• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Seksual Wanita Dengan Risiko Terjadinya Kanker Serviks Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Perilaku Seksual Wanita Dengan Risiko Terjadinya Kanker Serviks Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

KANKER SERVIKS DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012

DEWI SANDRA LUBIS NIM. 115102036

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

Hubungan Perilaku Seksual dengan Risiko Terjadinya Kanker Serviks di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

Dewi Sandra Lubis DIV Bidan Pendidik Tahun 2012

ABSTRAK

Latar belakang : Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim, yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang letaknya antara rahim dengan liang senggama wanita. Dari studi epidemiologi kanker serviks berhubungan kuat dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti mitra seks, usia saat melakukan hubungan seks yang pertama. Risiko lebih meningkat lebih dari 10x bila mitra seks 6 atau lebih, atau melakukan hubungan seks pertama dibawah umur 15 tahun.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan perilaku seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks di RSU dr. Pirngadi Medan.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional . Jumlah sampel 51 orang penderita kanker serviks. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan aksidental sampling . Penelitian ini dilakukan di poliklinik ginekologi RSU dr. Pirngadi Medan. Analisa data digunakan uji product moment.

Hasil : Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji produck moment didapatkan hasil bahwa ada hubungan sedang antara multipartner seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi ( r ) 0,424 dengan nilai p (value) < 0,05, yaitu p (value) 0,001. Untuk variabel aktivitas seksual usia dini setelah dilakukan uji statistik bahwa tidak ada hubungan antara seksual usia dini dengan kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi ( r ) -0,126 dengaan nilai p (value) > 0,05 yaitu p (value) 0,380. Dan untuk variabel penyakit menular seksual diperoleh hasil bahwa ada hubungan sedang antara penyakit menular seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks dan didapati nilai korelasi ( r ) 0,465 dengan nilai p (value) 0,001.

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar lebih mensosialisasikan tentang pemeriksaan kanker serviks pada wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual, agar dapat mendeteksi penyakit kanker serviks lebih dini

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH yang maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan judul “ Hubungan Perilaku Seksual Wanita Dengan Risiko Terjadinya Kanker Serviks Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012”.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah banyak memperoleh bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, Mkes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Sarah Dina, SpOG (K) selaku pembimbing karya tulis ilmiah yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat pada penulis semoga Allah memberikan balasan yang setimpal untuknya.

4. Febriona Oktavinola Kaban, SST. MKeb selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah.

5. Diah Lestari Nasution, SST. MKeb selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah.

(6)

7. Seluruh staf dan dosen program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang secara langsung banyak memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani pendidikan.

8. Orang Tua, suami dan anak-anak yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Seluruh teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari apa yang dikatakan sempurna. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam kesempurnaan karya tulis ilmiah nantinya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2012

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

1. Bagi Praktek Kebidanan ... 5

2. Bagi Pendidikan Kebidanan ... 5

3. Bagi Penelitian Kebidanan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Serviks ... 6

1. Defenisi Kanker Serviks... 6

2. Faktor Penyebab Terjadinya Kanker Serviks ... 6

3. Gejala Kanker Serviks ... 7

4. Faktor Resiko Terjadinya Kanker Serviks ... 8

5. Perkembangan Penyakit Kanker Serviks ... 10

6. Stadium Klinis Kanker Serviks ... 11

7. Pencegahan Kanker serviks……… 12

B. Perilaku Seksual ... 12

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual...14

(8)

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep ... 17

B. Hipotesis ... 17

C. Definisi Operasional ... 18

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 19

B. Populasi dan Sampel ... 19

C. Tempat Penelitian ... 21

D. Waktu Penelitian ... 21

E. Etika Penelitian ... 21

F. Instrumen Penelitian ... 22

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 22

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 23

I. Analisa Data ... 23

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Stadium klinis kanker serviks……… 12 Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden kanker serviks di RSU

Dr. Pirngadi Medan ……… ……….. 26 Tabel 5.2 Distribusi perilaku seksual berdasarkan pertanyaan kepada responden

di RSU Dr. Pirngadi Medan ……….. 27 Tabel 5.3 Distribusi kategori perilaku seksual responden di RSU Dr. Pirngadi Medan………..……….. 28 Tabel 5.4 Hubungan Perilaku Seksual dengan Kanker Serviks di RSU

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Lampiran 4 : Lembar Conten Validity Lampiran 5 : Lembar Master Tabel Lampiran 6 : Out put Data Penelitian Lampiran 7 : Surat Izin Peneitian Lampiran 8 : Balasan Surat Penelitian

(12)

Hubungan Perilaku Seksual dengan Risiko Terjadinya Kanker Serviks di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

Dewi Sandra Lubis DIV Bidan Pendidik Tahun 2012

ABSTRAK

Latar belakang : Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim, yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang letaknya antara rahim dengan liang senggama wanita. Dari studi epidemiologi kanker serviks berhubungan kuat dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti mitra seks, usia saat melakukan hubungan seks yang pertama. Risiko lebih meningkat lebih dari 10x bila mitra seks 6 atau lebih, atau melakukan hubungan seks pertama dibawah umur 15 tahun.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan perilaku seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks di RSU dr. Pirngadi Medan.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional . Jumlah sampel 51 orang penderita kanker serviks. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan aksidental sampling . Penelitian ini dilakukan di poliklinik ginekologi RSU dr. Pirngadi Medan. Analisa data digunakan uji product moment.

Hasil : Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji produck moment didapatkan hasil bahwa ada hubungan sedang antara multipartner seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi ( r ) 0,424 dengan nilai p (value) < 0,05, yaitu p (value) 0,001. Untuk variabel aktivitas seksual usia dini setelah dilakukan uji statistik bahwa tidak ada hubungan antara seksual usia dini dengan kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi ( r ) -0,126 dengaan nilai p (value) > 0,05 yaitu p (value) 0,380. Dan untuk variabel penyakit menular seksual diperoleh hasil bahwa ada hubungan sedang antara penyakit menular seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks dan didapati nilai korelasi ( r ) 0,465 dengan nilai p (value) 0,001.

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar lebih mensosialisasikan tentang pemeriksaan kanker serviks pada wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual, agar dapat mendeteksi penyakit kanker serviks lebih dini

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang menuju negara industri yang akan membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit di masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat berkembang ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada gilirannya dapat memacu meningkatnya penyakit tidak menular disamping penyakit menular. Salah satu dari penyakit tidak menular adalah kanker (Diananda, 2009).

Kanker merupakan penyakit yang timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim, indung telur, dan vagina (Mangan, 2003). Menurut data dari WHO (World Health Organization), tahun 2006 setiap tahun, jumlah penderita kanker bertambah mencapai 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun mendatang, diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker (Setiati, 2009).

(14)

berjumlah 2.429 atau sekitar 25,91% dari seluruh kanker yang ditemukan di Indonesia (Wijaya, 2010).

Menurut perkiraan Departemen Kesehatan Republik Indonesia saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.

Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi, jumlah penderita kanker serviks pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahun 2000 sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 683 kasus. Kota Medan sendiri mempunyai prevalensi kejadian kanker serviks sebanyak 49 per 100.000 wanita pada tahun 2008 (Pardede, dkk, 2008). Data dari RSU Dr. Pirngadi Medan menunjukkan pada tahun 2010 terdapat pasien kanker serviks yang dirawat inap sebanyak 48 pasien dan tahun 2011 terdapat 51 pasien. Berdasarkan data diatas terjadi peningkatan kasus penyakit kanker serviks tiap tahunnya di RSU tersebut.

Penelitian yang dilakukan RSCM bekerjasama dengan Universitas Leiden, Belanda (2000), menunjukkan HPV (Human Papilloma Virus) ditemukan pada 96% penderita kanker serviks. HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70 persen kasus kanker serviks di dunia. Infeksi HPV sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual.

(15)

Multipartner seksual merupakan hubungan seksual yang dilakukan lebih dari satu pasangan seksual. Perilaku seksual berganti-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi HPV dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih (Penyakit, 2011).

Sekitar 20% Prevalensi tertinggi terjadinya kanker serviks dijumpai pada perempuan yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan yang terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker serviks dua kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun (Wijaya, 2010).

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual. Berdasarkan data epidemiologi kanker serviks merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh HPV. Penyakit menular seksual pada wanita dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks (Admin, 2011).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan, didapati data dari Rekam medik RSU Dr.Pirngadi terdapat 102 pasien kanker serviks yang berkunjung ke poliklinik ginekologi pada tahun 2011.

(16)

B. Rumusan Masalah

Tingginya angka kejadian kanker serviks yang terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh infeksi HPV, terdapat juga faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks diantaranya berganti-ganti pasangan, aktivitas seksual usia dini, dan penyakit menular seksual. Berdasarkan hal diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan faktor perilaku seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara faktor perilaku seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks di poliklinik ginekologi RSU Dr. Pirngadi Medan.Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui hubungan multi partner seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks di poliklinik ginekologi RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012.

b. Untuk mengetahui hubungan aktivitas seksual usia dini dengan risiko terjadinya kanker serviks di poliklinik ginekologi RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012.

(17)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktek Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan dan rumah sakit dalam rangka meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan terhadap penderita kanker serviks.

2. Bagi Pendidikan Kebidanan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tentang hubungan faktor perilaku seksual dengan resiko terjadinya kanker serviks.

3. Bagi Penelitian Kebidanan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Serviks

Kanker serviks adalah suatu penyakit kanker terbanyak kedua di seluruh dunia yang mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa Negara menjadi penyebab kanker terbanyak pada wanita dengan kontribusi 20-30%. Di Negara berkembang keganasan pada serviks merupakan penyebab kematian nomor dua. Setiap tahun di seluruh dunia terdapat 600.000 kanker serviks invasif baru dan 300.000 kematian (Sarwono, 2006).

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papilloma

Virus). Berdasarkan data epidemiologik dapat dikatakan kanker serviks merupakan

penyakit menular seksual. Ada beberapa faktor resiko yang diperkirakan berhubungan dengan kanker serviks, di antaranya ialah berganti-ganti pasangan, aktivitas seksual usia sangat muda yang kesemuanya merupakan perilaku seksual yang mempermudah infeksi patogen (Sarwono, 2006).

1. Defenisi kanker Serviks

Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim, yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kea rah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina) (Wijaya, 2010).

2. Faktor Penyebab Penyakit Kanker Serviks

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papilloma

Virus). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan

(19)

HPV adalah kelompok virus yang terdiri dari 150 jenis virus yang dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit. Ada 30 hingga 40 jenis HPV yang menyebabkan penyakit kelamin. Beberapa jenis HPV menyebabkan kulit pada kelamin. Jenis lain menyebabkan kanker serviks. 13 jenis HPV (16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, dan 69) yang menyebabkan kanker disebut HPV resiko tinggi yang ditularkan melalui hubungan seks. Tipe yang paling berbahaya adalah jenis HPV 16 dan 18 yang menyebabkan 70% penyakit kanker serviks (Nurwijaya.et.al, 2002).

3. Gejala Kanker serviks

Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan ditemukannya sel-sel abnormal. Sering kali pula kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks barulah muncul gejala-gejala kanker serviks sebagai berikut :

a. Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan seksual (contact bleeding).

b. Perdarahan vagina yang tidak normal, seperti perdarahan di luar silkus menstruasi, perdarahan di antara periode menstruasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, dan perdarahan setelah menopause.

c. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal. d. Penurunan berat badan secara drastis

(20)

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi terjadinya Kanker Serviks

Faktor resiko adalah faktor yang memudahkan terjadinya infeksi virus HPV dan faktor lain yang memudahkan terjadinya kanker serviks. Menurut American Cancer

Society, tahun 2008, faktor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks

pada wanita adalah :

a. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) adalah virus yang tersebar luas menular melalui hubungan seksual. Infeksi HPV telah diidentifikasi sebagai faktor resiko yang paling utama untuk kanker serviks. Di antara lebih dari 125 jenis HPV terdapat jenis HPV yang agresif (HPV 16 dan 18) yang dapat menyebabkan transformasi sel-sel menjadi ganas di serviks.

b. Kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama dari 4 atau 5 tahun dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks sebesar 1,5 – 2,5 kali. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitive terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga beresiko untuk terjadinya kanker serviks (Hidayati, 2001).

c. Merokok

(21)

d. Umur

Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual (pervalensi 5-10%). Meski infeksi HPV seiring pertambahan usia, namun sebaliknya resiko infeksi menetap/persisten justru meningkat. Hal ini diduga karena seiring pertambahn usia, terjadi perubahan anatomi (retraksi) dan histology (metaplasia) (Wijaya, 2010).

e. Frekuensi Kehamilan

Jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita juga meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks. Sehingga, wanita yang mempunyai banyak anak atau sering melahirkan mempunyai resiko terserang kanker serviks lebih besar (Nurwijaya.et.al, 2010).

f. Pendapatan atau status sosial ekonomi

Tingkat penghasilan secara langsung berhubungan dengan standar hidup, para wanita berpendapatan rendah hamper lima kali lebih tinggi beresiko terkena kanker serviks daripada kelompok wanita yang berpendapatan lebih tinggi. Kemiskinan yang mengakibat ketidakmampuan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan yang baik dan tidak dapat membayar biaya-biaya tes kesehatan yang cukup mahal (Nurwijaya.et.al, 2002)

g. Pendidikan

(22)

berkaitan dengan tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Surbakti E (2004) dalam Melva (2008). pendidikan mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian kanker serviks dengan kata lain penderita kanker serviks yang berpendidikan rendah merupakan faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kanker serviks.

h. Pekerjaan

Menurut Teheru (1998) dan Hidayati (2001) dalam Melva (2008) terdapat hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar, seperti buruh, petani memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan wanita pekerja ringan atau bekerja di kantor. Dua kejadian yang terpisah memperlihatkan adanya hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan. Para istri pekerja kasar 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan, kebanyakan dari kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok sosial ekomoni rendah, mungkin standar kebersihan yang tidak baik pada umumnya faktor sosial ekomoni rendah cenderung memulai aktifitas seksual pada usia lebih muda.

5. Perkembangan Penyakit Kanker Serviks.

(23)

Tahapan perkembangan sel-sel abnormal hingga menjadi kanker serviks adalah sebagai berikut :

a. Cervical Intraepithalial Neoplasia I (CIN I) atau Low Grade Squamous

Intraepithalial Lesions (LSILs). Dalam tahap ini terjadi perubahan yaitu sel yang

terinfeksi HPV onkogenik akan membuat partikel-partikel virus baru.

b. Cervical Intraepithalial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade Squamuos

Intraepithalial Lesions HSILs). Dalam tahap ini, sel-sel semakin menunjukkan

gejala abnormal prakanker.

c. Cervical Intraepithalial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini, lapisan

permukaan serviks dipenuhi dengan sel-sel abnormal dan semakin abnormal. d. Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang menjadi atau

menunjukkan kehadiran lesi prakanker, seperti CIN I, CIN II, CIN III, dan

Carcinoma in situ (CIS).

e. Kanker serviks yang semakin invasive yang berkembang dari CIN III (Wijaya, 2010).

6. Stadium Klinis Kanker Serviks

(24)

Tabel 2.1 Stadium Klinis kanker Serviks menurut FIGO 2000 No Stadium Keterangan

1 Stadium 0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepithelial

2 Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan)

3 Stadium Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya tidak lebih dari 7 mm

4 Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

5 Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

6 Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari Ia

7 Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm 8 Stadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm

9 Stadium II Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul.

10 Stadium IIa Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium

11 Stadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul

12 Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain. 13 Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium

belum mencapai dinding panggul

14 Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal

15 Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduksi

16 Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum 17 Stadium IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

7. Pencegahan Kanker Serviks

(25)

menghindari faktor resiko yang dapat dikontrol. Cara-cara pencegahan primer adalah sebagai berikut:

a. Tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja b. Batasi jumlah pasangan

c. Menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai banyak pasangan d. Menolak berhubungan seksual dengan orang terinfeksi genital

e. Hubungan seksual yang aman f. Berhenti merokok.

Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan cara uji pap smear dengan teratur. Hal ini dapat dilakukan pada :

a. Semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan seksual.

b. Bila telah tiga kali pap smear dan hasilnya normal maka pemeriksaan akan lebih jarang.

c. Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim.

d. Wanita yang telah menopause masih dibutuhkan pemeriksaan uji pap.

B. Perilaku Seksual

(26)

keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual, dan sebagainya. Perilaku seksual merupakan hasil interaksi kepribadian dengan lingkungan sekitarnya (Bachtiar, 2004).

Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai bentuk perilaku, namun tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual. Ekspresi dorongan seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman, baik secara fisik, psikis, maupun sosial (Tito, 2004).

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Menurut Pengkahila (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menyalurkan dorongan seksual yang berbeda-beda antara lain :

a. Pengalaman seksual. Semakin banyak pengalaman mendengar, melihat, dan mengalami stimulus, maka semakin kuat pula stimulus yang dapat mendorong perilaku seksual. Misalnya media massa (film, internet, gambar, atau majalah), obrolan dari teman atau pacar tentang pengalaman seksual, melihat orang-orang yang tengah berpacaran atau melakukan hubungan seksual.

b. Faktor kepribadian, seperti harga diri, kontrol diri, tanggungjawab, kemampuan membuat keputusan, dan nilai-nilai yang dimiliki.

c. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan. Bila seseorang memiliki penghayatan yang kuat terhadap nilai-nilai ini, maka integritas yang selaras dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari perilaku yang produktif.

(27)

digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggungjawab.

2. Bentuk Perilaku Seksual yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks.

Perilaku seksual yang dapat menyebabkan resiko terjadinya kanker serviks meliputi:

a. Berganti-ganti pasangan seksual

Perilaku seksual yang berupa bergonta-ganti pasangan seks akan meningkat penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human

Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker

serviks, penis, dan vulva. Resiko terkena kanker serviks 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi factor pendamping (Minyakob, 2011).

b. Aktivitas seksual usia dini

Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitin para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar dari pada usia lebih dari 20 tahun (Minyakob, 2011).

c. Melakukan hubungan seksual dengan pria yang tidak disunat

(28)

Kondisi kepala penis yang tertutup cenderung lembab, sehingga disukai oleh HPV (Anomnurcahyadi, 2011).

d. Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual atau penyakit kelamin adalah infeksi yang dapat ditransfer dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak seksual. Kontak seksual yang dimaksud meliputi ciuman, oral-genital dan pengguna mainan seks seperti vibrator (Admin, 2011).

1) Penyebab penyakit menular seksual dan jenis penyakit menular.

Penyakit menular seksual pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri. Beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus antara lain adalah HIV, Genital Herpes, Hepatitis B dan HPV. Selain itu penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain Chlamydia trachomatis, Gonore, dan sifilis (Admin, 2011).

(29)

C. Pap Smear

Semua wanita yang berseksualitas aktif hendaknya melakukan Pap Smear secara teratur. Pemeriksaan Pap Smear untuk pertama kali harus dilakukan segera setelah wanita tersebut muali melakukan hubungan seksual dan harus diulangi setelah 1 tahun, karena sel-sel abnormal dapat terluput dari sekali pemeriksaan. Jika tidak didapati kelainan pada salah satu hasil pemeriksaan Pap Smear, pemeriksaan dapat dilakukan secara teratur dengan interval 2 tahun.

1. Defenisi

Pap Smear adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio dan endoserviks uteri untuk penentuan adanya perubahan praganas maupun ganas di porsio atau serviks uteri (Soetomo, 2000).

2. Tujuan pemeriksaan Pap Smear

a. Menemukan sek abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV.

b. Mendeteksi adanya pra kanker.

c. Mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. d. mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan serviks uteri. 3. Syarat pengambilan Pap Smear

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap Smear adalah sebagai berikut:

a. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.

(30)

c. Hubungan intim tidak boleh dilakukan selama 24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.

d. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.

e. Hindari penggunaan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum pemeriksaan.

f. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada beberapa obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel.

4. Teknik pengambilan sediaan

a. Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan pap test yaitu : 1) Formulir konsultasi sitologi.

2) Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.

3) Kaca benda yang satu sisinya telah diberikan tanda/label. 4) Tabung berisikan larutan fiksasi alkohol 95%

b. Cara pengambilan sediaan:

1) Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah spesimen diisi, pastikan bahwa preparat diberi label yang menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita.

2) Gunakan sarung tangan.

(31)

4) Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang ujungnya sedikit runcing/pengerik plastik mengenai dan masuk kedalam mulut eksterna serviks dan tekan. Ambil spesimen kanalis servikalis dengan memutar spatula satu lingkaran penuh.

5) Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan dengan normal saline. Insersi aplikator tersebut ke dalam saluran serviks 2 cm dan putar 360º.

6) Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm kedalam saluran serviks dan putar 90 - 180º.

7) Gunakan kombinasi metode untuk memasukkan spatula.

8) Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila sel-sel dikumpulkan pada spatula kayu, tempatkan satu sisi diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan usap 1 kali sampai ke ujung preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi datar lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan usap satu kali sampai ujung preparat.

9) Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/masukkan bahan tersebut dalam tabung berisi larutan fiksasi.

(32)

BAB III

KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema. 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah ”ada hubungan antara faktor perilaku seksual dengan resiko terjadinya kanker serviks”.

Kanker Serviks Perilaku Seksual :

(33)

C. Defenisi Operasional N o Variabel Penelitian Defenisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala ukur Independen

1 Multipartner seksual

Aktivitas seksual penderita kanker leher rahim dengan mitra seksual yang berganti-ganti

Penyebaran kuisioner

Kuisioner a.Ya b.Tidak

Nominal

2 Aktivitas seksual usia dini

Usia penderita kanker leher rahim ketika melakukan hubungan seks pertama

Penyebaran kuisioner

Kuisioner a.Ya b.Tidak

Nominal

3 Penyakit menular seksual

Riwayat penyakit kelamin yang pernah diderita oleh

penderita kanker leher rahim

Penyebaran kuisioner

kuisioner a.Ya b.Tidak

Nominal

Dependen 1 Kanker

(34)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptifanalitik dengan menggunakan pendekatan

cross sectional yang menilai hubungan antara faktor perilaku seksual dengan resiko

terjadinya kanker serviks.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan yang berkunjung di poliklinik ginekologi yang didiagnosa kanker serviks pada tahun 2011 sebanyak 102 orang

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien kanker serviks yang berkunjung ke poliklinik ginekologi RSU dr. Pirngadi Medan tahun 2012.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara aksidental sampling dimana pengambilan sampel dilakukan dengan kebetulan bertemu ( Hidayat, 2007). Untuk mendapatkan data sesuai dengan fokus penelitian ini, maka peneliti menentukan responden penelitian dengan kriteria inklusi :

a. Pasien kanker serviks yang berkunjung ke poliklinik ginekologi b. Bersedia menjadi responden

(35)

Besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Solvin sebagai berikut (Nursalam, 2008).

n = N

1 + (N . e2)

Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Standar error (10%)

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah: Diketahui :

N = 102 e = 0,1

n = 1+ N

(N .e2)

� = 102 1 + (102. 0,12)

� = 102

2,02

n = 50,49

Jadi sampel pada penelitian ini sebanyak 51 orang pasien yang didiagnosa kanker serviks.

C. Tempat Penelitian

(36)

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai ditentukannya sidang hasil penelitian.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan mengajukan permohnan izin penelitian kepada Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan, dan izin dari Koordinator Penelitian RSU Dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip etika penelitian, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian, menjelaskan manfaat penelitian, dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Apabila responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri dari penelitian. Responden juga berhak mengundurkan diri selama pengumpulan data berlangsung. Responden berhak mendapatkan kebebasan dari tindakan yang merugikan atau beresiko, dan mendapat keadilan tanpa diskriminasi. Kerahasiaan catatan mengenai data reponden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian.

F. Instrumen Penelitian

(37)

kanker serviks, dan stadium pada kanker serviks yang dialami oleh pasien yang berkunjung ke poliklinik ginekologi RSU Dr. Pirngadi Medan.

Identitas responden terdiri dari: umur responden, pekerjaan suami dan jumlah anak. Pada kuesioner perilaku seksual berisi 9 pertanyaan, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan faktor perilaku seksual terhadap terjadinya kanker serviks. Instrumen penelitian menggunakan pertanyaan dikotomi, yaitu responden menjawab ya dan tidak. Apabila bentuk pertanyaan positif, maka jawaban “tidak”mendapat nilai 0 (nol), dan jawaban “ya” mendapat nilai 1 (satu). Sedangkan untuk pertanyaan negatif, jawaban “ya” mendapat nilai 0 (nol), dan untuk jawaban “tidak” mendapat nilai 1 (satu).

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk menunjukkan tingkat ke validan

dan kesahihan sebuah instrumen, yang mampu mengukur apa yang diinginkan, sehingga dapat mengukur instrumen secara benar. Uji validitas dilakukan secara content validity yaitu instrumen telah dikonsultasikan kepada dr. Sarma L. Raja SpOG (K).

2. Uji Reliabilitas

(38)

Berdasarkan hasil yang didapati instrumen tersebut dinyatakan reable dimana r hasil > r tabel (Machfoed, 2009).

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian pada Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapat izin dari Akademik, dan telah mendapat izin dari RSU Dr. Pirngadi Medan.

Kemudian setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan proses pengumpulan data dari responden. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian ini kepada calon responden dan meminta kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian. Setelah responden setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti mengajukan surat persetujuan untuk ditanda tangani.

Peneliti menjelaskan cara pengisian kuisioner kepada responden. Peneliti mengingatkan responden untuk mengisi kuisioner sesuai yang dialami dengan jujur dan mengingatkan untuk mengisi semua pertanyaan yang ada dilembar kuisioner. Selanjutnya peneliti memberikan penilaian berdasarkan kriteria yang disusun peneliti.

I. Analisa Data

(39)

komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yaitu pemeriksaan semua data kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variable. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen faktor perilaku seksual yang meliputi multipartner seksual, aktivitas seksual usia dini, penyakit menular seksual dan variabel dependen resiko terjadinya kanker serviks.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variable terikat. Analisa yang digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji data Product Moment dengan mencari nilai korelasi ( r ), dimana

r = 0,00 – 0,25 = tidak ada hubungan/hubungan lemah r = 0,26 – 0,50 = hubungan sedang

r = 0,51 – 0,75 = hubungan kuat

r = 0,76 – 1,00 = hubungan sangat kuat/sempurna

(40)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan untuk mengetahui hubungan perilaku seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini sampel yang diteliti adalah pasien rawat jalan yang berkunjung di poliklinik ginekologi yang didiagnosa kanker serviks berjumlah 51 orang.

A. Hasil Penelitian 1. Univariat

a. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini diteliti karakteristik responden berupa umur, pekerjaan, dan jumlah anak. Pada Tabel 5.1 diketahui bahwa umur responden dibagi kedalam empat kelompok, untuk umur pada kelompok umur 31-40 tahun terdapat sebanyak 39,2% (20 orang), kelompok umur 41- 50 tahun sebanyak 35,3% (18 orang), umur 51-60 tahun terdapat sebanyak 17,6% (9 orang), dan kelompok umur > 61 tahun terdapat sebanyak 7,8% (4 orang).

Pekerjaan suami responden, terbagi dalam dua kategori yakni yang bekerja di dalam kota dan bekerja di luar kota. Suami responden yang bekerja di dalam kota sebanyak 68,6% (35 orang), dan yang bekerja di luar kota sebanyak 31,4% (16 orang). Untuk jumlah anak responden di kelompokkan menjadi tiga kategori yakni tidak memiliki anak, memiliki anak <2 orang dan memiliki anak > 2 orang. Responden yang memiliki tidak memiliki anak sebanyak 9,8% (5 orang), memiliki anak < 2 orang

(41)

sebanyak 29,4% (15 orang) dan responden yang memiliki anak > 2 orang adalah sebanyak 60,8% (31 orang).

[image:41.612.116.542.291.574.2]

Kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umurm Dr. Pirngadi Medan jika dikelompokkan berdasarkan stadium awal (stadium 0 – IIa) dan Stadium lanjut (stadium IIb-IVb), maka diperoleh hasil yakni untuk stadium awal diketahui sebanyak 29,4% (15 orang) dan yang menderita kanker servik pada stadim lanjut sebanyak 70,6% (36 orang). Lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di RSU Dr. Pirngadi Medan

No Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1 Umur

a. 31-40 tahun b. 41-50 tahun c. 51-60 tahun d. > 61 tahun

20 18 9 4 39,2 35,3 17,2 7,8

Total 51 100,0

2 Pekerjaan Suami a. Dalam Kota b. Diluar Kota

35 16

68,6 31,4

Total 51 100,0

3 Jumlah Anak

a. Tidak Punya Anak b. <2 orang anak c. > 2 orang anak

5 15 31 9,8 29,4 60,8

Total 51 100,0

4. Kanker Serviks

a. Stadium Awal 15 29,4

b. Stadium Lanjut 36 70,6

Total 51 100,0

b. Perilaku Seksual

(42)
[image:42.612.114.561.125.520.2]

pertanyaan dan penyakit menular seksual sebanyak 6 pertanyaan. Untuk hasil setiap pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Perilaku Seksual berdasarkan Pertanyaan kepada Responden di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

No Pertanyaan

Jawaban

Total Ya Tidak

n % n % n %

Multipartner Seksual

1 Perkawinan yang sekarang merupakan

perkawinan yang pertama 31 60,8 20 39,2 51 100 2 Ibu pernah berganti pasangan seksual 30 58,8 21 41,2 51 100

Hubungan Seksual Usia Dini

3 Ibu pernah melakukan seksual usia dibawah

20 tahun 19 37,3 32 62,7 51 100

Penyakit Menular Seksual

4 Ibu pernah mendengar penyakit pada alat

kelamin 35 68,6 16 31,4 51 100

5 Suami pernah menderita penyakit pada alat

kelamin 27 52,9 24 47,1 51 100

6 Ibu pernah menderita gatal-gatal pada alat

kelamin 35 68,6 16 31,4 51 100

7 Ibu pernah mengalami keputihan 29 56,9 22 43,1 51 100 8 Ibu pernah mengalami nyeri pada alat

kelamin saat melakukan hubungan seksual 37 72,5 14 27,5 51 100 9 Setelah melakukan hubungan seksual, ada

darah yang keluar 25 49,0 26 51,0 51 100

(43)
[image:43.612.114.543.174.367.2]

Responden yang mengalami penyakit menular seksual sebanyak 62,7% (32 orang) dan yang tidak menderita penyakit menular seksual sebanyak 37,3% (19 orang). Lebih rinci dapat ditunjukkan pada Tabel 5.3 sebagai berikut :

Tabel 5.3. Distribusi Kategori Perilaku Seksual Responden di RSU Dr. Pirngadi Medan

No Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1 Multipartner Seksual a. Ya b. Tidak 34 17 66,7 33,3

Total 51 100,0

2 Hubungan Seksual Usia Dini a. Ya b. Tidak 19 32 37,3 62,7

Total 51 100,0

3 Penyakit Menular Seksual a. Ya b. Tidak 32 19 62,7 37,3

Total 51 100,0

2. Bivariat

(44)
[image:44.612.116.548.194.307.2]

Ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan dengan garis positif antara penyakit menular seksual dengan kanker serviks. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4. Hubungan Perilaku Seksual dengan Kanker Serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

No Variabel r P

1 Multipartner Seksual 0,424 0,002

2 Seksual Usia Dini -0,126 0,380

3 Penyakit Menular Seksual 0,465 0,001

B. Pembahasan

1. Distribusi Karakteristik Responden di RSU Dr. Pirngadi Medan

Dari penelitian yang telah dilakukan didapati hasil, berdasarkan umur responden mayoritas kanker serviks terjadi pada umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 20 orang (39,2 %). Menurut Aziz ( 2000 ), umumnya insiden kanker serviks sangat rendah dibawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan menetap pada usia 50 tahun. sedangkan karsinoma insitu mulai naik pada umur lebih awal dan puncaknya pada umur 30 – 34 tahun, dan mencapai puncak menetap pada usia 35 – 55 tahun dan kemudian terus menurun sesudah usia tersebut, sedangkan menurut Bendson penderita kanker serviks uteri rata-rata dijumpai pada umur 45 tahun serta menurut Davis dan peneliti lainnya mengemukakan dalam 1000 per 100.000 dari kanker epitalia dijumpai pada wanita umur 30 – 45 tahun.

(45)

pasangannya menderita kanker serviks. Kanker serviks terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh pekerjaan suami saja, akan tetapi pekerjaan wanita itu sendiri juga dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks. Penelitian ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa ada hubungan kanker serviks dengan pekerjaan dimana para istri pekerja kasar 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks uteri dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan.

Kejadian kanker serviks di RSU dr. Pirngadi Medan mayoritas ditemukan pada responden yang mempunyai anak > 2 yaitu sebanyak 31 orang ( 60,8% ). Penelitian ini sesuai dengan pendapat Wijaya (2010) bahwa jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Sehingga, wanita yang mempunyai banyak anak atau sering melahirkan mempunyai risiko terserang kanker serviks lebih besar.

Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3–5 kali. Menurut teori pada umumnya kanker serviks paling banyak dijumpai pada wanita yang sering melahirkan walaupun kategori sering melahirkan belum ada keseragaman para ahli kanker memberi batasan 3-5 kali melahirkan. Kanker leher rahim stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun, sedang untuk stadium II lebih sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun. Kelompok usia 60-69 tahun merupakan proporsi tertinggi pada stadium III dan IV (FKM UH, 2008).

(46)

spesifik dari kanker serviks uteri. Menurut teori kanker serviks dapat dicegah dan dapat disembuhkan bila dideteksi secara dini pada stadium awal.

2. Hubungan antara Multipartner Seksual dengan Kanker Serviks

Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji product moment didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang sedang antara multipartner seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi (r) 0,424 dengan nilai p (value) < 0,05, yaitu p (value) 0,001. Ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan dengan garis positif antara multi partner dengan kanker serviks.

Perilaku seksual yang berupa berganti-ganti pasangan seks akan meningkat penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human Papilloma

Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan

vulva. Risiko terkena kanker serviks 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping (Minyakob, 2011).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lilis (2002) tentang karakteristik karsinoma serviks di RS Dr. Sardjito Yogyakarta yang menyatakan bahwa penderita kanker serviks memiliki riwayat perkawinan 1 kali (94,8%). Jumlah pasangan seksual yang banyak (>4 orang) merupakan faktor yang berhubungan erat dengan kejadian kanker serviks dan hal ini juga dapat meningkatkan derajat keparahan dari pasien (Rasjidi, 2008).

(47)

penderita berada pada stadium lanjut yaitu karena suami berada jauh dari istri sehingga mereka sering melakukan hubungan seksual selain dengan istri. Namun untuk memperkuat asumsi ini, belum didapatnya penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pekerjaan seorang suami yang sering melakukan pekerjaan luar kota memiliki risiko tinggi bagi istri untuk menderita kanker serviks pada stadium lanjut.

3. Hubungan antara Seksual Usia Dini dengan Kanker Serviks

Variabel seksual usia dini, setelah dilakukan uji product moment, diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara antara seksual usia dini dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi (r) -0,126 dengan nilai p (value) > 0,05, yaitu p (value) 0,380. Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Aziz (2002), bahwa wanita menikah dibawah umur 20 tahun, biasanya 10-12 kali lebih besar kemungkinan terjadinya kanker serviks dari pada mereka yang menikah setalah usia diatas 20 tahun, dimana pada usia tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitif dan serviks remaja lebih rentan terhadap stimulus karsinogenik karena proses metaplasia skuamosa yang aktif, sehingga faktor ini dapat mengakibatkan seorang penderita kanker serviks berada pada stadium lanjut pada usia terdeteksinya kanker.

Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitin para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar dari pada usia lebih dari 20 tahun (Minyakob, 2011).

(48)

metaplasia selama usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat (Rasjidi, 2008)

Usia merupakan faktor yang penting dalam terjadinya kanker. Sebagian besar kanker banyak terjadi pada usia lanjut. Risiko terjadinya kanker meningkat 2 kali lipat setelah usia 35 hingga 60 tahun. Meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia. Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun sering dihubungkan dengan masa subur. Kehamilan sehat paling mungkin terjadi dan merupakan usia produktif dalam menapak karir. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kegemukan, kanker, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai menggerogoti di usia ini (Darwinian, edisi 3, 2006).

4. Hubungan antara Penyakit Menular Seksual dengan Kanker Serviks

Variabel penyakit menular seksual diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang sedang antara penyakit menular seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi (r) 0,465 dengan nilai p (value) < 0,05, yaitu p (value) 0,002. Ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan dengan garis positif antara penyakit menular seksual dengan kanker serviks.

(49)

mengalami infeksi kelamin dengan kejadian kanker leher rahim. Nilai risiko pervalen 2,528 ( 95 % CI.1,698 – 3,764 ) berarti bahwa infeksi kelamin 2 kali lebih besar bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami infeksi, berarti bahwa kemungkinan orang yang pernah terkena infeksi kelamin akan mendapat resiko kanker leher rahim 2 kali lebih besar bila dibandingkan orang yang tidak pernah mengalami infeksi kelamin.

Pendapat ahli, dari beberapa pemeriksaan laboratorium terbukti 90 % penyebab kanker leher rahim adalah human papiloma virus ( HPV ) dimana HPV terdapat pada wanita yang secara aktif melakukan hubungan seksual atau melalui penyakit menular seksual juga hubungan seksual multi pasangan. HPV menyebabkan peradangan pada genetalia wanita. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa faktor resiko epidemiologi penyumbang terjadinya dan berkembangnya kanker leher rahim adalah infeksi yaitu infeksi HPV. Kurangnya pengetahuan deteksi dini dan hygene serta ganti pasangan dan pada umumnya gejala kanker leher rahim tidak tampak hanya ada keluhan seperti keputihan yang lama dan menahun sehingga infeksi merupakan faktor resiko untuk terjadinya kanker leher rahim serta proses yang lama 3 – 20 tahun untuk menjadi kanker invasive. Penelitian terkini juga mencatat hubungan yang kuat antara kanker leher rahim dengan virus papiloma squamosa.

(50)

Penyakit menular seksual atau penyakit kelamin adalah infeksi yang dapat ditransfer dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak seksual. Kontak seksual yang dimaksud meliputi ciuman, oral-genital dan pengguna mainan seks seperti vibrator (Admin, 2011). Penyakit menular seksual pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri. Beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus antara lain adalah HIV, Genital Herpes, Hepatitis B dan HPV. Selain itu penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain Chlamydia trachomatis, Gonore, dan sifilis (Admin, 2011).

Gejala-gejala yang ditemukan pada penyakit menular seksual pada wanita antara lain keluarnya cairan yang tidak lazim dari vagina, nyeri pada saat bersenggama, rasa panas, perih dan ketidaknyamanan selama buang air kecil, rasa sakit pada perut, pinggul dan kaki, terjadi pembengkakan, lecet, luka terbuka, kutil atau ruam didaerah alat kelamin, mengalami demam, sakit kepala dan pembesaran kelenjar. Perempuan yang telah mengidap penyakit menular seks seperti AIDS, Gonorrhoea A lebih rentan terhadap kanker serviks (Admin, 2011).

5. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang dihadapi

(51)

6. Implikasi untuk asuhan kebidanan

(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik penderita kanker serviks adalah kelompok umur 31-40 tahun 39,2%, pekerjaan suami mayoritas bekerja di dalam kota medan yakni sebanyak 68,6%, jumlah anak responden mayoritas adalah anak > 2 orang sebanyak 60,8%, responden mayoritas tidak multiparner seksual sebesar 66,7%, responden mayoritas tidak melakukan hubungan seksual usia dini 62,7%, responden moyoritas menderita penyakit menular seksual yakni 62,7% dan penderita menderita kanker serviks pada stadium lanjut 70,6%.

2. Ada hubungan yang bermakna antara multipartner seksual dengan kanker serviks (p=0,002), dan penyakit menular seksual dengan kanker serviks (p=0,001).

3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara seksual usia dini dengan kanker serviks (p=0,380)

B. Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan diharapkan agar lebih mensosialisasikan tentang pemeriksaan kanker serviks pada wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual, agar dapat mendeteksi penyakit lebih dini.

(53)

diri apabila timbul kelainan yang dialami pada alat reproduksi sehingga kanker serviks yang ditemukan dalam stadium dini dan dapat ditangani segera.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2011). Penyakit Menular Seksual Pada Wanita.

American Cancer Society , (2007) , Cancer Facts & Figures, Atlanta : American Cancer Society.

American Cancer Society, (2008), Cancer Prevention & Early Detection Facts &

Figures, Atlanta: American Cancer Society.

Aziz. Soepardiman. Nuranna. (2000). Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Darwinian. A. (2006). Gangguan Kesehatan Pada Setiap Periode Kehidupan

Wanita. Smart living. Edisi ke – 3.Jakarta.

Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika.

Machfoedz. (2009). Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Fitramaya.

Notoatmodjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Nurwijaya, H., Andrijono, Suheimi, H. (2002). Cegah dan Deteksi Kanker serviks.

Jakarta: Gramedia.

Pangkahila, W. (2005). Perubahan Perilaku seksual dan Akibatnya.

20 Desember 2011.

(55)

Rasjidi I. (2008). Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Sugeng Seto.

Rasjidi I. (2009). Deteksi Dini & Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta: Sugeng Seto.

Sarwono. (2010) Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sukaca, B. (2009). Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks (Leher Rahim). Yogyakarta: Genius Publisher.

(56)

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth,

Calon Responden Penelitian Di-

Tempat

Dengan Hormat,

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik pada Fakultas Keperawatan USU, saya akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Perilaku Seksual Dengan Risiko Terjadinya Kanker Serviks Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012”

Untuk maksud tersebut saya memerlukan data/ informasi yang nyata dan akurat dari saudara melalui pengisian kuisioner yang akan saya lampirkan pada surat ini. Saudara berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun penelitian ini dangat berdampak terhadap kemajuan dalam bidang kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Bila saudara setuju terlibat dalam penelitian ini, mohon menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden yang telah disediakan dan mohon menjawab pertanyaan dalam kuisioner dengan sejujurnya.

Kesediaan dan perhatian saudara sangat saya harapkan dan atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

(57)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Program Studi D-IV Bidan Pendidik pada Fakultas Keperawatan USU dengan judul “Hubungan Perilaku Seksual Wanita Dengan Risiko Terjadinya Kanker serviks Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012”

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan.

Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2012 Responden

(58)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DENGAN RESIKO TERJADINYA KANKER SERVIKS DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2012 A. Petunjuk Pengisian

1. Bacalah terlebih dahulu kuesioner penelitian ini dengan seksama. 2. Jawablah pertanyaan sesuai dengan apa yang saudara anggap benar.

3. Berilah tanda ceklist ( √ ) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapat saudara.

B. Identitas Responden Nomor responden : Umur responden : Pekerjaan Suami : Jumlah anak :

C. Pertanyaan Perilaku Seksual

No. Pertanyaan Ya Tidak

Multipartner seksual

1. Apakah perkawinan yang sekarang merupakan perkawinan yang pertama?

2. Dalam melakukan hubungan seksual, pernahkah ibu berganti pasangan?

Hubungan seksual usia dini

3. Apakah ibu melakukan hubungan seksual pada usia dibawah 20 tahun?

Penyakit Menular Seksual

4. Apakah ibu pernah menderita penyakit pada alat kelamin? 5. Apakah suami ibu pernah menderita penyakit alat kelamin? 6. Apakah ibu pernah menderita gatal-gatal pada alat kelamin? 7. Apakah ibu pernah mengalami keputihan?

8. Pada saat melakukan hubungan seksual, apakah ibu pernah merasakan nyeri pada alat kelamin?

(59)

D. Kanker Serviks

Saat ini setelah melakukan pemeriksaan, berdasarkan indikasi medis anda terjangkit kanker leher rahim pada stadium :

No Stadium Cek list

1 Stadium Awal: Stadium I Stadium Ia Stadium Ia1 Stadium Ia2 Stadium Ib Stadium Ib1 Stadium Ib2 Stadium II Stadium IIa 2 Stadium Lanjut:

Stadium IIb Stadium III Stadium IIIa Stadium IIIb Stadium IV Stadium IVa Stadium IVb

(60)
(61)
(62)
(63)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Dewi Sandra Lubis

Tempat / Tgl.Lahir : Sei. Rampah, 26 September 1981

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 1 dari 5 bersaudara

Agama : Islam

Alamat : Dusun Tengku Yed, desa Ujong Drien Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat

Data Orang Tua

Nama Ayah : H. Hasan Lubis

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Hj. Fauziah

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Jendral Sudirman Sei. Rampah Kabupaten Serdang

(64)

Riwayat Pendidikan

Tahun 1986 – 1988 : TK F. Tandean Tebing Tinggi

Tahun 1988 – 1994 : SD F.Tandean Tebing Tinggi

Tahun 1994 – 1997 : SMP F.Tandean Tebing Tinggi

Tahun 1997 – 2000 : SMA Negeri 2 Tebing Tinggi

Tahun 2001 – 2004 : Akademi Kebidanan Pemko Tebing Tinggi

Gambar

Tabel 2.1 Stadium Klinis kanker Serviks menurut FIGO 2000
Tabel 5.1.  Distribusi Karakteristik Responden di RSU Dr. Pirngadi Medan
Tabel 5.2.  Distribusi
Tabel 5.3.  Distribusi Kategori Perilaku Seksual Responden di RSU Dr. Pirngadi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data pada Tabel 4 juga menunjukkan bahwa pola tanam agroforestri pada kedua varietas padi akan menghasilkan produksi padi gogo yang lebih sedikit jika dibandingkan

(2) Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dilengkapi modul pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Hidrolisis Garam kelas

28 Tahun 1977, maka pejabat pembuat akta ikrar wakaf atas noma nadzir yang bersangkutan, diha- ruskan mengajukon permohonan kepada Bupati/\7alikotcna- dya Kepala Daerah cq

Walaupun tidak jelas data yang menunjukkan secara langsung bahawa para peniaga memohon doa atau pertolongan daripada para wali dan orang soleh yang telah meninggal dunia, tetapi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mahasiswa di Prodi Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas PGRI Semarang sudah memenuhi kriteria

Kecerdasan Spiritual dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Dokter Moewardi Surakarta “ ini

melahirkan tenaga kerja mahir telah dimainkan oleh beberapa agensi kerajaan seperti Kementerian Pembangunan Keusahawanan dan Koperasi Malaysia mempunyai Institut Kemahiran

Development accomPanymg J the Comp. Neurol・5 D.D。Some oesophagus change 386 of nlcotlnlc in muscle (1997)