih dari 10 kali bila berhubungan seks dengan pria beresiko tinggi yang mengidap kandiloma akuminatum, kebersihan diri yang kurang baik sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual tidak membersihkan alat kelamin sehingga diperkirakan akan memudahkan terjadinya infeksi disamping kehidupan seks yang kurang sehat atau melakukan hubungan seks sewaktu menstruasi dimana infeksi terjadi akibat parasit sejenis tricomonan vaginalis memudahkan timbulnya kanker leher rahim.

Penyakit menular seksual atau penyakit kelamin adalah infeksi yang dapat ditransfer dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak seksual. Kontak seksual yang dimaksud meliputi ciuman, oral-genital dan pengguna mainan seks seperti vibrator (Admin, 2011). Penyakit menular seksual pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri. Beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus antara lain adalah HIV, Genital Herpes, Hepatitis B dan HPV. Selain itu penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain Chlamydia trachomatis, Gonore, dan sifilis (Admin, 2011).

Gejala-gejala yang ditemukan pada penyakit menular seksual pada wanita antara lain keluarnya cairan yang tidak lazim dari vagina, nyeri pada saat bersenggama, rasa panas, perih dan ketidaknyamanan selama buang air kecil, rasa sakit pada perut, pinggul dan kaki, terjadi pembengkakan, lecet, luka terbuka, kutil atau ruam didaerah alat kelamin, mengalami demam, sakit kepala dan pembesaran kelenjar. Perempuan yang telah mengidap penyakit menular seks seperti AIDS, Gonorrhoea A lebih rentan terhadap kanker serviks (Admin, 2011).

5. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian, dari proses pengumpulan data sampai penyajian hasil. Hal ini disebabkan keterbatasan pengelolaan dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti hubungan perilaku seksual yang meliputi multipartner seksual, aktivitas seksual usia dini dan penyakit menular seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks dan tidak meneliti faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.

6. Implikasi untuk asuhan kebidanan

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perilaku seksual yang meliput multipartner seksual dan penyakit menular seksual ada hubungan dengan risiko terjadinya kanker serviks. Dalam pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya kepada bidan dalam memberikan perhatian terhadap pelayanan kesehatan wanita khususnya pada alat reproduksi wanita serta memberikan informasi yang jelas dan benar tentang faktor – faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks serta bagaimana pencegahan agar tidak terjadi kanker serviks.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik penderita kanker serviks adalah kelompok umur 31-40 tahun 39,2%, pekerjaan suami mayoritas bekerja di dalam kota medan yakni sebanyak 68,6%, jumlah anak responden mayoritas adalah anak > 2 orang sebanyak 60,8%, responden mayoritas tidak multiparner seksual sebesar 66,7%, responden mayoritas tidak melakukan hubungan seksual usia dini 62,7%, responden moyoritas menderita penyakit menular seksual yakni 62,7% dan penderita menderita kanker serviks pada stadium lanjut 70,6%.

2. Ada hubungan yang bermakna antara multipartner seksual dengan kanker serviks (p=0,002), dan penyakit menular seksual dengan kanker serviks (p=0,001).

3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara seksual usia dini dengan kanker serviks (p=0,380)

B. Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan diharapkan agar lebih mensosialisasikan tentang pemeriksaan kanker serviks pada wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual, agar dapat mendeteksi penyakit lebih dini.

2. Kepada kaum wanita diharapkan agar lebih memperhatikan tanda dan gejala serta faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks dan segera memeriksakan

diri apabila timbul kelainan yang dialami pada alat reproduksi sehingga kanker serviks yang ditemukan dalam stadium dini dan dapat ditangani segera.

3. Kepada para bidan diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks dan menganjurkan kepada para wanita yang telah aktif secara seksual untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear untuk mendeteksi secara dini terjadinya kanker serviks.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2011). Penyakit Menular Seksual Pada Wanita.

American Cancer Society , (2007) , Cancer Facts & Figures, Atlanta : American Cancer Society.

American Cancer Society, (2008), Cancer Prevention & Early Detection Facts &

Figures, Atlanta: American Cancer Society.

Aziz. Soepardiman. Nuranna. (2000). Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Darwinian. A. (2006). Gangguan Kesehatan Pada Setiap Periode Kehidupan

Wanita. Smart living. Edisi ke – 3.Jakarta.

Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika.

Machfoedz. (2009). Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Fitramaya.

Notoatmodjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Nurwijaya, H., Andrijono, Suheimi, H. (2002). Cegah dan Deteksi Kanker serviks.

Jakarta: Gramedia.

Pangkahila, W. (2005). Perubahan Perilaku seksual dan Akibatnya.

20 Desember 2011.

Rasjidi I. (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologiberdasarkan Evidence Base. Jakarta: EGC.

Rasjidi I. (2008). Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Sugeng Seto.

Rasjidi I. (2009). Deteksi Dini & Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta: Sugeng Seto.

Sarwono. (2010) Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sukaca, B. (2009). Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks (Leher Rahim). Yogyakarta: Genius Publisher.

Wijaya, D., 2010, Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks, Yogyakarta : Sinar Kejora.

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth,

Calon Responden Penelitian Di-

Tempat

Dengan Hormat,

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik pada Fakultas Keperawatan USU, saya akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Perilaku Seksual Dengan Risiko Terjadinya Kanker Serviks Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012”

Untuk maksud tersebut saya memerlukan data/ informasi yang nyata dan akurat dari saudara melalui pengisian kuisioner yang akan saya lampirkan pada surat ini. Saudara berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun penelitian ini dangat berdampak terhadap kemajuan dalam bidang kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Bila saudara setuju terlibat dalam penelitian ini, mohon menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden yang telah disediakan dan mohon menjawab pertanyaan dalam kuisioner dengan sejujurnya.

Kesediaan dan perhatian saudara sangat saya harapkan dan atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

DEWI SANDRA LUBIS Nim. 115102036

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Program Studi D-IV Bidan Pendidik pada Fakultas Keperawatan USU dengan judul “Hubungan Perilaku Seksual Wanita Dengan Risiko Terjadinya Kanker serviks Di RSU Dr. Pirngadi Medan

Dokumen terkait